Anda di halaman 1dari 8

1.

ANALISIS PEMERINTAHAN MASA REFORMASI

A. ABDURRAHMAN WAHID (1999-2001)


Tumbangnya rezim Soeharto yang dimotori mahasiswa atau gerakan reformasi pada
tahun 1998, Indonesia telah mengalami perubahan yang begitu cepat. Salah satu fase
reformasi adalah ketika kepemimpinan nasional dipegang oleh K.H. Abdurrahman
Wahid dan pada masa ini telah banyak perubahan mendasar dari tingkat peranan
militer, baik dalam kancah sosial maupun politik.
1. Bidang Politik
Kebijakan awal pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah membubarkan
Departemen Penerangan. Dimasa Orde Baru Departemen penerangan merupakan
alat Presiden Soeharto untuk mengekang kebebasan pers, dengan dibubarkannya
Departemen tersebut maka kebebasan pers di Indonesia semakin terjamin.
Kemudian ada juga kebijakan untuk mencabut TAP MPR-RI tentang larangan
terhadap Partai Komunis, ajaran Marxisme, Leninisme, dan Komunisme. Lawan
politik menganggap kebijakan ini hanya kepentingan KH. Abdurrahman Wahid
semata, untuk mendapat simpati para keluarga mantan tahanan politik yang terkait
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada titik ini Abdurahman Wahid mulai
membuka hubungan langsung dengan Israel yang tidak gampang dijalankan. Protes
dan unjuk rasa tidak setuju marak di berbagai daerah. Melihat kondisi tidak kondusif
itu, para wakil rakyat lantas meminta Pemerintah menunda pembukaan hubungan
tersebut. Pemerintah memang menyatakan menundanya, tetapi Abdurahman Wahid
secara terbuka menganggap pembukaan hubungan dagang dengan Israel itu sah-
sah saja. Bagi Presiden pembukaan kontak dagang dengan Israel lebih pantas
ketimbang dengan Rusia, Cina atau Korea Utara, mereka jelas tidak mengakui
Tuhan (atheis) sementara orang Yahudi dan Nasrani masih mengakui Tuhan.
Agama Islam masih satu rumpun dengan mereka, agama samawi. Membuka
hubungan dagang dengan Israel jauh lebih menguntungkan daripada
membiarkannya berjalan sembunyi-sembunyi seperti terjadi selama ini. Memang
data resmi atas Perdagangan Israel di Singapura menunjukkan sepanjang 1999 nilai
ekspor Indonesia ke Negeri Zionis itu mencapai US$ 11 juta. Sedang impor
Indonesia dari negeri itu mencapai US$ 6 juta. Semuanya dilakukan melalui pihak
ketiga, seperti Singapura dan Belgia. Kebijakan lain yang dikeluarkan Presiden
Abdurrahman Wahid adalah mengeluarkan Peraturan Presiden No.6/2000 yang
mencabut Instruksi Presiden No.14/1967 yang dikeluarkan pemerintahan Suharto.
Inpres itu melarang segala bentuk ekspresi agama dan adat Tionghoa di tempat
umum. Dengan pencabutan larangan tersebut maka terbuka jalan bagi etnis
Tionghoa untuk menghidupkan budaya tradisional mereka. Dalam tahun itu juga
Abdurahman Wahid mengumumkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional.
Dengan demikian maka etnis Cina yang selama kekuasaan Orba mengalami
diskriminasi.
2. Bidang Ekonomi
Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk
Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan
ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi berkepanjangan. Dewan
Ekonomi nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto
Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri Mulyani Indraswari. Presiden Abdurrahman
Wahid mewarisi ekonomi Indonesia yang relatif lebih stabil dari pemerintahan
Habibie, nilai tukar Rupiah berada dikisaran Rp 6.700/US$. indeks harga saham
gabungan (IHSG) berada di level 700. Dengan bekal ini di tambah legitimasi yang
dimilikinya sebagai presiden bersama wapres yang dipilih secara demokratis,
Indonesia mestinya sudah bisa melaju kencang. Namun Presiden Abdurrahman
Wahid bersama kabinetnya menolak melanjutkan semua hasil kerja keras kabinet
pemerintahan Habibie misalnya Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil
Menengah (PKM), yang selama pemerintahan Habibie menjadi lokomotif ekonomi
kerakyatan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dijadikan kementerian nonportofolio
atau menteri negara non Departemen Akibatnya Departemen Koperasi dan
Pengusaha Kecil Menengah tak punya kaki di daerah Ini sekaligus menandai
disisihkanya kembali sistem ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak.
Meskipun begitu ditengah anggaran negara yang minus sekitar Rp 42 triliun,
sepanjang tahun 2000 ekonomi Indonesia menggeliat pasti. Bila tahun 1999
ekonomi Indonesia cuma membukukan pertumbuhan yang relatif rendah maka di
tahun 2000-an ketika Presiden Abdurrahman Wahid berkuasa pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 3-4%. Sementara inflasi ada pada angka terkendali,
sekitar 7%. Hal ini disebabkan oleh konsumsi yang Tertunda, dulu orang menunda
konsumsinya karena krisis dan menyimpan uangnya dibank sekarang mereka
mengonsumsikannya. Kemudian naiknya ekspor komoditas pertanian dan
elektronik, yang diuntungkan oleh rendahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar.
Naiknya harga minyak dan gas bumi juga menjadi faktor penting dalam menambah
pemasukan keuangan Negara. Selama pemerintahan Abdurrahman Wahid IMF tak
pernah mencairkan pinjamannya, Bagaimanapun juga presiden Abdurrahman
Wahid telah membuktikan kepada dunia luar, bahwa Indonesia bisa diurus tanpa
bantuan dana dari IMF. Pemerintahan Abdurahman Wahid juga memiliki gagasan
sekuritisasi aset yaitu aset- aset negara, terutama barang tambang bisa dinilai dulu,
kemudian pemerintah bisa mengeluarkan saham atas aset-aset Negara tersebut
yang kemudian diperjual-belikan dipasar modal untuk membiayai pembangunan
nasional. namun sayangnya hal itu tidak dapat terwujud karena Abdurrahman Wahid
berhasil dilengserkan oleh MPR melalui Sidang Istimewa kedudukannya kemudian
digantikan oleh Megawati.

