Anda di halaman 1dari 6

6 Kebijakan Kontroversial Gus Dur yang Masih Diingat

Masyarakat Hingga Kini

K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan Presiden Indonesia ke-4. Beliau menjabat
menjadi presiden sejak 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001 setelah menggantikan Presiden Habibie.
Pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini memiliki banyak kebijakan kontroversial selama ia
menjabat sebagai presiden. Mulai dari membubarkan dua departemen besar hingga mengancam
untuk membubarkan parlemen. Lebih lengkapnya lagi kali ini YuKepo udah merangkum beberapa
kebijakan kontroversial Gus Dur yang masih diingat dan membekas di benak masyarakat Indonesia
kali ini. Penasaran? Yuk langsung aja kita kepoin yuk!

1. Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial


Sosok yang baru menjabat sebaga Presiden Republik Indonesia selama satu bulan ini langsung
mencoba merombak tatanan pemerintahan. Perombakan itu dilakukan dengan membubarkan dua
departemen besar yaitu Departemen Penerangan dan Departemen Sosial. Padahal kedua
departemen itu sudah berdiri sejak pemerintahan Presiden Soeharto dan Presiden Habibie.

Pembubaran kedua departemen itu tentunya dilakukan dengan sebuah alasan yang tak kalah
kontroversial pula. Ia menginginkan peran negara yang dikurangi sebaliknya malah mendorong
masyarakat untuk memiliki andil yang lebih besar dalam membenahi bangsa. Bahkan saat
menyampaikan soal pembubaran dua departemen ujung tombak pada masa orde baru tersebut di
hadapan DPR, Gus Dur malah menyampaikan bahwa DPR tidak berbeda dengan taman kanak-kanak.
Jelas saja akibat hal ini Gus Dur menuai banyak kecaman.

2. Berkunjung ke Soeharto
Paska lengsernya penguasa Orde Baru yaitu Presiden Soeharto pada tahun 1998, Gus Dur malah
berkunjung ke kediaman Keluarga Cendana. Padahal pada saat itu Soeharto dan keluarga sedang
santer disoroti oleh publik. Tapi sebagai seorang presiden baru Gus Dur malah menyambanginya.
Anehnya lagi justru Gus Dur lah yang pertama kali menggagas bawa Soeharto harus diadili dan
hartanya disita, kemudian dimaafkan. Jadi sebenarnya alurnya mau dibawa kemana ya pak?

3. Usul penghapusan TAP MPR tentang PKI


Usul penghapusan TAP MPR ini juga yang termasuk paling kontroversial dan membuka luka lama
bagi bangsa Indonesia. Usul pencabutan TAP MPRS No. XXV/1966 mengenai pelarangan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan pelarangan penyebaran ajaran Marxisme/Leninisme serta komunisme
di Indonesia. Tentu saja usulan ini ditolak oleh seluruh fraksi MPR. Gak hanya MPR yang menolak
bahkan aksi protes juga dilakukan oleh para barisan muda Islam di beberapa penjuru Indonesia.

4. Memecat dua menteri dengan dugaan korupsi


Di bulan April tahun 2000, Gus Dur memecat Jusuf Kalla yang merupakan seorang Menteri Negara
Perindustrian dan Laksamana Sukardi yang tidak lain adalah seorang Menteri Negara BUMN.
Pemecatan kedua menteri tersebut bukanlah tanpa alasan. Alasan Gus Dur adalah karena kedua
menteri tersebut terlibat kasus korupsi walaupun tidak ada cukup bukti untuk hal itu. Tidak lama
kemudian Hamzah Haz yang merupakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan
Pengentasan Kemiskinan Republik Indonesia mengundurkan diri karena menolak hubungan
kedekatan antara Gus Dur dengan Israel.

