Anda di halaman 1dari 18

IMAM HANAFI

sebagai mam Abu Hanifah yang dikenal memiliki


wawasan ilmu yang sangat luas. Dia dikenal
dengan dengan sebutan Imam Hanafi bernama
asli Abu Hanifah Numan bin Tsabit Al Kufi, lahir di
Irak pada tahun 80 Hijriah (699 M), pada masa
kekhalifahan Bani Umayyah Abdul Malik bin
Marwan. Beliau digelari Abu Hanifah (suci dan
lurus) karena kesungguhannya dalam beribadah
sejak masa kecilnya, berakhlak mulia serta
menjauhi perbuatan dosa dan keji. dan mazhab
fiqhinya dinamakan Mazhab Hanafi. Gelar ini
merupakan berkah dari doa Ali bin Abi Thalib r.a,
dimana suatu saat ayahnya (Tsabit) diajak oleh kakeknya (Zauti) untuk berziarah ke
kediaman Ali r.a yang saat itu sedang menetap di Kufa akibat pertikaian politik yang
mengguncang ummat islam pada saat itu, Ali r.a mendoakan agar keturunan Tsabit
kelak akan menjadi orang orang yang utama di zamannya, dan doa itu pun terkabul
dengan hadirnya Imam hanafi, namun tak lama kemudian ayahnya meninggal dunia.

Metode yang digunakan dalam menetapkan hukum (istinbat) berdasarkan pada


tujuh hal pokok :

1. Al Quran sebagai sumber dari segala sumber hukum.


2. Sunnah Rasul sebagai penjelasan terhadap hal hal yang global yang ada dalam
Al Quran.
3. Fatwa sahabat (Aqwal Assahabah) karena mereka semua menyaksikan
turunnya ayat dan mengetahui asbab nuzulnya serta asbabul khurujnya hadis dan
para perawinya. Sedangkan fatwa para tabiin tidak memiliki kedudukan sebagaimana
fatwa sahabat.
4. Qiyas (Analogi) yang digunakan apabila tidak ada nash yang sharih dalam Al
Quran, Hadis maupun Aqwal Asshabah.
5. Istihsan yaitu keluar atau menyimpang dari keharusan logika menuju hukum lain
yang menyalahinya dikarenakan tidak tepatnya Qiyas atau Qiyas tersebut berlawanan
dengan Nash.
6. Ijma yaitu kesepakatan para mujtahid dalam suatu kasus hukum pada suatu
masa tertentu.
7. Urf yaitu adat kebiasaan orang muslim dalam suatu masalah tertentu yang tidak
ada nashnya dalam Al Quran, Sunnah dan belum ada prakteknya pada masa
sahabat.
Karya besar yang ditinggalkan oleh Imam hanafi yaitu Fiqh Akhbar, Al Alim
Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.
IMAM MALIK

bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas


bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin
Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris Al Asbahi,
lahir di Madinah pada tahun 712-796 M.
Berasal dari keluarga Arab yang terhormat dan
berstatus sosial yang tinggi, baik sebelum
datangnya islam maupun sesudahnya, tanah
asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah
nenek moyangnya menganut islam mereka
pindah ke Madinah, kakeknya Abu Amir adalah
anggota keluarga pertama yang memeluk
agama islam pada tahun ke dua Hijriah.

Kakek dan ayahnya termasuk ulama hadis terpandang di Madinah, oleh sebab itu,
sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu, karena
beliau merasa Madinah adalah kota sumber ilmu yang berlimpah dengan ulama
ulama besarnya. Imam Malik menekuni pelajaran hadis kepada ayah dan paman
pamannya juga pernah berguru pada ulama ulama terkenal seperti Nafi bin Abi
Nuaim, Ibnu Syihab Al Zuhri, Abu Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said Al Anshari,
Muhammad bin Munkadir, Abdurrahman bin Hurmuz dan Imam Jafar AsShadiq.

Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam


dunia pendidikan, tidak kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun
Arrasyid dan Al Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu
Hanifah dan Imam Syafii pun pernah menimba ilmu darinya, menurut sebuah riwayat
disebutkan bahwa murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300 orang. Ciri
pengajaran Imam malik adalah disiplin, ketentraman dan rasa hormat murid terhadap
gurunya.

Karya-karya Imam Malik


Karya Imam malik
terbesar adalah bukunya Al Muwatha yaitu kitab fiqh yang berdasarkan himpunan
hadis hadis pilihan, menurut beberapa riwayat mengatakan bahwa buku Al Muwatha
tersebut tidak akan ada bila Imam Malik tidak dipaksa oleh Khalifah Al Mansur
sebagai sangsi atas penolakannya untuk datang ke Baghdad, dan sangsinya yaitu
mengumpulkan hadis hadis dan membukukannya, Awalnya imam Malik enggan untuk
melakukannya, namun setelah dipikir pikir tak ada salahnya melakukan hal tersebut
Akhirnya lahirlah Al Muwatha yang ditulis pada masa khalifah Al Mansur (754-775 M)
dan selesai di masa khalifah Al Mahdi (775-785 M), semula kitab ini memuat 10 ribu
hadis namun setelah diteliti ulang, Imam malik hanya memasukkan 1.720 hadis.
ABU HURAIRAH

