Oleh Kelompok 2 :
1. Muh. Hasyim Labobar
2. Muflih Athillah
3. Misbayanti
4. Muh. Ikram
5. Nur Alifah Putri Nabila
6. Muh. Fadhil Ramadhan
7. Miftahul Akil
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Perkembangan Politik dan Ekonomi
pada Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa
Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa
Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
Perkembangan Politik dan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................... 11
B. Saran..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abdurrahman Wahid yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur
terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia keempat pada tanggal 20
Oktober 1999. Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden tidak terlepas dari
keputusan MPR yang menolak laporan pertanggungjawaban Presiden B.J.
Habibie. Berkat dukungan partai-partai Islam yang tergabung dalam Poros
Tengah, Abdurrahman Wahid mengungguli calon presiden lain yakni
Megawati Soekarno Putri dalam pemilihan presiden yang dilakukan melalui
pemungutan suara dalam rapat paripurna ke-13 MPR. Megawati Soekarno
Putri sendiri terpilih menjadi wakil presiden setelah mengungguli Hamzah
Haz dalam pemilihan wakil presiden melalui pemungutan suara pula. Ia
dilantik menjadi wakil presiden pada tanggal 21 Oktober 1999.
Perjalanan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dalam
melanjutkan cita-cita reformasi diawali dengan membentuk Kabinet Persatuan
Nasional. Kabinet ini adalah kabinet koalisi dari partai-partai politik yang
sebelumnya mengusung Abdurrahman Wahid menjadi presiden yakni PKB,
Golkar, PPP, PAN, PK, dan PDI-P. Di awal pemerintahannya, Presiden
Abdurrahman Wahid membubarkan dua departemen yakni Departemen
Penerangan dan Departemen Sosial dengan alasan perampingan struktur
pemerintahan. Selain itu, pemerintah berpandangan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh kedua departemen tersebut dapat ditangani oleh masyarakat
sendiri. Dari sudut pandang politik, pembubaran Departemen Penerangan
merupakan salah satu upaya untuk melanjutkan reformasi di bidang sosial dan
politik mengingat departemen ini merupakan salah satu alat pemerintahan
Orde Baru dalam mengendalikan media massa terutama media massa yang
mengkritisi kebijakan pemerintah.
Pembubaran Departemen Penerangan dan Sosial diiringi dengan
pembentukan Departemen Eksplorasi Laut melalui Keputusan Presiden No.
355/M tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999. Sedangkan penjelasan mengenai
1
2
tugas dan fungsi termasuk susunan organisasi dan tata kerja departemen ini
tertuang dalam Keputusan Presiden No. 136 tahun 1999 tanggal 10 November
1999. Nama departemen ini berubah menjadi Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP) berdasarkan Keputusan Presiden No. 165 tahun 2000
tanggal 23 November 2000. Pembentukan departemen ini memiliki nilai
strategis mengingat hingga masa pemerintahan Presiden Habibie, sektor
kelautan Indonesia yang menyimpan kekayaan sumber daya alam besar justru
belum mendapat perhatian serius dari pemerintah sebelumnya. Selain
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya kelautan, berbagai kegiatan ekonomi
yang terkait langsung dengan laut meliputi pariwisata, pengangkutan laut,
pabrik dan perawatan kapal dan pengembangan budi daya laut melalui
pemanfaatan bioteknologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Perkembangan Politik dan Ekonomi pada
Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembentukan kabinet persatuan nasional pada masa
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid?
2. Bagaimana reformasi bidang hukum dan pemerintahan pada masa
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid?
3. Bagaimana reformasi di bidang militer pada masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid?
4. Bagaimana kejatuhan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Perkembangan
Politik dan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pembentukan kabinet persatuan nasional pada masa
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
3
4
5
pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto. Ketika Gus Dur kembali
ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur
agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah
pikirannya dan memintanya mundur. Pada April 2000, Gus Dur memecat
Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri
Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Wahid adalah
bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah
memberikan bukti yang kuat. Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur
dengan Golkar dan PDI-P.
Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang
sosial-politik, Gus Dur menemukan sekutu, yaitu Agus Wirahadikusumah,
yang diangkatnya menjadi Panglima Kostrad pada bulan Maret. Pada Juli
2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan
yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI
mulai menekan Wahid untuk mencopot jabatan Agus. Gus Dur mengikuti
tekanan tersebut, tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf
Angkatan Darat. Petinggi TNI merespons dengan mengancam untuk pensiun,
sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan.
Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar
Jihad tiba di Maluku dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke
Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen.
Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, tetapi mereka tetap
berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.
A. Kesimpulan
Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Gus Dur masih
tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih
mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri.
Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh mayoritas anggota
MPR. Selama pidato, Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan
menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugas. Anggota MPR setuju dan
mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR
berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan
Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan
kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati
menunjukkan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman
kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan.
Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur.
Pada September, Gus Dur menyatakan darurat militer di Maluku
karena kondisi di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahwa
Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh
Fuad Bawazier, menteri keuangan terakhir Soeharto. Pada bulan yang sama,
bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan
bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia.
[49] Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Desember
2000, terjadi serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan delapan kota
lainnya di seluruh Indonesia.
Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elite politik yang kecewa
dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukkan
kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur
sebagai presiden tahun lalu. Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi
dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik
mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu
11
12
pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 anggota
DPR menandatangani petisi yang meminta pemakzulan Gus Dur.
B. Saran
Memahami perkembangan politik dan ekonomi pada masa
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dapat memberikan pelajaran
penting bagi perubahan sistem demokrasi dan upaya memperbaiki kehidupan
berbangsa dan bernegara di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Gonggong, Anhar dan Musya Asy’arie (ed). 2005. Sketsa Perjalanan Bangsa
Berdemokrasi. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika.