Anda di halaman 1dari 178

PANCASILA

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A.


PANCASILA
Penulis: Drs. Edy Yusuf Nur S.S., M.M., M.Si, M.B.A.
172 halaman ; 15,5 x 23 cm
Cetakan Pertama, Februari 2019
ISBN:

Tata Letak: Sufi


Desain Sampul: Suhaimi

Diterbitkan Oleh:
PENGANTAR PENULIS

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.


Yang telah memberikan kekuatan kepada kami sehingga mampu
menyelesaikan penulisan buku ini dengan lancar. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Kehadiran buku di hadapan pembaca ini tidak lepas dari peran
para guru, sahabat dan keluarga penulis. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sahabat-
sahabat dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, atas semua dorongan yang diberikan kepada
penulis.
Dan terakhir kepada istri tercinta Dra. Ulfah Faridah dan
anak-anak kami, Ilma Fatimah, Layla Rahmadiana, Safitri
Maharani, Arifah Fatmalina dan M. Khalid Fathurrahman, penulis
persembahan buku ini, karena mereka telah memberikan inspirasi
bagi penulis, sehingga hadir karya ini. Tak lupa kami haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak dan ibu kami
Dr. Bambang Dwidjo, MsPh. Dan Dra. Hj. Siti Asiyah.

Yogyakarta, Februari 2019

Penulis

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | iii


iv| Pancasila
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENULIS............................................................. iii
BAB 1: IDENTITAS NASIONAL.................................................1
A..Pengertian Identitas Nasional..........................................1
B.. Pemaknaan Kembali Pancasila Menuju Integritas
.Negara-Bangsa................................................................. 10
C.. Revitalisasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional........... 14
BAB ll NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN....................... 23
A..Negara.............................................................................. 23
B.. Warga Negara................................................................... 39
BAB III: KONSTITUSI............................................................... 45
A..Konsep Dasar dan Pengertian Konstitusi ..................... 45
B.. Tujuan Konstitusi............................................................ 46
C.. Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara.................. 46
D.. Konstitusi Demokratis.................................................... 47
E.. Perubahan Konstitusi...................................................... 48
F.. Perubahan Konstitusi di Indonesia................................ 49
G..Mengapa Harus Amandemen UUD 1945....................... 50
H..Perubahan konstitusi di Beberapa Negara..................... 52
BAB IV PEMERINTAHAN DAN HUBUNGAN
SIPIL-MILITER......................................................................... 54
A..Urgensi dan Arti penting Good Governance ................. 54
B.. Prinsip-prinsip Good Governance.................................. 55
C.. Menciptakan pemerintahan yang kuat.......................... 66
D.. Hubungan Sipil-Militer Untuk Indonesia...................... 71
F.. Reformasi hubungan sipil-0militer sebagai
. prasarat demokratis........................................................ 79
BAB V HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA.......................... 80
A..Negara dan Agama.......................................................... 80
B..Konsep relasi agama dan negara dalam Islam............... 81
C.. Hubungan Islam dan negara di Indonesia .................... 83
D.. Demokrasi berbasis agama dan demokrasi sekuler....... 84

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. |v


E.. Islam dan demokrasi ..................................................... 89
BAB VI MASYARAKAT MADANI DAN CIVIL SOCIETY......... 91
A..Pengertian Masyarakat Madani ..................................... 91
B.. Sejarah dan Perkembangan Masyarakat Madani .......... 93
C.. Karakteristik Masyarakat Madani ................................ 95
D.. Pilar Penegak Masyarakat Madani ................................ 97
E.. Civil Society dan Demokrasi ......................................... 98
F.. Masyarakat madani dan Civil Society Indonesia ......... 102
BAB VII DEMOKRASI.............................................................. 108
A..Pengertian Demokrasi ................................................... 108
B.. Hakikat Demokrasi ...................................................... 109
C.. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup .......................... 109
D.. Unsur-Unsur Penegak Demokrasi ................................ 110
E.. Model-Model Demokrasi .............................................. 111
F.. Prinsip dan Parameter Demokrasi ................................ 112
G..Tahapan Menuju Demokrasi ......................................... 114
H..Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia .. 118
I.. Demokrasi Langsung ..................................................... 121
J.. Perlunya Rekonsiliasi Elit Dalam Demokrasi ............... 124
BAB VIII HAK ASASI MANUSIA............................................. 129
A..Pengertian dan Hakikat hak Asasi Manusia ................ 129
B.. Perkembangan Pemikiran HAM.................................... 130
C.. Bentuk-Bentuk Hak Asasi Manusia .............................. 138
D.. HAM Dalam Tinjauan Islam ......................................... 139
E..Hak Asasi Dalam Perundang-Undangan Indonesia ..... 141
H..Pelanggara, Pengadilan dan Penanggung Jawab HAM .141
I.. HAM Demokrasi Negara dan Pemilu ............................ 143
BAB IX OTONOMI DAERAH.................................................. 147
A..Pengertian Otonomi Daerah dan Desentralisasi ......... 147
B.. Visi Otonomi Daerah ..................................................... 148
C.. Model-Model Desentralisasi ......................................... 150

vi| Pancasila
BAB 1
IDENTITAS NASIONAL

A. Pengertian Identitas Nasional


Identitas merupakan kata dari bahasa inggris yaitu;identity,yang
memiliki pengertian harfiyah;ciri-ciri,tanda-tanda atau jati diri
yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakanya
dengan yang lain.Dalam term antropologi,identitas adalah sifat
khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi
sendiri,kelompok sendiri,komunitas sendiri,atau negara sendiri.
Mengacu pada pengertian ini,identitas tidak terbatas pada individu
semata tetapi berlaku pula pada suatu kelompok.
Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang
melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat
oleh kesamaan-kesamaan,baik fisik maupun non fisik seperti
keinginan,cita-cita,dan tujuan.Himpunan kelompok-kelompok
inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas nasional yang
pada akhirnya melahirkan tindakan kolektif (collective action) yang
diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan
yang diberi atribut-atribut nasional.Kata nasional sendiri tidak bisa
dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme sebagai mana
akan dijelaskan kemudian.
1. Nasionalisme
Nasionalisme dapat dikatakan sebagai sebuah situasi
kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. |1


langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa.
Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat
perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman
kolonial.Semangat nasionalisme dihadapkan secara efektif
oleh para penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan
dan alat identifikasi untuk mengetahui siapa kawan siapa
lawan.Seperti disimpulkan oleh Larry Diamond dan Marc
F.Plattner,para pengamat nasionalisme dunia ketiga secara
khas menggunakan retorika anti kolonialisme dan anti
imperialisme.
Menurut Dean A Minix dan Sandra M Hawley,nation-
state atau negara bangsa merupakan sebuah bangsa yang
memiliki bangunan politik (political building) seperti
ketentuan-ketentuan perbatasan terotorial,pemerintahan
yang sah,pengakuan luar negeri dan sebagainya.
Tumbuhnya paham nasionalisme atau paham kebangsaan
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi politik dekade
pertama abad 20.Pada waktu itu semangat menentang
kolonialisme belanda mulai bermunculan dikalangan pribumi.
Cita-cita bersama untuk merebut kemerdekaan menjadi
semangat umum dikalangan tokoh-tokoh pergerakan nasional
untuk memformulasikan bentuk nasionalisme yang sesuai
dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Secara garis besar terdapat tiga pemikiran besar tentang
watak nasionalisme Indonesia yang terjadi pada masa
sebelum kemerdekaan yakni,paham keislaman,Maxisme dan
Nasionalisme Indonesia.Paham Islam diwakili oleh kelompok
SI yang dipimpin oleh H.Samanhoedi di Solo tahun 1911.
Paham Maxisme diwakili oleh kelompok ISDV yang kemudian
menjadi cikal bakal partai Komunis Indonesia.
Sedangkan paham nasionalisme Indonesia diwakili oleh
Soekarno dengan PNI nya pada tahun 1927.PNI sendiri memiliki
tujuan seperti organisasi sejenis lainya yaitu menyempurnakan
kemerdekaan Indonesia,dengan pemerintahan yang dipilih

2| Pancasila
oleh dan bertanggung jawab kepada seluruh rakyat Indonesia.
Semangat persatuan seluruh rakyat Indonesia inilah kemudian
PNI dibawah kepemimppinan Soekarno membangun
semangat nasionalisnya kepada paham ideologi kebangsaan
(nasionalisme).
Dalam pandangan Soekarno,nasionalisme yang digagas
bukan nasionalisme yang berwatak sempit,tiruan dari
barat,atau berwatak chauvinisme.Tetapi nasionalisme
yang bersifat toleran,bercorak ketimuran,penuh nilai-nilai
kemanusiaan dan tidak agresif seperti nasionalisme yang
dikembangkan di Eropa.Dan bisa kerjasama dengan kelompok
manapun baik golongan Islam maupun Marxis.
2. Unsur-unsur Pembentukan Identitas Nasional
Kemajemukan bangsa Indonesia menjadi unsur
penting sebagai pembentuk identitas nasional. Kemajemu­
kan yang dimiliki bangsa Indonesia meliputi;suku bangsa,
agama,kebudayaan dan bahasa tersebut menjadi rujukan atas
identitas nasional.
a. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang husus yang
bersifat askriptif ada sejak lahir],yang sama coraknya
dengan golongan umur dan jenis kelamin.Di Indonesia
terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis
dengan tidak kurang dari 300ndialek bahasa.Populasi
penduduk Indonesia saat ini diperkirakan 210 juta jiwa.
Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya beretnis
Jawa.Sisanya terdiri dari etnis-etnis yang mendiami
kepulauan diluar Jawa,seperti suku Makassar-Bugis
(3,68%),Batak (2,04%),Bali (1,88%,)Aceh (1,4%) dan suku-
suku lainya.
b. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat agamis.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara
ialah Isla,Kristen,Katolik,Hindu,Budha dan Kong Hu

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. |3


Cu.Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui
sebagai agama resmi negara.Tetapi sejak pemerintahan
presiden Abdurrahman Wahid,istilah agama resmi negara
dihapuskan.
Indonesia sebagai negara yang multi agama,maka
Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang rawan
terhadap disentegrasi bangsa.Dan akhir-akhir ini banyak
kasus disentegrasi bangsa terjadi yang melibatkan faktor
agama.Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk
mengurangi resiko konflik antar agama dengan diciptakan
tradisi saling menghormati antara agama-agaman yang
ada.
c. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-
perangkat atau model model pengetahuan yang secara
kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkugan yang dihadapi
dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan] sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Intinya adalah kebudayaan merupakan patokan nilai-nilai
etika dan moral,baik yang tergolong sebagai ideal atau
yang seharusnya (world view) maupun yang operasional
dan aktual di dalam kehidupan sehari-hari (ethos).
d. Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung identitas
nasional yang lain.Setelah kemerdekaan,bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang
merupakan bahasa penduhubung (linguafranca) antar
berbagai etnis yang ada di Nusantara.Bahasa melayu
mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1928.
Pada tahun tersebut,melalui peristiwa sumpah pemuda

