Anda di halaman 1dari 33

Assalamualaikum sahabat,

Perkenalkan nama Saya Ridwan Noor Muchlis


Saya adalah owner akun IG @AdlanMuslim

Adlan Muslim adalah Online Shop Kaos Muslim yang


menjual produk fashion seperti kaos dan hoodie dengan
tema nama-nama sahabat dan tokoh Islam

Saat ini produk Adlan Muslim sudah terjual lebih dari


20.000 pcs dan pernah menerima pengiriman baik dari
Indonesia maupun luar negeri seperti Singapura,
Malaysia, Hongkong, Australia, Taiwan, Korea Selatan,
Jepang dan Amerika

Senang sekali saya bisa menyapa sahabat semua melalui


ebook yang saat ini sudah Anda download dan sedang
Anda baca ini

Saya pribadi bukanlah seorang Ustadz, saya juga bukan


seorang da’i yang pandai berdakwah, saya orang biasa yang
punya cita-cita ingin menorehkan sebuah karya semasa
saya hidup yang kalau suatu saat nanti Allah tanya apa yang
sudah kamu lakukan untuk agamamu?
Saya akan menjawab inilah karya saya ya Allah, mungkin
saya tidak bisa membuat kitab sebagaimana para ulama,
tapi saya bisa membuat tshirt yang bisa mengajak kaum
muslim untuk mendekat pada Islam

Tulisan ini dibuat sebagai apresiasi saya kepada sahabat


semua yang antusias mau membaca kisah Sahabat Mulia
Khalid bin Walid sebagai salah seorang panutan yang
layak untuk kita selami kisahnya
Semoga karya sederhana ini bisa membawa manfaat
Khususnya bagi anak-anak muda Indonesia

Salam Hangat,
Ridwan Noor Muchlis
Kisah Khalid bin Walid
“Sang Pedang Allah Yang Terhunus”
Tahun 8 Hijriah untuk pertama kalinya kaum muslimin
berperang menghadapai kekuatan besar Romawi Timur
di Mu’tah. Peperangan berlangsung sengit antara 3000
pasukan muslim melawan 200.000 pasukan Romawi.

Tiga panglima Islam yang memegang panji peperangan


satu per satu berguguran. Pasukan muslimin terdesak,
sampai akhirnya seseorang yang baru memeluk Islam dua
bulan mengambil komando perang. Ia berhasil
memimpin pasukan muslimin selamat dari kekalahan.
“Ialah Khalid bin Walid sang pedang
Allah yang Terhunus”
Tak ada seorang pun sahabat yang memiliki kemampuan
strategi perang seperti Khalid bin Walid. Bahkan sampai
saat ini tidak ada seorang panglima pun yang puluhan kali
bahkan sampai seratus kali tak pernah kalah ketika ia
memasuki peperangan kecuali Khalid bin Walid.
Tak heran kenapa Khalid bin Walid begitu lihai
menguasai medan peperangan. Sebab ia berasal dari
kabilah Bani Makhzum sebuah suku besar masyarakat
Quraisy yang mempunyai tugas mengurusi masalah
peperangan di Mekah.

Di tambah lagi ayah Khalid adalah seorang saudagar yang


kaya raya di Mekah. Maka semua kehebatan dan fasilitas
yang dimiliki keluarganya begitu menunjang Khalid yang
sejak awal menaruh minat besar pada dunia peperangan.
Yang luar biasa dari Khalid adalah strategi perang. Cuma
pertanyaannya dari mana Khalid belajar strategi perang?
Karena perang yang dimiliki oleh orang-orang Quraisy
tidak menarik hanya maju mundur saja menyerang dan
bertahan membawa pedang dan panah seperti orang
tawuran.

Ketika musim dagang ke negeri Syam tiba, Khalid tak


pernah absen untuk ikut pergi bersama khafilah dagang
Mekah. Bukan untuk ikut berdagang sebagaimana orang
Quraisy lainnya, namun di sana ia justru memanfaatkan
kesempatan belajar strategi perang pada orang-orang
Romawi. Inilah yang membuat Khalid begitu mahir dalam
bidang perang dan persenjataan.

Dan yang perlu diketahui adalah Khalid anak dari orang


yang sangat kaya raya di Mekah, sehingga praktis Khalid
tidak memiliki pekerjaan karena ia tidak perlu bekerja
sebagaimana anak-anak orang kaya raya hari ini tidak
perlu bekerja dan dia hanya menyalurkan hobinya.

