Anda di halaman 1dari 11

socia Vol. 10 No.

1 Mei 2013 : 80-90

Mei 2013, Vol. 10, No. 1, hal. 80-90

Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia


Masa Kabinet Djuanda 1957-1959

Febta Pratama Aman


Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail : ayodhyaafebta@yahoo. com


Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan terbentuknya sekilas kehidupan, susunan dan
program kerja kabinet, (2) menganalisis kebijakan politik luar negeri Indonesia beserta pelaksa-
naannya, (3) menganalisis keberhasilan dan dampak yang ditimbulkan dari kebijakan, dan (4)
mengetahui dan mendeskripsikan proses berakhirnya kabinet. Menggunakan metode penelitian
sejarah kritis dengan menentukan topik penelitian, heuristik atau pengumpulan sumber pene-
litian, verifikasi atau kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian (1) Kabinet
Karya menggantikan kabinet Ali II yang mengundurkan diri, kabinet ini disebut zaken kabinet,
program kabinet ini disebut pancakarya, (2) kebijakan politik luar negeri terlihat dari program
dekolonisasi hokum, (3) Tingkat keberhasilan kabinet Djuanda belum berhasil dengan maksi-
mal. Kebijakan politik ini membawa dampak bagi kehidupan baik itu dari aspek politik, ekonomi,
kewilayahan, pertahanan keamanan, dan sosial budaya. (4) Kabinet Djuanda demisioner karena
kegagalan Konstituante menyusun Undang-Undang Dasar Baru dan keluarnya Dekrit Presiden
Soekarno tanggal 5 Juli 1959.
Kata kunci: Kebijakan Politik Luar Negeri, Kabinet Djuanda, Deklarasi Djuanda, Tahun
1957-1959.

Abstract
This research aims to (1) describe the formation of the cabinets life, structures and pro-
grams, (2) analyze the Indonesian foreign policy and its implementation, (3) analyze the success
and impact of the policies, and (4) identify and describe the process of cabinet ending. This re-
search employs critical historical research methods to determine the topic of research, heuristic
or collection of research sources, verification or sources criticism, interpretation and historiogra-
phy. The research findings are (1) Kabinet Karya replaces Ali II cabinet which had resigned, this
cabinet is called zaken cabinet, the cabinets program is called Pancakarya, (2) The foreign policy
can be seen from the legal decolonization, (3) The Djuandas cabinet did not gain its success opti-
mally. This political policy has had implications for the good life for some sectors such as political,
economic, territorial, defense and security, and socio-cultural, (4) The Djuandas Cabinet became
outgoing because of the Constituent failure in composing new Constitution and the issuance of
President Sukarno Decree dated July 5, 1959.
Keywords: policy foreign policy, Djuanda cabinet, Djuanda declaration, year 1957-1959.

80
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959

PENDAHULUAN nesia dibahas dalam deklarasi ini. Deklarasi


Tahun 1950-1959 ialah masa dimana Djuanda ini selalu di bawah dalam forum in-
Indonesia menjalankan sistem demokrasi ternasional, misalnya dalam UNCLOS (Unit-
liberal dengan pemerintahan parlementer. ed Nations Conference On The Law Of The
Tercatat ada tujuh kabinet yang menjalankan Sea). Untuk memperkuat posisi Deklarasi
roda pemerintahan. Kabinet tersebut adalah ini, maka pemerintah menaikkan statusnya
kabinet Natsir pada September 1950-Maret menjadi Undang-undang tentang Perairan.
1951, Kabinet Sukiman pada April Tujuan di keluarkannya Deklarasi Djuanda
1951-Februari 1952, Kabinet Wilopo pada ini ialah membatasi kapan asing keluar ma-
April 1952-1953, Kabinet Ali Sastroamidjojo suk dalam wilayah Indonesia, serta untuk
I pada Juli 1953-1955, Kabinet Burhanudin menyatukan wilayah yang terpencar dalam
Harahap pada 1955-1956, Kabinet Ali gugusan pulau. Dengan adanya Deklarasi
Sastroamidjojo II pada Maret 1955-1957, dan Djuanda ini, kekayaan alam Indonesia dapat
Kabinet Djuanda 1957-1959 (Zulkarnain, di jaga dari tangan asing, dan di manfaatkan
2012). Kabinet Djuanda atau kabinet Karya oleh masyarakat Indonesia sendiri. Deklarasi
ini ialah kabinet ketujuh atau kabinet terakhir Djuanda membawa dampak luar biasa bagi
pada masa demokrasi parlementer. Kabinet negara Indonesia, itu terlihat dari aspek
ini terbentuk karena kabinet sebelumnya Wilayah, Batas laut territorial selebar 12 mil,
yakni kabinet Ali II sudah demisioner. Diawal Batas zona bersebelahan adalah 24 mil, Batas
kerjanya mempunyai dan menentukan lima ZEE adalah 200 mil, Batas landas benua lebih
program kerja yang disebut dengan program dari 200 mil. Aspek wilayah, Indonesia men-
pancakarya. Program pancakarya ini meliputi jadi tambah luas wilyahnya, hampir bertam-
Membentuk Dewan Nasional, Normalisasi bah setengah dari Wilayah Negara RI yang
Keadaan Republik Indonesia, Melanjutkan semula luasnya 2. 027. 087 km2 (daratan)
Pembatalan KMB, Memperjuangkan Irian bertambah luas lebih kurang menjadi 5. 193.
Barat, serta Mempercepat Pembangunan. 250 km2 (terdiri atas daratan dan lautan). Ini
Program kerja tersebut kemudian diurai- berarti bertambah kira-kira 3. 106. 163 km2
kan menjadi beberapa kebijakan. Salah satu atau kita-kira 145% (Dewan Kelautan Indo-
kebijakan tersebut ialah kebijakan politik nesia, 2009).
di sektor maritim yakni Deklarasi Djuanda. Tujuan yang ingin di capai dari penelitian
Deklrasi Djuanda ini di keluarkan tepat tang- ini adalah memberikan gambaran tentang
gal 13 Desember 1957 yakni sebuah kebi- proses terbentuknya kabinet Djuanda atau
jakan yang mengatur batas wilayah Laut kabinet karya. mengkaji dan menganalis
Indonesia. Hal ini di lakukan untuk memper- tentang kebijakan politik Luar negeri kabinet
tahankan negara Indonesia sebagai negara karya serta pelaksanaannya. menganalis
kesatuan dan juga untuk merubah batas laut tingkat keberhasilan dan dampak yang
territorial Indonesia (A. Hamzah, 1984). muncul dari kebijakan tersebut. memberikan
Secara histories batas wilayah laut Indo- gambaran umum tentang proses berakhirnya
nesia telah dibuat oleh pemerintah Kolonial kabinet Djuanda.
Belanda, yaitu dalam Territorial Zee Mari-
tieme Kringen Ordonantie tahun 1939, yang METODE
menyatakan bahwa lebar wilayah laut Indo- Penelitian ini menggunakan metode
nesia adalah tiga mil diukur dari garis rendah penelitian sejarah yang sesuai, yakni a). pe-
di pantai masing-masing pulau Indonesia. milihan topik, b). Heuristik (pengumpulan
Karenanya di antara ribuan pulau di Indone- sumber), c). Verifikasi (Kritik sumber), d).
sia terdapat laut-laut bebas yang membaha Interpretasi, e). Historiografi (Kuntowijoyo,
yakan kepentingan bangsa Indonesia sebagai 1994). Penyajian terakhir dari penelitian ini
Negara kesatuan. ialah sebuah tulisan sejarah mengenai Ke-
Deklarasi Djuanda ini bertujuan untuk bijakan politik luar negeri Indonesia masa
menjawab masalah batas laut Indonesia. Ke- kabinet Djuanda tahun 1957-1959..
bijakan politik luar negeri Pemerintah Indo-

