Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan terbentuknya sekilas kehidupan, susunan dan
program kerja kabinet, (2) menganalisis kebijakan politik luar negeri Indonesia beserta pelaksa-
naannya, (3) menganalisis keberhasilan dan dampak yang ditimbulkan dari kebijakan, dan (4)
mengetahui dan mendeskripsikan proses berakhirnya kabinet. Menggunakan metode penelitian
sejarah kritis dengan menentukan topik penelitian, heuristik atau pengumpulan sumber pene-
litian, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian (1) Kabinet
Karya menggantikan kabinet Ali II yang mengundurkan diri, kabinet ini disebut zaken kabinet,
program kabinet ini disebut pancakarya, (2) kebijakan politik luar negeri terlihat dari program
dekolonisasi hokum, (3) Tingkat keberhasilan kabinet Djuanda belum berhasil dengan maksi-
mal. Kebijakan politik ini membawa dampak bagi kehidupan baik itu dari aspek politik, ekonomi,
kewilayahan, pertahanan keamanan, dan sosial budaya. (4) Kabinet Djuanda demisioner karena
kegagalan Konstituante menyusun Undang-Undang Dasar Baru dan keluarnya Dekrit Presiden
Soekarno tanggal 5 Juli 1959.
Kata kunci: Kebijakan Politik Luar Negeri, Kabinet Djuanda, Deklarasi Djuanda, Tahun
1957-1959.
Abstract
This research aims to (1) describe the formation of the cabinets life, structures and pro-
grams, (2) analyze the Indonesian foreign policy and its implementation, (3) analyze the success
and impact of the policies, and (4) identify and describe the process of cabinet ending. This re-
search employs critical historical research methods to determine the topic of research, heuristic
or collection of research sources, verification or sources criticism, interpretation and historiogra-
phy. The research findings are (1) Kabinet Karya replaces Ali II cabinet which had resigned, this
cabinet is called zaken cabinet, the cabinets program is called Pancakarya, (2) The foreign policy
can be seen from the legal decolonization, (3) The Djuandas cabinet did not gain its success opti-
mally. This political policy has had implications for the good life for some sectors such as political,
economic, territorial, defense and security, and socio-cultural, (4) The Djuandas Cabinet became
outgoing because of the Constituent failure in composing new Constitution and the issuance of
President Sukarno Decree dated July 5, 1959.
Keywords: policy foreign policy, Djuanda cabinet, Djuanda declaration, year 1957-1959.
80
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959
81
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90
82
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959
Deklarasi Djuanda merupakan salah satu ge- Hatta menyatakan mengundurkan diri seba
brakan kabinet yang di pimpinnya. Deklarasi gai Wakil Presiden. Pengunduran diri Moh.
Djuanda menjadi politik luar negeri bidang Hatta tersebut ditolak oleh pimpinan TNI
kemaritiman. Dimana dengan Deklrasi terse- yang ada diluar Jawa. Pengunduran hatta
but, Indonesia resmi menjadi sebuah negara ini menyebabkan hilangnya kepercayaan
kepulauan. Walaupun banyak mendapat tan- masyarakat terhadap pemerintah pusat. Pe
tangan, tetapi Deklarasi ini menjadi tonggak ngunduran Hatta ini menandai berakhirnya
keutuhan dan kesatuan bangsa negara dan masa Dwitunggal. Pengunduran ini beraki-
Indonesia. Tahun 1963 Ir. Djuanda dipanggil bat ke partai politik yakni, PSI dan Masyumi
menghadap kembali kepada sang Pencipta. mendukung Moh. Hatta sedangkan PNI dan
Atas jasa dan perjuangan beliau, negera me- PKI dibawah garis Soekarno.
lalui pemerintah memberikan gelar pahla- Pada tahun ini juga muncul sebuah
wan nasional kepada Ir. Djuanda. Selain itu gagasan dari Presiden, gagasan tersebut lebih
nama Ir. Djuanda diabadikan menjadi nama dikenal dengan konsepsi Presiden. Tepatnya
berbgai tempat, seperti nama jalan Djuanda, tanggal 21 Februari 1957 Presiden Soekarno
nama stasiun di Jakarta yakni stasiun Djuan- mengumumkan Konsepsinya tersebut.
