Anda di halaman 1dari 39

TUGAS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

“TIPE KEPEMIMPINAN GUS DUR”

Disusun Oleh:
Ahmad Firdaus khubet 18032010034
Permadi Indra P. 18032010047
Muhammad Rijalul Fikri 18032010095
Dhanu Ega Sentanu 18032010103
Jeremiah Batista H. 18032010113
Dwi Sutrisno 18032010117
Ivan Jeremias Tjioewinata 18032010135
Rafif Nizam Aryarangga 19051010055
Mu'ammar Fadhil 19051010057
Aldi Bayu Ananta 19051010068
M. Ferdian Arya Saputra 19051010073

Paralel: G407
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Minto Waluyo, MM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAWA TIMUR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
ucapan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa membaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 3 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Presiden Keempat (K.H. Abdurrahman
Wahid)....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Pengertian Kepemimpinan............................................................7
2.2 Teori para ahli tentang Kepemimpinan.......................................9
2.3 Pengertian Pemimpin.....................................................................9
2.4 Tugas-tugas Pemimpin.................................................................10
2.5 Strategi Kepemimpinan Yang Efektif........................................11
2.6 Prinsip-prinsip Kepemimpinan...................................................14
2.7 Tipe Kepemimpinan.....................................................................16
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................24
3.1 Analisis..........................................................................................24
3.2 Kelebihan......................................................................................25
3.3 Kekurangan..................................................................................25
3.4 Asumsi Kepemimpinan Generasi X, Generasi Y, Generasi Z. 25
3.4.1 Tipe Kepemimpinan untuk Generasi X............................25
3.4.2 Tipe Kepemimpinan untuk Generasi Y............................28
3.4.3 Tipe Kepemimpinan untuk Generasi Z............................29
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................34
4.1 Kesimpulan...................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Presiden Keempat (K.H. Abdurrahman Wahid)


K.H. Abdurrahman Wahid Lahir di Denayar, Jombang 7 September 1940,
dan meninggal di Jakarta pada 30 Desember 2009, riwayat perjalanan hidup anak
pertama dari enam bersaudara pasangan KH. Wahid Hasyim dan Hajjah Solechah
ini ibarat lembaran buku yang tidak akan pernah habis dibaca. Ia bukan hanya
seorang ulama, tetapi juga budayawan, penulis, cendekiawan, pengamat
sepakbola, politisi, penikmat seni, humoris, penggiat demokrasi, penganjur
pluralis, pembela kaum minoritas dan banyak lagi. Tidak aneh jika banyak orang
menyebutnya sebagai guru bangsa, tokoh pluralisme, tokoh demokrasi, pahlawan
kaum tertindas, bahkan sampai waliyullah. Sepertinya tidak cukup kata-kata
tersebut untuk mendeskripsikan seorang K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
selama hidupnya. Saat lahir sebenarnya ia diberi nama Abdurrahman Addakhil.
Addakhil diambil dari nama seorang pejuang Islam di zaman Bani Umayyah.
Namun rupanya kata Addakhil tersebut kurang dikenal, dan akhirnya diputuskan
untuk mengambil nama belakang sang ayah, yaitu “Wahid”. Sedangkan kata
“Gus” merupakan panggilan kehormatan khas pesantren pada anak kiai.
Abdurrahman Wahid termasuk tokoh intelektual yang memiliki pandangan
dan pemikiran yang berwawasan kedepan. Gagasan-gagasannya seperti
pribumisasi Islam di Indonesia, penghormatan terhadap hak-hak kaum minoritas,
reformasi kultural, demokratisasi, dan juga toleransi keberagamaan merupakan
sejumlah contoh tema aktual yang selalu ditawarkan ia dalam berbagai
kesempatan. Kehadiran seorang Gus Dur dan semua ide cemerlangnya secara
mengejutkan ternyata dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat,
sekaligus menjadi tokoh alternatif dalam suksesi kepemimpinan nasional pada
Sidang Umum MPR RI 1999 untuk memimpin bangsa ini dengan image yang
kuat. Ini juga merupakan efek dari hasil pemilu yang dapat dibilang relatif
demokratis, bila dibandingkan dengan pemilu periode sebelumnya.
Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. K.H

1
Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur tokoh Muslim
Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat
dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan B.J Habibie setelah dipilih oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilu 1999. Masa kepresidenan
Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 oktober 1999 dan berakhir pada sidang
istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 juli 2001, kepemiminannya digantikan
oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR Abdurrahman
wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan
pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mantan Presiden ke-4 RI ini bahkan
sudah dikenal di seluruh dunia. Sepak terjang dan gagasan-gagasannya yang
kontroversial menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang
memperbincangkannya. Ibarat telaga yang tak pernah kering untuk ditimba.
Pluralisme menjadi salah satu pemikiran Gus Dur saat itu, ia bersikeras
bahwa agama, ras ataupun suku bangsa tidak dapat menjadi faktor penghalang
atau faktor pembeda dalam berkebangsaan, semua orang harus sejajar dan sama,
karena agama, ras ataupun suku bangsa tidak dapat dijadikan patokan baik atau
buruknya seseorang. Selain dikenal sebagai aktivis prodemokrasi, perjuangan dan
pembelaannya kepada kaum minoritas benar-benar mendapat apresiasi yang
positif dari banyak kalangan, termasuk dunia internasional meskipun sebenarnya
juga tidak sedikit yang tidak suka. Lebih dari itu, ketokohan dan kepemimpinan
Gus Dur dalam mempelopori dialog antar umat beragama, mendapat respond dan
apresiasi yang luar biasa dari masyarakat internasional. Ini terbukti dengan
diterimanya penghargaan Global tolerance Award oleh Gus Dur dalam peringatan
Hari Hak Asasi Manusia Internasional tanggal 10 Desember 2003 di markas PBB
New York. Pada sisi lain, proses terpilihnya Presiden Abdurrahman wachid bisa
dikatakan unik padahal, partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai partai
pendukungnya hanya memiliki 10 % kursi di DPR, sementara partai Golkar dan
PDI Perjuangan yang memiliki jumlah suara lebih besar gagal memperoleh kursi
presiden..
Semanjak menjadi presiden RI, Gus Dur sesungguhnya memiliki sejarah
besar membangun demokrasi, kebebasan pers dan berbicara, serta perjuangan hak-
hak kaum minoritas. Gus Dur selama berkuasa (1998-2001) telah memberikan

2
wacana yang menarik bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Paling tidak
selama kurang dua tahun menjadi presiden banyak sekali sumbangan Gus Dur
bagi bangsa.

