Anda di halaman 1dari 11

MASA PEMERINTAHAN

ABDURRAHMAN WAHID

KELOMPOK 2 :
1. ADELIA AYU.W ( 01 )
2. DIVIL HIKMA D.Y ( 05 )
3. MELINA EKA A ( 15 )
4. M.HILDAN S ( 18 )
5. M.ILHAM I ( 19 )
6. M.RIZKY ( 20 )
7. SHELY ANJANI ( 29 )
• Latar Belakang

Terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden Indonesia tidak


terlepas dari peran MPR di dalamnya. Akhirnya, melalui
dukungan dari partai-partai Islam yang menjadi poros
tengah, Gus Dur pun dilantik menjadi Presiden Indonesia
ke-4. Sedangkan wakilnya dimenangkan oleh Megawati
Soekarnoputri, mengalahkan lawannya pada saat itu,
Hamzah Haz. Keduanya kemudian dilantik pada 21
Oktober 1999. Setelah Gus Dur dan Megawati menjabat
sebagai pemimpin negara Indonesia, mereka membentuk
kabinet baru, yaitu Kabinet Persatuan Nasional.
• Susunan
1. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan : Wiranto Menteri
Koordinator Bidang Politik, Sosial dan Keamanan : Susilo Bambang
Yudhoyono
2. Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri : Drs. Kwik Kian
Gie Menteri Koordinator Bidang Perekonomian : Dr. Rizal Ramli
3. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan
Kemiskinan : 1. Dr. Hamzah Haz 2. Prof. Dr. Basri Hasanuddin, M.A
4. Menteri Dalam Negeri : Surjadi Soedirdja Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah : Surjadi Soedirdja
5. Menteri Pertahanan : 1. Prof. Dr. Juwono Sudarsono 2. Prof. Dr. Moh Mahfud
M.D., S.H., M.Sc.
6. Menteri Hukum dan Perundang-undangan : Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra,
S.H., M.Sc. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia : Prof. Dr. Yusril Ihza
Mahendra, S.H., M.Sc.
7. Menteri Keuangan : 1. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A. 2. Prijadi Praptosuhardjo
8. Menteri Pertambangan dan Energi : Susilo Bambang Yudhoyono Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral : Dr. Purnomo Yusgiantoro, M.A., M.Sc.
9. Menteri Perindustrian dan Perdagangan : 1. Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla 2.
Luhut Binsar Panjaitan, M.P.A.
10. Menteri Pertanian : Muhammad Prakosa, Ph.D. Menteri
Pertanian dan Kehutanan : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih
11. Menteri Kehutanan dan Perkebunan : Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail,
M.Sc. Menteri Muda Kehutanan : Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail,
M.Sc.
12. Menteri Perhubungan : Agum Gumelar Menteri Perhubungan
dan Telekomunikasi : Agum Gumelar
13. Menteri Ekspolasi Laut : Ir. Sarwono Kusumaatmadja Menteri
Kelautan dan Perikanan : Ir. Sarwono Kusumaatmadja
14. Menteri Tenaga Kerja : Dr. Bomer Pasaribu, S.H. Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi : Ir. Al Hilal Hamdi
15. Menteri Kesehatan : dr. Achmad Sujudi, M.P.H. Menteri
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial : dr. Achmad Sujudi, M.P.H.
16. Menteri Pendidikan Nasional : Dr. Yahya A. Muhaimin
17. Menteri Agama : Drs. K.H. M. Tolchah Hasan
• Program kerja politik dalam pemerintahan Gus Dur

1. Memisahkan TNI dengan Polri.


2. Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial
karena tak bekerja dengan baik.
3. Mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.
4. Mengakui Kong Hu Cu dan menjadikan Imlek hari nasional.
5. Mencabut larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme dan
Leninisme.
6. Menerapkan Otonomi Daerah.
7. Membangun kembali citra Indonesia di luar negeri:
-Menyiapkan program PR dan “Marketing”
-Menugaskan special “Envoys”
8. Kampanye HAM dan demokrasi Indonesia: memanfaatkan
perkembangan kontemporer
Program Kerja di Bidang Ekonomi