da, dan nama sebuah Bandar Udara interna- Konsepsi Presiden ini malah membuat negara
sional di Surabaya yakni Bandara Djuanda tambah ruwet dan memunculkan masalah
Surabaya (Mirnawati, 2012). baru. Masalah tersebut ialah penentangan
dari berbagai tokoh politik saat itu. Konsepsi
Proses Terbentuknya Kabinet Djuanda Presiden yang diumumkan tersebut berisi,
Tanggal 20 Maret 1956 Ali Sastroamijoyo a) Sistem demokrasi parlementer di ganti
dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Per- de ngan sistem demokrasi terpimpin, b) di
dana Menteri. Ali Sastroamijoyo untuk kedua bentuk suatu kabinet gotong royong yang
kalinya di tunjuk menjadi formatur kabi- anggotanya memasukkan partai-partai
net. Kabinet ini hanya berlangsung selama dalam parlemen. Dalam hal ini kabinet kaki
satu tahun saja. Karena berbagai tekanan empat, c) pembentukan Dewan Nasional,
dan peristiwa yang mengiringi perjalanan yang beranggotakan golongan fungsional,
kabinet ini. Selama satu tahun masa kabi- buruh, tani, pengusaha, dan golongan
net ini, telah terjadi a) Parlemen pemilihan perwira Militer, dimasukkan juga dalam
umum telah berputar, b) Konstituante baru Dewan Nasional, Seperti Kepala Staf AD,
saja melangkah, c) Rencana Pembangunan AL, AU, Kapolri, Jaksa Agung (Kementrian
Lima Tahun Sudah di Setujui tetapi berjalan Penerangan RI, 1970). Pada tahun ini juga
seret, d) Pimpinan Pusat TNI berhasil dista- banyak muncul perlawanan daerah yang
bilkan (angkatan darat), e) Gerakan daerah bersifat Separatis bahkan bisa dikatakan
Mengancam kesatuan dan persatuan bangsa makar terhadap sebuah negara. Sementara
dan negara, f) Hatta mengundurkan diri dari itu dikalangan internal kabinet sendiri
pemerintahan, g) Munculnya Konsepsi Pre banyak yang bermasalah, Sehingga berujung
siden, h) Pemberontakan daerah berlang- pada ditariknya menteri-menteri oleh partai
sung terus. politik tertentu. Masalah yang semakin
Gerakan daerah ini muncul sebagai ben- memuncak ini membuat Ali Sastroamijoyo
tuk dan protes terhadap pemerintahan pusat. akhirnya mengembalikan mandatnya kepada
Gerakan ini muncul karena rasa tidak puas Presiden Soekarno.
daerah terhadap kebijakan pemerintahan Pada tanggal 14 Maret 1957, Perdana
pusat. Gerakan daerah ini memunculkan de- Menteri Ali Sastroamijoyo menyerahkan
wan-dewan daerah yang dipimpin oleh per- mandat kepada Presiden Soekarno. Kabinet
wira daerah. Merebut pemerintahan sipil dan ini Bubar bukan karena mosi tidak percaya
dikuasai oleh militer. Pembentukan dewan oleh parlement tetapi karena dalam tubuh
daerah ini terjadi di Sumatera dan Sulawesi. kabinet terdapat perpecahan, sehingga partai
Pada tahun 1956 ini Wakil Presiden Moh. banyak yang menarik menterinya dari kabi-
83
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90
net. Salah satunya ialah ditariknya beberapa beberapa pertimbangan dan masukan dari
menteri dari partai Masyumi (Ali Sastroami- tokoh-tokoh politik. Akhirnya Formatur Soe
joyo, 1974). Setelah penyerahan mandat dari karno mengumumkan kabinet bentukannya
Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo, Presiden pada tanggal 8 April 1957 di Istana Bogor. For-
Sukarno mengatakan seluruh negara Indone- matur Sukarno membentuk Kabinet Darurat
sia dalam keadaan bahaya atau disebut SOB Ekstraparlementer dengan Ir. Djuanda se
(N. H. T Siahaan dkk, 1989). SOB ini di tanda bagai Perdana Menteri. Pertimbangan forma-
tangani oleh perdana menteri dan Menhan tur Soekarno menunjuk Ir. Djuanda sebagai
Ali Sastroamijoyo yang sudah Demisioner. Perdana Menteri ialah karena kecakapannya
Segera setelah itu, pada tanggal 15 Maret dalam memimpin dan ketenangannya dalam
1957 Presiden Soekarno menunjuk Soewiryo memimpin dan bukan dari kalangan partai
sebagai formatur untuk membentuk dan me- politik. Saat diajukan sebagai Perdana Men-
nyusun kabinet baru. Usaha Pertama ini ga- teri, banyak orang yang setuju dan menaruh
gal, tanggal 25 Maret 1957 Presiden memberi respek kepada Djuanda. Bahkan Presiden
tugas baru kepada Soerwiryo, tugas terse- Sukarno tidak segan memberikan jabatan se
but ialah membentuk suatu Zaken Kabinet. bagai Menteri Pertahanan kepada Ir. Djuanda.
Soewiryo, untuk kedua kalinya gagal dalam Itu artinya Ir. Djuanda merangkap jabatan,
membentuk dan menyusun kabinet yang yakni selain Perdana Menteri juga sebagai
diinginkan oleh Presiden. Hingga akhirnya Menteri Pertahanan.
Presiden Sukarno menunjuk Presiden sen Kabinet Darurat Ekstraparlementer
diri (warga negara) sebagai formatur kabi- dibawah pimpinan Perdana Menteri Djuan-
net. Soekarno kemudian mengundang be- da, diberi nama Zaken Kabinet atau Kabinet
berapa orang tokoh untuk mengadakan rapat Karya. Disebut Zaken Kabinet atau Kabinet
tertutup, rapat tertutup tersebut membahas Karya,karena dalam kabinet ini, tidak ada un-
seputar masalah kabinet, dan juga meminta sur partai politik, kabinet ini dalam pendiri-
saran untuk kabinet yang baru ini. Presiden annya tidak diusung oleh partai politik. Kabi-
juga memberikan blangko yag isinya saran net ini di isi oleh kaum profesional sesuai
terhadap kabinet baru dan juga kesediaan dengan bidangnya. Walaupun ada beberapa
diri jika nanti dipilih oleh Presiden untuk orang menterinya berasal dari partai politik,
duduk di kabinet. Sebagian besar setuju dan tetapi mereka tidak berada dalam partai poli-
menyatakan bersedia jika nanti duduk di tik dan tidak aktif dalam pergerakan partai
dalam cabinet (Duta Masyarakat, 1957). politik. Serta dalam kabinet ini, terdapat dua
Soekarno kemudian mengundang orang menteri yang berasal dari angkatan
Perdana Menteri Demisioer Ali Sastroamijoyo bersenjata.
untuk dimintai saran dan usul siapa yang Kabinet Djuanda resmi dilantik oleh Pre
tepat untuk memimpin kabinet ini. Soekarno siden Sukarno Tanggal 9 April 1957 berdasar-
mengatakan bahwa kabinet ini tidak didirikan kan surat Keputusan Presiden R. I No 108
atas dasar kepentingan partai, oleh karena itu tahun 1957 di Istana Negara (P. N. H. Siman-
yang cocok untuk memimpin kabinet ini ialah jutak, 2003). Dilantiknya Ir. Djuanda menjadi
orang yang berasal dari golongan non partai. Perdana Menteri menandai berakhirnya sta-
Ali Sastroamijoyo langsung mengatakan Ir. tus Ali Sastroamijoyo sebagai Perdana Men-
Djuanda, Ali mengatakan bahwa Ir. Djuanda teri Demisioner. Kabinet karya adalah Kabinet
ialah negarawan yang tidak berasal dari terakhir dalam sistem parlementer dan era
partai politik manapun. Ir. Djuanda ialah demokrasi Liberal. Kabinet Karya ialah kabi-
seorang teknokrat, tetapi cakap dan berhasil net yang paling lama usianya jika dibanding-
dalam memimpin. Hal ini dijelaskan Ali kan dengan kabinet lain di era sebelumnya,
kepada Soekarno karena Ali telah bekerja dan juga di era Demokrasi Liberal. Kabinet
sama selama Ali masih jadi Perdana Menteri. Karya menjalankan pemerintahan kurang leb-
Setelah meminta dan mendengarkan ih selama dua tahun. Dengan keluarnya surat
84
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959
Keputusan Presiden RI ini maka resmilah Ir. dengan tujuannya, yakni sesuai dengan kon-
Djuanda menjadi Perdana Menteri. sepsi presiden. Maka program kerja kabinet
Susunan dan Program Kerja Kabinet ini tidak jauh dari apa yang diinginkan oleh
Djuanda Presiden Soekarno. Program kerja kabinet ini
Pasca penyerahan mandat dari Perdana sering disebut dengan Pancakarya. Lima pro-
Menteri Ali II, Sukarno membentuk Kabinet gram kerja tersebut kemudian diterjemah-
baru, yang dinamakan Kabinet Karya. Kabi- kan dalam beberapa kebijakan strategis, baik
net Karya ini di bentuk berdasarkan surat kebijakan politik maupun kebijakan dibidang
Keputusan Presiden No. 108 1957. Tang- lainnya. salah satu kebijakan kabinet ini ialah
gal 9 April 1957 Presiden Sukarno mengu- kebijakan politik luar negeri. Kebijakan poli-
mumkan kabinet hasil bentukannya, kabi- tik ini lebih fokus kebijakan politik bidang
net tersebut terdiri dari satu orang Perdana hukum kemaritiman.