4| Pancasila
Indonesia,menetapkan bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan bangsa Indonesia.
3. Nasionalisme Indonesia dan Konsep-konsep
Turunanya
Konsep nasionalisme yang dirumuskan oleh para
founding fathers berkelindan dengan konsep-konsep
lanjutan lainya,seperti konsep negara bangsa yang lebih
dikonkretkan menjadi bentuk dan struktur negara Indonesia
yang berbentuk republik.Watak nasionalisme Indonesia pada
dasarnya inklusif dan berwawasan kemanusiaan,dan pada
perkembanganya watak yang dirumuskan oleh para tokoh
nasionalis mempengaruhi konsep pokok selanjutnya tentang
negara bangsa,warga negara dan dasar negara Indonesia atau
yang kemudian disebut dengan ideologi Pancasila.
a. Negara-Bangsa
Untuk menjadi sebuah negara bangsa nation (state)
yaitu suatu negara dapat dikatakan telah memenuhi syarat
sebagai sebuah negara modern,maka syarat yang dibutuhkan
selain faktor kewilayahan dan penduduk,adalah adanya batas
teritorial wilayah,pemerintahan yang sah,dan pengakuan
negara lain.Sebagai sebuah negara bangsa ketiga faktor
tersebut sudah dimiliki oleh negara Indonesia.
Dalam pasal 1 UUD 1945 disebutkan,bahwa negara
Indonesia adalah Negara Kesatuan,yang berbentuk Republik.
Republik merupakan bentuk pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yaitu suatu bentuk pemerintahan yang
bersifat antitesis monarki dengan kepala pemerintahan bukan
seorang raja dan dengan sistem pemilihan umum untuk
menduduki jabatan politiknya.UUD 1945 juga memuat unsur-
unsur kelengkapan negara Indonesia lainya seperti;badan le
gislatif,eksekutif,yudikatif,pemerintahan daerah dan lain
sebagainya.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. |5


b. Warga Negara
Menurut UUD 1945 bab X pasal 26 bahwa yang
menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara.
Sejalan dengan tuntunan zaman,bunyi pasal ini telah
mengalamiperubahan (amandemen) melalui perubahan
kedua UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 oleh
Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun
2000.Menurut amandemen kedua ini berbunyi bab X UUD
1945 pasal 26 adalah “penduduk adalah warga negara
Indonesia dan orang asing yang berada di Indonesia.
c. Dasar Negara Pancasila
Pada saat negara Indonesia menyatakan kemerdeka­
anya,terjadi perdebatan tentang dasar negara Indonesia.
Perdebatan panjang di BPUPKI yang terjadi sebelum
kemerdekaan tentang dasar negara antara kelompok islam
yang menghendaki islam sebagai dasar negara dengan
golongan nasionalis.
Pada akhirnya “disepakati” sebuah kompromi
seperti yang termaktub dalam preambul yang berbunyi:
”kemerdekaan Indonesia dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada ketuhanan,dengan kewajiban menjalankan syariat
islam bagi pemeluk-pemeluknya”.Kemudian pada tanggal 22
Juni 1945 kesepakatan tersebut ditandatangani bertepatan
dengan hari jadi kota Jakarta ,sehingga dokumen tersebut
dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Tetapi kesepakatan itu dipersoalkan,bahwa masyarakat
kristen yang sebagian berada diwilayah Indonesia Timur
menyatakan tidak bersedia dengan Republik Indonesia
kecuali beberapa unsur dalam Piagam Jakarta dihapuskan.
Keinginan masyarakat diwilayah Indonesia Timur
memaksa para perumus dasar negara kembali melakukan

6| Pancasila
tugas dalam rangka merumuskan kembali dasar ideologi
dan konstitusi negara.
Sejak diterimanya usulan untuk menghapus 7 klausul
Islami dalam piagam jakarta dari konstitusi negara,maka
dasar negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat adalah
Pancasila dengan kelima silanya,yakni Ketuhanan Yang
Maha Esa,Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,Persatuan
Indonesia,dan Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hokmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,serta
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
4. Pancasila dan Integritas Nasional
Banyak sejarawan mengeluhkan rendahnya kesadaran
sejarah dalam masyarakat Indonesia.Penyakit ini bukan
hanya di kalangan awam,tetapi juga menjangkiti para politisi
dan pejabat tinggi.Maka,tidak mengerankan bila mereka
suliat sekali tanggap terhadap masalah-masalah mendesak
yang muncul dalam masyarakat,berikut kebingungan dalam
menghadapi krisis dan perubahan.Sekilas persoalan ini
sepele,tetapi sering kali berakhir fatal dengan mengorbankan
kepentingan rakyat banyak.
Sebagai contoh utama rendahnya kesadaran itu yang
menjadi pokok bahasa tulisan ini-adalah masalah Pancasila.
Masalah ini perlu diungkap mengingat ini menjadi problem
aktual dan esensial masyarakat dan penguasa di Indonesia.
Aktualitas ini juga berkaitan dengan penerimaan banyak
orang untuk menempatkan kembali hari kelahiran Pancasila
1 Juni 1945 dan pencetusnya Bung Karno.Pada masa Orde
Baru,penguasa waktu itu sempat berupaya menggantikan
tanggal dan pencetus Pancasila dengan orang lain yang menjadi
kontroversi sejarah kontemporer (sejarah sezaman atau baru).
Tetapi,kontroversi ini tidak sempat meluas sampai perubahan
tanggal dan jam ketika naskah proklamasi dibacakan.
Lalu mengapa Pancasila menjadi pokok bahasan tulisan
ini?Pertama-tama ingin menanggapi kekeliruan pandangan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. |7


yang dicetuskan banyak pihak dengan menyatakan,Pancasila
adalah sebuah ideologi.Ini adalah pendapat yang keliru.
Seperti terungkap dalam notulen Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,rumusan Pancasila
ada dalam dokumen yang disiapkan dalam proses pembentukan
negara baru,yakni Republik Indonesia.Dengan demikian,jelas
sekali,ia merupakan suatu dokumen politik,bukan filsafah atau
ideologi.Sebuah dokumen politik dalam proses pembentukan
negara baru biasanya merupakan sebuah kontrak sosial,artinya
persetujuan atau kompromi antara sesama warga negara
tentang asa-asa negara baru itu.
Berdasarkan risalah badan persiapan itu terlihat juga
jalanya perundingan musyawarah] menuju tercapainya sebuah
kompromi itu.Asas-asas persetujuan mendirikan negara baru
itulah yang lalu disebut Pancasila.Ia dapat disamarkan dengan
dokumen-dokumen penting negara-negara lain seperti Magna
Carta di Inggris,Bill of rights di Amerika Serikat,Droit de I’homme
di Perancis dan seterusnya.
Bila prinsip-prinsip yang terkandung dalam kontrak
sosial itu dilanggar,maka pada hakikatnya terjadi pembubaran
negara.Begitu pula sebenarnya dengan perubahan-perubahan
terhadap Pancasila mensyaratkan pembubaran negara lebih
dahulu.
Pertanyaanya kemudian,apabila kini muncul gagasan-
gagasan untuk melakukan perubahan terhadap Pancasila-
sebuah bentuk hak mengemukakan pendapat yang dijamin
oleh Pancasila itu sendiri-bukankan itu berarti merupakan
suatu langkah menuju pembubaran negara?Pertanyaan
selanjutnya,apakah pemerintahan berhak memeberlakukan
prinsip-prinsip kehidupan politik selain Pancasila,seperti
pemberlakuan syariah di Aceh,atau DI Yogyakarta
memproklamirkan diri sebagai kerajaan,atau daerah lain di
Indonesia ingin menjadi daerah Khatolik dan lainya.Apa yang
kemudian terjadi dengan daerah-daerah yang menyatakan

8| Pancasila
berdiri diluar Pancasila atau Republik Indonesia?.Jawaban
terhadap pertanyaan ini merupakan wewenang Mahkamah
Agung atau badan-badan konstitusional lainya di Indonesia.
Untuk itu akan diuraikan bagaimana Pancasila bisa muncul
sebagai ideologi serta konsekuensinya bila Pancasila menjadi
suatu ideologi.Berdasarkan proses sejarahnya,embrio gagasan
menjadikan Pancasila sebagai ideologi muncul tahun 1950-an.
Saat itu terjadi konflik antara pemerintahan pusat dan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia.
Namun,proses penafsiran Pancasila menjadi ideologi baru
berkembang pada masa Orde Baru.Dalam periode ini,Pancasila
menjelma menjadi ideologi negara dan menjadi slogan melalui
proses indoktrinasi P-4 disusul lahirnya peringatan Hari
Kesaktian Pancasila (permulaan OrdeBaru=1Oktober).
Proses ini kemungkinan berasal dari konfrontasi yang
terjadi antara PKI dan Angkatan Darat sebelum Orde Baru
terbentuk.Seperti yang kita ketahui bersama,satu atau dua
bulan sebelum peristiwa G30S,DN Aidit (Ketua U mum
PKI saat itu) berpidato dimana secara sengaja atau tidak
dikemukakan keraguan asas Ketuhanan yang Maga Esa.Pidato
itu akhirnya menjadi bahan untuk menyerang PKI dan Aidit
yang dikatakan anti Pancasila.Kampanye untuk menyerang
pidato itu berlangsung berbulan-bulan sampai peristiwa
Gerakan 30 September 1965 yang tragis dan bersejarah.Sampai
kini,para korban-enam jenderal AD digambarkan sebagai
martir Pancasila dan seterusnya.
Memang dalam perkembangan waktu,asas-asas yang
terkandung dalam suatu kontrak sosial bisa berkembang
menjadi ideologi seperti terlihat dari berbagai usaha itu di
Indonesia.Namun,ini memiliki kemungkinan perkembangan
berbahaya dengan mengubah kontrak sosial menjadi
ideologi,sebagai contoh adalah penegakan syariah Islam.
Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi,maka dengan
sendirnya Pancasila mendapatkan saingan dengan gagasan-

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. |9


gagasan lain di masyarakat majemuk seperti Indonesia yang
sudah tentu memiliki berbagai macam ideologi masing-
masing.Ini adalah jeratan yang menjerumuskan rezim Orde
Baru,yang mengubah kontrak sosial menjadi ideologi negara.
Ini menjadikan Pancasila harus bersaing dengan ideologi-
ideologi lain dalam masyarakat.
Akan berbeda persoalanya bila rezim itu sadar sejarah
dan tetap menjadikan Pancasila sebagai suatu kontrak sosial.
Sebagai kontrak sosial,Pancasila layak berdiri di atas berbagai
ideologi karena ia merupakan suatu kontrak pembentukan
negara.Apabila memang ingin diubah,berarti negaranya harus
dibubarkan lebih dulu.Dengan demikian,bila kontrak sosial
itu tetap disepakati,maka selama itu pula negara Republik
Indonesia bisa tegak berdiri.Sejarah telah membuktikan,asas-
asas kontrak sosial ini disebagian besar wilayah Indonesia
berhasil menyatukan dan mengonsolidasi negara terhadap
banyak rongrongan seperti gerakan seperatisme dan lainnya.
Kesimpulanya,mengubah kontrak sosial ini akan amat
mengguncangkan dasar-dasar suatu negara dan masyarakat.
Saya belum bisa membayangkan bagaimana konsekuensinya
dari proses ini.Pancasila telah menjamin,tidak ada campur
tangan negara terhadap pribadi dan identitas-ideologi-kecuali
politik para warganya.
Perubahan dalam status ini,misalnya,dengan pemberlakuan
Syariah Islam bagi pemeluknya dapat meneyebabkan warganya
lari dari identitasnya seandainya negara mencampuri urusan
itu.Belum lagi berbagai perdebatan bertele-tele tentang
ideologi dan seterusnya.Dalam konteks diatas tersebut,maka
disinilah diperlukan menjadi Pancasila sebagai perekat bangsa.
B. Pemaknaan Kembali Pancasila Menuju Integritas
Negara-Bangsa
Sementara itu yang dimaksud dengan integritas Nasional
adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau

10| Pancasila
memadukan masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi
suatu bangsa.Selain itu dapat pula diartikan bahwa integritas
bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin
meningkat untuk menerapkan kekuasaannya diseluruh wilayah.
Masalah integritas nasional di Indonesia sangat komplek
dan multi dimensional.Untuk mewujudkanya diperlukan
keadilan,dan keadilan yang diterapkan oleh pemerintah dengan
tidak membedakan sgama,ras,suku,bahasa dan lainnya.Maka perlu
untuk selalu membangun integritas nasional dengan Pancasila
sebagai asas,karena pada hakekatnya integritas nasional tidak lain
menujukan kuatnya persatuan dan kesatuan,dan hal inilah yang
menjamin terwujudnya negara aman adil dan makmur.
Dengan demikian upaya integritas nasional dengan stategi
yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa
Indonesia yang diinginkan.Karena pada dasarnya integritas
nasional tidak lain menunjukan tingkat kuatnya kesatuan dan
persatuan bangsa seperti yang termaktub dalam pancasila sebagai
dasar negara.
Oleh karena itu gagasan mengenai rejuvenasi Pancasila sebagai
faktor integratif negara-bangsa Indonesia merupakan hal yang
penting,sebagai elaborasi lebih lanjut tentang relevansi Pancasila
ditengah berbagai tantangan yang dihadapi negara bangsa
Inonesia dan kepemimpinan nasional.Apakah “ideologi” semacam
Pancasila masih relevan dalam masa globalisasi dan demokratisasi
yang nyaris tanpa batas dewasa ini?Dalam hiruk-pikuk politik
yang dihadapi Indonesia dewasa ini,pertanyaan seperti ini
mungkin terlalu akademis untuk diajukan kepada elite politik.
Namun,pertanyaan itu sering muncul dalam berbagai diskusi dan
seminar tentang posisi dan relevansi Pancasila dalam Indonesia
yang lebih demokratis,yang kini diwujudkan dalam pemilihan
langsung presiden.
Pertanyaan tentang relevansi ideologi umumnya dalam dunia
yang berubah cepat sebenarnya tidak terlalu baru.Sejak akhir
1960-an,mulai muncul kalangan yang mulai mempertanyakan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 11


relevansi ideologi baik dalam konteks negara-bangsa tertentu
maupun dalam tataran internasional.Pemikir seperti Daniel Bell
pada awal 1970-an telah berbicara tentang “the end of ideologi”
.Namun,perang dingin yang terus meningkat antara Blok Barat
dengan ideologi kapitalisme dan Blok Timur dengan ideologi
sosialisme-komunisme menunjukan bahwa ideologi tetap relevan
dalam kancah politik,ekonomi,dan lain-lain.
Gelombang demokrasi yang berlangsung sejak akhir
1980-an,yang mengakibatkan runtuhnya rezim sosialis-komunis
di Uni Soviet dan Eropa Timur,kembali membuat ideologi seolah-
olah tidak relevan.Bahkan pemikir seperti Francis Fukuyama
memandang perkembangan seperti itu sebagai “the end of
history”,masa”akhir sejarah” dimana satu-satunya ideologi yang
relevan adalah demokrasi Barat.
Gelombang demokratisasi yang terjadi berbarengan dengan
meningkatnya globalisasi seakan-akan membuat ideologi makin
tidak relevan dalam dunia yang kian tanpa batas.Namun,seperti
sudah banyak diketahui,globalisasi mengandung banyak ironi
dan kontradiksi.Pada satu pihak,globalisasi mengakibatkan
kebrangkutan banyak ideologi-baik universal maupun lokal-tetapi
pada pihak lain globalisasi mendorong bangkitnya nasionalisme
lokal,bahkan dalam bentuknya yang paling besar,semacam ethno-
nasionalism dan bahkan tribalism.Gejala terakhir ini sering disebut
sebagai penyebab ”Balkanisasi”,yang terus mengancam integrasi
negara-bangsa yang majemuk dari sudut etnis,sosio-kultural,dan
agama seperti Indonesia.
Demokratisasi,yang juga melanda Indonesia berikut dengan
krisis moneter,ekonomi,dan politik sejak akhir 1997,juga membuat
Pancasila sebagai basis ideologis dan common platfrom bagi
negara-bangsa Indonesia yang plural seolah semakin kehilangan
relevansiya.Terdapat setidaknya tiga faktor yang membuat
Pancasila semakin sulit dan marjinal dalm semua perkembangan
yang terjadi.
Hal ini disebabkan,Pertama,Pancasila terlanjur tercemar karena

12| Pancasila
kebijakan rezim Soeharto yang menjadikan Pancasila sebagai
alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaanya.
Rezim Soeharto juga mendominasi pemaknaan Pancasila yang
selanjutnya diindoktrinasikan secara paksa melalui Penataraan
P4.Kedua,liberalisasi politik dengan penghapusan ketentuan oleh
Presiden BJ Habibie tentang Pancasila sebagai satu-satunya asas
setiap organisasi.Penghapusan ini memberikan peluang bagi adopsi
asas ideologi lain,khususnya yang berbasiskan agama religious-
based ideology].Pancasila jadinya cenderung tidak lagi menjadi
common platform dalam kehidupan politik.Ketiga,desentralisasi
dan otonomisasi daerah yang sedikit banyak mendorong penguatan
sentimen kedaerahan,yang jika tidak diantisipasi,bukan tidak bisa
menumbuhkan sentimen lokal-nationalism yang dapat tumpang
tindih dengan ethno nationalism.Dalam proses ini,Pancasila,baik
sengaja maupun by-implication,kian kehilangan posisi sentralnya.
Bahwa posisi pancasila yang semakin sulit ini merupakan
tantangan bagi masa depan Indonesia yang tetap menginginkan
terintegrasi.Oleh karena itu,Pancasila meski menghadapi ketiga
masalah tadi-tetap merupakan kekuatan pemersatu integrating
force] yang relatif masih utuh sebagi common platform bagi negara-
bangsa Indonesia.Kekuatan pemersatu lainnya,utamanya birokrasi
kepemerintahan Indonesia,telah mengalami kemerosotan
signifikan.Liberalisasi politik yang menghasilkan fragmentasi
elite politik menghalangi kemunculan kepemimpinan nasional
pemersatu,corak kepemimpinan solidarity maker yang dapat
mencegah disintegrasi tetap belum tampil.
Tidak ada yang salah dengan Pancasila as such,yang keliru
adalah membuat pemaknaan tunggal atas Pancasila yang kemudian
dipaksakan sebagai alat politik untuk mempertahankan status
quo kekuasaan.Karena tidak ada masalah dengan Pancasila itu
sendiri,tidak pada tempatnya mengesampingkan Pancasila atas
dasar perlakuan pemerintah Orde Baru.
Labih jauh,Pancasila telah terbukti sebagai common platform
ideologis negara-bangsa Indonesia yang paling feasible dan sebab
itu lebih viabel bagi kehidupan bangsa hari ini dan di masa datang.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 13


