Kakek dan ayahnya termasuk ulama hadis terpandang di Madinah, oleh sebab itu,
sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu, karena
beliau merasa Madinah adalah kota sumber ilmu yang berlimpah dengan ulama
ulama besarnya. Imam Malik menekuni pelajaran hadis kepada ayah dan paman
pamannya juga pernah berguru pada ulama ulama terkenal seperti Nafi bin Abi
Nuaim, Ibnu Syihab Al Zuhri, Abu Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said Al Anshari,
Muhammad bin Munkadir, Abdurrahman bin Hurmuz dan Imam Jafar AsShadiq.
Ibu muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat
disayangi oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul muminin kepada bekas
maulanya itu, membuat ia begitu rindu untuk segera melihat puteranya. Ketika
Khairoh dan puteranya tiba, Ummu Salamah memandang bayi yang masih merah itu
dengan penuh sukacita dan cinta. Sungguh bayi mungil itu sangat menawan.
Sudahkah kau beri nama bayi ini, ya Khairoh? tanya Ummu Salamah. Belum ya
ibunda. Kami serahkan kepada ibunda untuk menamainya jawab Khairoh.
Mendengar jawaban ini, ummahatul muminin berseri-seri, seraya berujar Dengan
berkah Allah, kita beri nama Al-Hasan. Maka doapun mengalir pada si kecil, begitu
selesai acara pemberian nama.
Al-Hasan bin Yasar atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama
generasi salaf terkemuka hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang isteri
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam: Hind binti Suhail yang lebih terkenal
sebagai Ummu Salamah. Beliau adalah seorang puteri Arab yang paling sempurna
akhlaqnya dan paling kuat pendiriannya, ia juga dikenal sebelum Islam sebagai
penulis yang produktif. Para ahli sejarah mencatat beliau sebagai yang paling luas
ilmunya di antara para isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.
Waktu terus berjalan. Seiring dengan semakin akrabnya hubungan antara Al-Hasan
dengan keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, semakin terbentang luas
kesempatan baginya untuk beruswah (berteladan) pada keluarga Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam. Pemuda cilik ini mereguk ilmu dari rumah-rumah
ummahatul muminin serta mendapat kesempatan menimba ilmu bersama sahabat
yang berada di masjid Nabawiy.
Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq,
dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-
Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-
masjid yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabiin
banyak yang sering singgah ke kota ini.Di Basrah, Hasan Al-Basri lebih banyak
tinggal di masjid, mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau, Hasan Al-Basri
banyak belajar ilmu tafsir, hadist dan qiroat. Sedangkan ilmu fiqih, bahasa dan
sastra dipelajarinya dari sahabat-sahabat yang lain. Ketekunannya mengejar dan
menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat alim dalam berbagai ilmu. Ia
terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.
ALFARAZDAQ
Biografi
Alfarazdaq adalah seorang penyair hebat, dan pengaruhnya dalam ilmu bahasa
sangatlah besar. Bahkan ada yang mensejajarkannya dengan Zuhair bin Abi Sulma,
seorang penyair Jahiliyyah kelas nomor wahid.
Dalam hal ini, Alfarazdaq sendiri pernah mengatakan: Penyair Islam ada 4 orang,
yaitu saya, Jarir, Al-Akhthal dan Kaab Al-Aysqari.
Jika disebut nama Alfarazdaq, secara otomatis akan muncul dua nama penyair lain,
yaitu Jarir dan Al-Akhthal. Kenapa bisa? Karena mereka sering terlibat peperangan
antar sesama, saling menyerang satu sama lain dengan bait-bait syairnya, namun
dalam konteks hinaan, mencela dan merendahkan. Sehingga kisah perseteruan
mereka sudah tidak asing lagi bagi pelajar sastra Arab.
Alfarazdaq termasuk pemuka suku yang berwibawa, disegani dan dihormati di
kabilahnya. Ia selalu melindungi orang-orang yang meminta pertolongan dengan
perantara makam ayahnya.
Alfarazdaq bisa dikategorikan sebagai tabiin, karena ia mendapati beberapa sahabat
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Disebutkan dalam sebuah riwayat,
bahwa dia pernah bertemu dengan sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu
sebagaimana yang ia kisahkan sendiri, Alfarazdaq berkata: Aku bertemu dengan
Abu Hurairah di Syam, dan dia bertanya kepadaku: Kamu Alfarazdaq?, aku jawab:
Iya. Dia bertanya kembali: Kamu adalah penyair?, aku jawab: Iya. Lalu dia
berkata: Jika kamu masih hidup, kamu akan mendapati suatu kaum yang
mengatakan kepadamu: Tidak ada taubat bagimu. Bagaimanapun kondisinya,
jangan pernah sekali-kali kamu memutus harapanmu dari Allah.