Biografi Singkat Abu Hurairah


Abu Hurairah lahir pada tahun 21 sebelum
Hijriyah. pada masa Jahiliyah, sebelum ia msuk
Islam, namanya Abu Syamsi. ia Masuk Islam pada
tahun ke-7 Hijriyah, ketika perang Khaibar sedang
berkecamuk. Abu hurairah langsung terjun ke
dalam perang tersebut. setelah ia msuk Islam,
Nabi SAW memberinya nama Abdurahman.
Abu Huraurah sangat menyenangi seekor kucing,
sehingga sering kucing itu digendong, dirawat,
diberi makan dan bagi kucing itu disediakan
tempat khusus. maka beliau digelari pula dengan
Abu Hurairah, yang artinya orang yang
menyanyangi kucing. Nama lengkap Beliau adalah
Abu Hurairah bin Shakhkhar. Ibunya adalah
Maimunah, yang sempat masuk Islam sebelum
wafatnya.
Abu Hurairah adalah seorang di antara Muhajirin yang miskin, Ia termasuk salah
seorang Ahlush Shuffah, yaitu sahabat yang tinggal di Madinah. Beliau tidak punya
rumah untuk tinggal, tidak punya tanah untuk bercocok tanam, tidak punya barang
dagangan untuk dijual. walaupun demikian beliau tegar dalam menghadapi hudup
dan sanggup menerima SAW seara baik bahkan beliau orang yang paling banyak
menghafal dan meriwayatkan hadits-hadits.
Nabi SAW daripada sahabat-sahabat Nabi yang lain. Para Perawi hadits banyak
meriwayatkan hadits dari beliau.
Iman Syafii pernah berkata: Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak
menghafal hadits bila dibandingi dengan perawi-perawi di masanya.
Abu Hurairah adalah seorang ahli ibadah, begitu juga istri dan anaknya. Mereka
semua biasa bangun pada malam hari secara bergiliran. Beliau bangun pada
sepertiga malam kedua dan kemudian anaknay pada seprtiga malam terakhirnya.
Pada masa Khalifah Umar bin Khatab beliau pernah diangkat menjadi gubernur
Bahrain. Beliau wafat pada tahun ke-59 Hijriyah dalam usia 78 tahun.
Wallahu Alam
Biografi Singkat Abdulah Bin Masud
Nama lengkapnya adalah Abdulah bin Masud bin Ghafil bin Hamid al-Hadzaly,
tetapi terkenal dengan Ibnu Masud saja.
Beliau termasuk sahabat yang tertua dan utama orang keenam masuk Islam dan
sangat dekat dengan Rasullulah SAW. Pada masa remaja beliau pernah bekerja
sebagai pengembala kambing milik Uqbah bin Muith. Pada waktu itulah Nabi SAW.
berkata kepadanya: Engkau akan menjadi orang terpelajar.
Beliau hidup miskin, tak punya harta benda, badanya kecil dan kurus, serta tidak
berpangkat; kedudukan dan keduniannya jauh berada di bawah. Sebelum masuk
Islam beliau sangat takut berjalan dihadapan pemimpin Quarisy. Tetapi setelah
masuk Islam beliau sengaja tanpa rasa takut berjalan di hadapan pemuka-pemuka
Quarisy Yang berada di samping Kabah, dan
Mengumandangkan wahyu Ilahi (ayat-ayat Al-Quran) di hadapan Mereka.
Kelebihan-kelebihan :
* Hafal Al-Quran 30 juz.
* Ahli mengenai arti dan makna Al-Quran.
* Luas Ilmunya tentang fiqh.
* Telah mendapat izin dari Rasulullah SAW untuk memasuki rumah beliau, siang ata
upun malam.
* Kuat Ibadah dan penuh taqwa.
* Tidak suka memburu pangkat, mengejar kedudukan, serta memperbutkan
kekuasaan dan kekayaanya.
* Merupakan orang pertama yang mengumandangkan ayat Al-Quran didepan
masyarakat Mekkah.
Pada masa Khalifah Umar beliau diangkat menjadi Qadhi(hakim) dan ketua Bait Al-
Maal(bagian perbendaharaan kaum muslimin) di kufah. banyak merwayatkan hadits
dalam kitab hadits Bukhari dan Muslimin serta kitab-kitab lainya. Beliau wafat di
Madinah pada tahun 32 H dan dimakamkan di pekuburan Baqi.
Demikian riwayat hidup Ibnu Masud, seorang yang berperawakan kurus, kecil, anak
miskin terlunta-lunta, (yang semula) tak punya pengaruh dan kedudukan. tapi Allah
melebihkan beliau menjadikannya sahabat Nabi yang utama, sebagai as-Saabiquun
al-Awwaliin (orang terdahulu beriman), dan penerima kabar gembira berupa jaminan
surga yang penuh kenikmatan.
HASAN AL BASHRI

Suatu hari ummahatul


muminin, Ummu
Salamah, menerima
khabar bahwa mantan
maula (pembantu
wanita)-nya telah
melahirkan seorang
putera mungil yang
sehat. Bukan main
gembiranya hati Ummu
Salamah mendengar
berita tersebut.
Diutusnya seseorang
untuk mengundang
bekas pembantunya itu
untuk menghabiskan
masa nifas di rumahnya.