Sampai saat ini-dan juga di masa depan-saya belum melihat
alternatif common platform ideologis lain,yang tidak hanya
akseptabel bagi bangsa,tetapi juga viabel dalam perjalanan negara-
bangsa Indonesia.
Karena posisi Pancasila yang krusial seperti itu,maka sangat
urgens dan mendesak untuk melakukan rehabilitasi dan rejuvenasi
Pancasila,khususnya ketika bangsa datang dalam proses memilih
kepemimpinan nasional sekarang ini.Jika tidak,ada kemungkinan
bangkitnya ideologi lain,termasuk yang berbasiskan keagamaan.
Gejalan meningkatnya perncarian dan upaya untuk penerimaan
religious-based ideologies ini merupakan salah satu tendensi yang
terlihat jelas di Indonesia pada masa pasca-Soeharto.
Rejuvenasi Pancasila dapat dimulai dengan menjadikan
Pancasila kembali sebagai wacana publik.Dengan menjadi wacana
publik,sekaligus dapat dilakukan reassessment,penilaian kembali
atas pemaknaan pancasila selama ini,untuk kemudian menghasilkan
pemikiran dan pemaknaan baru.Dengan demikian,menjadikan
Pancasila sebagai wacana publik merupakan tahap awal krusial
untuk pengembangan kembali Pancasila sebagai ideologi
terbuka,yang dapat dimaknai secara terus-menerus sehingga tetap
relevan dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Rehabilitasi dan rejuvenasi Pancasila memerlukan keberanian
moral kepemimpinan nasional.Tiga Kepemimpinan nasional pasca-
Soeharto,sejak dari Presdien Habibie,Presiden Abdurrahman
Wahid, sampai Presiden Megawati Soekarno putri, gagal membawa
Pancasila ke dalam wacana dan kesadaran publik.Ada kesan
traumatik untuk kembali membicarakan Pancasila.Sudah waktunya
kepemimpinan nasional baru yang memberikan perhatian khusus
kepada ideologi pemersatu ini jika mereka betul-betul peduli pada
integrasi negara-bangsa Indonesia.
C. Revitalisasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila sepertinya lamat-lamat telah menjadi sisa sejarah masa
lalu yang telah terkubur dalam ingatan kolektif kita.Sakralisasi dan
mitologisasi Pancasila telah menjadi barang usang,teronggok tanpa

14| Pancasila
daya dalam ruang sejarah nasional.Tumbangnya Orde Baru tahun
1998 dinilai sebagai penanda rontoknya tradisi”pemberhalaan”
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat
Indonesia.
Pasca-Orde Baru,Pancasila seolah menjadi pesakitan yang tanpa
henti dipandang sebagai black historical legacy (warisan sejarah
kelam).Ia dituduh sebagai kendaraan deologis yang melanggengkan
kekuasaan Soeharto selama tiga dasa warsa lebih.ini amat beralasan
karena selama Soeharto berkuasa,semua gerakan kritis atas kebijakan
pemerintahan dinilai sebagai anti-Pancasila.Pembangunan nasional
masa itu pun dikenal sebagai pembangunan yang serba Pancasila.
Orang memandang Soeharto dan Pancasila sebagai dua sisi mata
uang.Bagi Soeharto,individu yang mampu membawa kemakmuran
Indonesia adalah individu yang Pancasialis.Entitas Pancasilais iniliah
yang agaknya menempati posisi khusus dalam cara pandang Soeharto.
Dalam otobiografynya Soeharto mengatakan,”Hanya pegawai
negeri dan anggota ABRI yang memahami Pancasila,UUD 1945,dan
GBHN yang akan dapat mengemban tugas sebagai abdi negara
dan abdi masyarakat denganbaik.” (Soeharto:Pikiran,Ucapan,dan
Tindakan Saya,1989:337).
Jika Pancasila ditempatkan dalam ruang kesadaran kita
conscientious awareness) yang matang,maka tak selayaknya
Pancasila menjadi tertuduh dan senantiasa dicap sebagai warisan
Orde Baru.Pancasila sama sekali tidak berhak menanggung beban
sejarah apa pun,karena ia sendiri justru korban sejarah akibat
perlakuan elite penguasa.Sakralisasi dan mitologisasi Pancasila
sudah saatnya dibuang dari koridor nalar reformatif kita;namun
membuang trdisi”pemberhalaan”Pancasila bukan bermakna bahwa
secara frontal dan skeptis kita mencampakkan Pancasila dan terus
menudingnya sebagai entitas “pembawa sial”negeri.
Sebuah dekonstruksi atas kesalahan sejarah adalah
mempertanyakan mengapa kali ini Pancasila seolah menjadi
pecundang dalam geliat kehidupan nasional kita,dan selalu
dipandang nyinyir sebagian kalangan?Apakah mewacanakan
Pancasila dapat dinilai sebagai upaya membangkitkan kembali