Dan disebutkan pula, bahwa Alfarazdaq sempat memberikan saran dan masukan
kepada Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma ketika hendak pergi ke
Kufah (Iraq) dan sebelum ia terbunuh. Dia mengabarkan bahwa hati penduduk
Kufah bersamamu, namun pedang mereka bersama Bani Umayyah.
ABU QASIM AL-ZAHRAWI
Karyanya yang paling fenomenal adalah At-Tashrif Liman Ajiza an Talif, sebuah
ensiklopedi kedokteran yang disusun dalam 30 jilid buku. Buku yang selesai
penulisannya pada tahun 1000 ini berisikan tentang berbagai topik medis
termasuk tentang kesehatan gigi dan melahirkan. At-Tashrif disusun selama 50
tahun karir kedokteran al-Zaharawi, baik pelatihan, mengajar, dan praktek.
Muku ini juga memuat tentang pentingnya hubungan positif antara dokter dan
pasien. Ia juga menulis tentang kasih sayangnya terhadap murid-muridnya yang
ia disebut sebagai anak-anak saya. Ia menekankan pentingnya merawat
pasien tanpa memandang status sosial mereka dan mendorong pengamatan
secara persuasif terhadap kasus-kasus individu untuk membuat diagnosis yang
paling akurat dan perawatan yang sebaik mungkin.
HASAN AL IBN NAFI
Kala itu yang menjadi musisi kesayangan Harun adalah Ishaq Al-Mawsili. Untuk
mencetak kader musisi istana, Ishaq pun mendapatkan izin untuk membuka sekolah
musik di istana. Salah satu muridnya adalah Ziryab, yang telah bekerja di istana
beberapa tahun sebelumnya. Si burung hitam, ternyata murid yang cerdas dan
memiliki pendengaran yang tajam.
Di luar pelajaran, ia bahkan kerap mencuri dengar dan mempelajari lagu yang
didendangkan gurunya. Padahal lagu-lagu Ishaq terkenal begitu kompleks dan tak
mudah dipahami. Bahkan oleh seorang pakar musik sekalipun. Namun Ziryab
mampu menyerap dan memperkaya wawasannya tentang musik.
Ishaq sendiri tak mengetahui sejauh mana muridnya ini menguasai ilmu musik yang
diajarkannya. Hingga suatu saat Harun Al-Rasyid meminta Ziryab memainkan musik
di hadapannya. Ziryab memainkan musik dengan bagus. Dengan melodi yang jelas
dan sarat emosi. Ia telah memainkan alat musik buatannya sendiri.
Sang khalifah terpesona atas kemampuan si burung hitam. Dan meminta Ishaq
bersedia membantu Ziryab mengembangkan talentanya itu. Namun nampaknya
sang guru terbakar dengki. Ia merasa posisinya sebagai musisi istana terancam.
Maka ia pun mengancam akan membunuh Ziryab, memintanya untuk meninggalkan
Baghdad setelah memberinya bekal uang.
Dengan terpaksa Ziryab meninggalkan istana dan kota kelahirannya, Baghdad.
Sang khalifah hanya tahu dari Ishaq bahwa Ziryab mengalami gangguan mental
hingga ia meninggalkan Baghdad. Akhirnya, Ziryab beserta keluarganya
meninggalkan Baghdad menuju Mesir.
Dari negeri Spinx ini, ia melanjutkan perjalanan ke Afrika Utara dan akhirnya
terdampar di Tunisia. Pada saat itu, Tunisia berada di bawah kekuasaan dinasti
Aghlabid, dengan khalifah Ziyadat Allah I. Sebenarnya ia disambut dengan baik di
sana, namun ia lebih tertarik melanjutkan perjalanan menuju Kordoba, Spanyol.
Tak lama berselang, Al-Hakam membalas surat tersebut. Mengundang Ziryab untuk
bertandang ke istana. Ia pun dijanjikan gaji dan fasilitas yang besar. Kegembiraan
membuncah di dadanya. Maka ia beserta keluarganya segera berkemas dan
menyeberang selat Gibraltar. Pada 822 ia mendarat di Spanyol.
Keduanya ternyata sebaya, berumur 33 tahun, dan mereka cocok dalam berbagai
ide. Ziryab diterima di istana, dan mendapatkan gaji besar serta berbagai fasilitas. Ia
pun dianugerahi lahan pertanian produktif. Ziryab semakin akrab dengan Abd
Rahman dan selalu terlibat dalam pembicaran mengenai berbagai hal seperti
sejarah, seni maupun sains.
Tak lama berselang, ia mengemban tugas sebagai menteri kebudayaan. Salah satu
proyek pertamanya adalah mendirikan sekolah musik. Yang terbuka bagi mereka
yang memiliki talenta. Baik dari kalangan berpunya maupun kaum fakir. Sekolah ini
dalam beberapa waktu telah maju pesat, dibarengi berbagai penemuan baik dalam
gaya maupun instrumen musik.
Sekitar 200 tahun setelah Bacon atau 700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas,
barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan. Pada tahun 875,
Ibnu Firnas membuat sebuah prototipe atau model pesawat terbang dengan
meletakkan bulu pada sebuah bingkai kayu. Inilah catatan dokumentasi
pertama yang sangat kuno tentang pesawat terbang layang.
Ibnu Firnas merupakan ilmuwan yang sangat antusias dalam melakukan
penelitian ilmiah. Ia bahkan disebut-sebut sebagai orang pertama yang
berusaha melakukan percobaan penerbangan di udara. Dalam bidang ilmiah,
ia memusatkan perhatiannya pada bidang ilmu-ilmu pasti (matematika) dan
ilmu alam (fisika). Di antara bukti kecemerlangan otaknya dalam bidang ini
adalah keberhasilannya dalam membuat atap rumahnya yang menyerupai
bola langit. Hasil karyanya itu juga dilengkapi oleh sebuah perangkat yang
mampu memperlihatkan gambaran tentang bintang, awan, kilat, dan halilintar
di langit sebagaimana aslinya.
Salah satu dari dua versi catatan konstruksi pesawat terbang Ibnu Firnas
menyebutkan, setelah menyelesaikan model pesawat terbang yang
dibuatnya, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk datang dan
menyaksikan hasil karyanya itu.
Warga Cordoba saat itu menyaksikan dari dekat menara tempat Ibnu Firnas
akan memperagakan temuannya. Namun karena cara meluncur yang kurang
baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya.
Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah
yang memaksa Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Versi kedua catatan ini menyebutkan, Ibnu Firnas lalai memperhatikan
bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa
untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya.
Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan pesawat
ciptaannya dengan sempurna.
Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada
proyek-proyek penelitian di dalam ruangan (laboratorium). Dia pun meneliti
gejala alam dan mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat. Ibnu
Firnas berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dan kristal.
Sayang, tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 888, Ibnu Firnas wafat dalam
keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat
kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.
Sekilas tentang Ibnu firnas Abbas Ibnu Firnas atau Abbas Qasim Ibnu Firnas
(dikenal dengan nama Latin Armen Firman) dilahirkan di Ronda, Spanyol
pada tahun 810 M. Dia dikenal sebagai orang Barbar yang ahli dalam bidang
kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan
barang- barang berteknologi baru saat itu.
Pria yang suka bermain musik dan puisi ini hidup pada saat pemerintahan
Khalifah Umayyah di Spanyol (dulu bernama Andalusia). Masa kehidupan
Ibnu Firnas berbarengan dengan masa kehidupan musikus Irak, Ziryab.
Pada tahun 852, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu
Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba saat itu.
Dia ingin melakukan ujicoba terbang dari menara Masjid Mezquita dengan
menggunakan `sayap atau jubah tanpa lengan yang dipasangkan di
tubuhnya.
Dia berhasil mendarat walaupun dengan cedera ringan. Alat yang digunakan
Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal dengan parasut pertama di dunia.
Menara Masjid Mezquita di Cordoba menjadi saksi bisu perwujudan konsep
pertama pesawat terbang yang lahir dari pemikiran seorang Muslim.
Keberhasilannya itu tidak lantas membuat Ibnu Firnas berdiam diri. Dia kembali
melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori dari
gejala-gejala alam yang diperhatikannya.
Karya-karya baru pun bermunculan dari buah pemikiran Ibnu Firnas. mulai dari
puisi, kimia, sampai astronomi, semuanya dipelajarinya dengan satu tujuan,
yaitu mampu memberikan manfaat bagi umat manusia.
Di antara hasil karyanya yang monumental adalah konsep tentang terjadinya
halilintar dan kilat, jam air, serta cara membuat gelas dari garam. Ibnu Firnas
juga membuat rantai rangkaian yang
Pada tahu 85 H (704 M) ayahnya wafat. Pamannya Khalifah Abdul Malik bin
Marwan membawanya ke Damaskus dan serta dinikahkan dengan putrinya
yang bernama Fatimah.
Pada tahun 87 H, Umar bin abdul Aziz diangkat menjadi gubernur Hedjaz di
wilayah Madinah, waktu itu masa pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul
Malik, atau al-Walid 1. Ini merupakan pengalam pertama bagi beliau dalam
jabatan sebagai amir di usia yang masih muda yaitu 24 tahun, namun dengan
kecakapan, kecerdasan, serta kebijaksanaanya beliau berhasil menjadi
gubernur di usianya. Pada saat menjabat sebagai gubernur langkah pertama
yang dilakukan adalah membentuk Dewan Penasehat yang beranggotakan
10 ulama berpengaruh di kota itu untuk bersama-sama mendiskusikan
berbagai masalah penting yang berkaitan dengan urusan agama,
pemerintahan, serta rakyat. Beliau membangun kesatuan anatara ulama dan
umara (penguasa).