Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Kabinet Persatuan Nasional

Kabinet Persatuan Nasional adalah kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden


Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri. Kabinet ini dilantik pada 28
Oktober 1999 dan masa baktinya berakhir pada 23 Juli 2001.

K.H. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai presiden pada tanggal 20 Oktober 1999.
Abdurrahman Wahid mengungguli calon presiden lain yakni Megawati Soekarno Putri dalam
pemilihan presiden yang dilakukan melalui pemungutan suara dalam rapat paripurna ke-13 MPR.

Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi wakil presiden setelah mengungguli Hamzah Haz
dalam pemilihan wakil presiden melalui pemungutan suara pula. Ia dilantik menjadi wakil
presiden pada tanggal 21 Oktober 1999.

Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi
anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK).

1.2 Kebijakan Kebijakan Yang Ada Pada Kabinet Persatuan Nasional

1.2.1 Pemulihan Hak-hak Sipil Penganut Konghucu

Pada Era Orde Baru, kehidupan beragama di Indonesia diatur melalui surat edaran
Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/B.A.012/4683/95 yang menyatakan bahwa
agama yang diakui pemerintah adalah Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha,
sedangkan Konghucu tidak diakui sebagai agama dan tidak boleh diajarakan di
sekolah-sekolah. Untuk mengatasi hal itu, Abdurrahman Wahid menerbitkan
keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai pemulihan hak-hak sipil penganut
Konghucu.

1
Wawasan kebangsaan yang berlandaskan relativisme ternyata masih berbenturan
dengan sebagai kelompok masyarakat yang berpaham etnosentrisme, lebih-lebih
dalam kaitanya dengan isu agama.

1.2.2 Perhatian Presiden pada Kebebasan Pers


Abdurrahman Wahid juga meneruskan kebijakan Presiden B. J. Habibi di bidang
pers.
Pada masa pemerintahanya terjadi pengrusakan dan penyegelan terhadap kantor
harian Jawa Pos di Surabaya yang dilakukan oleh masa pendukungnya karena
dianggap memuat pemberitaan tentang berbagai kasus negatif di jaringan kekuasaan
Presiden Abdurrahman Wahid. Walaupun demikian, kejadian tersebut justru
didukung oleh Abdurrahman Wahid yang menganggap bahwa harian Jawa Pos telah
menempuk mekanisme yang salah. Ia juga seringkali menyalahkan dunia pers yang
dianggap salah mengutip berbagai pernyataan-pernyataan yang kontroversial.

1.2.3 Kasus KKN Suharto Dibuka Kembali


Kasus KKN yang dituduhkan terhadap mantan Presiden Suharto, pada masa
Abdurrahman Wahid dibuka kembali pada tanggal 6 Desember 1999.

Jaksa Agung Marzuki Darusman bertekad menyelesaiakn kasus mantan Presiden


RI ini di pengadilan. Namun Gus Dur tampaknya lebih cenderung menghindari
proses peradilan dan lebih mengutamakan penyelesaian secara politis, asal Suharto
mau mengembalikan sebagian kekayaanya kepada masyarakat.

Proses peralihan Suharto pun dimulai. Akan tetapi, pemeriksaan tidak dapat
dilanjutkan dengan alasan kondisi kesehatan Suharto terganggu. Kejaksaan agung
akhirnya hanya mengenakan tahanan kota dan larangan bepergian ke luar negeri
kepada mantan Presiden Orde Baru tersebut. Setelah status tahanan kota berubah
menjadi tahanan rumah, pada tanggal 3 Agustus 2000 Suharto dinyatakan sebagai
terdakwa kasus korupsi yang berkaitan dengan yayasan-yayasan yang pernah
dipimpinya.

2
1.2.4 Perjalanan Luar Negeri Presiden

Pada bulan Januari 2000, K. H. Abdurrahman Wahid melakukan perjalanan


keluar negeri yaitu ke Swiss untuk menghadiri forum Ekonomi Dunia dan
mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Pada bulan Februari,
Abdurrahman Wahid melakukan perjalanan luar negeri lain dengan mengunjungi
Ingris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Dalam perjalanan pulang dari Eropa,
Abdurrahman Wahid juga mengunjungi Timor Leste. Pada bulan April,
Abdurrahman Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba
untuk menghadiri pertemuan G-77, sebelum kembali melewati kota Meksiko dan
Hong Kong. Pada bulan Juni, Abdurrahman Wahid sekali lagi mengunjungi
Amerika, Jepang, dan Prancis dengan Iran, Pakistan, dan Mesir sebagai tambahan
paru dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.

