0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan11 halaman
Di era Abdurrahman Wahid, konflik sosial di Aceh dan Papua diredam tanpa kekerasan militer. Ia membubarkan praktik dwifungsi ABRI dan memisahkan TNI dan Polri. Ekonomi tumbuh 4,9% tahunan dan ketimpangan berkurang.
Di era Abdurrahman Wahid, konflik sosial di Aceh dan Papua diredam tanpa kekerasan militer. Ia membubarkan praktik dwifungsi ABRI dan memisahkan TNI dan Polri. Ekonomi tumbuh 4,9% tahunan dan ketimpangan berkurang.
Di era Abdurrahman Wahid, konflik sosial di Aceh dan Papua diredam tanpa kekerasan militer. Ia membubarkan praktik dwifungsi ABRI dan memisahkan TNI dan Polri. Ekonomi tumbuh 4,9% tahunan dan ketimpangan berkurang.
KELOMPOK 2 : 1. ADELIA AYU.W ( 01 ) 2. DIVIL HIKMA D.Y ( 05 ) 3. MELINA EKA A ( 15 ) 4. M.HILDAN S ( 18 ) 5. M.ILHAM I ( 19 ) 6. M.RIZKY ( 20 ) 7. SHELY ANJANI ( 29 ) • Latar Belakang
Terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden Indonesia tidak
terlepas dari peran MPR di dalamnya. Akhirnya, melalui dukungan dari partai-partai Islam yang menjadi poros tengah, Gus Dur pun dilantik menjadi Presiden Indonesia ke-4. Sedangkan wakilnya dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri, mengalahkan lawannya pada saat itu, Hamzah Haz. Keduanya kemudian dilantik pada 21 Oktober 1999. Setelah Gus Dur dan Megawati menjabat sebagai pemimpin negara Indonesia, mereka membentuk kabinet baru, yaitu Kabinet Persatuan Nasional. • Susunan 1. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan : Wiranto Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial dan Keamanan : Susilo Bambang Yudhoyono 2. Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri : Drs. Kwik Kian Gie Menteri Koordinator Bidang Perekonomian : Dr. Rizal Ramli 3. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan : 1. Dr. Hamzah Haz 2. Prof. Dr. Basri Hasanuddin, M.A 4. Menteri Dalam Negeri : Surjadi Soedirdja Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah : Surjadi Soedirdja 5. Menteri Pertahanan : 1. Prof. Dr. Juwono Sudarsono 2. Prof. Dr. Moh Mahfud M.D., S.H., M.Sc. 6. Menteri Hukum dan Perundang-undangan : Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia : Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc. 7. Menteri Keuangan : 1. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A. 2. Prijadi Praptosuhardjo 8. Menteri Pertambangan dan Energi : Susilo Bambang Yudhoyono Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral : Dr. Purnomo Yusgiantoro, M.A., M.Sc. 9. Menteri Perindustrian dan Perdagangan : 1. Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla 2. Luhut Binsar Panjaitan, M.P.A. 10. Menteri Pertanian : Muhammad Prakosa, Ph.D. Menteri Pertanian dan Kehutanan : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih 11. Menteri Kehutanan dan Perkebunan : Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail, M.Sc. Menteri Muda Kehutanan : Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail, M.Sc. 12. Menteri Perhubungan : Agum Gumelar Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi : Agum Gumelar 13. Menteri Ekspolasi Laut : Ir. Sarwono Kusumaatmadja Menteri Kelautan dan Perikanan : Ir. Sarwono Kusumaatmadja 14. Menteri Tenaga Kerja : Dr. Bomer Pasaribu, S.H. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Ir. Al Hilal Hamdi 15. Menteri Kesehatan : dr. Achmad Sujudi, M.P.H. Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial : dr. Achmad Sujudi, M.P.H. 16. Menteri Pendidikan Nasional : Dr. Yahya A. Muhaimin 17. Menteri Agama : Drs. K.H. M. Tolchah Hasan • Program kerja politik dalam pemerintahan Gus Dur
