Anda di halaman 1dari 2

Buku Menjerat Gus Dur, Menceritakan tentang dinamika kehidupan politik Indonesia

pada masa Orba dengan pembahas utama pelengseran Presiden Abdurahman Wahid.
Di tulis oleh Virdika Risky Utama biasa dipanggil Virdi merupakan kelahiran Jakarta
dan menamatkan S1 di UNJ Jakarta di Jurusan Pendidikan Sejarah pada 2016.
Diterbitkan oleh NUmedia Digital Indonesia, Cetakan perdana Des 2019 dengan
jumlah halaman 376.

Pendahuluan

Pada bab awal di tuliskan tentang sistem politik Indosesia yang di pimpin oleh
Soeharto selama 32 tahun sejak abad ke 21 dan tidak pernah terjadi peralihan
kekuasaan. Pada tahun 1998 di tanggal 21 Meri Panggung kekuasaan Soeharto harus
berpindah tangan kepada B.J Habibie akibat krisis monoter yang di alami Indonesia
kala itu. Dan berlanjut pada kepemimpinan Gus Dur yang pertama kali terpilih setelah
reformasi.

Pada kehidupan awal orde baru adalah mengubah paradigma "politik sebagai
panglima" menjadi "ekonomi sebagai panglima". Orde baru menyerahkan sistem
perekonomian pada mekanisme pasar. Keberhasilan rezim orde baru mempertahankan
kekuasaan ditopang struktur politik model otoriter birokratik.

Pada masa pemerintahan Habibie, polarisasi konflik terpecah kedalam tiga


arus baru. Pertama kelompok sisa-sisa kekuatan orde baru, yang terdiri dari militer,
Golkar, dan para kroni Soeharto, Habibie termasuk dalam kelompok ini. Kedua,
kelompok oposisi moderat yang berpusat pada Gus Dur, Amien Rais dan Megawati.

            Permainan politik yang dimaikan oleh Amien Rais dengan permainan poros
tengah berhasil memenangkan Gus Dur menjadi presiden. Setelah mengucapkan
sumpah presidennya Gus Dur Menyatakan, "Kita harus mempertahankan keutuhan
negara kita di hapadan negara lain yang terkadang menganggap ringan perasaan dan
harga diri kita”. Langkah reformasi pemerintahan yang pertama dilakukan Gus Dur
adalah membina sekelompok orang yang dipercayanya untuk mengawasi proses
reformasi dan pengelolaan negara. Tindakan resmi pertamanya membubarkan dua
departmen yakni Departemen Penerangan dan Departemen Sosial.

Selain itu, Gus Dur juga ingin menghapuskan TAP MPRS No. xxv/1966,
tentang ajaran Marxisme dan Lenninisme. Gus Dur juga melakukan beberapa
perombakan pada kabinetnya yang dinilai kurang cakap dan masih condong pada orde
baru diantara mentri yang di pecat yakni Jusuf Kalla dan Laksamana Sukardi.
Perombakan tersebut mengakibatkan gesekan di dalam kabinetnya sendiri. Akibat
tidak kepuasan dari Gus Dur, para barisan sakit hati memainkan isu Skandal
Buloggate dab Bruneuigate yang mana mereka menganggap bahwa Gus Dur diduga
menyelewengkan dana tersebut dengan kekuasaanya.
Pada 1 Februari 2021 Memorindum 1 di lontarkan ke Gus Dur karena
dianggap melanggaran haluan reformasi dan bersekongkol dengan krooni Soeharto.
Dengan Memainkan Isu ini juga berhasil membuat kebingungan di masyarakat.
Masyarakat terpecah menjadi dua bagian yakni kubu pro Gus Dur dan Kontra Gus
Dur. Memorandum II, Pada 30 April 2001 DPR memberikan Memorandum II kepada
Gus Dur. DPR yang tidak menjalankan rekomendasi hasil Memorandum I. Justru
sebaliknya, Gus Dur semakin tidak kompromi untuk mengejar tersangka-tersangka
KKN yang diduga melibatkan Golkar dan sisa-sisa kekuatan Orde Baru

SI MPR, jarak waktu antara Memorandum II dan SI yang mestinya tiga bulan atau
paling lambat dilaksanakan pada 1 Agustus 2001. Faktor yang mempercepat SI adalah
pecopotan Kapolri Bimantoro

Detik-detik Pembacaan Dekrit, Pada Minggu 22 Juli 2001 Tamu-tamu dan massa
menunggu pengumunan dekrit . pada pukul 19.05 WIB Gus Dur mengeluarkan
statement bahwa presiden tak akan mundur, presiden meminta Fraksi TNI/Polri
menarik dukungan atas percepatan SI MPR, presiden akan mengeluarkan keputusan
penting pada pukul 22.00 WIB. Gus Dur Jatuh.

Tapi yang menjadi catat dalam sejarah yaitu Skandal Buloggate dan Bruneigate tidak
pernah terbukti di mata hukum, jadi mundurnya Gus Dur itu di sebabkan oleh para
barisan sakit hati.

Anda mungkin juga menyukai