Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab:
), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam
tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam
bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di
masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini
adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Tergantung Kegiatan
Sebagian ulama mengingkari peringatan maulid, karena di dalamnya bercampur dengan
bidah dan kemungkaran yang terjadi sebelum abad Sembilan Hijriyah, dengan bersandar
pada hukum asli, yaitu Menolak kerusakan lebih di dahulukan dari pada meraih
mashalahat.
Ulama ahli Fiqh dari madzhab Maliki, Tajuddin Al Fakihani juga membolehkan. Sebagian
ada yang malah menganjurkan, seperti Imam Jalaluddi As Suyuthi dan Ibnu Hajar Al
Asqalani, namun mereka mengingkari praktek-praktek bidah. Pendapat mereka ini bersandar
pada
firman Allah swt, { } Dan ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah.
Sejumlah ulama Al Azhar, terutama Syaikh Athiyyah Shaqr rahimahullah, telah berfatwa
tentang dibolehkannya memperingati maulid Nabi dengan syarat.
Fatwa itu tertuang sebagai berikut, Rasulullah saw telah menetapkan bahwa hari di
mana beliau dilahirkan memiliki keutamaan dibanding dengan hari-hari lainnya. Setiap
mukmin hendaknya bersungguh-sungguh dalam meraih keagungan pahala, mengutamakan
amal. Itulah alasan memperingati hari ini. Dan bersyukur kepada Allah swt atas pemberian-
Nya yang sangat besar, berupa kelahiran Nabi akhir zaman yang memberi petunjuk kepada
kita menuju syariat-Nya yang membawa kelestarian. Namun dengan syarat tidak
membuatkan gambar-gambarnya secara khusus. Bahkan dengan lebih mendekatkan diri
kepada Allah swt atas apa yang disyariatkan, mengenalkan manusia keutamaan dan
keagungan pribadi Rasul, tidak keluar dari koridor syariat dan berubah menjadi hal yang
diharamkan secara hukum, seperti ikhthilat atau campur baur laki-laki dan perempuan,
cenderung kepada kegiatan yang tidak ada gunanya dan hura-hura, tidak menghormati
baitullah, dan termasuk yang dikatagorikan bidah adalah tawasul terhadap kuburan, sesuatu
yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan bertentangan dengan adab.
Jika yang dominan adalah kegiatan-kegiatan seperti di atas, maka yang diutamakan
adalah mencegah kerusakan sebagaimana kaidah ushul. Mencegah kerusakan lebih
didahulukan dari pada meraih maslahat.
Namun jika hal-hal positif lebih dominan dan manfaat secara syari didapatkan, maka
tidak ada larangan memperingati maulid Nabi dengan tetap mengantisipasi hal-hal negatif
sesuai kemampuan. Allahu alam