3. Bidang Milier
Pemerintahan Abdurrahman Wahid melanjutkan proses reformasi militer
mengambil tindakan untuk menciptakan supremasi sipil dengan cara memilih
Menteri Pertahanan dari kalangan sipil yaitu Juwono Sudarsono yang kemudian
digantikan oleh Prof. Dr. Mahfud M.D. Salah satu langkah lain yang diambil
Abdurrahman Wahid adalah dengan memilih Laksamana Widodo A. S yang dari
Angkatan Laut sebagai Panglima TNI. Pemilihan Laksamana Widodo A.S ini
merupakan suatu dobrakan mengingat dari awal berdirinya organisasi militer di
Indonesia, Angkatan Darat selalu menempati pucuk tertinggi. Di samping itu, ada
lima kebijakan yang lain diambil oleh Abdurahman Wahid untuk mereformasi militer
dan menciptakan supremasi sipil, yaitu:
1) Mengurangi jumlah perwira yang duduk di jabatan publik baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah seperti jabatan direktur jendral, inspektur jendral, jabatan
setingkat menteri lain yang menjadi langganan perwira militer, gubernur, bupati, dan
walikota.
2) Memisahkan secara tegas Polisi dari struktur militer sehingga Kapolri langsung
berada di bawah komando Presiden. MPR/VI/2000 tentang pemisahan TNI dan
Polri. Pasal 1 dari Tap berbunyi, “Tentara Nasional Indonesia dan kepolisian Negara
Republik Indonesia secara kelembagaan terpisah sesuai dengan peran dan fungsi
masing-masing.” Ayat (1) berbunyi, “TNI adalah alat yang berperan dalam
pertahanan Negara.” Ayat (2) berbunyi, “ Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah alat Negara yang berpera dalam memelihara keamanan.”
3) Membentuk Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPPHAM)
dalam kaitannya dengan peristiwa Timor Timur, Tanjung Priok, dan Trisakti yang
diduga melibatkan personil TNI.
4) Penyelesaian masalah Gerakan Separatis di Aceh yang lebih mengutamakan
pendekatan dialogis daripada pendekatan dengan kekuatan militer.
5) Pergantian Menko Polsoskam dari Jendral (Purn) Yudhoyono kepada Jendral
(Purn) Agum Gumelar karena Yudhoyono dicurigai membahayakan pemerintahan
Wahid sebagai simbolisasi supremasi sipil.

