Anda di halaman 1dari 4

Makalah Sejarah

"Perkembangan politik dan ekonomi pada

masa pemerintahan Abdurrahman Wahid."

Nama Anggota Kelompok:

-Ella Fazira

-Ebi Nursyalila

-Nicholas Alvian DS

-M Fikri Ramadhan

Guru Pembimbing : Maisarah S.Pd


Perkembangan Ekonomi dan Politik di Era Gus Dur

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah presiden RI ke-4 yang memerintah dari Oktober 1999 hingga
Juli 2001.

Meski jabatannya hanya berlangsung 18 bulan, perkembangan ekonomi dan politik pada masa
pemerintahan Gus Dur cukup signifikan. Berikut sejumlah kebijakan Gus Dur dalam bidang politik:

•Memisahkan TNI dengan Polri.

•Membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial karena tak bekerja dengan baik.

•Mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.

•Mengakui Kong Hu Cu dan menjadikan Imlek hari nasional.

•Mencabut larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme dan Leninisme.

•Menerapkan Otonomi Daerah.

Dalam bidang ekonomi :

•Melawan tekanan IMF


•Perekonomian tumbuh positif untuk pertama kali sejak reformasi

•Ketimpangan turun.

Berikut penjelasannya:

Di era Abdurrahman Wahid yang singkat, sejumlah konflik sosial yang selalu jadi masalah Indonesia,
berhasil diredam.Di Aceh dan Papua misalnya, pendekatan Gus Dur berhasil menahan gelombang
separatisme tanpa kekerasan militer.

Gus Dur lah presiden yang berperan membubarkan praktik dwifungsi ABRI. Ia mengembalikan tentara ke
barak. Ia juga yang memisahkan angkatan bersenjata menjadi TNI dan Polri.

Aspek sosial menjadi perhatian kiai Nahdlatul Ulama ini. Berkat Gus Dur, tahun baru Imlek yang dilarang
pada masa kolonial Belanda dan dipersulit di era Soeharto, kembali menjadi hari libur nasional yang
dirayakan.

Ia juga yang mengakui Kong Hu Cu sebagai tambahan agama yang diakui di Indonesia.

Gus Dur juga sempat memperjuangkan nasib para tahanan politik dan mereka yang selama ini
didiskriminasikan akibat pelarangan PKI meskipun tak berhasil. Bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI) di
luar negeri, Gus Dur adalah pahlawan. Ia menyelamatkan Siti Zaenab dan Adi Asnawi yang akan dihukum
gantung di Arab Saudi dan Malaysia.

Bahkan setelah tak menjadi presiden, Gus Dur pernah menampung 81 TKI yang dideportasi dari
Malaysia di rumahnya di Ciganjur pada 2005. Arah peningkatan ekonomi di era Gus Dur juga sangat baik.
Tak cuma PNS yang merasakan kenaikan gaji hingga tiga kali lipat, rakyat Indonesia juga merasakan
pertumbuhan ekonomi yang baik di era Gus Dur. Pertumbuhan ekonomi yang berada di minus 3 saat
ditinggalkan Habibie, tumbuh hingga ke 4,9 persen di tahun 2000.

Yang lebih penting, pertumbuhan ekonomi ini dibagi merata. Sebelum krisis ekonomi 1997, indeks
ketimpangan atau rasio gini sangat tinggi. Gus Dur yang tak menginginkan kesenjangan jadi akar konflik
sosial, berhasil menurunkan rasio gini hingga 0,31, atau terendah dalam 50 tahun terakhir.

Lain pemimpin, lain pula rintangannya. Di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
perekonomian Indonesia kembali menghadapi tantangan berat. Kebijakan-kebijakan ekonomi Gus Dur
yang mengundang kerutan di dahi para pakar, juga perseteruannya dengan DPR dan IMF mempengaruhi
iklim perekonomian Indonesia saat itu. Sejumlah kebijakan seperti upaya mengubah independensi BI
lewat amandemen UU BI, bea masuk impor mobil mewah untuk KTT G-15 yang jauh lebih rendah dari
yang seharusnya (hanya 5% sementara seharusnya 75%), dan otonomi daerah yang membebaskan
daerah untuk mengajukan pinjaman luar negeri tidak populer di masyarakat dan menuai protes.

Kondisi perekonomian yang tampak memburuk setelah sebelumnya menunjukkan gejala-gejala


kepulihan di masa pemerintahan BJ Habibie meresahkan publik dan para investor. Nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar AS yang semula Rp. 7.500 (1999) menjadi Rp. 9.800 (2001), Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) turun dari 580 menjadi 458, begitu pun tingkat pertumbuhan ekonomi yang
semula 5% (2000) menjadi 3,6% (2001). Sebaliknya, tingkat inflasi pun meningkat drastis, dari 2% (1999)
menjadi 12,6% (2001). Di luar itu, pemerintahan Gus Dur bukannya tanpa capaian. Melalui desentralisasi
fiskal, pemerintah berama-sama dengan Bank Dunia brupaya menurunkan tingkat kemiskinan melalui
program pengembangan kecamatan. Selain itu, juga ada proyek pedesaan, mulai dari pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan dan saluran irigasi dan sanitasi, juga memberikan bantuan Kredit
Usaha Mikro.

Reformasi Bidang Hukum dan Pemerintahan


Salah satu kebijakan yang dibuat oleh Abdurahman Wahid adalah dengan mengadakan Amandemen
terhadap UUD 1945 pada 18 Agustus 2000. Tujuan amandemen tersebut adalah mengkaji suatu struktur
pemerintahan NKRI yang meliputi pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten, dan kota.

Dengan diimplementasikannya amandemen ini proses pelaksanaan pemilu akan mengalami adanya
suatu perubahan, dimana masyarakat Indonesia dapat memilih langsung wakil rakyatnya di setiap
tingkat Dewan Perwakilan.

Pencapaian lain yang dilakukan pada masa pemerintahan Abdurahman Wahid adalah melakukan
pemberantasan terhadap sistem KKN yang telah tertanam sejak pemerintahan Soeharto. Presiden
Abdurahman Wahid juga membantu menghapus adanya diskriminasi terhadap ras Tionghoa. Untuk
menjalankan keyakinan mereka sesuai dengan agama mereka, sebagaimana tertuang dalam Keputusan
Presiden No 6 tahun 2000 yang membahas mengenai pengembalian hak-hak sipil yang menganut agama
Konghucu.

Abdurrahman Wahid dimakzulkan dan diberhentikan dari jabatan presiden pada 23 Juli 2001, setelah ia
mengeluarkan maklumat untuk membubarkan legislatif Indonesia dan membekukan Partai Golongan
Karya (Partai Golkar).

Anda mungkin juga menyukai