Ibu muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat
disayangi oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul muminin kepada bekas
maulanya itu, membuat ia begitu rindu untuk segera melihat puteranya. Ketika
Khairoh dan puteranya tiba, Ummu Salamah memandang bayi yang masih merah itu
dengan penuh sukacita dan cinta. Sungguh bayi mungil itu sangat menawan.
Sudahkah kau beri nama bayi ini, ya Khairoh? tanya Ummu Salamah. Belum ya
ibunda. Kami serahkan kepada ibunda untuk menamainya jawab Khairoh.
Mendengar jawaban ini, ummahatul muminin berseri-seri, seraya berujar Dengan
berkah Allah, kita beri nama Al-Hasan. Maka doapun mengalir pada si kecil, begitu
selesai acara pemberian nama.

Al-Hasan bin Yasar atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama
generasi salaf terkemuka hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang isteri
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam: Hind binti Suhail yang lebih terkenal
sebagai Ummu Salamah. Beliau adalah seorang puteri Arab yang paling sempurna
akhlaqnya dan paling kuat pendiriannya, ia juga dikenal sebelum Islam sebagai
penulis yang produktif. Para ahli sejarah mencatat beliau sebagai yang paling luas
ilmunya di antara para isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.

Waktu terus berjalan. Seiring dengan semakin akrabnya hubungan antara Al-Hasan
dengan keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, semakin terbentang luas
kesempatan baginya untuk beruswah (berteladan) pada keluarga Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam. Pemuda cilik ini mereguk ilmu dari rumah-rumah
ummahatul muminin serta mendapat kesempatan menimba ilmu bersama sahabat
yang berada di masjid Nabawiy.

Ditempa oleh orang-orang sholeh, dalam waktu singkat Al-Hasan mampu


meriwayatkan hadist dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asyari,
Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik dan sahabat-sahabat
RasuluLlah lainnya. Al-Hasan sangat mengagumi Ali bin Abi Thalib, karena keluasan
ilmunya serta kezuhudannya. Penguasan ilmu sastra Ali bin Abi Thalib yang
demikian tinggi, kata-katanya yang penuh nasihat dan hikmah, membuat Al-Hasan
begitu terpesona.

Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq,
dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-
Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-
masjid yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabiin
banyak yang sering singgah ke kota ini.Di Basrah, Hasan Al-Basri lebih banyak
tinggal di masjid, mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau, Hasan Al-Basri
banyak belajar ilmu tafsir, hadist dan qiroat. Sedangkan ilmu fiqih, bahasa dan
sastra dipelajarinya dari sahabat-sahabat yang lain. Ketekunannya mengejar dan
menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat alim dalam berbagai ilmu. Ia
terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.
ALFARAZDAQ

Biografi

Alfarazdaq lahir pada tahun 38H. Nama


aslinya Hammam dan kunyah-nya Abu
Firas. Adapun nama lengkapnya adalah
Hammam bin Ghalib bin Shashaah bin
Najiyah bin Iqal bin Muhammad bin
Sufyan bin Mujasyi bin Darim dari
kabilah At-Tamimi. Dan nama
lengkapnya dalam versi bahasa Arab:

Kakeknya yang bernama Shashaah bin


Najiyah adalah seorang pemuka kaum
dan tokoh yang terpandang di zaman
Jahiliyyah. Dikisahkan bahwa ia pernah
membeli/menyelematkan 30 maw-uudah (bayi perempuan yang baru lahir dan
hendak dikubur hidup-hidup oleh orang tuanya).

Alfarazdaq adalah julukan yang diberikan oleh orang-orang kepadanya. Kenapa ia


dijuluki dengan Alfarazdaq? Karena ketebalan wajahnya.

Alfarazdaq adalah seorang penyair hebat, dan pengaruhnya dalam ilmu bahasa
sangatlah besar. Bahkan ada yang mensejajarkannya dengan Zuhair bin Abi Sulma,
seorang penyair Jahiliyyah kelas nomor wahid.

Dalam hal ini, Alfarazdaq sendiri pernah mengatakan: Penyair Islam ada 4 orang,
yaitu saya, Jarir, Al-Akhthal dan Kaab Al-Aysqari.

Jika disebut nama Alfarazdaq, secara otomatis akan muncul dua nama penyair lain,
yaitu Jarir dan Al-Akhthal. Kenapa bisa? Karena mereka sering terlibat peperangan
antar sesama, saling menyerang satu sama lain dengan bait-bait syairnya, namun
dalam konteks hinaan, mencela dan merendahkan. Sehingga kisah perseteruan
mereka sudah tidak asing lagi bagi pelajar sastra Arab.
Alfarazdaq termasuk pemuka suku yang berwibawa, disegani dan dihormati di
kabilahnya. Ia selalu melindungi orang-orang yang meminta pertolongan dengan
perantara makam ayahnya.
Alfarazdaq bisa dikategorikan sebagai tabiin, karena ia mendapati beberapa sahabat
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Disebutkan dalam sebuah riwayat,
bahwa dia pernah bertemu dengan sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu
sebagaimana yang ia kisahkan sendiri, Alfarazdaq berkata: Aku bertemu dengan
Abu Hurairah di Syam, dan dia bertanya kepadaku: Kamu Alfarazdaq?, aku jawab:
Iya. Dia bertanya kembali: Kamu adalah penyair?, aku jawab: Iya. Lalu dia
berkata: Jika kamu masih hidup, kamu akan mendapati suatu kaum yang
mengatakan kepadamu: Tidak ada taubat bagimu. Bagaimanapun kondisinya,
jangan pernah sekali-kali kamu memutus harapanmu dari Allah.

Dan disebutkan pula, bahwa Alfarazdaq sempat memberikan saran dan masukan
kepada Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma ketika hendak pergi ke
Kufah (Iraq) dan sebelum ia terbunuh. Dia mengabarkan bahwa hati penduduk
Kufah bersamamu, namun pedang mereka bersama Bani Umayyah.
ABU QASIM AL-ZAHRAWI

Abu Qasim al-Zahrawi adalah seorang


pioner dalam ilmu bedah modern. Beliau
merevolusi ilmu bedah klasik dan
meletakkan kaidah-kaidah bedah yang
menjadi pijakan ilmu bedah modern saat ini.

Al-Zahrawi menemukan metode dan alat-


alat bedah baru yang memudahkan para
pasien. Ia juga memiliki 30 jilid ensiklopedi
bedah yang dijadikan rujukan utama ilmu
bedah di Eropa selama beberapa abad dan
menjadi pijakan ilmu kedokteran modern.

Abul Qasim Khalaf bin al-Abbas- al-Zahrawi,


orang-orang Barat mengenalnya dengan
Abulcasis. Dilahirkan pada tahun 936 dan wafat tahun 1013 M di Kota al-Zahra,
al-Zahrawi mengabdi pada kekhalifahan Bani Umayyah II di Cordoba, Andalusia.
Awalnya ia dikenal sebagai seorang fisikawan, sampai akhirnya ia
memperkenalkan teori-teori dan alat-alat bedah dalam ilmu kedokteran, barulah
orang-orang mengenalnya sebagai dokter ahli bedah (al-Hassani, 2005: 167).
Pencapaian al-Zahrawi dalam ilmu bedah sangat banyak dan luar biasa,
sampai-sampai ia dianggap sebagai orang pertama yang menjadikan ilmu bedah
sebagai spesialisasi tersendiri dalam ilmu kedokteran. Al-Zahrawi adalah di
antara orang pertama yang menemukan alat-alat bedah dan menemukan teori
mengikat organ tubuh saat pembedahan yang tujuannya untuk mencegah
pendarahan. Selain itu, ia juga membuat benang untuk menjahit bekas bedah
dan orang pertama yang menggunakan suntik.

Karyanya yang paling fenomenal adalah At-Tashrif Liman Ajiza an Talif, sebuah
ensiklopedi kedokteran yang disusun dalam 30 jilid buku. Buku yang selesai
penulisannya pada tahun 1000 ini berisikan tentang berbagai topik medis
termasuk tentang kesehatan gigi dan melahirkan. At-Tashrif disusun selama 50
tahun karir kedokteran al-Zaharawi, baik pelatihan, mengajar, dan praktek.

Muku ini juga memuat tentang pentingnya hubungan positif antara dokter dan
pasien. Ia juga menulis tentang kasih sayangnya terhadap murid-muridnya yang
ia disebut sebagai anak-anak saya. Ia menekankan pentingnya merawat
pasien tanpa memandang status sosial mereka dan mendorong pengamatan
secara persuasif terhadap kasus-kasus individu untuk membuat diagnosis yang
paling akurat dan perawatan yang sebaik mungkin.
HASAN AL IBN NAFI

Menurut sejarawan muslim Ibn Hayyan,


gelar Ziryab alias si burung hitam
disematkan kepada Abul-Hasan Al Ibn Nafi,
karena pria kelahiran Baghdad 789 M ini,
memiliki kulit legam. Namun suaranya jernih
dan perilaku yang mengesankan. Dan
dalam blantika seni, Ziryab mencatatkan
namanya sebagai salah satu pelopor dalam
dunia seni musik dan suara.