4. Bidang Hukum
Terkait dengan mantan Presiden Soeharto yang diduga terlibat kasus KKN di masa
pemerintahannya maka pemerintahan Abdurrahman Wahid membuka kembali
penyidikan untuk kasus 3 Yayasannya, Dharmais, Supersemar dan Dakab, dimana
Soeharto sebagai tersangkanya. Tiga Yayasan ini diduga memperoleh dana dari
semua BUMN dengan penyalahgunaan wewenang melalui PP No.15 tahun 1976
dan Kepmenkeu No.33 tahun 1978. Penyalurannya disinyalir hanya kesejumlah
kroninya saja. Dengan demikian, ada penyalahgunaan keuangan negara tidak
kepada seluruh rakyat tetapi kepada beberapa orang saja, ini jelas melanggar
ketentuan UU D1945 khususnya Pasal 33, yaitu pasal yang merupakan aturan
dasar pemerintah, maupun rakyatnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
yang mengatur berbagai hal, dari hal sederhana hingga yang menyangkut hidup
orang banyak. Setelah melalui proses peradilan dijalankan tetapi Jaksa selaku
penuntut umum tidak pernah bisa mengahadirkan Soeharto di Pengadilan.
Sehingga pada putaran ketiga sidang pengadilan terhadap Soeharto, Hakim
menetapkan bahwa kasus Soeharto tidak bisa diadili karena tiga kali Jaksa tidak
bisa menghadirkan terdakwa. Maka Abdurrahman Wahid pun gagal untuk mengadili
Soeharto atas dugaan KKN yang dilakukan selama berkuasa. Abdurahman Wahid
sendiri dimasa kekuasaannya diduga terlibat KKN yaitu kasus penyalahgunaan
dana yayasan Kesejahteraan Karyawan Bulog (bullogate), penyalah-gunaan dana
bantuan Sultan Brunei (Bruneigate). DPR mengusulkan untuk melakukan
penyelidikan atas kasus Bullogate dan Bruneigate, yang akhirnya diterima DPR
untuk membentuk Panitia Khusus (Pansus) kasus Yanatera Bulog dan bantuan
Sultan Brunei Darussalam pada tanggal 5 September 2000. Setelah hampir lima
bulan, Pansus menyelesaikan penyelidikannya dalam sebuah laporan yang
disampaikan kepada rapat Paripurna DPR pada tanggal 5 Januari 2001. Laporan
tersebut, menyimpulkan bahwa Abdurrahman Wahid diduga berperan dalam
pencairan dan penggunaan dana Yanatera Bulog, dan terdapat inkonsistensi
pernyataan presiden tentang masalah bantuan Sultan Brunei Darussalam, sehingga
menunjukkan bahwa presiden telah menyampaikan keterangan yang tidak benar
pada masyarakat.

A. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI (2001-2004)


Megawati Soekarno putri terpilih sebagai presiden pada tahun 2001. Ia
menggantikan pemerintahan Abdulrachman Wahid yang menjabat mulai tahun 1999.
Presiden Megawati Soekarno putri menjadi presiden perempuan pertama di
Indonesia.