5. Mengubah keformalan Istana Kepresidenan


Seperti yang kita tahu bahwa Istana Kepresidenan memang sarat akan suasana yang formal bahkan
sakral. Namun di kepemimpinan Gus Dur, mindset tersebut berubah. Gus Dur sering menerima tamu
yang datang dari berbagai kalangan. Padahal gak semua orang bisa masuk Istana. Selain itu ia pernah
muncul di teras Istana dengan hanya menggunakan kaos dan celana pendek sambil melambai ke
para pewarta. Selain itu, Gus Dur juga sering kedatangan tamu hingga larut malam. Tentu saja hal-
hal tersebut mengubah pandangan masyarakat tentang Istana.

6. Ancam membubarkan parlemen


Satu lagi kebijakan Gus Dur yang paling kontroversial sepanjang sejarah. Beliau mengeluarkan
ancaman untuk membubarkan parlemen di akhir masa jabatannya. Beliau mengancam akan
mengeluarkan dekrit yang berisi (1) membubarkan MPR/DPR, (2) pengembalian kedaulatan ke
tangan rakyat dan mempercepat penyelenggaraan pemilu dalam tempo satu tahun, dan (3)
menyelamatkan reformasi dari hambatan Orde Baru dan membekukan Partai Golkar. Dekrit tersebut
tidak mendapat dukungan sehingga pada tanggal 23 Juli 2001, MPR resmi memberhentikan Gus Dur
dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.
Biografi Singkat Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur memiliki nama lengkap Abdurrahman ad-
Dakhil. Secara etimologi, ad-Dakhil berarti sang penakluk. Namun dikarenakan nama ad-Dakhil tidak
begitu dikenal, maka diganti dengan nama Abdurrahman Wahid. Sebutan Gus Dur dikarenakan lahir
di lingkungan pesantren.

Gus adalah kependekan dari kata Bagus yaitu sebutan yang sering diberikan kepada anak seorang
kyai sebagai bentuk penghormatan di Daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gus Dur dikenal sebagai
tokoh yang kontroversial dan berdedikasi tinggi terhadap penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)
pembela kaum minoritas.

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dilahirkan di Jombang, Jawa Timur 4 Agustus 1940. Gus Dur
merupakan putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama KH. Wahid Hasyim yang
merupakan putra dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi
massa Islam terbesar di Indonesia dan sekaligus pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Ibunya bernama Hj. Sholehah merupakan putri Kh. Bisri Syansuri pendiri Pesantren Denanyar
Jombang, Jawa Timur. Kakek KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari sanad ibunya merupakan Rais
‘Aam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai pengganti posisi KH. Wahab Chasbullah.

Tahun 1949, ayah Gus Dur diangkat menjadi kepala Menteri Agama pertama sehingga keluarga
Wahid Hasyim pindah ke Jakarta untuk memasuki suasana yang baru. Setelah kepindahannya di
Jakarta, berbagai tamu dari berbagai kalangan bertamu ke kediaman Wahid Hasyim. Hal itu
menjadikan Gus Dur menambah pengalaman untuk mengenal dunia politik.

Sejak kecil Gus Dur sudah terlihat memiliki kesadaran penuh untuk mengemban tanggung jawab
terhadap Nahdlatul Ulama (NU). Sekitar bulan April  tahun 1953, Gus Dur Bersama ayahnya
berangkat ke Sumedang, Jawa Barat untuk menghadiri pertemuan Nahdlatul Ulama (NU) dengan
mengendarai mobil, akan tetapi di tengah perjalanan mengalami kecelakaan yang mengakibatkan
ayahnya meninggal.

Riwayat Pendidikan Gus Dur – KH. Abdurrahman Wahid

Setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1953, Gus Dur dikirim oleh orang tuanya untuk
belajar di Yogyakarta. Untuk masuk ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gowongan,
sekaligus menetap di Pesantren Krapyak.