81
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90

HASIL DAN PEMBAHASAN ngan Paguyuban Pasundan. Djuanda di


Organisasi ini menempati posisi sebagai
Terbentuknya Kabinet Djuanda
Sekretaris. Jabatan ini di embannya selama
lebih kurang lima tahun. ISV dan Paguyuban
Sekilas tentang kehidupan Ir. Djuanda
Pasundan telah membawa Djuanda untuk
Tasikmalaya sebuah kota kecil di bumi
ikut andil membangun bangsa dan negara.
Parahyangan, bumi dimana para dewa
Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
bersemayam. Tanggal 14 Januari 1911 Raden
hari bersejarah bagi bangsa Indonesia karena
Kartawijaya dan Nyi Momot sangat bahagia
bangsa Indonesia resmi merdeka dan men-
karena putera sulung mereka lahir pada
jadi sebuah negara. Proklamasi kemerdekaan
tanggal tersebut. Putera itu diberi nama
ini membuat rakyat dengan riuh riah me-
Djuanda. Raden Kartawijaya merupakan guru
nyambut dan menyebarkannya keseluruh
di sekolah Belanda, sedangkan ibunya Nyi
wilayah Indonesia. Pemerintahan Indonesia
Momot berkerja sebagai ibu rumah tangga
mulai berjalan dengan Ir. Sukarno dan Moh.
(Mirnawati, 2012). Dalam asuhan sang
Hatta Sebagai Wakil Presiden. Dalam era
ayah bunda pun, ia tumbuh besar menjadi
yang disebut dengan masa revolusi fisik ini,
seorang yang biasa saja. Memasuki usia
Djuanda sudah mulai terlibat dalam peme
untuk sekolah, oleh sang ayah Djuanda kecil
rintahan yakni Sebagai kepala Djawatan
di masukkan ke HIS. Sejak sekolah di HIS sifat
Kereta Api Republik Indonesia. Pengangka-
dan watak Djuanda mulai kelihatan yakni
tan Djuanda sebagai kepala DKA RI sesuai
watak pendiam. Tetapi, dalam hal pelajaran
dengan Maklumat Kementrian Perhubungan
Djuanda Memiliki Kemajuan yang pesat.
no. 1/KA tanggal 23 Januari 1946. Sejak saat
Kemajuan ini terlihat dari mata pelajaran
itu Djuanda sudah menceburkan diri dalam
berhitung dan bahasa belanda.
dunia politik, yakni dengan masuknya nama
Djuanda kemudian melanjutkan
beliau menjadi salah satu menteri. Djuanda
pendidikannya ke ELS ( Europese Lagere
ialah menteri marathon, maksudnya ialah
School) yakni sebuah sekolah yang di
Djuanda selalu menjadi menteri pada saat
peruntukkah bagi anak-anak orang belanda
pergantian kabinet. Djuanda pernah menjadi
dan keturunan belanda. Anak bumi Putera
Menteri Negara, Menteri Perhubungan, Men-
bisa sekolah tetapi dengan pengecualian.
teri Kemakmuran, dan puncak karier beliau
Tahun 1924 Djuanda menamatkan ELS dan
ialah saat menjadi perdana menteri di era
menempuh ujian untuk masuk HBS (Hogore
sistem parlementer. dalam kabinet Syahrir,
Burger School). Setelah menyelesaikan
Moh. Hatta, Ali Sastroamijoyo Djuanda selalu
studinya di HBS, Djuanda mendapatkan
duduk dalam posisi menteri (L. O. Nanulaita,
beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya
1983).
ke perguruan tinggi. Djuanda mendapatkan
Tahun 1957-1959 merupakan puncak
beasiswa dari pemerintah belajar THS (
karier politiknya. Dimana selama jangka
Techische Hogeschool ) Bandung. THS ini
waktu tahun tersebut Djuanda di tunjuk un-
kelak menjadi Institute Teknologi Bandung
tuk memimpin sebuah kabinet. Itu artinya
atau ITB sekarang. Selama kuliah di THS
Djuanda menempati posisi tertinggi dalam
inilah mulai tumbuh benih benih dunia
strata politik parlementer yakni sebagai ke-
pergerakan dan cinta tanah air dalam diri
pala pemerintahan atau Perdana Menteri. Se-
Djuanda. terutama saat mengikuti kegiatan
lama menjadi Perdana Menteri, kabinet yang
perkumpulan diskusi mahasiswa ISV yang
dipimpinnya ialah kabinet yang diisi oleh
didirikan oleh tokoh pergerakan favoritnya
orang-orang professional. Sehingga kabinet
yakni Soekarno. Lambat laun ia pun duduk
yang Djuanda pimpin dikenal dengan Zaken
sebagai Ketua ISV. Tidak Hanya ISV yang
Kabinet atau Kabinet Ahli. Selama menjalan
membawa Djuanda memasuki dunia Perge
kan pemerintahan, banyak kebijakan yang
rakan, Djuanda juga bergabung dalam Orga
dikeluarkan salah satunya ialah kebijakan
nisasi kedaerahan sunda yang di sebut de
politik luar negeri yakni Deklarasi Djuanda.