Menteri, dua Wakil Perdana Menteri dan dua Kebijakan politik luar negeri kabinet ini
puluh Kementerian. Kabinet Djuandapun ti- antara lain terlihat di sektor maritim. Ke-
dak luput dari tambal sulam kabinet. Setelah bijakan tersebut ialah dengan melakukan
beberapa kali melakukan Reshuffle, maka su- dekolonisasi bidang kemaritiman, yakni
sunan terakhir kabinet Djuanda tahun 1959 Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember
adalah terdiri dari satu orang perdana men- 1957. Deklarasi ini menghapus dan tidak
teri, 3 orang wakil Perdana Menteri, dan 26 memberlakukan kembali peraturan yang
kementerian (Bibit Suprapto, 1985). dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda.
Segera setelah susunan kabinet terben- Deklarasi ini tidak hanya berimplikasi secara
tuk dan sudah dilantik, langkah berikutnya nasional tetapi juga internasional. Deklarasi
yang diambil oleh Perdana Menteri Djuanda Djuanda ini merupakan sebuah Kebijakan
adalah menentukan program kerja. Kabinet politik luar negeri Indonesia, karena Prinsip-
Karya atau Zakent kabinet ini mempunyai Prinsip dalam Deklarasi ini selalu di bawah
Program kerja yang sederhana saja. Kabinet ke forum internasional PBB, salah satunya
ini Punya lima Program dalam kerjanya, lima di bawah dan dibicarakan dalam Forum PBB
program kerja tersebut di sebut dengan pan- bidang kelautan dan hukum Laut, UNCLOS
cakarya. Adapun kelima program kerja terse- (Singgih Tri Sulistiyono, 2009).
but ialah. Wilayah maritim Indonesia sangatlah
Membentuk Dewan Nasional luas, dan sebelum belanda masuk atau
Normalisasi Keadaan Republik Indonesia bangsa barat masuk ke bumi Nusantara,
Melanjutkan Pembatalan KMB belum ada pembatasan-pembatasan
Perjuangan Irian Barat mengenal wilayah laut. Laut adalah milik
Mempergiat Pembangunan. bersama sehingga penguasaannya juga
bersama-sama. Masalah dan soal batas
Kebijakan Politik Luar Negeri dan Pelak- wilayah laut ini mulai muncul saat bangsa
sanaannya barat mulai menanamkan keku asaannya di
Setelah dilantik tanggal 9 April 1957, Nusantara. Batas wilayah laut atau maritim
Ir. Djuanda resmi memegang jabatan seb- ini muncul dengan serius sebagai akibat
agai Perdana Menteri. Dalam sidang per- dari kemenangan-kemenangan bangsa
tama Kabinet, Perdana Menteri Djuanda me barat dengan kekuatan lokal di Nusantara.
ngatakan bahwa kabinetnya ialah kabinet Bermodal kemenangan-kemenangan itu
darurat ekstra parlementer. kabinet ini tidak bangsa bangsa kemudian menentukan batas
diisi oleh kaum politik, atau pun di dukung wilayah laut tanpa mempertimbangkan
oleh partai politik. Kabinet ini ialah kabi- kepentingan-kepentingan masyarakat lokal
net non partai politik. Sesuai dengan tujuan baik di bidang ekonomi maupun politik (O.
semula, bahwa kabinet ini ialah kabinet ha- W. Wolter, 1982).
sil bentukan Presiden, dimana pada saat itu Pada tahun 1616, kongsi dagang Belanda
presiden menginginkan kabinet yang sesuai yang lebih dikenal dengan VOC mengirimkan
85
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90
86
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959
87
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90
88
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959
ketiga sekaligus yang terakhir dalam sidang dengan resmi berlakunya kembali UUD 45
Konstituante. Dalam pemungutan suara sebagai Dasar Negara. sehingga secara oto-
ini, banyak peserta yang hadir 468 peserta matis kabinet Djuanda Demisioner. Hal ini
dengan hasil 264 peserta menyatakan setuju Karena kabinet Djuanda dibentuk dengan
dan 204 menyatakan tidak setuju. Sidang UUD Sementara 1950. Dengan berlakunya
Konstituante sebanyak tiga kali berturut- Sistem Pemerintahan dan Demokrasi yang
turut mulai dari tanggal 30 Mei sampai 2 Juni baru di Indonesia yakni demokrasi terpim-
1959 tetap tidak menghasilkan keputusan pinnya Soekarno, maka bubarlah pula kabi-
apapun. net Djuanda atau Kabinet Karya yang juga
Pada masa ini Konstituante memasuki menandai berakhirya sistem demokrasi par-
masa Floating Mass atau massa mengam- lementer di Indonesia.