SMEP merupakan sekolah formal yang dikelola oleh Gereja Katolik Roma. Sekolah tersebut banyak
menggunakan kurikulum yang sekuler, dan dari sekolah tersebut Gus Dur pertama kali belajar
bahasa Inggris. Karena Gus Dur merasa kurang leluasa aktivitasnya selama berada dalam dunia
pesantren, akhirnya Gus Dur meminta pindah ke kota dan menetap di Rumah H. Junaedi yang
merupakan salah seorang pimpinan lokal Muhammadiyah sekaligus orang yang sangat berpengaruh
di SMEP.

Rutinitas kesehariannya setelah shalat subuh Gus Dur berangkat mengaji ke KH. Maksum Krapyak.
Pada siang harinya, Gus Dur sekolah di SMEP dan malam hari Gus Dur ikut berdiskusi dengan H.
Junaedi dengan anggota Muhammadiyah yang lain.
Untuk meningkatkan belajar Bahasa Inggris, Gus Dur tidak hanya sebatas memahami buku-buku
yang berbahasa Inggris. Akan tetapi berusaha menggali informasi dari berbagai mancanegara dan
aktif mendengarkan siaran radio Voice of America dan BBC London.

Saat seorang bernama Sumantri (guru SMEP) mengetahui Gus Dur pandai bahasa Inggris, Sumantri
memberinya buku berjudul What is To Be Done. Pada saat yang sama Gus Dur telah mengenal Das
Kapital Karl Marx, filsafat Plato, Thales, dan lain-lain.

Tamat dari sekolah tersebut Gus Dur melanjutkan Pendidikan ke pesantren Tegalrejo, Magelang,
Jawa Tengah pimpinan KH. Chaudhary. Gus Dur pun dikenal dengan ritual-ritual sufi yang mistik
dengan bimbingan kiainya. Dari situlah Gus dur sering melakukan ziarah ke kuburan-kuburan para
wali yang keramat di Pulau Jawa.

Pada saat di pesantren, Gus Dur tidak pernah lupa membawa koleksi-koleksi bukunya sehingga
membuat para santri yang lain heran melihat buku-buku bacaannya.

Tak hanya itu, Gus Dur pun mulai menunjukkan kemampuannya dalam hal berbicara dan humor
yang membuat santri lain terhibur dengan gaya bicara dan sifat humorisnya. Dalam kehidupannya di
lingkungan pesantren, ada sebuah cerita yang menarik dari sosok Gus Dur, pada saat acara imtihan
yang diselenggarakan sebelum puasa ramadhan, acara tersebut bertujuan untuk menyambut
kelulusan para santri yang telah selesai menempuh pendidikan.

Gus Dur membuat konsep yang berbeda dari acara-acara sebelumnya, acara imtihan dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak kelihatan terlalu formal dan kaku. Gus Dur menyediakan konsumsi
serta hiburan rakyat seperti: tarian tradisional, gamelan, kuda lumping, jathilan, dan masih banyak
lagi.

Padahal di dalam dunia pesantren, hiburan rakyat semacam ini tidak biasa dilakukan atau dianggap
tabu. Acara tersebut terselenggara atas ide Gus Dur di Pesantren Tegalrejo. Setelah menghabiskan
waktunya selama dua tahun di Pesantren Tegalrejo, Magelang, kemudian berpindah kembali ke
Jombang dan menetap di pesantren Tambak Beras hingga Gus Dur berusia 20 tahun.

Di Pesantren Tambak Beras, Gus Dur menjadi ustad sekaligus menjadi ketua keamanan di Pesantren
milik pamannya yaitu KH. Abdul Fatah. Saat usianya 22 tahun, Gus Dur berangkat menuju Mekah
untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuju Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas al-
Azhar.

Setibanya di Mesir, Gus Dur merasa kecewa karena tidak dapat langsung melanjutkan ke kampus Al-
Azhar karena harus masuk ke Madrasah Aliyah dahulu. Di luar kegiatan kampus, Gus Dur antusias
untuk mengunjungi makam keramat para wali seperti: Syeikh Abdul Qadir Jaelani, pendiri Jamaah
Tarekat Qadiriyah dan Gus Dur pun banyak mendalami ajaran Imam Junaid Al-Baghdadi yang
merupakan pendiri aliran tasawuf yang banyak diikuti oleh jamaah NU.