82
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959

Deklarasi Djuanda merupakan salah satu ge- Hatta menyatakan mengundurkan diri seba
brakan kabinet yang di pimpinnya. Deklarasi gai Wakil Presiden. Pengunduran diri Moh.
Djuanda menjadi politik luar negeri bidang Hatta tersebut ditolak oleh pimpinan TNI
kemaritiman. Dimana dengan Deklrasi terse- yang ada diluar Jawa. Pengunduran hatta
but, Indonesia resmi menjadi sebuah negara ini menyebabkan hilangnya kepercayaan
kepulauan. Walaupun banyak mendapat tan- masyarakat terhadap pemerintah pusat. Pe
tangan, tetapi Deklarasi ini menjadi tonggak ngunduran Hatta ini menandai berakhirnya
keutuhan dan kesatuan bangsa negara dan masa Dwitunggal. Pengunduran ini beraki-
Indonesia. Tahun 1963 Ir. Djuanda dipanggil bat ke partai politik yakni, PSI dan Masyumi
menghadap kembali kepada sang Pencipta. mendukung Moh. Hatta sedangkan PNI dan
Atas jasa dan perjuangan beliau, negera me- PKI dibawah garis Soekarno.
lalui pemerintah memberikan gelar pahla- Pada tahun ini juga muncul sebuah
wan nasional kepada Ir. Djuanda. Selain itu gagasan dari Presiden, gagasan tersebut lebih
nama Ir. Djuanda diabadikan menjadi nama dikenal dengan konsepsi Presiden. Tepatnya
berbgai tempat, seperti nama jalan Djuanda, tanggal 21 Februari 1957 Presiden Soekarno
nama stasiun di Jakarta yakni stasiun Djuan- mengumumkan Konsepsinya tersebut.
da, dan nama sebuah Bandar Udara interna- Konsepsi Presiden ini malah membuat negara
sional di Surabaya yakni Bandara Djuanda tambah ruwet dan memunculkan masalah
Surabaya (Mirnawati, 2012). baru. Masalah tersebut ialah penentangan
dari berbagai tokoh politik saat itu. Konsepsi
Proses Terbentuknya Kabinet Djuanda Presiden yang diumumkan tersebut berisi,
Tanggal 20 Maret 1956 Ali Sastroamijoyo a) Sistem demokrasi parlementer di ganti
dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Per- de ngan sistem demokrasi terpimpin, b) di
dana Menteri. Ali Sastroamijoyo untuk kedua bentuk suatu kabinet gotong royong yang
kalinya di tunjuk menjadi formatur kabi- anggotanya memasukkan partai-partai
net. Kabinet ini hanya berlangsung selama dalam parlemen. Dalam hal ini kabinet kaki
satu tahun saja. Karena berbagai tekanan empat, c) pembentukan Dewan Nasional,
dan peristiwa yang mengiringi perjalanan yang beranggotakan golongan fungsional,
kabinet ini. Selama satu tahun masa kabi- buruh, tani, pengusaha, dan golongan
net ini, telah terjadi a) Parlemen pemilihan perwira Militer, dimasukkan juga dalam
umum telah berputar, b) Konstituante baru Dewan Nasional, Seperti Kepala Staf AD,
saja melangkah, c) Rencana Pembangunan AL, AU, Kapolri, Jaksa Agung (Kementrian
Lima Tahun Sudah di Setujui tetapi berjalan Penerangan RI, 1970). Pada tahun ini juga
seret, d) Pimpinan Pusat TNI berhasil dista- banyak muncul perlawanan daerah yang
bilkan (angkatan darat), e) Gerakan daerah bersifat Separatis bahkan bisa dikatakan
Mengancam kesatuan dan persatuan bangsa makar terhadap sebuah negara. Sementara
dan negara, f) Hatta mengundurkan diri dari itu dikalangan internal kabinet sendiri
pemerintahan, g) Munculnya Konsepsi Pre banyak yang bermasalah, Sehingga berujung
siden, h) Pemberontakan daerah berlang- pada ditariknya menteri-menteri oleh partai
sung terus. politik tertentu. Masalah yang semakin
Gerakan daerah ini muncul sebagai ben- memuncak ini membuat Ali Sastroamijoyo
tuk dan protes terhadap pemerintahan pusat. akhirnya mengembalikan mandatnya kepada
Gerakan ini muncul karena rasa tidak puas Presiden Soekarno.
daerah terhadap kebijakan pemerintahan Pada tanggal 14 Maret 1957, Perdana
pusat. Gerakan daerah ini memunculkan de- Menteri Ali Sastroamijoyo menyerahkan
wan-dewan daerah yang dipimpin oleh per- mandat kepada Presiden Soekarno. Kabinet
wira daerah. Merebut pemerintahan sipil dan ini Bubar bukan karena mosi tidak percaya
dikuasai oleh militer. Pembentukan dewan oleh parlement tetapi karena dalam tubuh
daerah ini terjadi di Sumatera dan Sulawesi. kabinet terdapat perpecahan, sehingga partai
Pada tahun 1956 ini Wakil Presiden Moh. banyak yang menarik menterinya dari kabi-

83
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90

net. Salah satunya ialah ditariknya beberapa beberapa pertimbangan dan masukan dari
menteri dari partai Masyumi (Ali Sastroami- tokoh-tokoh politik. Akhirnya Formatur Soe
joyo, 1974). Setelah penyerahan mandat dari karno mengumumkan kabinet bentukannya
Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo, Presiden pada tanggal 8 April 1957 di Istana Bogor. For-
Sukarno mengatakan seluruh negara Indone- matur Sukarno membentuk Kabinet Darurat
sia dalam keadaan bahaya atau disebut SOB Ekstraparlementer dengan Ir. Djuanda se
(N. H. T Siahaan dkk, 1989). SOB ini di tanda bagai Perdana Menteri. Pertimbangan forma-
tangani oleh perdana menteri dan Menhan tur Soekarno menunjuk Ir. Djuanda sebagai
Ali Sastroamijoyo yang sudah Demisioner. Perdana Menteri ialah karena kecakapannya
Segera setelah itu, pada tanggal 15 Maret dalam memimpin dan ketenangannya dalam
1957 Presiden Soekarno menunjuk Soewiryo memimpin dan bukan dari kalangan partai
sebagai formatur untuk membentuk dan me- politik. Saat diajukan sebagai Perdana Men-
nyusun kabinet baru. Usaha Pertama ini ga- teri, banyak orang yang setuju dan menaruh
gal, tanggal 25 Maret 1957 Presiden memberi respek kepada Djuanda. Bahkan Presiden
tugas baru kepada Soerwiryo, tugas terse- Sukarno tidak segan memberikan jabatan se
but ialah membentuk suatu Zaken Kabinet. bagai Menteri Pertahanan kepada Ir. Djuanda.
Soewiryo, untuk kedua kalinya gagal dalam Itu artinya Ir. Djuanda merangkap jabatan,
membentuk dan menyusun kabinet yang yakni selain Perdana Menteri juga sebagai
diinginkan oleh Presiden. Hingga akhirnya Menteri Pertahanan.
Presiden Sukarno menunjuk Presiden sen Kabinet Darurat Ekstraparlementer
diri (warga negara) sebagai formatur kabi- dibawah pimpinan Perdana Menteri Djuan-
net. Soekarno kemudian mengundang be- da, diberi nama Zaken Kabinet atau Kabinet
berapa orang tokoh untuk mengadakan rapat Karya. Disebut Zaken Kabinet atau Kabinet
tertutup, rapat tertutup tersebut membahas Karya,karena dalam kabinet ini, tidak ada un-
seputar masalah kabinet, dan juga meminta sur partai politik, kabinet ini dalam pendiri-
saran untuk kabinet yang baru ini. Presiden annya tidak diusung oleh partai politik. Kabi-
juga memberikan blangko yag isinya saran net ini di isi oleh kaum profesional sesuai
terhadap kabinet baru dan juga kesediaan dengan bidangnya. Walaupun ada beberapa
diri jika nanti dipilih oleh Presiden untuk orang menterinya berasal dari partai politik,
duduk di kabinet. Sebagian besar setuju dan tetapi mereka tidak berada dalam partai poli-
menyatakan bersedia jika nanti duduk di tik dan tidak aktif dalam pergerakan partai
dalam cabinet (Duta Masyarakat, 1957). politik. Serta dalam kabinet ini, terdapat dua
Soekarno kemudian mengundang orang menteri yang berasal dari angkatan
Perdana Menteri Demisioer Ali Sastroamijoyo bersenjata.
untuk dimintai saran dan usul siapa yang Kabinet Djuanda resmi dilantik oleh Pre
tepat untuk memimpin kabinet ini. Soekarno siden Sukarno Tanggal 9 April 1957 berdasar-
mengatakan bahwa kabinet ini tidak didirikan kan surat Keputusan Presiden R. I No 108
atas dasar kepentingan partai, oleh karena itu tahun 1957 di Istana Negara (P. N. H. Siman-
yang cocok untuk memimpin kabinet ini ialah jutak, 2003). Dilantiknya Ir. Djuanda menjadi
orang yang berasal dari golongan non partai. Perdana Menteri menandai berakhirnya sta-
Ali Sastroamijoyo langsung mengatakan Ir. tus Ali Sastroamijoyo sebagai Perdana Men-
Djuanda, Ali mengatakan bahwa Ir. Djuanda teri Demisioner. Kabinet karya adalah Kabinet
ialah negarawan yang tidak berasal dari terakhir dalam sistem parlementer dan era
partai politik manapun. Ir. Djuanda ialah demokrasi Liberal. Kabinet Karya ialah kabi-
seorang teknokrat, tetapi cakap dan berhasil net yang paling lama usianya jika dibanding-
dalam memimpin. Hal ini dijelaskan Ali kan dengan kabinet lain di era sebelumnya,
kepada Soekarno karena Ali telah bekerja dan juga di era Demokrasi Liberal. Kabinet
sama selama Ali masih jadi Perdana Menteri. Karya menjalankan pemerintahan kurang leb-
Setelah meminta dan mendengarkan ih selama dua tahun. Dengan keluarnya surat

84
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959

Keputusan Presiden RI ini maka resmilah Ir. dengan tujuannya, yakni sesuai dengan kon-
Djuanda menjadi Perdana Menteri. sepsi presiden. Maka program kerja kabinet
Susunan dan Program Kerja Kabinet ini tidak jauh dari apa yang diinginkan oleh
Djuanda Presiden Soekarno. Program kerja kabinet ini
Pasca penyerahan mandat dari Perdana sering disebut dengan Pancakarya. Lima pro-
Menteri Ali II, Sukarno membentuk Kabinet gram kerja tersebut kemudian diterjemah-
baru, yang dinamakan Kabinet Karya. Kabi- kan dalam beberapa kebijakan strategis, baik
net Karya ini di bentuk berdasarkan surat kebijakan politik maupun kebijakan dibidang
Keputusan Presiden No. 108 1957. Tang- lainnya. salah satu kebijakan kabinet ini ialah
gal 9 April 1957 Presiden Sukarno mengu- kebijakan politik luar negeri. Kebijakan poli-
mumkan kabinet hasil bentukannya, kabi- tik ini lebih fokus kebijakan politik bidang
net tersebut terdiri dari satu orang Perdana hukum kemaritiman.
Menteri, dua Wakil Perdana Menteri dan dua Kebijakan politik luar negeri kabinet ini
puluh Kementerian. Kabinet Djuandapun ti- antara lain terlihat di sektor maritim. Ke-
dak luput dari tambal sulam kabinet. Setelah bijakan tersebut ialah dengan melakukan
beberapa kali melakukan Reshuffle, maka su- dekolonisasi bidang kemaritiman, yakni
sunan terakhir kabinet Djuanda tahun 1959 Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember
adalah terdiri dari satu orang perdana men- 1957. Deklarasi ini menghapus dan tidak
teri, 3 orang wakil Perdana Menteri, dan 26 memberlakukan kembali peraturan yang
kementerian (Bibit Suprapto, 1985). dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda.
Segera setelah susunan kabinet terben- Deklarasi ini tidak hanya berimplikasi secara
tuk dan sudah dilantik, langkah berikutnya nasional tetapi juga internasional. Deklarasi
yang diambil oleh Perdana Menteri Djuanda Djuanda ini merupakan sebuah Kebijakan
adalah menentukan program kerja. Kabinet politik luar negeri Indonesia, karena Prinsip-
Karya atau Zakent kabinet ini mempunyai Prinsip dalam Deklarasi ini selalu di bawah
Program kerja yang sederhana saja. Kabinet ke forum internasional PBB, salah satunya
ini Punya lima Program dalam kerjanya, lima di bawah dan dibicarakan dalam Forum PBB
program kerja tersebut di sebut dengan pan- bidang kelautan dan hukum Laut, UNCLOS
cakarya. Adapun kelima program kerja terse- (Singgih Tri Sulistiyono, 2009).
but ialah. Wilayah maritim Indonesia sangatlah
Membentuk Dewan Nasional luas, dan sebelum belanda masuk atau
Normalisasi Keadaan Republik Indonesia bangsa barat masuk ke bumi Nusantara,
Melanjutkan Pembatalan KMB belum ada pembatasan-pembatasan
Perjuangan Irian Barat mengenal wilayah laut. Laut adalah milik
Mempergiat Pembangunan. bersama sehingga penguasaannya juga
bersama-sama. Masalah dan soal batas
Kebijakan Politik Luar Negeri dan Pelak- wilayah laut ini mulai muncul saat bangsa
sanaannya barat mulai menanamkan keku asaannya di
Setelah dilantik tanggal 9 April 1957, Nusantara. Batas wilayah laut atau maritim
Ir. Djuanda resmi memegang jabatan seb- ini muncul dengan serius sebagai akibat
agai Perdana Menteri. Dalam sidang per- dari kemenangan-kemenangan bangsa
tama Kabinet, Perdana Menteri Djuanda me barat dengan kekuatan lokal di Nusantara.
ngatakan bahwa kabinetnya ialah kabinet Bermodal kemenangan-kemenangan itu
darurat ekstra parlementer. kabinet ini tidak bangsa bangsa kemudian menentukan batas
diisi oleh kaum politik, atau pun di dukung wilayah laut tanpa mempertimbangkan
oleh partai politik. Kabinet ini ialah kabi- kepentingan-kepentingan masyarakat lokal
net non partai politik. Sesuai dengan tujuan baik di bidang ekonomi maupun politik (O.
semula, bahwa kabinet ini ialah kabinet ha- W. Wolter, 1982).
sil bentukan Presiden, dimana pada saat itu Pada tahun 1616, kongsi dagang Belanda
presiden menginginkan kabinet yang sesuai yang lebih dikenal dengan VOC mengirimkan

85
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90

utusannya ke Makassar. VOC mengirim menteri tanggal 13 Desember 1957, usu-


utusan itu dengan agenda yakni melarang lan Mr. Mochtar Kusumaatmajaya di terima
orang Massakar untuk melakukan kegiatan dan dijadikan sebgai landasan hukum laut
perdagangan di Kepulauan Maluku. Larangan Indonesia. Selanjutnya usulan tersebut di
VOC tersebut jelas jelas merugikan orang jadikan sebuah deklarasi oleh Dewan Men-
Makassar terutama bidang perdagangan dan teri. Deklarasi tersebut lebih dikenal dengan
pelayaran (Tommy H. Purwaka, 1993). Tahun Deklarasi Djuanda.
1939, pemerintah kolonial hindia belanda Deklarasi ini dibawah kedalam forum
membuat sebuah undang-undang yang internasional, yakni United Nations Confer-
berkenaan dengan hukum laut secara lebih ence Law of the Sea (UNCLOS). dalam forum
komprehensif. Pemerintah Hindia belanda tersebut Indonesia berkesempatan untuk
mengenluarkan kebijakan ini ialah untuk menyampaikan gagasannya. Gagasan men-
melindungi hindia belanda, maka pemerintah genai negara kepulauan tersebut, banyak
colonial membuat sebuah ordonansi tentang mendapat tentangan dari negara luar, dan
laut territorial dan lingkungan maritim. negara-negara besar. Hal ini karena konsep
Undang-Undang tersebut tertuang dalam tersebut baru dalam tata hukum laut interna-
Staatblad tahun 1939 No 442 tentang sional. Walaupun mendapat penolakan, tetapi
Territoriale Zee En Maritieme Kringen Indonesia tetap berusaha dengan gigih mem-
Ordonantie. Ordonansi tersebut tertuang perjuangkan usulannya, salah satunya ialah
dalam artikel 1 ayat 1 yang berbunyi bahwa dengan menterjemahkan Deklarasi Djuanda
laut teritorial Hindia belanda adalah tiga ke dalam hahasa Inggris. Dengan harapan
mil laut dari garis air surut pulau-pulau banyak bangsa dan negara yang bersimpati
atau bagian bagian pulau yang termasuk dengan usulan dan perjuangan Indonesia.
wilayah hindia belanda. diluar jarak sejauh Sejak di umumkan tanggal 13 Desem-
tiga mil tersebut ialah laut bebas dan laut ber 1957, Deklarasi Djuanda mendapat
internasional, yang berarti semua kapal mendapat protes dari negara-negara kepu-
asing dapat dengan leluasa mengarungi lauan besar di dunia. Protes yang dilakukan
lautan Nusantara. Dapat di pastikan prinsip antara lain melalui tulisan di surat kabar,
laut bebas dan konsep pulau demi pulau melalui radio, dan melakukan protes secara
yang dilakukan Pemerintah Kolonial diplomatik kementerian luar negeri Indo-
Hindia Belanda ialah untuk memudahkan nesia. Protes secara diplomatik tersebut me
pengepungan terhadap hindia belanda itu ngalir dari negara-negara besar mulai tang-
sendiri. gal 30 Desember 1957. Dimulai dari Amerika
Saat merdeka pun bangsa Indonesia be- Serikat yang melayangkan protes tanggal
lum mampu untuk membuat peraturan sen 30 Desember 1957, disusul Inggris tanggal
diri, bangsa Indonesia masih menggunakan 3 Januari 1958, Australia 3 Januari 1958,
produk buatan Belanda. Hal ini karena Indo- Belanda 3 Januari 1958, Perancis 3 Januari
nesia masih sibuk mengurusi urusan dalam 1958, dan Selandia Baru 1958 (Surat Kabar
negeri yang banyak terjadi pemberontakan. Harian Umum, 1958). Tidak hanya negara
Usaha untuk mengubah hukum laut tersebut yang melakukan protes, beberapa organisasi
dimulai dari kabinet Ali II, tetapi kabinet Ali dunia yang mempunyai kepentingan di per-
II sudah bubar. Usaha ini di lanjutkan dengan airan Indonesia juga turut melakukan protes.
Kabinet Djuanda, yakni dengan menunjuk Protes tersebut misalnya datang dari SEATO,
Mr. Mocthar Kusumaatmaja untuk mencari suatu organisasi pertahanan negara-negara
dasar hukum laut yang tepat bagi Indonesia. barat.
akhirnya Mr. Mocthar mengusulkan Konsep Bahkan dalam penyataan terpisah, SEATO
Archipilagic Principle, atau Prinsip Kepu- mengatakan bahwa kehendak SEATO yang
lauan yakni sebuah sebuah prinsip yang me- ingin melakukan latihan perang di perairan
nyatukan semua unsur wilayah negara, baik kepulauan Indonesia , SEATO berpendapat,
lautan dan daratan. Dalam sidang dewan bahwa sesudah jarak tiga mil, maka perairan