1. Bidang Politik
Kebijakannya membentuk Kabinet gotong royong pada tanggal 10 Agustus 2001
dan berakhir pada tahun 2004 seiring lengsernya presiden Megawati Soekarno
putri pada waktu itu. Kabinet ini dinamakan KGR karena merupakan
pemerintahan dari hasil banyak partai. Pada masa Presiden Megawati memimpin,
Indonesia sedang porak poranda akibat beragam konflik seperti konflik komunal
dan konflik politik. Pada pelaku ekonomi, kalangan birokrasi, pengalaman politik,
dan menteri. Hal ini dapat dilihat 26 dari 32 jabtan menteri dan setingkat menteri
di jabat oleh para profesional yang menguasai bidang tugas masing-masing. Akan
tetapi KGR ini mengecewakan karna terkesan lamban dalam kinerjannya. Beliau
juga mendirikan KPK (komisi pemberantasan korupsi) pada tahun 2003 oleh
presiden Megawati. Pendirian KPK ini di dasari karena presiden megawati melihat
institusi jaksa dan polri saat itu terlalu kotor, sehingga menangkap koruptor tidak
mampu, namun jaksa dan polri sulit dibubarkan sehingga dibentuklah KPK
dimulai memberantaskan KKN di antaranya memberanikan menusakambangkan
dan memenjarakan kroni Soeharto dan menangkap komerlat. Di masa itu
Presiden Megawati juga melaksanakan pemilu yang bersifat demokratis yang
dilaksanakan tahun 2004 dan melalui dua periode yaitu:
a) Periode pertama untuk memilih anggota legislatif secara langsung 2. Periode
kedua untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. Pemilu tahun
2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara langsung artinya
rakyat langsung memilih pilihannya.
b) Pemerintahan megawati berakhir telah usai setelah hasilnya pemilu 2004
menepatkan pasangan SBY dan Jusuf Kalla sebagai pemenang. hal ini
merupakan babak baru pemerintahan Indonesia dimana presiden dan wakil
presiden terpilih dipilih langsung oleh rakyat.

2. Bidang Ekonomi
Di bidang ekonomi Megawati lebih berfokus pada perbaikan sektor perbankan
dan ekonomi masyarakat umum. Tujuannya adalah menyelamatkan
perekonomian RI dari inflasi yang semakin memuncak. Hasilnya perekonomian
Indonesia stabil dan pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahannya naik hingga
mencapai 5 persen. Di samping itu, pada massa pemerintahan Megawati mampu
menurunkan persentase penduduk yang berada di garis kemiskinan menjadi 18
persen, dari sebelumnya 28 persen. Presiden Megawati berupaya untuk
melanjutkan kebijakan otonomi daerah yang telah dirintis sejak tahun 1999 seiring
dengan dikeluarkannya UU No. 02 Tahun 199 tentang perimbangan keuangan
pusat-daerah. Upaya ini merupakan proses reformasi tingkat lokal terutama pada
bidang politik, pengelolaan keuangan daerah dan pemanfaatan sumber-sumber
daya alam daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. Terlepas diantara
berbagai kebijakan Megawati, privatisasi BUMN menjadi yang paling
kontroversial, BUMN dijual dengan alasan untuk membayar utang negara.
Megawati diwarisi utang negara yang membengkak imbas dari krisis moneter
pada 1998/1999. Penjualan belasan BUMN yang nilainya mencapai Rp 18,5
triliun berhasil menurunkan utang. Salah satu privatisasi yang paling
diperdebatkan kala itu ialah Indosat. Dijual seharga Rp 4,6 triliun kepada
Tamasek Holding Company BUMN Singapura. Lima tahun kemudian, Tamasek
menjual saham Indosat kepada Qatar Telecom dengan harga mencapai 3x lipat.
Kebijakan lain Megawati yang kerap dipermasalahkan ialah sistem kerja alih daya
atau outsourcing. Megawati dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung
jawab dalam lahirnya outsourcing. Kebijakan ini lahir lewat Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang disahkan di era Mega.
Undang-undang itu sebenarnya sudah jelas mengatur keberadaan perusahaan
penyedia tenaga kerja. Penyedia tenaga kerja yang berbentuk badan hukum
wajib memenuhi hak-hak pekerja. Di dalamnya juga diatur bahwa hanya
pekerjaan penunjang yang dapat dialihdayakan. Akan tetapi, sistem ini banyak
diprotes buruh lantaran dianggap tidak menjanjikan kepastian kesejahteraan
buruh. Mereka tidak mendapat tunjangan pekerjaan seperti karyawan pada
umumnya, dan waktu kerja tidak pasti karena tergantung kesepakatan kontrak.

