ABDURRAHMAN WAHID
gus-durK.H. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai presiden pada tanggal 20
Oktober 1999. Pemilihannya berjalan dengan demokratis dan transparan. Berkat
dukungan partai-partai Islam yang tergabung dalam Poros Tengah yaitu Fraksi
Persatuan Pembangunan, Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi Bulan Bintang,
Abdurrahman Wahid mengungguli calon presiden lain yakni Megawati Soekarno
Putri dalam pemilihan presiden yang dilakukan melalui pemungutan suara dalam
rapat paripurna ke-13 MPR. Megawati Soekarno Putri sendiri terpilih menjadi
wakil presiden setelah mengungguli Hamzah Haz dalam pemilihan wakil presiden
melalui pemungutan suara pula. Ia dilantik menjadi wakil presiden pada tanggal
21 Oktober 1999.
Ketika hubungan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dan Poros Tengah tidak
harmonis, DPR mengeluarkan Memorandum I dan II untuk menjatuhkannya dari
kursi kepresidenan. Sebagai reaksi baliknya, presiden mengeluarkan maklumat
pada tanggal 28 Mei 2001 dan menjawab. Memorandum II dengan jawaban
yang dibacakan oleh Menko Politik, Sosial dan Keamanan (Menko Polsoskam)
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 Mei 2001, yang antara lain isinya
membekukan lembaga MPR dan DPR.
[2] Tap yang dimaksud disini adalah Tap.MPRS No.XXV tahun 1966 tentang
larangan terhadap Partai Komunis Indonesia dan penyebaran Marxisme dan
Leninisme
[4] Dekrit Presiden yang dilakukan oleh K.H Abdurrahman Wahid gagal karena
TNI dan Polri yang diperintahkan untuk mengamankan langkah-langkah
penyelamatan tidak melaksanakan tugasnya. Seperti yang dijelaskan oleh
Panglima TNI Widodo AS, sejak Januari 2001, baik TNI maupun Polri konsisten
untuk tidak melibatkan diri dalam politik praktis
TUGAS