 Curriculum Vitae Gus Dur

Foto

Nama Abdurrahman Wahid


Nama Panggilan Gus Dur
Tempat Lahir Jombang, Jawa Timur
Tanggal Lahir 07 September 1940
Agama Islam
Nama Ayah K.H. Wahid Hasyim
Nama Ibu NY. Hj. Sholehah
Nama Istri Sinta Nuriyah
Nama Anak 1. Alissa Qotrunnada
2. Zannuba Ariffah
3. Anita Hayatunnufus
4. Inayah Wulandari
Riwayat  Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah (1957-1959)
Pendidikan  Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur (1959-1963)
 Al Azhar University, Cairo, Mesir, Fakultas Syari'ah
(Kulliyah al-Syari'ah) (1964-1966)
 Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab Jurusan Sastra
Arab (1966-1970)
Riwayat Karir  Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang,
sebagai Dekan dan Dosen (1972-1974)
 Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng (1974-1980)
 Katib Awwal PBNU (1980-1984)

3
 Ketua Dewan Tanfidz PBNU (1984-2000)
 Ketua Majelis Ulama Indonesia (1987-1992)
 Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI (1989-1993)
 Partai Kebangkitan Bangsa, Indonesia, Ketua Dewan Syura
DPP PKB (1998)
 Presiden Republik Indonesia (1999-2001)
 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mustasyar (2000)
 Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur,
Indonesia (2002)
 Pendiri The WAHID Institute, Indonesia (2004)
Penghargaan K.H 1. Tasrif Award-AJI
Abdurrahman Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan
Wahid Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006.
Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen
dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak,
semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan
Gadis dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari budayawan Butet
Kertaradjasa, pemimpin redaksi The Jakarta Post Endy Bayuni,
dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Chandra Kirana. Mereka
berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award
bagi Gus Dur menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam
acara jumpa pers itu. Seorang wartawan mengatakan bahwa hanya
karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti Pornoaksi dan
Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara
wartawan lain seperti Ati Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI
Indonesia dan wartawan The Jakarta Post membantah dan
mempertanyakan hubungan perjuangan Wahid menentang RUU
APP dengan kebebasan pers.

2. Doktor Kehormatan
 Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan

4
(Doktor Honoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan:
 Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas
Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
 Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology,
Bangkok, Thailand (2000)
 Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu
Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon
Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (2000)
 Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn,
Bangkok, Thailand (2000)
 Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000)
 Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India
(2000)
 Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo,
Jepang (2002)
 Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas
Netanya, Israel (2003)
 Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk,
Seoul, Korea Selatan (2003)
 Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea
Selatan (2003)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa jenis tipe kepemimpinan K.H Abdurrahman Wahid ?
2. Bagaimana peranan K.H Abdurrahman Wahid saat menjabat sebagai
Presiden ke-4 RI ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan tipe kepemimpinan K.H Abdurrahman
Wahid ?
4. Bagaimana solusi terhadap tipe kepemimpinan K.H Abdurrahman Wahid ?

1.3 Tujuan

5
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui jenis tipe kepemimpinan K.H Abdurrahman Wahid
2. Mengetahui peranan K.H Abdurrahman Wahid saat menjabat sebagai
Presiden ke-4 RI
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan tipe kepemimpinan K.H
Abdurrahman Wahid
4. Mengetahui solusi terhadap tipe kepemimpinan K.H Abdurrahman Wahid

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas
sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian

6
lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang
lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa
sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan pengertian manajemen adalah suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya
dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujaun organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hampir setiap literatur-literatur tentang kepemimpinan memberikan gambaran
yang ideal tentang kepemimpinan. Hal ini dapat dimengerti, karena manusia
membutuhkan kepemimpinan itu. Dan dari waktu ke waktu kepemimpinan
menjadi tumpuan harapan dari manusia, sehingga dewasa ini masalah
kepemimpinan semakin menarik perhatian banyak kalangan terutama dalam
kajian komtemporer, sebab kepemimpinan memiliki dimensi yang luas.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kepemimpinan adalah perihal
memimpin; cara memimpin. Kepemimpinan bisa dirumuskan sebagai kiat
mempengaruhi orang banyak agar mau bekerjasama memperjuangkan tujuan-
tujuan yang ingin mereka capai. Rebecca kemudian menambahkan bahwa seoarng
pemimpin adalah penggerak ke arah usaha bersama yang terorganisasi. Ia
merupakan agen atau pelaksana dari suatu kekuasaan yang menggunakan dirinya.
Kusnadi mengemukakan bahwa kepemimpinan tidak saja berarti pemimpin dan
mempengaruhi orang-orang, tetapi juga pemimpin terhadap perubahan dan
sumber aspirasi serta motivasi bawahan. Winardi mengartikan bahwa
kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang
yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam, faktor-faktor intern
maupun ekstern, diantaranya meliputi orang-orang; bekerja dari sebuah posisi
organisatoris; dan timbul dalam sebuah situasi yang spesifik. Sehingga
kepemimpinan timbul, apabila ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain yaitu situasi dan posisi ada, orang-orangnya juga ada.
Beberapa implikasi dari berbagai definisi adalah :
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain yaitu pengikut. Sebagai akibat dari
kesediaan menerima petunjuk dari seorang pemimpin. Anggota kelompok

7
harus dapat memahami status pemimpinnya yang memungkinkan proses
kepemimpinan berjalan dengan baik.
2. Kepemimpinan melibatkan kekuasaan yaitu kemampuan untuk
menggunakan pengaruh artinya kemampuan untuk mengubah sikap dan
tingkah laku individu atau kelompok.
3. Kepemimpinan melibatkan pengaruh (influence) yaitu tindakan tingkah laku
yang menyebabkan perubahan sikap dan tingkah laku individu dan
kelompok.
Gitosudarmo dan Sudita mengartikan bahwa kepemimpinan merupakan
faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi, karena
kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama, untuk dicapainya tujuan
organisasi. Dari pengertian ini kepemimpinan didefinisikan sebagai salah satu
proses mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan dalam situasi tertentu.
Dari definisi ini, nampak bahwa kepemimpinan adalah suatu proses, bahwa
orang yang meliputi faktor pemimpin pengikut dan faktor situasi untuk
menghasilkan prestasi dan kepuasan. Maka kepemimpinan adalah sebagai
tindakan atau upaya untuk memotivasi atau mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja atau bertindak ke arah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan
atau kepemimpinan merupakan tindakan membuat sesuatu menjadi kenyataan.
Idealnya seorang pemimpin itu memegang kekuasaan sesuai dengan bidang dan
keahlian dan bakatnya. Sebab tanpa hal tersebut, seorang pemimpin akan
menemui kesulitan dalam melakukan koreksi terhadap dirinya sendiri, kesulitan
mawas diri dan kesulitan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sehingga secara rasional pemimpin dituntut kepandaiannya untuk memimpin
jalannya perkumpulan yang berada dalam wewenangnya sesuai dengan misi
perkumpulan itu dibentuk secara bersama, misalnya sebuah desa idealnya
dipimpin oleh kepala desa.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan tersebut, esensi kepemimpinan
adalah ”Kepengikutan”, dalam arti bahwa yang menyebabkan seseorang menjadi
pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikutinya. Dengan
demikian secara umum dan sederhana kepemimpinan didefinisikan sebagai seni

8
atau proses mempengaruhi orang lain sedemikian rupa, sehingga mereka mau
melakukan usaha atau keinginan usaha atau keinginan untuk bekerja dalam rangka
pencapaian suatu tujuan.

2.2 Teori para ahli tentang Kepemimpinan


Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada
beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli, antara lain:
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons,
1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok
yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah
kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk
memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

2.3 Pengertian Pemimpin


Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan
oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat
orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama-sama.

2.4 Tugas-tugas Pemimpin

9
Menurut  James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1.       Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain,
salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam
organisasi sebaik orang diluar organisasi.  
2.       Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
(akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan
tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik.
Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3.       Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat
menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian
tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. 
Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif, dan
menyelesaikan masalah secara efektif.
4.       Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan
konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat.
Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas
dan kaitannya dengan pekerjaan  lain.    
5.       Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu,
pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6.       Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan
kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat
mewakili tim atau organisasinya.  
7.       Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg,  Peran Pemimpin adalah :

10
• Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai
pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor
konsultasi.
• Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
• Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan
gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.

2.5 Strategi Kepemimpinan Yang Efektif


Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat
ditangkap suatu pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka di sini kegiatan kepemimpinan itu telah
dimulai. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbngkan untuk menciptakan
kepemimpinan yang efektif. Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan tersebut
umumnya sangat sulit untuk diukur dan sebagian lagi sangat sulit pula untuk
dikenali.
Kusnadi, dkk (2005:354) menyatakan bahwa di dalam mengembangkan
profil kepemimpinan, maka sangat penting untuk memperhatikan posisi pemimpin
di dalam organisasi. Asumsi apa yang akan dipegang oleh pemimpin dalam
mengelola anak buahnya di dalam organisasi agar mau bekerja secara efektif dan
efisien.
Dalam kedudukannya sebagai pemimpin di dalam kelompok sosial
termasuk masyarakat, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang
meliputi kumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula fungsinsya. Dalam
keluasan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat mendelegasikan wewenang
dan tanggung jawab kepada para pengikutnya, sesuai dengan kedudukan yang ada
dan berlaku.
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, Goleman (2003:2)
menjelaskan ada dua hal yang biasanya dilakukan olehnya terhadap pengikut,
yakni : perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan
hanya dalam komunikasi satu arah, sedangkan perilaku mendukung diartikan
dalam komunikasi dua arah. Oleh karena fungsi kepemimpinan yang lazim ialah

11
membuat keputusan, maka gaya kepemimpinan tersebut akan tampak jika
dipraktekkan dalam hal melakukan pembuatan keputusan. Posisi kontrol atas
pemecahan masalah atau pembuatan keputusan dipegang bergantian antara
pemimpin dan bawahannya, sehingga penampilan, bobot, dan perilakunya
disenangi dan diterima oleh bawahannya. Bawahan menyukainya dan
menganggapnya sebagai sumber informasi, dan tempat bertanya. Pemimpin sering
mendiskusikan masalah bersama-sama bawahan, sehingga tercapai kesepakatan.
Pembuatan keputusan didelegasikan kepada bawahan. Sumber kekuasaan yang
ada padanya kekuasaan keahlian dan informasi.
Demikianlah inti pokok pembicaraan kepemimpinan dalam hubungannya
dengan kekuasaan. Kedua istilah ini pemimpin atau kepemimpinan dengan
kekuasaan mempunyai relevansi yang sukup tinggi. Kepemimpinan adalah suatu
proses untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk mempengaruhi
membutuhkan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri merupakan potensi
pengaruh dari seorang pemimpin. Anoraga (2001:22) mengemukakan bahwa
pemimpin mempunyai tugas untuk memimpin dan mengendalikan hal-hal detail
dan spesifik, juga ia mengendalikan hubungan internal di dalam kelompoknya,
karena pada dasarnya dalam suatu kelompok manusia selalu mengadakan
interaksi. Pemimpin mempunyai tugas untuk menjadi pengamat dan pengendali
kelancaran hubungan-hubungan yang terjadi. Melalui kelancaran dan kebaikan
hubungan-hubungan antar manusia, kecakapan untuk mengadakan komunikasi
dan mendidik, kecakapan sosial, serta kemampuan teknis yang meliputi
penganalisass situasi menjadi tuntutan bagi dirinya sebagai pemimpin.
Di dalam kedudukan sebagai seorang pemimpin, pengaruh keadaan sekitar tetap
tidak dapat dilepaskan sama sekali, baik pengaruh dari dalam, maupun pengaruh
dari luar kelompok atau organisasinya. Atas pengaruh-pengaruh  yang ada, maka
dalam pembuatan kebijakan akan terdapat tiga sumber penting. Sebagaimana yang
dikemukakan Anoraga (2001:23)  yaitu :
• Bersumber dari pihak yang lebih berkuasa, termasuk di dalamnya aturan-
aturan yang berada di luar kelompoknya akan tetapi tetap memberikan
pengaruh terhadap kehidupan kelompoknya.

12
• Bersumber dari pihak bawahan, bagaiman juga bawahan sebagai pengikut,
tetap memegang peran yang tidak kecil dalam menentukan pencapaian
tujuan bersama.
• Bersumber dari dirinya selaku pemimpin, maka sebagai seorang pemimpin
otonomi dipegangnya untuk menetapkan keputusan mengenai suatu
kebijakan yang akan diambil.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa melalui wewenang yang luas,
pemimpin mempunyai ruang gerak yang luas pula. Ketajaman pandangan
pengikut terhadap pimpinannya bukan merupakan hal yang luar biasa. Sorotan
dan penilaian terhadap diri pemimpin dapat terjadi. Sejauh itu pula kebaikan dan
keburukan yang dilakukan pimpinan menjadi perhatian para pengikut. Terlepas
dari baik dan buruk, tentunya sikap, tindak dan cara dari seseorang pemimpin,
diharapkan dapat dijadikan contoh atau teladan untuk ditiru dan diikuti oleh para
pengikutnya. Tingkat penilaian yang dihasilkan oleh para pengikut, dapat
mencerminkan akan kebaikan atau keburukan kelompok secara keseluruhan. Atas
dasar pandangan-pandangan ini pemimpin selaku tokoh dengan tingkat wewenang
yang tinggi mendapatkan penilaian dari para pengikut melalui pencerminannya,
maka dapat dianggap bahwa seorang pemimpin mencapai menempati kedudukan
sebagai lambang dari kelompoknya. Cap terhadap kelompok secara menyeluruh,
dapat timbul dan terbentuk dari cap yang diterapkan terhadap pimpinannya secara
tersendiri.
Dalam keadaan yang demikian turut memegang peran dalam masalah
kedudukan seorang pemimpin. Kesediaannya menerima kesalahan turut
memegang peran dalam masalah kedudukan sebagai pemimpin. Mengakui
kesalahan tidak berarti pula menurunkan derajat pimpinan, melainkan menaikkan
tingkat derajat seorang pemimpin, daripada mencari alasan-alasan yang tidak
masuk akal hanya untuk menutupi kesalahan yang memang salah. Anoraga
(2001:24) berpendapat bahwa kecakapan-kecakapn yang diperlukan untuk
menjadi seorang pemimpin, tidak terlepas pula dari masalah kepribadian itu
sendiri. Masalah kepribadian pemimpin, mempunyai kemungkinan pula untuk
dibentuk dalam diri setiap orang, demikian dengan kecakapan-kecakapan yang
diperlukan untuk menjadi pemimpin.