Bulan Februari, ia meminta Jendral Wiranto mengundurkan diri dari jabatan


Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Abdurrahman Wahid melihat
Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena
tuduhan pelanggaran HAM di Timor-Timur oleh Wiranto. Abdurrahman Wahid
kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan
Abdurrahman Wahiduntuk tidak menggantikanya. Bulan April 2000, Abdurrahman
Wahid memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan
Menteri BUMN Laksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Abdurrahman Wahid
adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasusu korupsi, meskipun Abdurrahman
Wahid tidak pernah memberikan bukti yang kuat. Hal ini memperburuk hubungan
Abdurrahman Wahid dengan Golkar dan PDI-P.

1.2.5 Negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

Pada bulan Maret 2000, pemerintahan Abdurrahman Wahid mulai melakukan


negosiasi dengan gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah
menandatangani nota kesepakatan dengan GAM.

3
1.2.6 Pencabutan Pelarangan Marxisme dan Leninisme

Abdurrahman Wahid juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966


yang melarang Marxisme-Leninnisme dicabut.

1.2.7 Membuka Hubungan dengan Israel

Presiden Abdurrahman Wahid juga membuka hubungan dengan Israel, yang


meyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia. Isu ini dianggkat dalam
pidato Ribbhi Awud, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen
Palestina tahun 2000. Isu lain muncul adalah keanggotaan Abdurrahman Wahid pada
Yayasan Shimon Peres. Baik Abdurrahman Wahid dan menteri luar negerinya Alwi
meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti.

1.2.8 Reformasi Militer


Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial
politik, Abdurrahman Wahid menentukan sekutu, yaitu Agus Wirahardikusuma,
yang diangkat menjadi Panglima Kostrad pada bulan Maret. Pada bulan Juli 2000,
Agus mulai membuka skandal yang melkibatkan Dharma Putra, yayasan yang
memiliki hubungan dengan Kostrad. Abdurrahman Wahid mengikuti tekanan
tersebut, tapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.
Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun sehingga Abdurrahman
Wahid kembali harus menurut pada tekanan.

1.2.9 Amandemen Kedua UUD 1945


Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, MPR kemabali melakukan
amandemen terhadap UUD 1945. Amandemen yang dilakukan pada tanggal 18
Agustus 2000 tersebut berkaiatan dengan susunan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terdiri atas pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten, dan
kota dengan memperhatikan kekhususan, keistimewaan, dan keragaman daerah.
Institusi ABRI yang selama rezim Orde Baru diindikasikan sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaan dan melakukan tindakan represif terhadap berbagai
gerakan dan upaya demokrasi, dirombak dengan memisahkan Polri dan ABRI

4
sehingga terbentuk dua institusi, yakni TNI dan Polri. Penegasan pemisahan ini
sekaligus merupakan upaya untuk mengambil fungsi-fungsi tiap-tiap institusi
tersebut, yakni TNI sebagai alat pertahanan negara dan Polri sebagai alat keamanan
dan ketertiban masyarakat serta penegakkan hukum. Bila pada masa Orde Baru
ABRI menempati posisi sentral, pada masa reformasi ABRI harus rela memberi jalan
bagi instansi fungsional terkait untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya.

1.2.10 Membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan


Dalam pandangan Abdurrahman Wahid Departemen sosial hanya sebagai sarang
berbagai penyimpangan, seperti korupsi dan dana bantuan kemanusiaan yang tidak
sampai secara utuh kepada para korban bencana alam atau para pengungsi yang di
daerahnya terjadi konflik sosial.
Sedangkan Departemen penerangan di anggap sering diperalat untuk mendistorsi
berbagai pemberitaan yang hanya menguntungkan kepentingan para penguasa orde
baru.