Hobi dia adalah melatih ketangkasan, berkuda,


memainkan pedang dan seterusnya. Khalid sangat ahli
dalam pedang, jika Khalid sudah pegang pedang maka
sungguh luar biasa.

Saat Nabi Muhammad Shalallahuálaihi wasalam diutus di


Mekah untuk menjadi Nabi terakhir tak serta merta
mendapat sambutan baik dari masyarakatnya. Masyarakat
Quraisy justru menjadi orang nomor satu yang durhaka
terhadap dakwah Rasulullah shalallahuálaihi wasalam.

Bani makhzum menjadi salah satu penentang yang paling


keras maka muncul nama-nama pembangkang utama
Rasulullah shalallahuálaihi wasalam seperti Abu Jahal dan
Al Walid bin Mugharah, termasuk Khalid putera Al
Walid.

Namun karena usia Khalid masih muda, ia jarang terlibat


dalam aksi-aksi yang dilakukan para petinggi Quraisy.
Khalid bersama anak-anak petinggi Quraisy lainnya hanya
ikut menjalankan perintah yang diberikan oleh ayah
mereka.

Keahlian Khalid dalam berperang mulai terlihat di tahun


ketiga Hijrah yaitu di perang Uhud. Saat itu kaum Quraisy
hampir mengalami kekalahan. Namun pasukan pemanah
yang berada di atas bukit mengkhianati amanah
Rasulullah shalallhuálaihi wasalam. Mereka berpikir
bahwa kaum Quraisy sudah mundur hingga mereka turun
dari bukit untuk mengambil harta rampasan perang.

Di sinilah Khalid sebagai pemimpin pasukan berkuda


melihat celah untuk kembali menyerang pasukan
muslimin. Maka Khalid memutar pasukannya ke balik
bukit hingga mampu menghabisi pasukan muslimin dari
belakang. Keadaan pun berbalik, aksi Khalid berhasil
menekan kaum muslimin.
Inilah pelajaran bagi kaum muslimin seandainya pasukan
pemanah tidak lalai terhadap perintah yang diamanahkan
Rasulullah shalalallhuálaihi walam kepada mereka, maka
sehebat apapun Khalid tidak akan mampu berbuat apa-
apa terhadap kaum muslimin di perang Uhud.

Bahkan di perang Khandak, pasukan Quraisy yang di


dalamnya ada Khalid tidak mampu berbuat apa-apa
mereka tertahan di depan parit yang sudah digali oleh
kaum muslimin. Artinya hanya Rasulullah shalallahuálaihi
wasalam yang bisa mengalahkan Khalid. Karenanya para
ulama ahli sejarah mengatakan bahwa Khalid adalah
panglima terhebat nomor dua setelah Rasulullah
shalallahuálaihi wasalam.

Sejak itu kehebatan Khalid dalam berperang mulai diakui.


Pribadi Khalid juga mulai mendapat perhatian dari
Rasulullah shalallahuálaihi wasalam. Hal ini terlihat saat
Umrah Qadha di tahun 7 Hijriah.

Rasulullah shalallahuálaihi wasalam memberikan


komentar kepada saudara Khalid yang sudah memeluk
Islam. Hingga saat itu sejarah mencatat Khalid sering
bertukar kabar dengan saudaranya.
Inilah yang menjadi salah satu faktor masuk Islamnya
Khalid. Rasulullah shalallahuálaihi wasalam mengatakan
kepada Al Walid saudaranya Khalid,
“Andai saudaramu Khalid masuk Islam
maka kami akan menjadikan dia pemimpin”
Maka Al Walid mengirimkan surat kepada Khalid
kemudian menyampaikan tentang ajaran Islam lalu
diberikan motivasi tentang perkataan Rasulullah
shalallahuálaihi wasalam agar Khalid mau menerima dan
masuk Islam.

Khalid sebagai orang cerdas pasti sudah mengetahui


bahwa ajaran Islam adalah ajaran mulia yang berbeda
dengan apa yang diajarkan nenek moyangnya. Sehingga
Khalid ketika mendapatkan surat dari saudaranya yang
sudah duluan masuk Islam tentu ada nilai lebih di sisi
Khalid.

Maka tahun selanjutnya tepat di bulan Syafar tahun 8


Hijriah Khalid tak lagi mampu membendung hidayah
yang mengetuk jiwanya. Seorang diri ia berangkat ke
Madinah untuk bersyahadat langsung di hadapan
Rasulullah shalallahuálaihi wasalam. Di tengah perjalanan
ia bertemu sahabatnya Amr bin Ash yang juga ingin
memeluk Islam. Maka Madinah begitu bergembira
menyambut sang buah hati kota Mekah yang selama ini
ditunggu-tunggu keislamannya.

