Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pembubaran departemen penerarangan oleh presiden


Abdurrahman wahid terhadap demokrasi di Indonesia.

Disusun oleh :
1. Adinda putri J (XII IPS 1/01)
2. Afarelza rastra negara (XII IPS 1/02)
3. Ageng muhammad N.C (XII IPS 1/03)
4. Alifah dhea lingga P (XII IPS 1/01)
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A.latar belakang.......................................................................................1
B.rumusan masalah ……………………………………………….. 2
C.tujuan....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. biografi presiden K.H abdurrahman wahid…....................................3
B. dampak perubahan departemen penerangan.......................................4

BAB 3 PENUTUP
C. kesimpulan…......................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................7

I
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Makalah ini membahas dampak Pembubaran Departemen Penerangan oleh Presiden


Abdurrahman Wahid bagi terhadap Demokrasi di Indonesia. Sebelum mengetahui
dampaknya mari kita mencari tau secara singkat apa alasan Presiden Abdurrahman Wahid
membubarkan departemen ini. Presiden Abdurrahman Wahid merupakan presiden
Republik Indonesia ketiga. Pada masa pemerintahannya ada kebijakan yang kontroversial,
salah satunya pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial. Pembubaran
kedua departemen tersebut karena Departemen Penerangan dianggap mengganggu
kebebasan pers, sedangkan Departemen Sosial dianggap sebagai sarang korupsi.
Departemen Penerangan berperan dalam mengontrol dan membina pers, media massa.
Televisi, film, radio, grafika, percetakan, dan penerangan umum.Pada era Orde Baru,
Departemen Penerangan berperan dalam memberedel berbagai media massa nasional.
Departemen Penerangan dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
pada 1999. Awalnya, Departemen Penerangan dibentuk pada awal kemerdekaan dengan
Mr. Amir Sjarifuddin sebagai menteri pertamanya. Pada era Orde Lama dan Orde Baru,
Departemen Penerangan banyak mengatur dan membina pers, media massa, televisi, film,
radio, grafika, percetakan, dan penerangan umum. Ketika Orde Baru, Departemen
Penerangan digunakan untuk membatasi pergerakan media massa atau pers. Namun,
setelah Orde Baru runtuh dan Gus Dur naik menjadi presiden Indonesia, Departemen
Penerangan dihapus dari dalam kabinet. Adapun Gus Dur beralasan bahwa Departemen
Penerangan dianggap terlalu banyak mencampuri urusan pengelolaan informasi yang
seharusnya menjadi hak masyarakat.
Selain itu, Gus Dur juga pernah mengatakan bahwa apabila kerjanya hanya melarang dan
mengekang kebebasan pers, sebaiknya Departemen Penerangan ditiadakan.
“Persisnya itu, karena departemen itu mestinya mengayomi rakyat ternyata korupsinya
gede-gedean, sampai hari ini,” kata Gus Dur, dalam wawancara di program Kick Andy edisi
31 Desember 2009.Sayangnya, pembubaran departemen tersebut hanya sebentar saja.
Keputusan ini menyebabkan takhta Gusdur di Istana tak berlangsung lama, hanya 20 bulan
saja. Ia kemudian dimakzulkan oleh parlemen melalui sidang istimewa MPR RI pada 23 Juli
2001 lalu. Megawati Soekarnoputri, presiden Indonesia kelima yang ditunjuk
menganntikannya, kembali membentuk lagi lembaga ini.

1
B. Rumusan masalah

1. Apa alasan Presiden Abdurrahman Wahid membubarkan Depatermen Penerangan


2. Bagaimana Presiden Abdurrahman Wahid membubarkan Depatermen penerangan
3. Apa saja contoh Departemen Penerangan yang dibubarkan oleh Presiden
Abdurrahman Wahid
4. Bagaimana dampak Pembubaran Departemen Penerangan bagi Demokrasi Indonesia
5. Bagaimana dampak Pembubaran Departemen Penerangan bagi Presiden
Abdurrahman Wahid