Dengan demikian, Gus Dur menemukan sumber inspirasi dalam wilayah spiritualnya. Setelah
menyelesaikan pendidikan di Baghdad, Gus Dur bermaksud melanjutkan studi ke Eropa, akan tetapi
persyaratannya cukup ketat karena harus menguasai Bahasa Jerman, Yunani, dan Latin. Untuk
menghilangkan rasa kecewanya akhirnya Gus Dur menjadi pelajar keliling yang melakukan
kunjungan ke Universitas-universitas lain.
Akhirnya Gus Dur menetap di Belanda selama 6 bulan, sekaligus mendirikan suatu perkumpulan
Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di daratan Eropa.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama di perantauan, dalam sebulan Gus Dur dua kali pergi
ke pelabuhan untuk bekerja sebagai cleaning service kapal tanker dan Gus Dur pun sempat pergi ke
McGill University of Canada untuk memperdalam kajian keislaman.

Kemudian Gus Dur kembali ke Indonesia setelah terilhami sebuah berita tentang perkembangan
dunia pesantren dan perjalanan studinya berakhir pada 1971. Kemudian kembali ke Jawa dan
memulai kehidupan baru sekaligus menjadi perjalanan awal karirnya.

Semangat belajar Gus Dur tidak pernah surut. Tahun 1979, Gus Dur ditawari untuk menempuh
pendidikan di Australia untuk mendapatkan gelar doktor, namun hal tersebut tidak bisa dipenuhi
oleh Gus Dur. Gus Dur merupakan sosok yang gemar membaca dan sangat aktif memanfaatkan
perpustakaan milik ayahnya dan sering berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta.

Sejak usia remaja, Gus Dur sudah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel, serta buku-
buku seperti tentang filsafat serta dokumen-dokumen mancanegara juga tidak luput dibacanya.
Selain gemar membaca Gus Dur juga suka bermain bola, catur, menonton bioskop, dan
mendengarkan musik. 

Gus Dur Sebagai Presiden RI Ke-4

Setelah jatuhnya era Soeharto, banyak partai politik baru terbentuk. Pada Juni 1998, banyak orang
dari komunitas NU berharap pada Gus Dur untuk membentuk parti politik. Pada Juli 1998, Gus Dur
mulai menanggapi ide tersebut karena menyadari bahwa partai politik merupakan satu-satunya cara
untuk berjuang di dunia politik (pemerintahan).

Gus Dur akhirnya menyetujui pembentukan parpol yang kemudian diberi nama PKB (Partai
Kebangkitan Bangsa). Beliau menjabat menjadi Ketua Dewan Penasihat.

Pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandiat pemilihan presiden.
Kemudian pada Juni 1999 partai PKB beraliansi dengan PDIP dikarenakan tidak memiliki kursi
mayoritas penuh.
Pada Juli, Amin Rais membentuk poros tengah yang berisi partai-partai politik muslim. Poros tengah
ini mencalonkan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden. Hal ini tentu saja
merubah komitmen terhadap PDI-P.

Pada 7 Oktober 1999, Gus Dur secara resmi dinyatakan sebagai calon presiden oleh Poros Tengah.

Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari
pemilihan presiden.

Kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan
Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai
memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4
dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.

Beberapa Gagasan dan Pemikiran Gus Dur

Gagasan dan pemikiran seorang tokoh biasanya ada pada karya tulis dan pidatonya. Gus Dur,
sosoknya sebagai kiai, tokoh politisi, dan juga akademisi. Hal ini terlihat dari sejumlah karyanya yang
memiliki visi dan berbobot. Di antara karya-karya Gus Dur ialah sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai