Pasien dengan edema paru kardiogenik biasanya memiliki gejala klinis gagal jantung kiri.
Pasien biasanya mengeluhkan sesak nafas yang tiba-tiba dan berat, rasa cemas, dan perasaan seperti
tenggelam. Manifestasi klinis dari edema paru kardiogenik akut mencerminkan bukti adanya hipoksia
dan peningkatan tonus simpatis. Pada pasien dengan edema paru kardiogenik, keluhan paling sering
adalah sesak nafas dan diaphoresis atau keringat berlebihan. Pasien biasanya mengeluhkan dispneu
saat aktifitas, ortopneu, dan paroksismal nocturnal dispneu.
Batuk adalah keluhan yang sering dan dapat memberikan petunjuk awal adanya perburukan
edema pada paru pasien dengan disfungsi ventrikel kiri yang kronis. Sputum berwarna pink dan
berbusa mungkin dikeluhkan oleh pasien dengan penyakit yang parah. Kadang disertai suara serak
dikarenakan gangguan di persarafan laring karena stenosis mitral atau hipertensi pulmonal. Nyeri
dada harus diwaspadai oleh dokter sebagai kemungkinan untuk infark miokardial akut, atau diseksi
aorta dengan regurgitasi aorta (Sovari & Henri, 2012).
Manifestasi klinis dari edema paru kardiogenik akut mencerminkan bukti adanya hipoksia dan
peningkatan tonus simpatis. Pada pasien dengan edema paru kardiogenik, keluhan paling sering
adalah sesak nafas dan diaphoresis atau keringat berlebihan. Sedangkan edema paru non kardiogenik
juga ditandai adanya sesak nafas yang memberat, tidak disertai adanya riwayat penyakit gagal jantung
sebelumnya. Gejala-gejala umum lain mungkin termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan
sesak napas daripada normal dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion), napas yang cepat
(tachypnea), kepeningan, atau kelemahan.
Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada pasien-pasien dengan
pulmonary edema. Lebih jauh, atas pemeriksaan paru-paru dengan stethoscope, dokter mungkin
mendengar suara-suara paru yang abnormal, sepeti rales atau crackles (suara-suara mendidih pendek
yang terputus-putus yang berkoresponden pada muncratan cairan dalam alveoli selama bernapas).
Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak
sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan
nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi
pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini
morphin hams digunakan dengan hati-hati.
Edema Pam yang terjadi setelah Infark Miokard Akut biasanya akibat hipertensi kapiler paru.
Namun percobaan pada anjing yang dilakukan ligasi arteriakoronaria, terjadi edema paru walaupun
tekanan kapiler paru normal, yang dapat dicegah de-ngan pemberian indomethacin sebelumnya.
Diperkirakan bahwa dengan menghambat cyclooxygenase atau cyclic nucleotide phosphodiesterase
akan mengurangi edema’ paru sekunder akibat peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler; pada ma-
nusia masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Kadang kadang penderita dengan Infark Miokard Akut dan edema paru, tekanan kapiler pasak
parunya normal; hal ini mungkin disebabkan lambatnya pembersihan cairan edema secara radiografi
meskipun tekanan kapiler paru sudah turun atau kemungkinan lain pada beberapa penderita terjadi
peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler paru sekunder oleh karena adanya isi sekuncup yang
rendah seperti pada cardiogenic shock lung.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan batuk berbuih
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dyspnea
3. Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada bronkus
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia dan hiperkapnia
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan pada alveoli
6. Risiko aspirasi(SDKI 2018)
3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas
Pemantauan Respirasi Observasi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
Tujuan dan kriteria Hasil: Setelah dilakukan intervensi selama x1 jam diharapkan pertukaran
gas meningkat dengan Kriteria hasil: Dipsnea menurun Bunyi napas tambahan menurun
Gelisah menurun Pola napas membaik
e.Risiko Aspirasi
Manajemen Jalan napas observasi :
1. Monitor pola napas
2. Monitor bunyi napas
3. monitor sputum Terapeutik
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping, selama tahap implementasi perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
5. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja
dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
(Padila, 2012). Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Arif muttaqin. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Allon Amital, MD, 2020. What are beneficial effects of positive end expiratory pressure.
Medscape Jurnal
Haryanto A. 2013. “Asuhan Kegawatdaruratan Acut Lung Oedem.” Naskah Publikasi.
Pekanbaru: Stikes Payung Negeri.
Setiadi. 2012. Konsep & Penelitian Dikumentasi Suhan Keperawatan Teori Dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sovari, A., Henry H., 2012. Cardiogenic Pulmonary Edema Clinical Presentation.
http://emedicine.medscape.com/ article/157452-clinical. dilihat tanggal 1 Maret 2020.