1.3 Struktur Kabinet Persatuan Nasional

5
6
7
8
9
10
1.4 Kelemahan dan Kelebihan Kabinet Persatuan Nasional

1.4.1 Di Bidang Politik

a) Kelebihan :

· Membentuk Kabinet Persatuan Nasional

· Sering melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama


dengan negara lain, menarik investasi, menerima penghargaan, berobat,
sekaligus menghadiri bebagai forum dunia seperti forum ekonomi dunia atau
pertemuan negara G-77.

· Politik Luar Negeri Yang Bebas Aktif

Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan pemborosan, akan


tetapi ini dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia. Akibat rezim
Pak Soeharto, citra Indonesia dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat
demokratisasi yang rendah. Untukmengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur
melakukan kunjungan ke Negara Negara yang tergabung dalam ASEAN,
Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika. Karena kunjungan ini politik politik
bebas aktif begitu kentara. Seringnya Presiden Gus Dur berkunjung ke luar
negeri ini ternyata mendapat respon positif dari dunia, bahkan membuka
peluang kerjasama (terutama kerjasama dalam bidang perdagangan).

11
· Iklim Politik Yang Demokratis

Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak
terwujud. Hal ini dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:

Ø Penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas.

Ø Pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan


dan sosial) hengga “niat” Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan
Israel.

Ø Kecenderungan pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu


dan keberagaman (dasar dari demokrasi) serta reformis.

Ø Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang


keterbukaan media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga
media massa lebih leluasa melakukan aktivitasnya.

Ø Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok
minoritas Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam
pengurusan dokumen kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur
nasional.

b) Kelemahan :

· Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan


kepada media yang kerap memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut
menimbulkan keguncangan situasi politik dalam negeri. Salah satunya yaitu
soal reshuffle cabinet atau desakan mundur terhadap sejumlah menteri.

· Rendahnya tingkat popularitas Gusdur

· Masyarakat kurang antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur.

· Dengan beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok


yang populis. Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh
nasionalyang diakui kecemerlangannya. Sebagai sosok utama di kalangan

12
Nahdiyin (basis massa keagamann organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur
memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang negarawan yang
harus arif dalammembuat kebijakan, Gus Dur diragukan kemampuannya.
· Tak Punya Basis Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR)
· Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang
mengusungnya saat itu (PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.
· Proses terpilihnya Gus Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik yang
akhirnya membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet
pemerintahan yang dibentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua
partai tanpa melihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.

· Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati
berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan
“dipaksa” keluar dari Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.

1.4.2. Di Bidang Ekonomi

a) Kelebihan :

· Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa


yang notabenenya banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-
luasnya.

· Berani bersikap dan tegas juga pada sector-sektor ekonomi

b) Kelemahan :

· Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini


kurang maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi.

· Seringnya melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap


menghamburkan APBN.

1.4.3. Di Bidang Sosial

13
a) Kelebihan :

Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku
di Indonesia.

b) Kelemahan :

Ada banyak pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.

1.4.4. Di Bidang Budaya

a) Kelebihan :

Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama,


Gus Dur memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Hak tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang
dikeluarkan, yaitu :

1) Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil


Penganut Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka
dengan adanya Keppres No.6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama
maupun menggelar budayanya secara terbuka misalnya pertunjukan barongsai.

2) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama,


sehingga menjadi hari libur nasional.

b) Kelemahan :

Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya


adalah pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan
lebih dari seribu orang sepanjang tahun 1999.

1.4.5. Di Bidang Pertahanan dan Keamanan

a) Kelebihan :

· Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi


dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah

14
menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat
kedua penandatangan akan melanggar persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan
agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme
dicabut.

· Gus Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini


menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur.
Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh
dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut.
Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya.
Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-
pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.

b) Kelemahan :

Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi


politik yang tidak stabil atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan
pertentangan intern partai.

1.5 Keberhasilan dan Kegagalan Kabinet Persatuan Nasional

Meskipun memimpin kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli
2001, Gus Dur telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami kegagalan dalam
pemerintahannya di Indonesia.

1.5.1 Keberhasilan

a) Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif

b) Mampu memperbaiki citra Indonesia di mata negara-negara lain dengan melalui


kunjungan ke luar negeri dan sekaligus membuka peluang kerjasama.

c) Iklim Politik yang Demokratis

d) Telah membawa Indonesia ke dalam taraf demokratisasi yang lebih baik lagi melalui
perdamaianny dengan Israel.