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah pembubaran Departemen Penerangan oleh Presiden
Abdurrahman Wahid
2. Mengetahui alasan Presiden Abdurrahman Wahid membubarkan Departemen
Penerangan
3. Mengetahui apasaja contoh DepartemenPenerangan yang dibubarkan Presiden
Abdurrahman Wahid
4. Mengetahui dampak pembubaran Departemen Penerangan oleh Presiden
Abddurrahman Wahid bagi demokrasi Indonesia
5. Mengetahui bagaimana Presiden Abdurahman Wahid membubarkan Depaetemen
penerangan dan dampak bagi dirinya sendiri
6. Untuk menambah wawasan pembaca mengenai Depatermen Penerangan
7. Untuk menambah wawasan mengenai dampak pembubaran Departemen Penerangan
bagi demokrasi Indonesia
8. Memenuhi tugas yang di ampu oleh bapak Sutejo selaku guru atau pembimbing mata
pelajaran sejarah Indonesia

2
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Biografi presiden K.H abdurrahman wahid


Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur menjabat Presiden RI ke-4 mulai 20
Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Beliau lahir tanggal 4 Agustus 1940 di desa Denanyar,
Jombang, Jawa Timur. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya adalah
seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, yang bernama KH. Wahid Hasyim.
Sedangkan Ibunya bernama Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang,
K.H. Bisri Syamsuri. Dari perkawinannya dengan Sinta Nuriyah, mereka dikarunia empat orang
anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Annita Hayatunnufus, dan
Inayah Wulandari.

Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin
memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu beliau juga aktif berkunjung
keperpustakaan umum di Indonesia. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan
berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku. Di samping membaca, beliau juga hobi
bermain bola, catur dan musik. Bahkan Gus Dur, pernah diminta untuk menjadi komentator
sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton
bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah
sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film
Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Indonesia dan Tegalrejo. Di dua
tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur
tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di
Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu
Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika Gus Dur berada di
Mesir.

Sepulang dari pengembaraannya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan
memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, beliau bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas
Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian beliau menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan
pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Beliau kembali menekuni bakatnya
sebagai penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai
mendapat perhatian banyak.

Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Indonesia. Mula-mula beliau merintis Pesantren
Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah
PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah
agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin.

3
Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan
kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap ‘menyimpang’-dalam
kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan mengundang cibiran
adalah ketika menjadiketua Dewan Kesenian Indonesia (DKJ) pada tahunn 1983. Beliau juga
menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-‘aqdi
yang diketuai K.H. As’ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada
muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di
pesantren Krapyak Indonesia (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan
ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4. Selama
menjadi presiden, tidak sedikit pemikiran Gus Dur kontroversial. Seringkali pendapatnya
berbeda dari pendapat banyak orang. Abdurrahman Wahid wafat dalam usianya yang ke 69 pada
tanggal 30 Desember 2009 pukul 18.40 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

B. Dampak pembubaran depertemen penerangan

Bogor (28/2) Reformasi terhadap lembaga pemerintahan terjadi secara mengejutkan di


awal pemerintahan Gus Dur, dua departemen yang kuat sejak bertahun-tahun dilikuidasi Gus
Dur, yaitu Departemen Penerangan (Deppen) dan Departemen Sosial (Depsos). Demikian pula
dengan Departemen Pekerjaan Umum yang kemudian diubah menjadi Kementerian Permukiman
dan Prasarana Wilayah.

Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memiliki pemikiran sangat demokratis yang
menjunjung tinggi kebebasan pers dan kebebasan berekspresi. Itulah sebabnya Gus Dur menolak
campur tangan pemerintah yang terlalu banyak terhadap informasi. Gus Dur justru menyerahkan
pengelolaan dan pengendalian informasi itu kepada masyarakat sebab masyarakat harus dewasa
dan tidak dibiarkan terus dikendalikan penguasa. Departemen Penerangan lalu dibubarkan Gus
Dur sebab dianggap terlalu banyak mencampuri dan mengintervensi pengelolaan informasi yang
sebenarnya hak masyarakat.