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 15


trauma kolektif masa Orde Baru?Hal ini bisa ditelisik melalui
rangkaian argumen sebagai berikut.
Pertama,ide menempatkan Pancasila sebagai perekat entitas
masyarakat Indonesia yang heterogen disalahartikan elite penguasa
masa Soeharto;ia digunakan sebagai pelebur heterogenitas itu
sendiri yang berakibat pada tersingkirnya kelompok-kelompok
minoritas yang secara ideologis paralel dengan Pancasila,namun
secara terminologis berbeda.Soeharto memaksakan kehendaknya
bahwa Pancasila harus menjadi Ideologi dasar semua partikel
organisasi sosial dan politik di Indonesia tanpa pandang bulu.
Didukung oleh MPR waktu itu,Pancasila ditetapkan sebagai
landasan idiil semua organisasi massa dan politik pada tahun
1985.Soeharto dan kolegannya senantiasa menuduh organisasi
yang tidak memaktubkan Pancasila sebagai dasar organisasi
sebagai anti-Pancasila dan prongrong kewibawaan negara.Tidak
sedikit di antara mereka dicap sebagai proideologi komunis jika
Pancasila tidak disebut dalam anggaran dasar kemasyarakatan.
Padahal tahun 1984,Kelompok Petisi 50 pernah melayangkan
protes terhadap Soeharto.Mereka menilai seoharto berencana akan
membentuk sebuah partai negara melalui kebijakan Pancasila.
Ormas Islam dan partai politik yang didukung umat Islam saat
itu,seperti PPP,menyatakan keberatannya dengan asas dasar yang
dinilai menempatkan asas Pancasila di atas asas Islam.
Kedua,permasyarakatan Pancasila melalui penataran P4
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) merupakan
upaya pembangunan bidang ideologi massal Soeharto,1989:338)
melalui upaya kognitif-teoretis.P4 dijadikan political ideology yang
menggariskan cetak biru bentuk perilaku rakyat Indonesia sesuai
tatanan Eka Prasetya Panca Karsa.Namun kenyataanya program
penataran itu lebih ditujukan untuk membangun sakralisasi dan
mitologisasi Pancasila sedemikian rupa selain menyisipkan agenda
tersembunyi,yakni melanggengkan kekuasaan Orde Baru sendiri.
Penataran P4 merupakan upaya indoktrinasi massal mengenai
kehebatan sang pemimpin dalam menyelamtkan Pancasila dan UUD
1945.Rakyat diyakinkan,Pancasila dan pembangunan adalah sejawat

16| Pancasila
yang tidak bisa dipisahkan.Pancasila secara “teoritis” diusung
sebagai jiwa dan semangat pembangunan nasional.Sayang,rakyat
tidak diberi kesempatan mempertanyakan komitmen negara dalam
melaksanakan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Ketiga,sebagai ideologi nasional,Pancasila diperkenalkan
dengan cara amat paradoks,bahkan cenderung hipokrit.Disatu sisi
pemerintah menginginkan agar masyarakat Indonesia memahami
dan melaksanakan isi Pancasila secara konsekuen,di sisi lain pejabat
dan petinggi negara melacurkan kekuasaanya tanpa ada kontrol
dari instrumen hukum.Mereka mengangkangi jiwa Pancasila itu
sendiri.Anehnya,Soeharto malah meyakini,masyarakat Indonesia
saat itu telah mengalami kemajuan perilaku yang lebih positif karena
indoktrinasi Pancasila.Soeharto mengatakan,”Namun,cukup tanda-
tanda bahwa secara umum sekarang ini Pancasila telah mengangkar
lebih luas;masyarakat menjadi lebih sadar,lebih jujur,dan lebih yakin
dibandingkan keadaan sebelum ini” (1989:337).
Agaknya ideologi Pacasila dijadikan ideology of reproduction,
sebagaimana kaum Marxian memandang kelompok penguasa
cenderung melanggengkan kekuasaanya dengan menciptakan
sebuah ideologi yang harus dipatuhi kaum tertindas.Para pemikir
Marxian berpendapat,ideologi hanya seperangkat ide yang disusun
oleh kelas penguasa guna memenuhi kepentinganya sendiri
dengan menempelkan label kepentingan kolektif sehingga tercipta
hegemoni kelompok tertentu.
Jika ideologi nasional merupakan seperangkat ide-ide bijak
yang digali dari kekayaan khazanah budaya,nilai,dan kearifan
lokal bangsa ini,maka sepatutnya Pancasila ditempatkan pada
posisi semestinya.Andaikata ia ditempatkan di tegah kehidupan
berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia,Pancasila tidak
lagi dijadikan”berhala” yang bisa menindas siapa saja.Sebuah
ironi jika Pancasila sebagai ideologi nasional dan sebagai falsafah
hidup bangsa,justru digunakan untuk bangsa ini.Pendekatan
indoktrinasi kognitif-teoretis dalam menyebarluaskan Pancasila
sudah bukan zamanya lagi.Memanupulasi Pancasila sebagai
kendaraan politik dan referensi absolut untuk menyelapkan lawan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 17