bang, yakni suatu masa dimna terjadi titik
jenuh, yakni banyak anggota Konstituante SIMPULAN
yang sudah malas untuk menghadiri sidang,
Kebijkan politik luar negeri, berhasil
dan juga banyak yang memboikot konsitu-
memperkenalkan konsep negara kepulauan
ante. Sedangkan masyarakat terus berharap
kepada konferensi Hukum Laut. Tetapi kon-
akan lahirnya sebuah undang-undang Dasar
sep negara kepulauan yang usung oleh dele-
baru yang memang benar-benar mengako-
gasi Indonesia gagal di terima saat konferensi.
modir semua keinginan dan tuntutan. Ke-
kegagalan tersebut, ialah ketidak berhasilan
nyataan ini menghadapkan Presiden Soe
kabinet ini. Kabinet ini dalam memperjuang-
karno untuk memilih mengeluarkan sebuah
kan masalah kemaritiman hanya dari tahun
kebijakan. Kebijakan tersebut yakni menge-
1957-1959. Itu artinya hanya pada saat kon-
luarkan Dekrit Presiden. Saat masih berada
ferensi hukum laut yang pertama. Pada kon-
di luar negeri, Presiden menerima kawat
ferensi hukum laut yang pertama ini Indo-
dari Soewiryo yang berisi agar presiden
nesia gagal menempatkan usualannya yakni
segera mengeluarkan Dekrit kembali ke-
12 mil lebar wilayah territorial suatu negera
pada Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat
kepulauan.
itu Soewiryo ialah kader PNI yang menjabat
Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 De-
sebagai ketua umum PNI. Setelah pulang
sember 1957 membawa dampak bagi ke-
dari kunjungannya ke luar negeri, presiden
hidupan Indonesia , baik dari aspek kewila
Soekarno memanggil pejabat penting untuk
yahan, dari aspek ekonomi, dari aspek poli-
berdiskusi mengenai Dekrit Presiden dan
tik, dan dari aspek pertahanan keamanan
permasalahan negara. Setelah sekian lama
dan aspek sosial budaya. Dari sisi ekonomi,
berdiskusi, akhirnya presiden Soekarno
Jelas deklarasi Djuanda menguntung bagi
mengatakan akan mengeluarkan Dekrit. Ter-
Indonesia, karena Indonesia dapat mengek-
tanggal 3 Juli 1959 Presiden dengan resmi
sploitasi sumberdaya alam yang ada di da-
mengatakan kepada kabinet bahwa ia akan
ratan, maupun diwilayah lautan seperti di
mengeluarkan Dekrit. Dekrit ini disusun oleh
daerah lepas pantai. Dari sisi pertahanan
Presiden, PM. Djuanda, Moh. Yamin, A. H. Na-
keamanan Indonesia mempunyai tugas yang
sution, dan Mr. Wahab. Perlu di ketahui bah-
berat untuk menjaga keutuhan wilayah Indo-
wa TNI AD adalah salah satu yang menyetujui
nesia dari sektor maritim. Fungsi Pertahanan
Dekrit Presiden (Bibit Suprapto, 1985).
keamanan ini kemudian diserahkan kepada
Tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
TNI AL selaku penguasa dan ujung tombak
mengeluarkan Dekritnya, adapun isi dekrit
pertahanan keamanan wilayah Republik In-
tersebut secara ringkas ialah (a) Pembuba-
donesia.
ran Konstituante,(b) Tidak berlakunya UUD
Perjuangan dilanjutkan ketika masa kabi-
Sementara 1950, (c) Berlakunya kembali
net kerja, pasa tahun 1960 pemerintah mem-
UUD 1945, (d) Pembentukan MPRS dan
perkuat posisi deklrasi Djuanda menjadi se-
DPAS dalam jangkah waktu yang singkat.
buah Undang-Undang. Yakni UU No. 4/ PRP
Dengan dibacakannya Dekrit Presiden maka
89
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90
90