3. Bidang Militer
Pada masa pemerintahan Megawati, salah satu yang mendesak adalah perlunya
pengawasan yang lebih ketat terhdap senjata, amunisi, dan senjata peledak yang
merupakan tanggung jawab pemerintah. Dan ada indikasi terorisme di Asia
tenggara termasuk negara kita yaitu Indonesia cenderung akan terus berlanjut.
Selanjutnya pengamanan, penangkalan, dan pencegahan yang lebih instensif
terhadap keungkinan itu, selama masa pemerintahan Megawati di Indonesia
terjadi beberapa peristiwa terorisme salah satunya peristiwa Bom Bali. Untuk
menangani terorisme, negara akan membentuk koalisi melalui kerja sama dari
masing-masing intelijen untuk mengungkap dan menangkap pelaku terror, dalam
penanganan kasus Bom Bali maka antara Indonesia Australia melakukan kerja
sama baik secara bilateral, regional maupun multirateral untuk mengungkap fakta
kasus pemboman diberbagai wilayah Indonesia. Salah satu cara pertahanan dan
keamanan yang dilakukan oleh presiden Megawati yaitu mendirikan akademi
intelijen yang pertama kali. Pada pemerintahan megawati ini juga terjadi
peristiwanya lepasnya Pulau Ligitan dari Indonesia dan masuk ke wilayah negara
Malaysia. Pendahulu Megawati (Wahid) melakukan upaya kuat untuk mengurangi
pengaruh TNI (yang benar-benar melemahkan posisinya), tetapi Megawati tidak
berniat untuk ikut campur dengan urusan TNI. Akibatnya, TNI kembali
mendapatkan sejumlah pengaruh dalam politik. Apalagi, perkembangan
internasional juga meningkatkan peran TNI. Setelah serangan 11 September
2001 terhadap Menara Kembar di New York, pemerintah Amerika Serikat
melanjutkan kerjasama dengan militer Indonesia (yang sempat terhenti sejak
partisipasi TNI dalam kekerasan di Timor Timur di tahun 1999) untuk memerangi
terorisme internasional. Meskipun MPR telah berhati-hati dalam mengurangi
peran politik tentara, Panglima Besar TNI lah yang menyatakan pada tahun 2004
bahwa fraksi TNI harus dihapuskan dari MPR. Seorang perwira TNI yang ingin
aktif dalam dunia politik harus mengundurkan diri terlebih dulu dari posisinya di
TNI. Reformasi ini direalisasikan tetapi tidak berarti mengakhiri pengaruh politik
TNI dalam masyarakat Indonesia. Hingga saat ini, TNI adalah kekuatan yang
besar karena para mantan jenderal yang ingin aktif dalam politik masih bisa
mengandalkan jaringan di dalam TNI, apalagi, tentara masih terlibat dalam
kegiatan-kegiatan usaha di daerah.