Menyadari ketertinggalannya dalam meraih hidayah


Khalid tak mau tertinggal dari para sahabat lain dalam
meraih pahala dan ridha Allah subhanahu wataála. Maka
tak ada jalan bagi Khalid selain menyumbangkan apa yang
paling ia kuasai untuk membela agama Allah dalam
peperangan.

Dua bulan setelah keislaman Khalid maka Rasulullah


shalallahuálaihi wasalam mengirimkan pasukan ke
wilayah Mu’tah untuk memerangi Romawi. Tak tanggung-
tanggung bahkan Rasulullah shalallahuálaihi wasalam
menunjuk tiga panglima sekaligus, inilah peperangan
terbesar kaum muslimin yang terjadi di masa Rasulullah
shalallahuálaihi wasalam. Khalid bin Walid tak mau
melewatkan perangnya.
Bersama 3000 pasukan muslim ia membulatkan tekadnya
untuk berjihad. Mendekati lokasi perang baru lah kaum
muslim mendapatkan informasi bahwa mereka akan
menghadapi pasukan yang berjumlah 200.000 orang. Di
perang yang tidak berimbang ini kaum muslimin berjuang
tak mempedulikan jiwa raganya.

Satu per satu panglima perang gugur memperoleh


syahidnya. Pasukan muslimin hampir saja menemui
kekalahannya. Sampai akhirnya bendera perang
diserahkan kepada Khalid. Maka di malam harinya
Khalid berpikir keras bagaimana cara untuk
menyelamatkan kaum muslimin dari kekalahan. Maka
akhirnya Khalid berhasil merumuskan strategi jitu yang
belum pernah terpikirkan sekalipun oleh orang Romawi,
ia berhasil mengelabui musuh yang beranggapan kaum
muslimin mendapatkan pasukan tambahan.

Di malam itu Khalid mengambil sebuah keputusan


strategi perang yang ajaib. Ia menukar pasukan yang
sebelumnya ada di bagian sebelah kiri ditukar dengan
bagian sebelah kanan. Lalu yang bagian depan
dimundurkan ke belakang dan yang di belakang
dimajukan ke depan. Bahkan bendera pun bertukar
warnanya dan seterusnya. Kemudian malam itu Khalid
meminta agar pasukan berkuda membuat kegaduhan
sehingga bertebaran debu-debu.

Esok paginya pasukan Romawi kaget karena mereka


melihat wajah yang baru, bendera yang baru kemudian
mereka mendengar ada pasukan yang gaduh seperti ada
bala bantuan yang datang. Pasukan Romawi sangat
terkejut dan beranggapan ini yang berhadapan dengan
mereka adalah tenaga baru. Dan ternyata itu hari yang luar
biasa akhirnya Romawi tidak berani mengejar kaum
muslimin ketika kaum muslimin berlari menyelamatkan
diri ke belakang.

Maka Rasulullah pun memuji apa yang dilakukan oleh


Khalid, karena ini bukan lari meninggalkan pertempuran
akan tetapi kembali ke tempat yang lebih kuat untuk
menyusun sebuah rencana yang lebih baik untuk
peperangan berikutnya.

Kehebatan Khalid di perang Mu’tah telah diketahui oleh


masyarakat Madinah melalui wahyu yang sampai kepada
Rasulullah shalallahuálaihi wasalam. Kaum muslimin
begitu bergembira menyambut kembalinya Khalid dari
Mu’tah.

Sejak itu Khalid dikenal sebagai pedang


Allah yang terhunus.
Pada peristiwa fathu Mekah Khalid dipercaya memimpin
pasukan yang masuk ke salah satu pintu Mekah. Meski
sempat berhadapan dengan sahabatnya yaitu Ikrimah di
pihak Quraisy, Khalid tetap konsisten berjuang
menghadapi kemusyrikan yang ada di kota Mekah.
Sampai akhirnya kaum muslimin berhasil
mengembalikan Mekah sebagai kota suci.

Di masa Khalifah Abu Bakar Khalid dengan mudah


menumpas gerakan-gerakan nabi palsu. Ia juga berhasil
mengalahkan nabi palsu lainnya yatu Musailamah Al-
Kadzam di Yaman. Kemudian Khalifah Abu Bakar
memerintahkan Khalid memimpin pasukan muslim
untuk membebaskan kota-kota kecil di sekitaran Persia.
Demikian pula saat sang Khalifah memintanya terlibat
dalam peperangan di Syam. Khalid terus mencatatkan
prestasinya di momen-momen jihad. Kemudian nama
Khalid semakin dielu-elukan oleh kaum muslimin karena
kehebatannya dalam peperangan.