86
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959

yang ada di kepulauan Indonesia bukan menegaskan ke dunia internasional bahwa


lagi menjadi wilayah dari Negara Kesatuan Luas Wilayah laut Indonesia ialah 12 Mil di
republik Indonesia. atas penolakan tersebut, tarik lurus dari garis pangkal pulau. Tetapi
Indonesia akhirnya menyimpulkan bahwa kabinet ini juga mengalami kegagalan yang
wilayah negaranya memang sangat strategis besar karena tidak berhasil membawa kon-
bagi negara-negara barat dan sangat sep negara kepulauan di terima oleh dunia
menguntungkan, baik itu secara ekonomi dalam konvensi hukum laut.
maupun secara militer. Oleh karena itulah Keberanian kabinet ini untuk mengubah
Indonesia berpikir untuk segera menaikkan sistem hukum laut internasional tidak dapat
status Deklrasi Djuanda yang tadinya hanya dipandang remeh lagi oleh negara lain.
sebuah pengumuman pemerintah menjadi Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember
sebuah produk hukum yang sifatnya formal 1957, sebagai bentuk Kebijakan politik Luar
dan legal. negeri Indonesia mengalami kegagalan.
Kegagalan ini karena dalam Konvensi Hukum
Tingkat Keberhasilan dan Dampak Kebi- laut I usulan konsep negara kepulauan yang
jakan Politik Luar Negeri di ajukan oleh Indonesia ditolak dan banyak
Berhasil tidaknya sebuah kebijakan yang mendapat protes dari negara maritim besar
dijalankan pada suatu pemerintah dapat li- dunia. Penolakan negara lain lebih kepada
hat dari aspek timbal balik dari apa yang di- lebar laut yang 12 mil namun menerima usul
jalankan. Selain itu, berhasil tidaknya sebuah untuk sistem penarikan garis-garis pangkal
kebijakan dapat juga di ukur dengan respon lurus. Konferensi ini berakhir dengan
atau tanggapan dari negara lain atas apa yang menghasilkan keputusan empat perjanjian
diwacanakan atau apa yang diterapkan. Kabi- internasional, tanpa membahas masalah
net Djuanda dengan programya pancakarya lebar laut wilayah negara. serta Indonesia
tersebut, telah menterjemakanya menjadi menarik kembali usulannya karena belum
beberapa kebijakan. Salah satu kebijakan mendapat cukup pengertian dan dan
tersebut ialah kebijakan politik politik luar dukungan dari negara lainnya.
negeri. Selain berhasil kebijakan ini juga
Kebijakan politik luar negeri kabinet membawa dampak bagi kehidpan negara
Djuanda ini, sering kita kenal dengan Deklra- Indonesia , dampak tersebut terlihat dari
si Djuanda. Deklarasi Djuanda dalam isinya berbagai aspek, yakni aspek wilayah, aspek
menjelaskan tentang bagaimana penerapan politik dan aspek ekonomi. secara wilayah
sistem asas kepulauan dalam sebuah negara. Setelah Deklarasi Djuanda 13 desember
Deklarasi tersebut juga menjelaskan apa itu 1957, Indonesia memberlakukan asas negara
Prinsip kepulauan kepada negara lain di du- kepulauan bagi seluruh wilayahnya. dan jarak
nia. Kebijakan ini terbilang berhasil karena 3 Mil tidak lagi berlaku, tetapi menjadi 12 Mil
pemerintah melalui kabinet Djuanda telah laut. Sehingga dengan 12 mil laut tersebut,
berani merubah Undang-Undang tentang maka tidak ada lagi istilah laut bebas di
wilayah laut Indonesia buatan kolonial belan- antara wilayah Indonesia. Maka utuh dan
da. Keberhasilan ini juga ditunjukkan dengan bulatlah sudah wilayah negara Indonesia.
keberanian Indonesia menyampaikan asas Deklarasi Djuanda tersebut mengakibatkan
kepulauan ini kepada dunia internasional. luas wilayah Republik Indonesia bertambah
Dalam konvensi hukum laut tahun 1958 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km menjadi
di jenewa, Indonesia berhasil memasukkan 5.193.250 km dengan pengecualian Irian
usulannya untuk landas kontingen negara, Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tapi
tetapi Indonesia gagal dalam diplomasi guna waktu itu belum diakui secara internasional
memuluskan usulannya tentang negara kep- karena masih bersengketa dengan Belanda.
ulauan. Pencapaian terbesar ialah dengan Berdasarkan perhitungan 196 garis batas
kabinet Djuanda ialah dengan megikuti Kon- lurus (straight baselines) dari titik pulau
vensi Hukum Laut yang Pertama, dan berhasi terluar (kecuali Irian Jaya), terciptalah garis