1. Memisahkan TNI dengan Polri.
2. Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial karena tak bekerja dengan baik. 3. Mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. 4. Mengakui Kong Hu Cu dan menjadikan Imlek hari nasional. 5. Mencabut larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme dan Leninisme. 6. Menerapkan Otonomi Daerah. 7. Membangun kembali citra Indonesia di luar negeri: -Menyiapkan program PR dan “Marketing” -Menugaskan special “Envoys” 8. Kampanye HAM dan demokrasi Indonesia: memanfaatkan perkembangan kontemporer Program Kerja di Bidang Ekonomi
1. Melawan tekanan IMF
2. Perekonomian tumbuh positif untuk pertama kali sejak reformasi 3. Ketimpangan turun. 4. Penajaman visi ekonomi Program Kerja di Bidang Pendidikan, Sosial, dan Budaya: 1. Penajaman program JPS pendidikan dan kesehatan: yakinkan wajib belajar terlaksana dan gizi balita terpelihara 2. Membangun kembali rasa saling percaya antarwarga negara (social cohesiveness) 3. Penggalangan demonstrasi guru-guru Jawa Barat ke DPR Program Kerja di Bidang Hukum 1. Membentuk Badan Reformasi Hukum 2. Infestarisasi kasus-kasus korupsi besar dan pernyataan tidak lanjut penyelesaiannya 3. Penataan institusi penegakan hukum: kepolisian, kejaksaan, lembaga peradilan: (struktur, personil, kompensasi, mekanisme kerja, dsb) Di era Abdurrahman Wahid yang singkat, sejumlah konflik sosial yang selalu jadi masalah Indonesia, berhasil diredam.
Di Aceh dan Papua misalnya, pendekatan Gus Dur berhasil
menahan gelombang separatisme tanpa kekerasan militer. Gus Dur lah presiden yang berperan membubarkan praktik dwifungsi ABRI. Ia mengembalikan tentara ke barak. Ia juga yang memisahkan angkatan bersenjata menjadi TNI dan Polri. Aspek sosial menjadi perhatian kiai Nahdlatul Ulama ini. Berkat Gus Dur, tahun baru Imlek yang dilarang pada masa kolonial Belanda dan dipersulit di era Soeharto, kembali menjadi hari libur nasional yang dirayakan. Ia juga yang mengakui Kong Hu Cu sebagai tambahan agama yang diakui di Indonesia. Gus Dur juga sempat memperjuangkan nasib para tahanan politik dan mereka yang selama ini didiskriminasikan akibat pelarangan PKI meskipun tak berhasil. Bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, Gus Dur adalah pahlawan. Ia menyelamatkan Siti Zaenab dan Adi Asnawi yang akan dihukum gantung di Arab Saudi dan Malaysia. Bahkan setelah tak menjadi presiden, Gus Dur pernah menampung 81 TKI yang dideportasi dari Malaysia di rumahnya di Ciganjur pada 2005. Arah peningkatan ekonomi di era Gus Dur juga sangat baik. Tak cuma PNS yang merasakan kenaikan gaji hingga tiga kali lipat, rakyat Indonesia juga merasakan pertumbuhan ekonomi yang baik di era Gus Dur. Pertumbuhan ekonomi yang berada di minus 3 saat ditinggalkan Habibie, tumbuh hingga ke 4,9 persen di tahun 2000. Yang lebih penting, pertumbuhan ekonomi ini dibagi merata. Sebelum krisis ekonomi 1997, indeks ketimpangan atau rasio gini sangat tinggi. Gus Dur yang tak menginginkan kesenjangan jadi akar konflik sosial, berhasil menurunkan rasio gini hingga 0,31, atau terendah dalam 50 tahun terakhir. Terdekat dengan pencapaian ini hanya era Soeharto pada 1993 dengan gini ratio 0,32. Bedanya, Soeharto perlu 25 tahun untuk menurunkan gini ratio hingga ke angka ke 0,32 (1993). Sedangkan Gus Dur hanya perlu kurang dari dua tahun untuk menurunkan koefisien gini ratio dari 0,37 (1999) ke 0,31 (2001). peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Abdurrahman Wahid
• Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, MPR melakukan
amandemen terhadap UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 2000. Amandemen tersebut berkaitan dengan susunan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Amandemen ini sekaligus mengubah pelaksanaan proses pemilihan umum berikutnya yakni pemilik hak suara dapat memilih langsung wakil-wakil mereka di tiap tingkat Dewan Perwakilan tersebut • Adanya dugaan bahwa presiden terlibat dalam pencairan dan penggunaan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Bulog sebesar 35 miliar rupiah dan dana bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS. • Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Pembentukan DEN dimaksudkan untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang belum pulih akibat krisis yang berkepanjangan. Ketua DEN adalah Prof. Emil Salim dengan wakilnya Subiyakto Cakrawerdaya, Sekretaris Dr. Sri Mulyani Indrawati. Anggota DEN adalah Anggito Abimanyu, Sri Ningsih, dan Bambang Subianto.