1. Melawan tekanan IMF


2. Perekonomian tumbuh positif untuk pertama kali sejak
reformasi
3. Ketimpangan turun.
4. Penajaman visi ekonomi
Program Kerja di Bidang Pendidikan, Sosial, dan Budaya:
1. Penajaman program JPS pendidikan dan kesehatan:
yakinkan wajib belajar terlaksana dan gizi balita
terpelihara
2. Membangun kembali rasa saling percaya antarwarga
negara (social cohesiveness)
3. Penggalangan demonstrasi guru-guru Jawa Barat ke
DPR
Program Kerja di Bidang Hukum
1. Membentuk Badan Reformasi Hukum
2. Infestarisasi kasus-kasus korupsi besar dan pernyataan
tidak lanjut penyelesaiannya
3. Penataan institusi penegakan hukum: kepolisian,
kejaksaan, lembaga peradilan: (struktur, personil,
kompensasi, mekanisme kerja, dsb)
Di era Abdurrahman Wahid yang singkat, sejumlah konflik sosial yang
selalu jadi masalah Indonesia, berhasil diredam.

Di Aceh dan Papua misalnya, pendekatan Gus Dur berhasil


menahan gelombang separatisme tanpa kekerasan militer. Gus Dur lah
presiden yang berperan membubarkan praktik dwifungsi ABRI. Ia
mengembalikan tentara ke barak. Ia juga yang memisahkan angkatan
bersenjata menjadi TNI dan Polri. Aspek sosial menjadi perhatian kiai
Nahdlatul Ulama ini. Berkat Gus Dur, tahun baru Imlek yang dilarang
pada masa kolonial Belanda dan dipersulit di era Soeharto, kembali
menjadi hari libur nasional yang dirayakan. Ia juga yang mengakui
Kong Hu Cu sebagai tambahan agama yang diakui di Indonesia.
Gus Dur juga sempat memperjuangkan nasib para tahanan politik dan
mereka yang selama ini didiskriminasikan akibat pelarangan PKI
meskipun tak berhasil. Bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar
negeri, Gus Dur adalah pahlawan. Ia menyelamatkan Siti Zaenab dan
Adi Asnawi yang akan dihukum gantung di Arab Saudi dan Malaysia.
Bahkan setelah tak menjadi presiden, Gus Dur pernah menampung 81
TKI yang dideportasi dari Malaysia di rumahnya di Ciganjur pada 2005.
Arah peningkatan ekonomi di era Gus Dur juga sangat baik. Tak cuma
PNS yang merasakan kenaikan gaji hingga tiga kali lipat, rakyat
Indonesia juga merasakan pertumbuhan ekonomi yang baik di era
Gus Dur. Pertumbuhan ekonomi yang berada di minus 3 saat
ditinggalkan Habibie, tumbuh hingga ke 4,9 persen di tahun 2000.
Yang lebih penting, pertumbuhan ekonomi ini dibagi merata. Sebelum
krisis ekonomi 1997, indeks ketimpangan atau rasio gini sangat
tinggi. Gus Dur yang tak menginginkan kesenjangan jadi akar konflik
sosial, berhasil menurunkan rasio gini hingga 0,31, atau terendah
dalam 50 tahun terakhir.
Terdekat dengan pencapaian ini hanya era Soeharto pada 1993
dengan gini ratio 0,32. Bedanya, Soeharto perlu 25 tahun untuk
menurunkan gini ratio hingga ke angka ke 0,32 (1993). Sedangkan
Gus Dur hanya perlu kurang dari dua tahun untuk menurunkan
koefisien gini ratio dari 0,37 (1999) ke 0,31 (2001).
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Abdurrahman Wahid

• Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, MPR melakukan


amandemen terhadap UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 2000.
Amandemen tersebut berkaitan dengan susunan pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas pemerintahan
pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Amandemen ini sekaligus
mengubah pelaksanaan proses pemilihan umum berikutnya yakni
pemilik hak suara dapat memilih langsung wakil-wakil mereka di tiap
tingkat Dewan Perwakilan tersebut
• Adanya dugaan bahwa presiden terlibat dalam pencairan dan
penggunaan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera)
Bulog sebesar 35 miliar rupiah dan dana bantuan Sultan Brunei
Darussalam sebesar 2 juta dollar AS.
• Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Pembentukan DEN
dimaksudkan untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang belum
pulih akibat krisis yang berkepanjangan. Ketua DEN adalah Prof. Emil
Salim dengan wakilnya Subiyakto Cakrawerdaya, Sekretaris Dr. Sri
Mulyani Indrawati. Anggota DEN adalah Anggito Abimanyu, Sri
Ningsih, dan Bambang Subianto.

Anda mungkin juga menyukai