13
Dengan demikian peran-peran dari seorang pemimpin seperti disebutkan di
atas, dapat dikatakan sebagai suatu bagian terkecil dari tunututan-tuntan yang
timbul terhadap dirinya. Peran-peran itupun menuntut pula berbagai masalah yang
menyangkut kecakapan dan kemampuan, serta kepribadian tertentu yang
kompleks sifatnya. 

2.6 Prinsip-prinsip Kepemimpinan


  Menurut Stephen R. Covey (1997),  prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,
realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan
berjalan  sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip
merupakan suatu  pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang
ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;  keselamatan, bimbingan, sikap yang
bijaksana, dan kekuatan.  
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R.
Coney) sebagai berikut:
1.   Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.
Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.
Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber
belajar.
2.      Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin
dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama.  Dalam
memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan
yang baik.
3.      Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang
positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan
orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan
baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu
yang lama dan kondisi tidak ditentukan. 

14
       Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang
positif, seperti :
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya,
sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang
baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi
kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah
raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara
kehidupan dunia dan akherat.
c. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan
berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya.
Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa
aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada
inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan
kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis
perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. 
Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak.
Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah
satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada
bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis
dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai
keberhasilan yang tinggi.  Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. 
Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang
berhubungan dengan:
a. Pemahaman materi;

15
b. Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;
c. Mengajar materi kepada orang lain;
d. Mengaplikasikan prinsip-prinsip;
e. Memonitoring hasil;
f. Merefleksikan kepada hasil;
g. Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
h. Pemahaman baru;
i. Kembali menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa
kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya:
1. kemauan dan keinginan sepihak
2. kebanggaan dan penolakan;
3. ambisi pribadi.
Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-
menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif
baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

2.7 Tipe Kepemimpinan


1. Tipe Pemimpin Otokratis,
Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin otokratik adalah
seseorang yang sangat egois. Seseorang pemimpin yang otokratik akan
menerjemahkan disiplin kerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh para
bawahannya sebagai perwujudan kesetiaan para bawahannya kepadanya.
Dengan persepsi, nilai-nilai, sikap dan perilaku seorang pemimpin yang
otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan yang:
a. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
b. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekuatan
c. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
d. Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh
bawahan
 Ciri dan tipe kepemimpinan ini adalah sebagi berikut:
 Menganggap organisasi tersebut sebagai miliknya sendiri.

16
 Mengidentikan tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi.
 Sangat terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya.
 Menganggap semua bawahannya sebagai alat semata-mata.
 Tak mau/ingin menerima kritikan, saran maupun pendapat.
 Dalam tindakan penggerakannya selalu/sering menggunakan
pendekatan yang mengandung unsur-unsur paksaan & punitif (bersifat
menghukum).
 Kelebihan :
 Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak
pemimpin, tak ada bantahan dari bawahan
 Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila
terjadi kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk
menegur
 Mudah dilakukan pengawasan

 Kelemahan :
 Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari
pemimpin
 Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan
karena bawahan tidak merasa nyaman
 Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan
pendapat, pemimpin akan menganggapnya sebagai pembangkangan
dan kelicikan
 Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan
kesempatan mengajukan pendapat.
 Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin yang
berlebihan
 Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman
bahkan pemecatan dari atasan
 Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah
perintah yang diberikan sudah dijalankan dengan baik oleh
anggotanya

17
2. Tipe Militeristis
Tipe kepemimpinan militeristik adalah tipe pemimpin yang memiliki
disiplin tinggi dan biasanya menyukai hal-hal yang formal. Menerapkan sistem
komando dalam menggerakkan bawahannya untuk melakukan perintah.
Menggunakan pangkat dan jabatan dalam mempengaruhi bawahan untuk
bertindak.
 Ciri dan tipe kepemimpinan ini adalah sebagi berikut:
 Selalu atau sering mempergunakan sistem-sistem perintah dalam
menggerakkan bawahannya.
 Senang bergantung pada pangkat serta jabatannya dalam
menggerakkan bawahannya.
 Senang sekali pada formalitas yang berlebihan.
 Sukar menerima kritikan/masukan dari bawahan.
 Menuntut disiplin yangsangat tinggi & kaku dari bawahan.
 Menyukai upacara-upacara untuk berbagai macam acara dan juga
keadaan.
 Kelebihan :
 Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan mengambil
keputusan
 Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi
 Bawahan akan merasa aman dan terlindungi
 Kelemahan :
 Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan mengambil
keputusan
 Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi
 Bawahan akan merasa aman dan terlindungi
3. Tipe Paternalistis
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam
kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para
pengikutnya kepadanya yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan
sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Para bawahan

18
biasanya menharapkan sorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat
tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap
kepentingan dan kesejahteraan bawahannya.
 Ciri dan tipe kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
 Menganggap bawahannya sebagai orang yang tak dewasa.
 Memiliki sikap yang terlalu melindungi.
 Sering sekali bersikap maha tahu.
 Jarang sekali memberikan kesempatan-kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan maupun inisiatif.
 Jarang memberikan kesempatan kepada para bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi serta fantasinya.
 Kelebihan :
 Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil keputusan
 Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan
 Kelemahan :
 Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi
kesempatan
 Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama
karena menganggap dirinya sudah melakukan yang benar
 Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena
tidak ada kesempatan untuk mengembangkannya

4. Tipe Kharismatis
Tipe Kharismatis, sampai saat ini para pakar belum berhasil menemukan
sebab-sebab kenapa seorang pemimpin mempunyai kharisma, yang diketahui
yaitu bahwa pemimpin yang demikian memiliki daya tarik yang sangat besar
& karenanya pada umumnya memiliki pengikut yang jumlahnya yang sangat
besar. Sebab kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi
pemimpin yang kharismatis, maka sering sekali dikatakan bahwa pemimpin
yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers). Perlu
dikemukakan bahwa umur, kekayaan, kesehatan profil pendidikan dan lain-

19
lain. Tidak dapat dipakai/digunakan sebagai kriteria dari tipe pemimpin
karismatis.
 Kelebihan :
 Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
 Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
 Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya
yang berkharisma sehingga bisa dipercaya
 Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa
memanfaatkannya semaksimal mungkin
 Kelemahan :
 Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang
beresiko
 Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa
yang dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah terlanjur
percaya
 Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin
yang berkompeten sulit
5. Tipe Demokratis
Nilai-nilai organisasional tercermin dalam sikap seorang pemimpin yang
demokratik dalam hubungannya dengan para bawahannya, baik mereka yang
menduduki jabatan pimpinan yang lebih rendah maupun mereka yang
menjadi “anggota biasa” dalam organisasi, yang tanggung jawabnya terbatas
pada penyelenggara tugas-tugas operasional.
 Ciri dan tipe kepemimpinan ini adalah sebagi berikut:
 Selalu dan sering berusaha mensinkronisasikan kepentingan & tujuan
organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para
bawahannya
 Ketika dalam proses penggerakkan bawahannya selalu bertitik tolak
dari pendapat bahwa manusia yaitu makhluk termulia di dunia.
 Senang menerima saran, kritikan, pendapat dari bawahannya.
 Selalu berusaha mengutamakan kerjasama serta kerja tim dalam usaha
untuk mencapai tujuan.

20
 Berusaha agar menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dirinya
sendiri.
 Bawahannya selalu dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib
sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan sebuah
keputusan.
 Berusaha mengembangkan kapasitas dirinya pribadi sebagai seorang
pemimpin
 Kelebihan :
 Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
 Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga
bawahan akan merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
 Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan
pendapat dan saran
 Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa
mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
 Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
 Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan
sejalan
 Kelemahan :
 Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil
secara musyawarah
 Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang
jelas berbeda
 Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai
dan apabila ego masing-masing anggota tinggi

6. Tipe Laissez Faire


Karakteristik utama seorang pemimpin yang laissez faire ditinjau dari
kriteria persepsi, nilai, sikap dan perilaku diatas, mudah menduga bahwa gaya
kepemimpinan yang digunakan adalah sedemikian rupa sehingga:
a. Pendelegasain wewenang terjadi secara ekstensif

21
b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang
lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal
tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya secara langsung
c. Status quo organisasional tidak terganggu
d. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang
inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang
bersangkutan sendiri
e. Para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang
memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada
tingkat yang minimum
 Kelebihan :
 Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap
mandiri dan memiliki inisiatif
 Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
 Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas
 Kelemahan :
 Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena
tidak ada kontrol
 Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
 Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki
inisiatif yang tepat dan dedikasi tinggi
7. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar
negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap
nasionalisme
8. Tipe Kepemimpinan Administratif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya
biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang
mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena
itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam

22
pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan
teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial
ditengah masyarakat

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis
Bisa juga dikatakan gaya kepemimpinan presiden gus dur dilihat dari
kepribadiannya adalah kepemimpinan yang kharismatis. Karisma berasal dari

23
bahasa yunani yang berarti “anugrah”. Kekuatan yang tidak bisa dijelaskan secara
logika disebut kekuatan karismatik, karismatik itu sendiri tidak dimiliki oleh
setiap pemimpin namun hanya sebagian kecil yang mendapatkan karisma.
Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi
oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkret mengapa orang itu dikagumi.
Penampilan fisik ternyata bukan ukuran yang berlaku umum karena ada
pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik yang kalah hanya
dilihat penampilan fisiknya saja sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya
tarik. Usia pun tidak selalu dapat menjadi ukuran. Sejarah telah membuktikan
bahwa seseorang yang berusia relative muda pun mendapat julukan sebagai
pemimpin yang kharismatik. Jumlah harta yang dimilikipun nampaknya tidak bisa
digunakan sebagai ukuran. Ada orang yang tergolong sebagai pemimpin yang
kharismatik tetapi dari sudut kebendaan ia tergolong miskin.
Mungkin karena kekurangan pengetahuan untuk menjelaskan kriteria
ilmiah mengenai kepemimpinan yang kharismatik, orang lalu cenderung
mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang memiliki “kekuatan ajaib” yang
tidak mungkin dijelaskan secara ilmiah yang menjadian orang-orang tertentu itu
dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik. Sesungguhnya sangat menarik
untuk memperhatikan bahwa para pengikut seorang pemimpin yang kharismatik
tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap dan perilaku serta gaya yang
digunakan oleh pemimpin yang kharismatik menggunakan gaya yang otokratik
atau dictatorial, para pengikutnya tetap setia kepadanya.

3.2 Kelebihan
 Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
 Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
 Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya yang
berkharisma sehingga bisa dipercaya

24
 Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya
semaksimal mungkin

3.3 Kekurangan
Kekurangan Kepemimpinan karismatik yaitu berisiko, karena hasil kerja
pemimpin sulit untuk diprediksi, apabila pemimpin tersebut terlalu banyak
diberikan kewenangan untuk menentukan visi perusahaan ke depan. Kekuasaan
tersebut dapat disalahgunakan, sehingga organisasi dapat terseret pada konflik
yang merusak. Dalam kondisi perusahaan yang kacau, sangat sukar untuk
mengembangkan sebuah visi strategis dengan lingkungan organisasi yang
kompleks seorang diri. Jadi, teori-teori karismatik yang menekankan kepada
kepemimpinan individu yang luar biasa, paling cocok untuk menjelaskan seorang
wirausahawan yang visioner, yang mendirikan sebuah organisasi baru atau
seorang manajer pemutar arah (turnaround manager) yang menyelamatkan
sebuah organisasi yang besar, yang berada di ujung keruntuhan

3.4 Asumsi Kepemimpinan Generasi X, Generasi Y, Generasi Z


3.4.1 Tipe Kepemimpinan untuk Generasi X
Generasi X (atau disingkat GenX) adalah kelompok demografi menyusul
baby boomer dan mendahului milenial. Para peneliti dan media populer memakai
awal sampai pertengahan 1960an sebagai permulaan tahun kelahiran dan akhir
1970an sampai awal 1980an sebagai akhir tahun kelahiran,
dengan generasi tersebut umum diartikan sebagai orang-orang yang lahir dari
1965 sampai 1980.
Generasi X adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1965 hingga tahun
1980. Generasi X sering disebut dengan baby bust dikarenakan penurunan angka
kelahiran bayi yang signifikan dibandingkan generasi baby boomer sebelumnya.
Generasi X tumbuh di masa perkembangan teknologi yang sama sekali baru
seperti handphone dan laptop, juga kesulitan ekonomi pada tahun 1980-an.
Generasi X dinilai sebagai generasi yang mandiri, pekerja keras, berorientasi pada
karier, fleksibel, mahir dalam teknologi, logis, banyak akal, dan problem solver
(pemecah masalah) yang baik.