15
1.5.2. Kegagalan

a) Rendahnya Tingkat Popularitas Gus Dur

Dengan beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak kritik), membuat


Gus Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari pemerintahannya pun,
tingkat popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari tingkat sebelumnya.

Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang diakui
kecermelangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa keagamaan
organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi,
sebagai seorang negarawan yang harus arif dalam membuat kebijakan, Gus Dur
siragukan kemampuannya

b) Tidak Memiliki Basis Politik yang Kuat di Parlemen (MPR/DPR)

Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu. Partai yan
mengusungnya pada saat itu ( PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.

Proses terpilihnya Gus Dur adalah hasil dari lobby-lobby politik yang akhirnya
membuat Gus Dur terpilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan
yang di bentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua partai tanpa melihat
kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.

Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukan dukungan. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur
dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari istana Negara hanya dengan celana
pendek dan kaos singlet.

1.6 Penyebab Runtuhnya Kabinet Persatuan Nasional

Penyebab berakhirnya kabinet Persatuan Nasional yaitu Gus Dur menjadi korban
pemakzulan. Yaitu Gus Dur terlibat skandal korupsi bulog dan dana bantuan dari Sultan
Brunei. Atau yang lebih dikenal dengan istilah Buloggate dan Bruneigate.

Penyebab Gus Dur jatuh antara lain:

16
1.6.1 Intrik lawan-lawan politik Gus Dur
Adanya perlawanan dari orang-orang yang telah dipecat oleh Gus Dur. Seperti,
Jusuf Kalla (Menteri Perindustrian dan Perdagangan), Laksamana Sukardi (Menteri
Negara BUMN), Susilo Bambang Yudhoyono (Menkopolkam), Yusril Ihza
Mahendra (Menteri Kehakiman dan HAM), dan lain sebagainya. Mereka dipecat
karena dianggap tidak kompeten dan servisi dengan Presiden. Bahkan secara terang-
terangan mereka menginginkan Gus Dur mengundurkan diri.
1.6.2 Kejengahan TNI kepada Gus Dur

Gus Dur memisahkan Panglima TNI dengan Menteri Pertahanan. Jabatan


Menteri Pertahanan diberikan kepada sipil. Lalu, Gus Dur mengeluarkan Polri dari
ABRI dan membuat mereka lepas dari subordinasi TNI. Polri mempunyai fungsi
keamanan, sedangkan TNI lebih pada pertahanan. Panglima TNI diberikan kepada
Angkatan Darat, melainkan kepada Angkatan Laut. Gus Dur terus berupaya
melucuti superioritas militer.

3. Intervensi asing.

Kekecewaan perusahaan-perusahaan asing terhadap penghentian sementara


Kontrak Karya yang mereka sepakati. Kemudian perusahaan-perusahaan asing yang
kecewa tersebut lalu berkongsi dengan politis yang memang tidak segaris dengan
Gus Dur.

4. Situasi nasional yang tak menguntungkan

Banyak media yang turut andil dalam mempercepat kejatuhan Gus Dur. Media
saat itu seakan menjadi corong lawan politik Gus Dur.

17
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :
o Membentuk Kabinet Kerja
Gus Dur membentuk kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional
yang anggotanya diambil dari perwakilan masing-masing partai politik yang
dilantik pada tanggal b28 Oktober 1999.
o Bidang Ekonomi
Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk
Dewan Ekonomi Nasional (DEN).
o Bidang Budaya dan Sosial
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
 Terperosoknya Gus Dur dalam kasus demi kasus membuatnya tergeletak, tak mampu lagi
untuk bangkit. Lemahnya kemampuan administratif, kurangnya pengalaman dalam
mengorganisir dengan baik, serta banyaknya orang-orang yang menyesatkan di sekeliling
Gus Dur telah membuat Gus Dur membuta-tuli atas suara intelijen akhirnya 23 Juli, MPR
secara resmi melengserkankan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati
Sukarnoputri.

B. Saran
Pemerintahan ABDURRAHMAN WAHID yang demokratis membolehkan agama selain
Islam untuk mendapatkan haknya terutama tionghoa yang notabenenya banyak
berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya
Namun, Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang
maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi

18

Anda mungkin juga menyukai