Sejumlah sejarawan Arab menyatakan


bahwa Ziryab adalah seorang budak yang
kemudian dibebaskan. Lalu ia menjadi
pelayan keluarga Al-Mahdi, khalifah
Baghdad pada masa dinasti Abbasiah. Tak
lama kemudian ia menjadi musisi istana
pada masa khalifah Harun Al-Rasyid, penerus Al-Mahdi setelah dia mangkat. Harun
memang terkenal sebagai khalifah yang gandrung akan musik. Tak heran jika ia
memboyong banyak musisi ke istananya di Baghdad.

Kala itu yang menjadi musisi kesayangan Harun adalah Ishaq Al-Mawsili. Untuk
mencetak kader musisi istana, Ishaq pun mendapatkan izin untuk membuka sekolah
musik di istana. Salah satu muridnya adalah Ziryab, yang telah bekerja di istana
beberapa tahun sebelumnya. Si burung hitam, ternyata murid yang cerdas dan
memiliki pendengaran yang tajam.

Di luar pelajaran, ia bahkan kerap mencuri dengar dan mempelajari lagu yang
didendangkan gurunya. Padahal lagu-lagu Ishaq terkenal begitu kompleks dan tak
mudah dipahami. Bahkan oleh seorang pakar musik sekalipun. Namun Ziryab
mampu menyerap dan memperkaya wawasannya tentang musik.

Ishaq sendiri tak mengetahui sejauh mana muridnya ini menguasai ilmu musik yang
diajarkannya. Hingga suatu saat Harun Al-Rasyid meminta Ziryab memainkan musik
di hadapannya. Ziryab memainkan musik dengan bagus. Dengan melodi yang jelas
dan sarat emosi. Ia telah memainkan alat musik buatannya sendiri.

Sang khalifah terpesona atas kemampuan si burung hitam. Dan meminta Ishaq
bersedia membantu Ziryab mengembangkan talentanya itu. Namun nampaknya
sang guru terbakar dengki. Ia merasa posisinya sebagai musisi istana terancam.
Maka ia pun mengancam akan membunuh Ziryab, memintanya untuk meninggalkan
Baghdad setelah memberinya bekal uang.
Dengan terpaksa Ziryab meninggalkan istana dan kota kelahirannya, Baghdad.
Sang khalifah hanya tahu dari Ishaq bahwa Ziryab mengalami gangguan mental
hingga ia meninggalkan Baghdad. Akhirnya, Ziryab beserta keluarganya
meninggalkan Baghdad menuju Mesir.

Dari negeri Spinx ini, ia melanjutkan perjalanan ke Afrika Utara dan akhirnya
terdampar di Tunisia. Pada saat itu, Tunisia berada di bawah kekuasaan dinasti
Aghlabid, dengan khalifah Ziyadat Allah I. Sebenarnya ia disambut dengan baik di
sana, namun ia lebih tertarik melanjutkan perjalanan menuju Kordoba, Spanyol.

Di bawah kendali Bani Ummayah, Kordoba berkembang dengan cepat menjadi


pusat perkembangan budaya sejajar dengan Baghdad. Ia menilai bahwa kota
tersebut menjadi tempat yang cocok bagi perkembangan bakatnya. Sebelum
berangkat, Ziryab menuliskan surat untuk Al-Hakam, khalifah yang berkuasa,
menceritakan kemampuan bermusiknya.

Tak lama berselang, Al-Hakam membalas surat tersebut. Mengundang Ziryab untuk
bertandang ke istana. Ia pun dijanjikan gaji dan fasilitas yang besar. Kegembiraan
membuncah di dadanya. Maka ia beserta keluarganya segera berkemas dan
menyeberang selat Gibraltar. Pada 822 ia mendarat di Spanyol.

Namun ia sangat terpukul mendengar Al-Hakam ternyata telah meninggal dunia.


Seketika ia merasa kecewa dan akan kembali ke Afrika Utara. Namun kemudian ia
bertemu dengan seorang musisi penganut Yahudi yang mengabdi di istana di
Kordoba, Abu al-Nasr Mansur. Ia merekomendasikan Ziryab kepada khalifah baru,
Abd al-Rahman II, yang kemudian mengundangnya ke istana.

Keduanya ternyata sebaya, berumur 33 tahun, dan mereka cocok dalam berbagai
ide. Ziryab diterima di istana, dan mendapatkan gaji besar serta berbagai fasilitas. Ia
pun dianugerahi lahan pertanian produktif. Ziryab semakin akrab dengan Abd
Rahman dan selalu terlibat dalam pembicaran mengenai berbagai hal seperti
sejarah, seni maupun sains.

Tak lama berselang, ia mengemban tugas sebagai menteri kebudayaan. Salah satu
proyek pertamanya adalah mendirikan sekolah musik. Yang terbuka bagi mereka
yang memiliki talenta. Baik dari kalangan berpunya maupun kaum fakir. Sekolah ini
dalam beberapa waktu telah maju pesat, dibarengi berbagai penemuan baik dalam
gaya maupun instrumen musik.