25
Lahir pada pertengahan tahun 60, mulai dari 1965 hingga 1980, Gen X
merupakan angkatan kerja yang mandiri dan bersedia beradaptasi di lingkungan
kerjanya. Sifat mandiri mereka ini disebabkan kebanyakan gen X sejak kecil lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah sendirian atau di tempat penitipan anak
akibat percepatan era industri yang membuat orang tua gen X lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat kerja dan mulai berkembangnya para ibu yang
menjadi wanita karier. Pola asuh tersebut juga membuat mereka lebih skeptis dan
pesimis ketika menghadapi tantangan, namun membuat mereka lebih toleran,
bersedia menerima berbagai perbedaan yang ada. Masa ketika mereka lahir saat
itu teknologi informasi mulai masuk sehingga generasi ini dapat berpikir secara
inovatif.
Dengan karakteristik mereka ini, gen X menyukai bekerja
secara smart yaitu efisien dari segi cara dan waktu untuk mendapatkan hasil
maksimal. Mereka juga menyukai struktur yang jelas, namun dengan suasana
kerja yang tidak kaku atau informal dan membutuhkan informasi berkaitan
dengan manajemen perusahaan. Hal ini dibutuhkannya karena gen X cenderung
menginginkan kejelasan dalam jenjang karier mereka dan berprinsip mereka perlu
dihargai berdasarkan produktivitas mereka, bukan sekedar jumlah jam kehadiran
bekerja. Dalam dunia kerja boleh dibilang mereka memiliki beberapa prinsip yang
cukup berbeda dari generasi pendahulunya, namun dengan kelebihan mereka yang
adaptif, mereka tetap nyaman berhubungan dengan figur otoritas yang ada.
Generasi X disebut juga generasi sandwich karena mereka berada di antara
dua generasi yang paling banyak dibicarakan, yakni generasi baby boomer dan
generasi Y (milenial). Mereka juga kerap dilabeli sebagai generasi ‘daycare’
karena merupakan generasi pertama yang kedua orangtuanya bekerja atau
bercerai. Di antara generasi XYZ, generasi X ini memiliki karakteristik khas
sebagai berikut:
1. Mengutamakan work-life balance Generasi X tidak terlalu ambisius soal
karier, tapi juga tidak menyepelekan pekerjaan. Mereka selalu berusaha
meluangkan waktu untuk membahagiakan diri sendiri di sela-sela kesibukan
kerja.

26
2. Menunda menikah atau punya anak Fokus utama generasi X adalah
kebahagiaan atau kesuksesan dirinya sendiri sehingga mereka tidak segan
menunda menikah atau punya anak jika dipandang perlu..
3. Skeptis Generasi X juga dikenal skeptis dan tidak ingin terlibat dalam
kegiatan yang dinilai tidak menguntungkan mereka, termasuk dalam pemilu.
4. Mampu beradaptasi Generasi X dilahirkan pada tahun-tahun awal
berkembangnya teknologi dan informasi, seperti penggunaan personal
computer (PC), video games, TV kabel, dan Internet. Mereka bisa dengan
cepat beradaptasi, bahkan hingga era serba wireless saat ini..
5. Banyak akal Orang-orang generasi X lebih jago berdagang dibanding
generasi baby boomer. Salah satunya karena mereka banyak akal dan
memang menyukai hal-hal yang informal.
Ada beberapa cara dalam mengkolaborasikan generasi X dengan generasi
lainnya dalam suatu organisasi.
1. Pertama, pahami bahwa Gen-X tidak biasa menggunakan teknologi seperti
Millennials dan Gen-Z, jadi ajarkan Gen-X bagaimana menggunakan
teknologi secara maksimal dan efisien.
2. Kedua, minta saran Gen-X, meskipun dapat mendapatkan jawaban atau
solusi dari google atau rekan Millennials dan Gen-Z lainnya.
3. Ketiga, pahami karakteristik dan Gen-X, sehingga memudahkan untuk
berkomunikasi. Contoh, Gen-X lebih jarang memberikan feedback,
sedangkan Millennials menginginkan feedback rutin. Kalian bisa
mengkomunikasikan ini dengan Gen-X di kantor.
Mutual mentorship between Gen-X and Millennials-Gen Z. Contoh, ketika sedang
rapat dengan mayoritas Millennials, salah satu dari mereka bisa membantu Gen-X
yang tidak paham akan pembahasan atau bahasa atau term yang digunakan dalam
rapat. Jangan lupa untuk sharing goals dalam karir, sehingga Baby Boomers-
Gen-X maupun Millennials- Gen-Z paham bahwa mereka satu tujuan.
Dan terakhir, seringlah berdiskusi dan brainstorming. Komunikasikan cara
bekerja yang diinginkan oleh Millennials- Gen-Z kepada Gen-X, dan sebaliknya”.

27
3.4.2 Tipe Kepemimpinan untuk Generasi Y (Milenial)
Generasi Y adalah generasi yang sering menerapkan kreativitas
serta berfokus pada pengembangan diri sehingga cenderung memilih pekerjaan
yang menyenangkan bagi mereka dan cenderung berhura-hura. Generasi Y adalah
Generasi yang tumbuh di tengah hiruk pikuknya perkembangan teknologi
nirkabel.
Bagi generasi milenial, dunia maya adalah teman terdekat yang ada di
genggaman dan hadapan mereka setiap harinya. Mulai dari menyelesaikan
pekerjaan, melakukan transaksi, memesan makanan, sampai mencari jodoh.
Ketika generasi sebelumnya, generasi X menggunakan teknologi untuk membantu
kebutuhan hidup mereka seperti belanja online dan online banking, generasi
milenial sudah terintegrasi dengan teknologi di dalam kehidupan sehari-hari
(Leggatt, 2008). Kekhasan yang dimiliki oleh generasi milenial ini juga dibawa ke
dalam dunia kerja atau kehidupan mereka di sebuah organisasi, di mana di
dalamnya terdapat aneka ragam generasi lainnya yaitu baby boomers, generasi x,
generasi z yang memiliki keunikan masing-masing. Meskipun demikian, generasi
milenial merayakan keragaman dalam semua bentuk dan mereka memiliki
pandangan optimis dan sekaligus realistis. Mereka tidak hanya melakukan banyak
tugas, mereka melakukan banyak tugas dengan cepat.
Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh kalangan generasi milenial,
terutama gaya kepemimpinan humanistik. memiliki beberapa ciri yaitu
(a) terbuka agar pengikut dapat memahami makna dan visi pekerjaan, sebab
pengikut berhak atas informasi yang transparan dan komunikasi yang terbuka,
(b) suportif, akomodatif, empatik, sopan, dan baik hati,
(c) mendorong partisipasi dan otonomi dari setiap anggota kelompok,
(d) menjunjung tinggi keadilan,
(e) menyediakan umpan balik yang konstruktif,
(f) menjadi role model dalam membangun tujuan dan pertumbuhan personal
anggota tim.