4. Bidang Hukum
Kebijakan Bidang Hukum presiden Megawati Soekarnoputri adalah melakukan
pemberantasan korupsi dengan merealisasikan berdirinya komisi pemberantas
korupsi (KPK) upaya pemberantasan korupsi ditandai dengan dikeluarkannya UU
No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 301 Tahun 1999 tentang
Tindak Pidana Korupsi. Produk hukum tersebut merupakan produk hukum yang
dikeluarkan khusus untuk memerangi korupsi. Produk hukum lain yang terkait
pemberantasan korupsi masa Megawati Soekarno putri adalah UU No. 15 tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Selain membentuk produk hukum,
pemerintahan Megawati Soekarnoputri jugan membentuk lembaga independen
pemberantasan korupsi, yakni Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. KPK
dibentuk berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002. Sekalipun telah didirikan KPK
karena tidak ada gebrakan konkrit yang menonjol. Peringkat RI sebagai negara
terkorup tetap memburuk. Pada tahun 2002, dari 102 negara indonesia
menduduki peringkat ke-4 pada tahun 2003 indonesia menempati peringkat ke-6
dari 133 negara pengangkatan jaksa Agung tidak memberikan arti penegakan
hukum yang sangat signifikan tanpa ada retorika tegas tentang penegakan
korupsi. Pemerintahan Megawati Sukarnoputri dinilai gagal dalam penegakan
hukum dan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Demikian
tanggapan fraksi-fraksi atas laporan Presiden Megawati dan lembaga-lembaga
tinggi negara dalam Rapat Paripurna Ketiga Sidang MPR Akhir Masa Jabatan
2004 di Gedung MPR/DPR, Jakarta Pusat, Sabtu (25/9). Lemahnya penegakan
hukum di era pemerintahan Megawati dinilai telah menyebabkan membudayanya
korupsi di Indonesia. Fraksi Reformasi bahkan menyatakan, korupsi yang terjadi
sudah sangat parah. Laporan Badan Pengawas Keuangan menyebutkan,
penyimpangan keuangan negara di lingkungan pemerintah dan badan usaha milik
negara mencapai Rp 167 triliun.

B. Buatlah analisis terkait peran pelajar, mahasiswa dan pemuda dalam


perubahan politik dan tatanegara Indonesia

Mahasiswa sebagai tokoh intelektual tidak melepaskan karakterkritis dan ilmiah


mereka dalam melakukan perubahan-perubahan. Namun sebagai tokoh
intelektual, mahasiswa bukan hanya melakukan gerakan melalui demonstrasi
dan pernyataan sikap saja, tetapi juga melakukan studi dan riset untuk
membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Gerakan mahasiswa
merupakan wujud kecerdasan masyarakat. Untuk itu mahasiswa harus terus
memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan dalam membantu masyarakat.
Jika mahasiswa kehilangan intelektualitasnya dan keberanian dalam membela
dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, maka nasib bangsa Indonesia tidak
akan jelas. Dan rakyat akan menjadi korban dari runtuhnya intelektualitas dan
idealisme mahasiswa. Maka dari itu, mahasiswa sebagai agen perubahan dalam
masyarakat, harus memiliki sifat bertanggung jawab dan penuh keberanian. Para
pemuda ini menjadi ujung perubahan untuk bangsa Indonesia karena para
pemuda ini sebenarnya memiliki peranan yang sangat besar yaitu menjadi pusat
dari kemajuan suatu bangsa, para pemuda ini juga memiliki tanggung jawab
yang besar untuk bisa melancarkan dan melaksanakan berbagai macam
pembangunan diberbagai macam bidang. Para pemuda juga menjadi tolak ukur
modernisasi untuk bangsa ini, para pemuda memiliki kewajiban untuk mampu
menganalisa perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang.
Mereka harus bisa menganalisa agar bisa mengontrol segala perubahan yang
akan terjadi baik itu perubahan yang kecil maupun besar. Secara garis besar
peran pelajar dalam bidang poltik yakni menempuh pendidikan sebaik mungkin,
kritis terhadap hukum, aktif, tidak buta terhadap informasi, serta mampu
mengimplementasikan segala pengetahuan yang ada demi bangsa dan negara.
Kelompok 2

1. AREZKY ANDRIAN FRIATNA (06)


2. BINTANG DZIKRULLAH (10)
3. FAVIAN ATAYA PUTRA D. (16)
4. MAULANA ERIK CANTONA (21)
5. RADEN BAGUS LSRS (27)
6. RIZQI AMAL SYAHPUTA (31)
7. YULIA MITA ADI TRISNAWATI (35)

Anda mungkin juga menyukai