Selain mengajarkan musik, dengan cepat ia mengenalkan berbagai inovasinya


dalam bidang musik. Hingga ia mendapat gelar, yang dalam istilah ensiklopedia
Islam sebagai pencetus tradisi musik bagi muslim spanyol. Ia melakukan revolusi
dalam bermusik. Ia adalah orang yang pertama kali mengenalkan lute (sejenis sitar)
secara umum kepada orang-orang Spanyol dan Eropa.
ABBAS BIN FIRNAS

Pada abad ke-8, seorang


Muslim Spanyol, Abbas Ibnu
Firnas, telah menemukan,
membangun, dan menguji
konsep pesawat terbang.
Konsep pesawat terbang Ibnu
Firnas inilah yang kemudian
dipelajari Roger Bacon lepas
500 tahun setelah Ibn Firnas
meletakkan teori-teori dasar
pesawat terbang.
Nama lengkap beliau
adalah Abbas Qasim bin
Firnas. Ia terlahir di Izn-Rand
Onda, Andalusia pada tahun
810 M dan menjalani masa
kehidupannya di Cordoba. Ilmuwan penemu serba bisa ini meninggal tahun
887 M/274 H, tepatnya sekitar 12 tahun setelah ia melakukan uji coba terbang
keduanya. Cedera yang dialaminya saat melakukan uji coba penerbangan itu
membuat kondisi kesehatannya semakin memburuk. Sejarawan Barat, Philip
K Hitti yang merupakan penulis buku History of The Arabs, menempatkan
Ibnu Firnas sebagai salah satu tokoh besar dan manusia pertama dalam
sejarah yang melakukan uji coba dalam bidang penerbangan.

Sekitar 200 tahun setelah Bacon atau 700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas,
barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan. Pada tahun 875,
Ibnu Firnas membuat sebuah prototipe atau model pesawat terbang dengan
meletakkan bulu pada sebuah bingkai kayu. Inilah catatan dokumentasi
pertama yang sangat kuno tentang pesawat terbang layang.
Ibnu Firnas merupakan ilmuwan yang sangat antusias dalam melakukan
penelitian ilmiah. Ia bahkan disebut-sebut sebagai orang pertama yang
berusaha melakukan percobaan penerbangan di udara. Dalam bidang ilmiah,
ia memusatkan perhatiannya pada bidang ilmu-ilmu pasti (matematika) dan
ilmu alam (fisika). Di antara bukti kecemerlangan otaknya dalam bidang ini
adalah keberhasilannya dalam membuat atap rumahnya yang menyerupai
bola langit. Hasil karyanya itu juga dilengkapi oleh sebuah perangkat yang
mampu memperlihatkan gambaran tentang bintang, awan, kilat, dan halilintar
di langit sebagaimana aslinya.
Salah satu dari dua versi catatan konstruksi pesawat terbang Ibnu Firnas
menyebutkan, setelah menyelesaikan model pesawat terbang yang
dibuatnya, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk datang dan
menyaksikan hasil karyanya itu.
Warga Cordoba saat itu menyaksikan dari dekat menara tempat Ibnu Firnas
akan memperagakan temuannya. Namun karena cara meluncur yang kurang
baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya.
Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah
yang memaksa Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Versi kedua catatan ini menyebutkan, Ibnu Firnas lalai memperhatikan
bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa
untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya.
Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan pesawat
ciptaannya dengan sempurna.
Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada
proyek-proyek penelitian di dalam ruangan (laboratorium). Dia pun meneliti
gejala alam dan mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat. Ibnu
Firnas berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dan kristal.
Sayang, tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 888, Ibnu Firnas wafat dalam
keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat
kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.
Sekilas tentang Ibnu firnas Abbas Ibnu Firnas atau Abbas Qasim Ibnu Firnas
(dikenal dengan nama Latin Armen Firman) dilahirkan di Ronda, Spanyol
pada tahun 810 M. Dia dikenal sebagai orang Barbar yang ahli dalam bidang
kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan
barang- barang berteknologi baru saat itu.
Pria yang suka bermain musik dan puisi ini hidup pada saat pemerintahan
Khalifah Umayyah di Spanyol (dulu bernama Andalusia). Masa kehidupan
Ibnu Firnas berbarengan dengan masa kehidupan musikus Irak, Ziryab.
Pada tahun 852, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu
Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba saat itu.
Dia ingin melakukan ujicoba terbang dari menara Masjid Mezquita dengan
menggunakan `sayap atau jubah tanpa lengan yang dipasangkan di
tubuhnya.
Dia berhasil mendarat walaupun dengan cedera ringan. Alat yang digunakan
Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal dengan parasut pertama di dunia.
Menara Masjid Mezquita di Cordoba menjadi saksi bisu perwujudan konsep
pertama pesawat terbang yang lahir dari pemikiran seorang Muslim.
Keberhasilannya itu tidak lantas membuat Ibnu Firnas berdiam diri. Dia kembali
melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori dari
gejala-gejala alam yang diperhatikannya.
Karya-karya baru pun bermunculan dari buah pemikiran Ibnu Firnas. mulai dari
puisi, kimia, sampai astronomi, semuanya dipelajarinya dengan satu tujuan,
yaitu mampu memberikan manfaat bagi umat manusia.
Di antara hasil karyanya yang monumental adalah konsep tentang terjadinya
halilintar dan kilat, jam air, serta cara membuat gelas dari garam. Ibnu Firnas
juga membuat rantai rangkaian yang

menunjukkan pergerakan benda-benda planet dan bintang. Selain itu, Ibnu


Firnas pun menunjukkan cara bagaimana memotong batu kristal yang saat itu
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Mesir.