28
3.4.3 Tipe Kepemimpinan untuk Generasi Z
Generasi Z merupakan generasi yang paling muda yang baru memasuki
angkatan kerja. Generasi ini biasanya disebut dengan generasi internet atau
Igeneration. Generasi Z lebih banyak berhubungan sosial lewat dunia maya. Sejak
kecil, generasi ini sudah banyak dikenalkan oleh teknologi dan sangat akrab
dengan smartphone dan dikategorikan sebagai generasi yang kreatif.
Dari perspektif rentang waktu, Generasi Z meliputi mereka yang lahir di
pertengahan tahun 90-an (1995/1996/1997) hingga tahun 2010/2012/2015
(pembatasan tahun ini belum menjadi suatu kesepakatan di antara para ahli dan
akademisi). Generasi ini lahir ketika teknologi digital telah berkembang, bahkan
tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi. Mereka sejak dini
mengonsumsi berita dan informasi dari media sosial yang menjadi referensi utama
untuk memahami dunia, sehingga dunia yang luas adalah ruang belajar tanpa
batas yang berada dalam genggaman mereka.
Ciri/Karakteristik:
• Merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi
informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk
kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat
dan mudah. Anggota generasi Z tidak mengenal dunia tanpa smartphone
atau media sosial. Ketika iPhone dirilis pada 2007, anggota tertua dari
generasi ini baru berusia 11 tahun dan anggota bungsu belum dilahirkan.
Mereka mengetahui semua seluk-beluk teknologi. Bahkan, kemampuan
teknologi mereka seakan bawaan dari lahir
• Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya
lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter, line, whatsapp, telegram,
instagram, atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi
dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.
• Ketika platform seperti Facebook dan Twitter pertama kali keluar,
millennial dan generasi yang lebih tua menggunakannya tanpa memikirkan
dampak. Seiring waktu, mereka menyadari bahwa mengumbar hidup di
mata publik dapat dengan mudah menghantui mereka. Generasi Z telah

29
belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan memilih platform yang lebih
bersifat privasi dan tidak permanen.
• Generasi Z dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya. Mereka
tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu
mereka bagaimana membuat keputusan. Apabila diterjemahkan ke tempat
kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri.
• Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan
lingkungan sekitar. Tanpa diragukan lagi, generasi Z akan menjadi generasi
yang paling beragam yang memasuki lapangan kerja dalam sejarah Amerika
Serikat. Mereka terdiri dari berbagai bagian dari kelompok ras atau etnis
minoritas. Mereka juga dibesarkan untuk lebih menerima dan menghormati
lingkungan dibanding generasi orang-orang sebelumnya.
• Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan.
Misalnya membaca, berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara
bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat,
tidak bertele-tele dan berbelit-belit.
• Generasi Z menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas. Tentu
saja, mereka ingin membuat perbedaan, tetapi hidup dan berkembang adalah
lebih penting.
• Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung
egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan
tidak menghargai proses.
• Generasi Z benar-benar generasi pertama dunia digital. Smartphone dan
media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada
cara hidup. Kedengarannya gila, tapi beberapa penelitian mendukung klaim
ini. Sebuah studi oleh Goldman Sachs menemukan bahwa hampir setengah
dari Gen Zers terhubung secara online selama 10 jam sehari atau lebih.
Studi lain menemukan bahwa seperlima dari Z Gen mengalami gejala
negatif ketika dijauhkan dari perangkat smartphone mereka.
• Cepat merasa puas diri bukanlah sebuah kata yang mencerminkan generasi
Z. Sebanyak 75% dari Gen Z bahkan tertarik untuk memegang beberapa

30
posisi sekaligus dalam sebuah perusahaan, jika itu bisa mempercepat karier
mereka.
Generasi Z disebut sebagai generasi yang di satu sisi menjunjung tinggi
ekspresi individu dan pragmatis, tetapi di sisi lain terbuka pada dialog, prinsip-
prinsip etik, dan kebersamaan. Berbeda dengan Milenial yang disebut sebagai
generasi "Me generation" karena cenderung idealis, konfrontatif, dan
mengutamakan pandangan pribadinya. Generasi Z cenderung mencari
personalisasi dan ekspresi diri yang luas, sehingga mendorongnya untuk lebih
terbuka pada banyak pilihan dan pandangan, serta mencoba memahami diversitas
tersebut. Dengan dasar ini, mereka tidak mendefinisikan dirinya secara mutlak
pada satu jenis identitas tapi mencoba memahami koneksi antar identitas yang
ada, sehingga membentuk 'kebenaran' tersendiri sebagai bentuk personalisasi diri.
Di Indonesia, Generasi Z tumbuh di alam reformasi dan tak dibesarkan
dengan program P4 dan program penyeragaman sejenisnya. Generasi yang
dibesarkan dalam alam keterbukaan, perbaikan/revisi, dan perubahan pandangan
dalam berbagai aspek mulai dari pendidikan, politik, hingga lifestyle. Berikut
merupakan tipe generasi Z yang perlu dipertimbangkan untuk dapat mempin
generasi Z:
1. Generasi Z yakin dengan gelar sarjana mereka.
Desas desus yang dikabarkan oleh media mengatakan bahwa Generasi Z
berikutnya memiliki kemungkinan untuk meninggalkan kuliah dan bergabung
dengan perusahaan Startup atau membuat perusahaan mereka sendiri. Namun, ini
belum sepenuhnya benar. Sekitar 80% dari Generasi Z meyakini bahwa mereka
memerlukan gelar sarjana mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
Sekitar 70% dari Generasi Z meyakini bahwa mereka membutuhkan gelar sarjana
untuk mempertahankan gaya hidup yang nyaman bagi mereka.
2. Generasi Z peduli terhadap pinjaman pelajar, pilihan karier dan
menjadi seorang yang cukup baik.
Saat ini, berdasarkan data pinjaman pelajar terbaru, lebih dari 44 juta orang
memiliki pinjaman atau hutang pelajar sebanyak lebih dari satu triliun. Hanya
30% dari Generasi Z yang percaya bahwa mereka dapat melunasi hutang tersebut.
Sekitar 26% dari mereka merasa ragu bahwa mereka telah membuat pilihan yang