Melihat hal ini di masa khalifah Umar bin Khattab justru


memiliki pertimbangan lain. Di perang Yarmuk Umar bin
Khattab mencopot jabatan Khalid dari panglima perang
menjadi pasukan biasa, bukan karena hal buruk
melainkan agar kaum muslimin jangan sampai memuja
Khalid hingga melupakan Allah subhanahu wataála.
Umar khawatir bahwa kemenangan dari perjuangan kaum
muslimin bukan lagi karena Allah subhanahu wataála
tetapi karena Khalid. Khalid yang jadi pemimpin, Khalid
panglima, lalu kemana Allah subhanahu wataála. Ini tidak
boleh. Karena kadang-kadang kita larut terhadap
pemimpin yang hebat.

Umar memberikan pelajaran kepada kita, bahwa siapalah


kita ini sehebat apapun kita kalau bukan karena
pertolongan Allah subhanahu wataála mustahil akan
memperoleh kemenangan. Maka Khalid dengan
entengnya mengatakan, tidak ada masalah karena selama
ini saya berjuang bukan karena Umar tapi karena Allah
subhanahu wataála. Sekalipun kemarin saya jadi panglima
paling tinggi, lalu besok saya jadi prajurit biasa bagi Khalid
tidak masalah dia berjuang karena semata-mata ingin
meraih ridha Allah.

Di bawah kepemimpinan panglima yang baru yaitu Abu


Ubaidah bin Jarrah, Khalid tetap dipercaya menyusun
strategi perang dan memimpin gerakan kaum muslimin.
Dengan kecerdasannya ia atur siasat perang hingga
pasukan muslimin berhasil menjatuhkan imperium
Romawi di negeri Syam hingga akhirnya berhasil
membebaskan Baitul Maqdis ketika itu di zaman khalifah
Umar bin Khattab.
Pasca penaklukan negeri Syam Khalid memilih tinggal di
Suriah tanpa memiliki jabatan apapun meski ia telah
berjasa terhadap kebesaran Islam. Ini menjadi bukti
pertaubatan dan perjuangan Khalid yang tidak
mengharapkan apapun kecuali mengharapkan ridha
Allah subhanahu wataála.
Perang demi perang yang dilakukan Khalid ternyata tak
mampu mempertemukan dirinya dengan ajal, ia begitu
sedih karena tak satupun momen jihad yang membuatnya
syahid. Tahun 21 hijriah Khalid menghembuskan nafas
terakhirnya di pembaringannya.
Khalid yang menghabiskan hampir seluruh usianya di
medan peperangan ternyata wafat di tempat tidur. Khalid
merasa malu karena dia merasa harusnya saya mati di
medan jihad. Namun salah satu sahabatnya berkata,

“Wahai Khalid engkau adalah Pedang


Allah, maka Allah tidak ridha kalau
pedangnya dipatahkan di tangan musuh”
Maka Khalid pun meminta sahabatnya mengangkat
tubuhnya agar berdiri, ia ingin Allah mencabut nyawanya
dalam keadaan tegak berdiri, maka Allah meridhainya ia
pun berpulang ke hadirat Allah.

Khalid bin Walid sang putera saudagar kaya raya wafat


tanpa meninggalkan apapun selain senjata, kuda dan
pembantu yang diwakafkan untuk kepentingan Islam.
Khalifah Umar dan kaum muslimin bersedih terutama
para wanita dari bani Makhzum.
Khalifah Umar membiarkan setiap air mata yang jatuh
karena kehilangan Khalid sebab Khalid bin Walid sang
pedang Allah yang terhunus teramat layak untuk ditangisi
kepergiannya.

Rahimahullah Khalid bin Walid..

Sumber Tulisan :
Ust. Budi Ashari – Khalifah Trans 7 (Youtube)
Lengkapi pakaian
keseharianmu dengan salah
satu tshirt “Khalid bin Walid”
dari @AdlanMuslim
Produk kami mengutamakan
kenyamanan cocok dipakai
sehari-hari saat bersama
orang-orang terdekat Anda
Untuk pemesanan dapat
menghubungi ke nomor
admin WA 0812-1427-6711

Anda mungkin juga menyukai