Sejarah mencatat, pada tanggal 12 Juni 1979, Bryan L. Allen berhasil


menerbangkan pesawat bertenaga manusia yang disebut Albatross
Gossamer melintasi Selat Inggris. Penerbangan itu berlangsung 2 jam dan 49
menit pada ketinggian rata-rata 1.5m (5ft).
IBNU ABD RABBIHI

Lintasan masa menarik seseorang


untuk mengabdikannya. Lalu,
lahirlah sebuah risalah atau uku.
SAlah satu sosok yang memiliki
kemampuan untuk mengisahkan
kembali lintasan masa itu adalah
Ahmad Ibnu Muhammad Abd
Rabbihi.
Ia lebih dikenal dengan nama
pendeknya, Ibnu Abd Rabbihi atau
Ibnu Abd Rabbih. Ia lahir di Kordoba,
Spanyol pada 860 Masehi. Di sisi
lain, ia memiliki kehalusan rasa
karena akrab bergelut dengan kata.
Ia mengungkapkan segala rasa
dalam bentuk puisi.
Ibnu Abd Rabbihi tidak hanya
menguasai kajian sejarah, tetapi juga
akrab dengan sastra dan kajian adab. Dalam bidang sejarah, pernah
menuliskan sejumalah karya yang member kontribusi bagi perkembangan
penulisan sejarah pada masa berikutnya.
Salah satu karya sejarah Ibnu Abd Rabbihi berjudul Urjuza yang memang bukan
sepenuhnya karya sejarah. Sebab, ia menuangkan pula puisi dalam karya ini.
Ia menggambarkan peperangan yang dialami pasukan Dinasti Umayyah saat
di bawah kekuasaan Abd Al Rahman Al Nashir.
Ibnu Abd Rabbihi mampu dengan perinci mengisahkan sejumlah peperangan
pasukan Al Nashir. Sebab, beberapa kali ia mengikuti ekspedisi yang
dilakukan oleh pasukan Al Nashir. Dengan demikian, ia melihat secara
langsung pertempuran yang terjadi.
Ada dua karya lain yang sejenis dengan apa yang ditulis oleh Ibnu Abd Rabbihi,
mengenai pperangan pasukan Al Nashir. Yaitu, Akhbar Majmua fi Fath Al
Andakus atau Catatan tentang Panuklukan Andalusia, tak diketahui siapa
penulis karya ini.
Sedangkan tulisan lainnya, berjudul Tarikh Ifititah Al Andalus, karya seorang
sejarawan bernama Ibnu Al Qutiya. Laman Muslimheritage mengungkapkan,
Ibnu Abd Rabbihi memang tak dikenal sebagai sejarawan sekaliber Ibnu
Khaldun misalnya.
Namun, karya sejarahnya yang dibalut dengan muatan sastra menjadi daya tarik
tersendiri. Tak heran jika namanya lebih berkilau dalam bidang sastra dan
kajian adab. Melalui kemampuannya dalam bidang sastra, ia menjalin
hubungan dekat dengan kalangan istana.
Ibnu Abd Rabbihi memiliki hubungan baik dengan khalifah dan para pangeran.
Mereka tertarik dengan kemampuan Ibnu Abd Rabbihi dalam membuat puisi
dan syair. Keindahan bahasa yang digunakannya telah memikat banyak
orang di istana.
Satu dari sejumlah karya yang melambungkan namanya adalah antologi puisi
berjudul Al Iqd Al Farid atau The Unique Necklace. Antologi ini terdiri atas 25
bagian. Pada bagian ke-13, ia member judul Kalung Permat.
Beberapa bab lainnya juga diberi judul dari nama-nama perhiasan indah lainnya.
Karya ini menyerupai buku adab karangan Ibnu Qutaybah yang berjudul Uyun
al Akhbar dan sebagian tulisan-tulisan yang dibuat oleh seorang ilmuwan
bernama Al Jahiz.
Meskipun Ibnu Abd Rabbihi banyak menulis karya sastra dan puisi, hingga saat
ini tak banyak kumpulan puisinya dengan bahasa indah yang masih tersisa.
Paling tidak, ada dua karya puisinya yang masih tersisa, yaitu Yatima al-
Dahr dan Nafh al-Tip.
Ibnu Abd Rabbihi, yang dikenal dekat dengan kehidupan istana, pernah menulis
tentang jabatan-jabatan yang ada di istana, terutama jabatan sekretaris
negara. Pada masanya, hal tentang sekretaris dan kesekretariatan lebih
banyak dikenal oleh para sastrawan.
Sebab, profesi tersebut membutuhkan kepiawaian dalam menyusun kata-kata
yang indah dan keterampilan tersendiri dalam bidang sastra. Ibnu Abd
Rabbihi menuliskan daftar jenis sekretaris apa saja yang bekerja di kantor-
kantor administrasi negara.
George A Makdisi dalam Cita Humanisme Islam mengungkapkan, daftar jenis
sekretaris yang dibuat oleh Ibnu Abd Rabbihi ini ditemukan dalam sebuah
tulisan anekdot yang berhubungan dengan Amr Ibnu Mas'adah, yang
meninggal dunia pada 832 Masehi.
Ibnu Abd Rabbihi menuliskan lima jenis sekretaris, yaitu, Katib Kharaj, yang
merupakan sebutan untuk sekretaris yang berhubungan dengan urusan pajak
tanah. Jenis kedua adalah katib rasa'il yang merupakan sebutan untuk
sekretaris kantor administrasi dan kearsipan.
Sedangkan jenis ketiga adalah katib hakim atau sering pula disebut katib qadhi.
Menurut Ibnu Abd Rabbihi, jenis ini merupakan sekretaris kehakiman.
Sekretaris tersebut membantu dalam mempermudah pekerjaan para hakim
dalam kearsipan.
Umar bin Abdul Aziz

Pada tahun63 H/682M Umar bin


Abdul Azizi yang memiliki nama lengkap
Umar bin Abdul Aziz bin Marwaan bin
Hakam bin abil-'Aas bin Umayyah bin
'Abdish-Syams bin Abdul Manaf bin
Qusay bin Kilaab. Lahir dikota Madinah.
Berdasarkan darah keturunan, Umar bin
Abdul Aziz masih seketurunan dengan
Umar bin Khattab. Laila Ummu Asim binti
Asim bin Umar bin Khattaab adalah cucu
dari Umar bin Khattab. Sehingga
menyebabkan suatu kebiasaan bagi
Umar bin Abdul Aziz sering berkunjung
ke rumah paman ibunya yaitu Abdullah
bin Umar bin Khattab, setiap pulang
berkunjung beliau selalu berkata kepada ibunya bahwa ia ingin hidup sperti
kakeknya yaitu Umar bin Khattab. Keinginan itu menjadi cita-cita serta
membentuk beliau menjadi seorang khalifah yang terkenal dengan akhlak
mulia, jujur, adil, bijaksana, tawadhu, alim serta santun. Sejak kecil Umar bin
Abdul Aziz dikenal dengan anak yang cerdas, beliau adalah salah satu
penghapal Al-Quran sehingga dikirim oleh ayahnya kepada guru penghapal
Al-Quran serta belajar Ilmu pengetahuan yang lainnya. Ia mendpaat
pengajaran serta bimbingan yang baik. Beliau mulai berkenalan dengan
berbagai kalangan orang di Madinah, begitu juga dalam hal Ilmu pengetahuan
diperkenalkan pada ilmu agama, pengkajian Ulumul Quran, Ulumul Hadist,
tafsir dan lainnya.

Pada tahu 85 H (704 M) ayahnya wafat. Pamannya Khalifah Abdul Malik bin
Marwan membawanya ke Damaskus dan serta dinikahkan dengan putrinya
yang bernama Fatimah.

Pada tahun 87 H, Umar bin abdul Aziz diangkat menjadi gubernur Hedjaz di
wilayah Madinah, waktu itu masa pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul
Malik, atau al-Walid 1. Ini merupakan pengalam pertama bagi beliau dalam
jabatan sebagai amir di usia yang masih muda yaitu 24 tahun, namun dengan
kecakapan, kecerdasan, serta kebijaksanaanya beliau berhasil menjadi
gubernur di usianya. Pada saat menjabat sebagai gubernur langkah pertama
yang dilakukan adalah membentuk Dewan Penasehat yang beranggotakan
10 ulama berpengaruh di kota itu untuk bersama-sama mendiskusikan
berbagai masalah penting yang berkaitan dengan urusan agama,
pemerintahan, serta rakyat. Beliau membangun kesatuan anatara ulama dan
umara (penguasa).

Pada Tahun 88 H (697 M) Umar binAbdul Aziz dipercaya sebagai pengawas


pelaksanaan pembangunan pembongkaran Masjid Nabawi. Namun walaupun
telah bekarja semaksimal mungkin namun masih ada yang iri bahkan oleh
Hajjaj bi Yusuf as-Saqafi, menuduh Umar bin Abdul Aziz sebagai koruptor,
pelanggar aturan, dan KKN, akibatnya beliau diberhentikan sebagai
Gubernur, namun semua tuduhan tersebut tidak terbukti.

Pada tahun 97 H beliau dipercaya kembali menjabat sebagai al-Katib (sekertaris


istana) oleh Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan.

Anda mungkin juga menyukai