31
salah dan 26% juga merasa bahwa mereka tidak dapat memberikan yang terbaik
pada pekerjaan pertama mereka.
3. Generasi Z menginginkan manajer yang baik dan mereka juga
berharap dapat menjadi manajer yang baik.
Generasi Z adalah orang-orang sangat ambisius. 60% dari mereka tertarik
untuk memiliki posisi dalam manajemen. Lebih dari 75% percaya bahwa
kemampuan seorang pemimpin untuk melatih merupakan faktor yang penting.
25% percaya bahwa kemampuan seorang pemimpin untuk melatih merupakan hal
yang paling penting. Satu dari empat orang mengatakan bahwa ia akan
meninggalkan perusahaan jika memiliki bos yang memimpin dengan ketakutan.
4. Generasi Z memiliki semangat wirausaha.
Disaat sebagian Generasi Z berencana untuk bekerja di perusahaan
sepanjang karier mereka, mereka juga melatih diri untuk berpikir sebagai
wirausahawan. 72% dari mereka berharap dapat memulai bisnis sendiri di
kemudian hari dan 61% berencana untuk menjalankan bisnis sendiri setelah
mereka lulus kuliah.
5. Generasi Z membutuhkan stabilitas.
Jika berbicara tentang prioritas kerja, 69% dari Generasi Z peduli akan
kehidupan pribadi dan pekerjaan yang seimbang, tentunya dengan kompensasi
dan manfaat lain yang bisa mereka dapatkan. Generasi Z jauh lebih menginginkan
stabilitas dibandingkan dengan pekerjaan yang sesuai dengan kesukaan mereka.
Tentunya ini adalah hal yang berbeda dengan para milenial. 88% kaum milenial
percaya bahwa kesuksesan mereka ditentukan oleh kebahagiaan yang mereka
dapatkan.
Dan bagi perusahaan untuk menyikapi generasi Z adalah dengan melakukan
pendekatan sebagai berikut:
1. Ciptakan komunikasi dua arah dan berikan umpan balik sesering
mungkin.
Dengan total 89% Generasi Z mengharapkan umpan balik dari bos mereka.
Untuk menemui harapan ini, komunikasi adalah pusatnya. Perusahaan dan para
pemimpin haruslah memberikan kesempatan untuk memberikan umpan balik,
baik umpan balik positif maupun umpan balik konstruktif. Inilah cara yang tepat

32
untuk membangun kepercayaan dan kesetiaan Generasi Z. Umpan balik ini tidak
harus diberikan dalam pertemuan mingguan yang formal. Anda dapat
mengirimkan mereka sebuah email singkat atau bahkan sebuah perbincangan
singkat langsung di meja kerja Generasi Z. Itu adalah pilihan cara yang dapat
Anda lakukan untuk memberikan mereka umpan balik.
2. Membangun semangat wirausaha.
Banyak dari para Generasi Z berpikir bahwa berkarier di perusahaan
korporat adalah rencana cadangan mereka. Mereka memiliki semangat untuk
membangun usaha sendiri dan mengembangkan kreativitas mereka. Berikanlah
mereka kesempatan untuk menampilkan keunggulan mereka dengan maksimal
dan menciptakan dampak bagi perusahaan. Tawarkan mereka untuk mengikuti
program pengembangan guna membangun keahlian mereka.
3. Memotivasi melalui pemberdayaan, bukan ketakutan.
Jalan tercepat untuk mengurangi jumlah karyawan dari generasi apapun
adalah memimpin dengan ketakutan. Jadi, berdayakan Generasi Z dengan tugas
dan tanggung jawab yang memicu kreativitas mereka, bukan dengan ketakutan.
4. Mengembangkan soft skills.
Anggota Generasi Z berharap ingin menjadi manajer di kemudian hari.
Bantulah perjalanan karier mereka dengan menanamkan soft skills, seperti empati,
di awal karier mereka. Ini akan membantu mereka menjadi pemimpin yang lebih
baik nantinya.
5. Latihlah mereka.
Terlepas dari memiliki ambisi yang kuat, Generasi Z juga mengharapkan
adanya pelatihan bagi mereka. Bagi para pemimpin, tunjukkan mereka cara yang
tepat dalam mengerjakan sesuatu, ajari mereka dan buat mereka terinspirasi.
Ketika Generasi Z merasa bahwa mereka diberdayakan dengan baik, mereka akan
memiliki kepercayaan untuk berkolaborasi dengan baik.

33
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Tipe kepemimpinan yang cocok untuk masa kini di mana ada kesenjangan
generasi dalam korporasi yang diisi para pemilik dan pemimpin senior korporasi
adalah generasi X (lahir dalam rentang tahun 1965-1981), para manajer adalah
generasi Y (lahir dalam rentang tahun 1982-1995) dan para karyawan adalah
generasi Z (lahir dalam rentang tahun 1996-2010) yaitu model kepemimpinan
transformasional. Teori Kepemimpinan Bass merujuk pada empat hal yang
menjadi ciri kepemimpinan transformasional yang terindikasi cocok dengan faktor
yang mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan di jaman modern dari riset Ryus.
Pertama, idealized influence, atau kharisma di mana seorang pemimpin
transformasional berusaha menjadi role model bagi anak buah mereka. Pemimpin
transformational akan selalu mempromosikan visi, nilai-nilai perusahaan, dan
memberikan contoh (leading by example) agar anak buah mereka melihat,
mencontoh, dan pada akhirnya mengikutinya. Cocok kah ciri pemimpin
transformasional seperti ini bagi karyawan Milenial?
Kedua, inspirational motivation, di mana seorang pemimpin
transformasional menginspirasi anak buah mereka agar mampu mencapai hasil
yang lebih baik dengan menanamkan pentingnya tujuan dari apa yang sedang
dikerjakan, dan pada saat yang sama, juga menjual visi yang lebih besar jika anak
buah mampu mencapai hal-hal di luar ekpektasi.
Ketiga, intellectual stimulation, di mana seorang pemimpin
transformasional mendorong anak buahnya agar mampu lebih berimajinasi dan
berinovasi. Pemimpin akan menciptakan lingkungan kerja kondusif untuk ide-ide
baru, menantang status quo, dan keberanian mengambil resiko.
Keempat, individualized consideration, dimana seorang pemimpin
transformasional berusaha menjadi seorang mentor bagi anak buahnya dengan
membuat konesi interpersonal yang tulus untuk membantu mereka, menginspirasi,
mendorong, dan memberikan dukungan-dukungan yang diperlukan agar target
pekerjaan anak buah bisa tercapai atau bahkan melebihi ekspektasi awal.

34
Dari paparan di atas, terlihat ada indikasi korelasi positif antara empat ciri
kepemimpinan transformasional dengan tingkat kepuasan karyawan Milenial.
Kesimpulannya, pemimpin transformasional bisa menjadi pemimpin yang pas
bagi karyawan di jaman modern untuk termotivasi bekerja, lebih produktif, dan
memberikan pencapaian-pencapaian melebihi ekspektasi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, M Alfan. 2009. Menjadi Pemimpin Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.
Hasbullah, Muhammad Wahab. 2010. Ngakak Bareng Gus Dur, Yogyakarta: PT.
Bintang Pustaka Abadi.
Naim, Abu. 2014. Tipologi Kepemimpinan Gus Dur. Jurnal Pendidikan,
Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam. Volume VI No. 1: 1-20. ISSN:
1978-4767.
Dheinzo. 2018. “Biodata Abdurrahman Wahid serta Profil Biografi Lengkap
Gusdur dan Daftar Riwayat Hidup serta Agama Gusdur”
(https://www.biograficom.com/biodata-abdurrahman-wahid/)
Anonim. 2018. “Profil Abdurrahman Wahid”
(https://www.merdeka.com/abdurrahman-wahid/profil/ )

36

Anda mungkin juga menyukai