Gus Dur memahami betul hakekat dari kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan
pendapat, pikiran dan berekspresi bagi setiap warga negara karena kebebasan itu dijamin dan
dilindungi oleh UUD 1945 Pasal 28.
Gus Dur memiliki argumen kuat mengenal pembubaran dua departemen tersebut.
Menurutnya, tugas-tugas yang dibebankan kepada Deppen dan Depsos mestinya dikerjakan oleh
pemerintah daerah sehubungan dengan otonomi daerah. Selain itu, persoalan yang menyangkut
kewenangan kedua departemen tersebut bisa diatur langsung oleh masyarakat, dan bukan lagi
dikendalikan pemerintah maupun departemen tertentu.

Bagi Gus Dur, rakyat sudah terlalu lama menderita akibat diatur-atur oleh pemerintah,
terutama Deppen. Sebagaimana kita ketahui, fungsi utama dari Deppen adalah sebagai “juru-
bicara” dan “humas” pemerintah.

4
Namun di luar fungsi resmi itu, Deppen kerap menjadi departemen “politik” di bawah
koordinasi Menkopolkam.Dengan fungsi tersebut, keberadaan Deppen bertentangan dengan arus
besar demokratisasi. Dengan kekuasaan besar yang dimilikinya, Deppen bisa menentukan bebas
maupun terkekangnya hak berbicara yang dimiliki lembaga-lembaga pers. Padahal kebebasan
pers adalah salah satu pilar utama bertumpunya harapan masyarakat pascareformasi politik 1998.
Sumber: Buku Presiden 1945-2014.

5
BAB 3 PENUTUP

C.KESIMPULAN

1. Latar belakang kehidupan Abdurrahman Wahid adalah la lahir di Jombang, Jawa


Timur pada tanggal 7 September 1940. Ia merupakan anak dari K.H. Wahid
Hasyim dan Hj. Sholehah, la belajar di SD KRIS dan SD Matraman Perwari lalu
la juga belajar di Pesantren Tegairejo dan Pesantren Tambakberas. Abdurrahman
Wahid pun melanjutkan belajar di beberapa perguruan tinggi seperti Universitas
Al Azhar di Mesir, dan Universitas Baghdad di Irak. Abdurrahman Wahid pun
menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikarunial empat putri. Abdurrahman Wahid
menjabat sebagai ketua Nahdlatul Ulama sebanyak tiga kali dan ia menyetujui
pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa yang berbasis anggota NU.
Abdurrahman Wahid pun menjadi Presiden Indonesia ke-4 menggantikan
Presiden B. J. Habibie.

2. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memiliki pemikiran sangat demokratis


yang menjunjung tinggi kebebasan pers dan kebebasan berekspresi. Itulah
sebabnya Gus Dur menolak campur tangan pemerintah yang terlalu banyak
terhadap informasi. Gus Dur justru menyerahkan pengelolaan dan pengendalian
informasi itu kepada masyarakat sebab masyarakat harus dewasa dan tidak
dibiarkan terus dikendalikan penguasa. Departemen Penerangan lalu dibubarkan
Gus Dur sebab dianggap terlalu banyak mencampuri dan mengintervensi
pengelolaan informasi yang sebenarnya hak masyarakat.

6
DAFTAR PUSTAKA
Lukman hadi subroto. (2022). Alasan gusdur membubarkan departemen penerangan,[online],
(https://amp.kompas.com/stori/read/2022/07/29/160000979/alasan-gus-dur-
membubarkan-departemen-penerangan). Diakses pada 10 Januari 2023.

Roboguru. (2022). Alasan pembubaran Departemen Penerangan dan Departemen Sosial pada
masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid adalah,[online],
(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://roboguru.ruangguru.c
om/question/alasan-pembubaran-departemen-penerangan-dan-departemen-sosial-pada-
masa-pemerintahan-presiden-
abdurrahman_AlRlqGXoPVs&ved=2ahUKEwiPhKj78sH8AhWfDLcAHdJkBbIQFnoEC
BIQAQ&usg=AOvVaw21tCSRxYvrEzTekDUwXyoB). Diakses pada 10 Januari 2023.
Tantiya nimas nuraini. (2020). Cerita Gus Dur Bubarkan Departemen Sosial karena 'Tikus Sudah
Kuasai Lumbung'.[online], (https://m.merdeka.com/trending/cerita-gus-dur-bubarkan-
departemen-sosial-karena-tikus-sudah-kuasai-lumbung.html). Diakses pada 10 Januari
2023.

Anda mungkin juga menyukai