87
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90

maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


mil laut (http://www. bakorsurtanal. go. id). Undang no 4 tahun 1960 tentang perairan
Selain berdampak pada aspek Indonesia. dinaikkannya Deklarasi Djuanda
kewilayahan, kebijakan ini berdampak pula ini adalah karena kegagalan Indonesia dalam
pada aspek politik. Keluarnya Deklarasi UNCLOS I dan II di Jenewa.
Djuanda yang menjadikan wilayah Indonesia Berakhirnya Kabinet Djuanda
menjadi satu kesatuan yang utuh maka, peta Konstituante hasil pemilu 1955 mulai
politik juga ikut berubah. Politik Indonesia bekerja pada akhir 1956, tepatnya setelah
tidak lagi pada pulau, tetapi lebih kepada Presiden Soekarno melantik anggota Konsti-
konsep Politik nasional. Indonesia merupakan tuante pada tanggal 10 November 1956. Saat
satu kawasan kepualauan terbesar dunia, bersidang ada 42 hal yang patut dimasuk-
maka konsep politik yang hendaknya kan dalam Undang Undang Dasar yang baru.
dipakai ialah konsep politik kawasan, atau Sementara itu 7 hal lain masih di perdebat-
Geopolitik. Geopolitik berasal dari kata kan dalam konstituante, yakni masalah Fede
geo=bumi, politik = Kekuasaan. Secara ralisme atau Unitaris, bentuk pemerintahan
harfiah berarti politik yang dipengaruhi oleh Parlementer atau Presidensiil, masalah dasar
kondisi dan konstelasi geografi. Maksudnya negara, masalah wakil kepala negara, serta
adalah pertimbangan-pertimbangan dasar yang paling prinsip ialah masalah ideologi
dalam menentukan alternatif kebijaksanaan Negara (Zulfikar Gazali, dkk, 1989). Kons
nasional untuk mencapai tujuan nasional, tiante Bersidang selama 2 tahun, dan se-
dipengaruhi geografi. Geopolitik Indonesia lama dua tahun tersebut Konstiuante tidak
ialah suatu pemahaman tentang negara menghasilkan apa-apa. Akhirnya muncul
Indonesia yang menganut paham negara wacana untuk kembali ke UUD 45 sebagai
kepuluan, yaitu paham yang dikembangkan dasar negara. Akhirnya pada tanggal tanggal
dari asas archipelago yang memang 30 Mei 1959, Konstituante akhirnya sepakat
berbeda dengan pemahaman archipelago untuk mengadakan sidang guna menetapkan
dinegara-negara barat pada umumnya. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar
Menurut paham barat, laut berperan sebagai negara Republik Indonesia.
pemisah pulau. Sedangkan menurut Pada tanggal 30 Mei tersebut sidang me-
paham Indonesia laut adalah penghubung milih cara pemungutan suara untuk menen-
sehingga wilayah negara menjadi satu tukan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
kesatuan yang utuh sebagai tanah Air dan dasar negara. Pada pemungutan suara per-
disebut negara kepulauan. Maka, Geopolitik tama tanggal 30 Mei hadir peserta sebanyak
ialah konsep politik yang memandang 468 orang, 269 diantaranya setuju dengan
suatu kawasan atau wilayah Geografis yang Undang-Undang Dasar 1945 dan 199 orang
berada dalam suatu wilayah hukum yang menyatakan tidak setuju. Hasil pemungutan
menyatu. geopolitik hendaknya dipakai suara ini menunjukkan mayoritas ingin kem-
sebagai acuan dasar bagi pemerintah dalam bali ke Undang-Undang Dasar 1945. Sayang-
membuat kebijakan politik nasional (http:// nya, menurut tata tertib sidang, hasil tersebut
wartawarga. gunadarma. ac. id/2010). Aspek belum quorum atau 2/3 dari jumlah keselu-
ekonomi juga membawa dan berpengaruh ruhan, berarti minimal 316 suara.
terhadap Indonesia , dengan bertambahnya Pengumutan suara dilakukan kembali
wilayah Indonesia maka ekonomi Indonesia pada tanggal 1 Juni 1959. Pemungutan suara
juga akan kuat dan maju karena wilayah laut yang kedua ini dihadiri oleh 466 peserta,
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang hasilnya 263 setuju dan 203 menyatakan
dapat membuat perekonomian Indonesia tidak setuju. Pemungutan suara yang
maju pesat. kedua ini tetap tidak mencapai quorum,
Pasca demisionernya kabinet Djuanda, Pemungutan suara dilanjutkan lagi tanggal
maka pemerintah menaikkan status Dekla 2 Juni 1959. Pemungutan suara tanggal 2
rasi Djuanda menjadi Undang-Undang yakni Juni ini, merupakan pemungutan suara yang

88
Febta Pratama dan Aman Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959

ketiga sekaligus yang terakhir dalam sidang dengan resmi berlakunya kembali UUD 45
Konstituante. Dalam pemungutan suara sebagai Dasar Negara. sehingga secara oto-
ini, banyak peserta yang hadir 468 peserta matis kabinet Djuanda Demisioner. Hal ini
dengan hasil 264 peserta menyatakan setuju Karena kabinet Djuanda dibentuk dengan
dan 204 menyatakan tidak setuju. Sidang UUD Sementara 1950. Dengan berlakunya
Konstituante sebanyak tiga kali berturut- Sistem Pemerintahan dan Demokrasi yang
turut mulai dari tanggal 30 Mei sampai 2 Juni baru di Indonesia yakni demokrasi terpim-
1959 tetap tidak menghasilkan keputusan pinnya Soekarno, maka bubarlah pula kabi-
apapun. net Djuanda atau Kabinet Karya yang juga
Pada masa ini Konstituante memasuki menandai berakhirya sistem demokrasi par-
masa Floating Mass atau massa mengam- lementer di Indonesia.
bang, yakni suatu masa dimna terjadi titik
jenuh, yakni banyak anggota Konstituante SIMPULAN
yang sudah malas untuk menghadiri sidang,
Kebijkan politik luar negeri, berhasil
dan juga banyak yang memboikot konsitu-
memperkenalkan konsep negara kepulauan
ante. Sedangkan masyarakat terus berharap
kepada konferensi Hukum Laut. Tetapi kon-
akan lahirnya sebuah undang-undang Dasar
sep negara kepulauan yang usung oleh dele-
baru yang memang benar-benar mengako-
gasi Indonesia gagal di terima saat konferensi.
modir semua keinginan dan tuntutan. Ke-
kegagalan tersebut, ialah ketidak berhasilan
nyataan ini menghadapkan Presiden Soe
kabinet ini. Kabinet ini dalam memperjuang-
karno untuk memilih mengeluarkan sebuah
kan masalah kemaritiman hanya dari tahun
kebijakan. Kebijakan tersebut yakni menge-
1957-1959. Itu artinya hanya pada saat kon-
luarkan Dekrit Presiden. Saat masih berada
ferensi hukum laut yang pertama. Pada kon-
di luar negeri, Presiden menerima kawat
ferensi hukum laut yang pertama ini Indo-
dari Soewiryo yang berisi agar presiden
nesia gagal menempatkan usualannya yakni
segera mengeluarkan Dekrit kembali ke-
12 mil lebar wilayah territorial suatu negera
pada Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat
kepulauan.
itu Soewiryo ialah kader PNI yang menjabat
Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 De-
sebagai ketua umum PNI. Setelah pulang
sember 1957 membawa dampak bagi ke-
dari kunjungannya ke luar negeri, presiden
hidupan Indonesia , baik dari aspek kewila
Soekarno memanggil pejabat penting untuk
yahan, dari aspek ekonomi, dari aspek poli-
berdiskusi mengenai Dekrit Presiden dan
tik, dan dari aspek pertahanan keamanan
permasalahan negara. Setelah sekian lama
dan aspek sosial budaya. Dari sisi ekonomi,
berdiskusi, akhirnya presiden Soekarno
Jelas deklarasi Djuanda menguntung bagi
mengatakan akan mengeluarkan Dekrit. Ter-
Indonesia, karena Indonesia dapat mengek-
tanggal 3 Juli 1959 Presiden dengan resmi
sploitasi sumberdaya alam yang ada di da-
mengatakan kepada kabinet bahwa ia akan
ratan, maupun diwilayah lautan seperti di
mengeluarkan Dekrit. Dekrit ini disusun oleh
daerah lepas pantai. Dari sisi pertahanan
Presiden, PM. Djuanda, Moh. Yamin, A. H. Na-
keamanan Indonesia mempunyai tugas yang
sution, dan Mr. Wahab. Perlu di ketahui bah-
berat untuk menjaga keutuhan wilayah Indo-
wa TNI AD adalah salah satu yang menyetujui
nesia dari sektor maritim. Fungsi Pertahanan
Dekrit Presiden (Bibit Suprapto, 1985).
keamanan ini kemudian diserahkan kepada
Tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
TNI AL selaku penguasa dan ujung tombak
mengeluarkan Dekritnya, adapun isi dekrit
pertahanan keamanan wilayah Republik In-
tersebut secara ringkas ialah (a) Pembuba-
donesia.
ran Konstituante,(b) Tidak berlakunya UUD
Perjuangan dilanjutkan ketika masa kabi-
Sementara 1950, (c) Berlakunya kembali
net kerja, pasa tahun 1960 pemerintah mem-
UUD 1945, (d) Pembentukan MPRS dan
perkuat posisi deklrasi Djuanda menjadi se-
DPAS dalam jangkah waktu yang singkat.
buah Undang-Undang. Yakni UU No. 4/ PRP
Dengan dibacakannya Dekrit Presiden maka

89
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 80-90

1960 tentang perairan Indonesia. Kabinet Duta Masyarakat, SOB Di Umumkan di


Djuanda demisioner bukan karena mendapat seluruh Indonesia, Tanggal 15 Maret,
mosi tidak percaya dari parlement. Kabinet 1957.
ini demisioner karena perubahan struktur Gazali, Zulfikar, dkk. 1989. Sejarah Politik
politik negara Indonesia. Kabinet ini demi Indonesia. Jakarta: Departement
sioner karena gagalnya konstituante menyu- Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
sun Undang-Undang Dasar baru serta ke- Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek
luarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah
Dekrit ini mengubah struktur politik dari Nasional.
parlementer ke presiden sill, serta dari Libe Hamzah, A. 1984. Laut, Territorial dan
ral kedemokrasi terpimpin. Setelah Dekrit Perairan Indonesia: Himpunan Ordonansi,
keluar pada tanggal 5 Juli, tanggal 6 Juli Undang-Undang dan Peraturan Lainnya,
1959 Perdana Menteri Djuanda menyerah- Jakarta: Akademika Pressindo.
kan kembali mandat yang diterima. Tetapi Kementrian Penerangan RI. 1970. Susunan
kabinet ini tetap bekerja hingga kabinet baru dan Program Kabinet Selama 25 Tahun.
dibentuk oleh presiden. Kabinet ini bekerja Jakarta : Pradjna Paramitha.
sebagi kabinet demisioner. Mirnawati. 2012. Kumpulan Pahlawan
Nasional, Jakarta: Penerbit Swadaya
UCAPAN TERIMA KASIH Group
Diucapkan terima kasih kepada semua Nanulaita, I. O. 1983. Ir. H. Djuanda
pihak yang telah membantu proses peneli- Kartawijaya. Jakarta:Departement
tian ini. Kami juga turut mengucapkan terima Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
kasih kepada Dewan Redaksi atas termuat- Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek
nya artikel ini dalam jurnal sehingga artikel Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah
ini dapat dibaca oleh berbagai kalangan. Nasional.
Purwaka, Tommy H. 1993. Pelayaran
DAFTAR PUSTAKA Antar- Pulau Indonesia, Jakarta: Pusat
Studi Wawasan Nusantara, Hukum, dan
Dewan Kelautan Indonesia. 2009. Himpunan
Pembangunan, Bumi Aksara.
Peraturan Perundangan-Undangan di
Siahaan, N. H. T, dkk. 1989. Hukum Laut
Bidang Kelautan, Jakarta: Sekretariat
Nasional: Himpunan Peraturan
Dewan Kelautan Indonesia.
Perundangan-Undangan Kemaritiman.

90

Anda mungkin juga menyukai