politik,sudah tidak sesuai lagi bagi kondisi Indonesia kekinian yang
lebih demokratis,Pancasila kedepan adalah Pancasila yang dapat
ditransformasikan ke dalam atmosfer praksis tanpa dibungkus
formalitas semu yang mangaburkan semangat Pancasila sendiri.
Karena itu desakralisasi dan demitologisasi Pancasila
merupakan cara kita untuk membangun nalar kritis,yakni
senantiasa menelisik kesenjangan antara jiwa Pancasila dan
amalan para Pancasilais.Revitalisasi Pancasila akan terlaksana
denagan sukses,bila para penyelenggara dan petinggi negara mau
dan mampu menunjukan komitmenya dalam mengemban amanat
rakyat.
Revitalisasi Pancasila bukan bermakna menempatkan
Pancasila sebagai komoditas politik untuk meraup dukungan
rakyat;komoditas yang hanya menyentuh harfiah Pancasila,bukan
hakikat dan nilai yang dikandungnya.Disamping itu,kontrol kritis
yang konstruktif terhadap pengamalan jiwa Pancasila hendaknya
bisa dibangun melalui keterbukaan dan transparansi untuk
menggapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
1. Paham Pancasila dan Komunisme
Pada saat Gus Dur menjadi Presiden Republik Indonesia
pernah melontarkan gagasan untuk mencabut Tap XXV/
MPRS/1966 tentang larangan atas penyebaran paham
dan organisasi komunis di Indonesia.Maka disini perlu
untuk menjelaskan bagaimana kedudukan paham komunis
berhadapan dengan paham paham negara Pancasila.Untuk
itu perlu mengawali dengan mencermati ciri-ciri pokok
ajaran komunisme,kemudian ajaran Pancasila,Pancasila
lawan komunisme,pentingnya studi tentang komunisme,dan
bagaimana kita menyikapi komunisme.
2. Ciri pokok ajaran komunisme
Ciri pokok ajaran komunisme adalah,pertama,sifatnya
yang ateis,tidak mengimani Allah.Orang komunis menganggap
Tuhan tidak ada,kalau ia berfikir Tuhan tidak ada.Akan

18| Pancasila
tetapi,kalau ia berfikir Tuhan ada,jadilah Tuhan ada.Maka
keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua,adalah sifatnya yang kurang menghargai
manusia sebagai individu.Manusia itu seperti mesin.Kalau
sudah tua,rusak,jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti
rongsokan mesin.Komunisme juga kurang menghargai
individu,terbukti dari ajaranya yang tidak memperbolehkan
ia menguasai alat-alat produksi.
Ketiga,Komunisme mengajarkan teori perjuangan
(pertentangan) kelas,misalnya proletariat melawan tuan tanah
dan kapitalis.Pemerintah komunis di Rusia pada zaman Lenin
pernah mengadakan pembersihan kaum kapitalis (1919-1921).
Stalin pada tahun 1927,mengadakan pembersihan kaum feodal
atau tuan tanah.
Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau
continous revolution (revolusi trus-menerus).Revolusi itu
menjalar ke seluruh dunia.Maka,komunisme sering disebut
go international.Komunisme memang memprogramkan
tercapainya masyarakat yang makmur,masyarakat komunis
tanpa kelas,semua orang sama.Namun untuk menuju
kesana,ada fase diktator proletariat yang bertentangan dengan
demokrasi.Salah satu pekerjaan diktator proletariat adalah
membersihkan kelas-kelas lawan komunisme,khususnya tuan-
tuan tanah dan kapitalis.
Dalam dunia politik,komunisme menganut sistem politik
satu partai,yaitu partai komunis.Maka,ada Partai Komunis
Uni Soviet,Partai Komunis Cina,PKI,dan Partai Komunis
Vietnam,yang merupakan satu-satunya partai di negara
bersangkutan.Jadi,di negara komunis tidak ada partai oposisi.
Jadi,komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM.
3. Ajaran Pancasila
Bagaimana halnya dengan Pancasila?.Pancasila mengjarkan
manusia untuk mengimani Allah,pencipta alam raya beserta
isinya.Hidup manusia tergantung pada Allah.Ada juga

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 19


kepercayaan tentang sangkan paraning dumadi (asal dan tujuan
manusia).Orang meninggal ditanggapi dengan pernyataan dari
Allah kembali kepada Allah,atau kembali kerumah Bapa.
Pancasila mengajarkan penghargaan atas manusia sebagai
pribadi.Manusia dihormati karena kodratnya sebagai manusia.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya.Padanya terdapat
budi yang luhur,yang bersedia memperlakukan orang lain
dengan kasih sayang.Pancasila yang terdiri atas lima lima sila itu
jelas menghormati HAM,yakni dari kebebasan beragama dan
beribadah,kemanusiaan yang adil dan beradab,persaudaraan
sesama bangsa,demokrasi dengan musyawarah,dan akhirnya
keadilan sosial.
Pancasila mengajarkan cita bangsa dan tanah air.Namun,hal
itu diimbangi dengan cinta sesama manusia.Jadi,cinta bangsa
dan tanah air itu ada dalam kerangka keluarga besar umat
manusia.Maka,benarlah kata orang bahwa human kind is one
(kemanusiaan itu satu).Demokrasi Pancasila mengajarkan
prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan,meski
mungkin harus dengan pemungutan suara,karena tidak
tercapainya mufakat.
Dalam usaham meningkatkan keadilan sosial,Pancasila
bukan saja memperbolehkan, tetapi malahan mendorong,
individu berparan secara proaktif dalam proses produksi.
Maka, banyak perusahaan yang dimiliki oleh individu
didirikan. Pancasila tidak hanya mengajarkan kebahagiaan
material,tetapi juga batin.Jadi,memburu mutu kehidupan yang
berimbang:kebahagiaan dan ketenteraman lahir batin.
4. Pancasila lawan Komunisme
Dengan mencermati ciri-ciri itu sudah dengan sendirinya
tampak adanya pertentangan antara dasar filsafat dan ideologi
Pancasila dengan Komunisme.Jadi,antara Pancasila dan
Komunisme tidak mungkin dipersekutukan.Itu ibaratnya
minyak dan air.Atau kucing dan anjing,yang tidak mungkin
ditaruh dalam satu sangkar,karena pasti bertarung.

20| Pancasila
Namun,andaikata pemerintah akan memperbolehkan
adanya komunisme di Indonesia dengan mencabut Tap XXV/
MPRS/1966,itu hanya sampai taraf hidup berdampingan diatas
landasan dan filsafat dan ideologi Pancasila.
Pengalaman sejarah menunjukan,PKI pernah mengalami
dan menerima Pancasila sebagai dasar filsafat dan ideologi
negara,kemudian mbalelo (berkhianat.Pemerintah,pada
tahun 1960-1965 meminta PKI agar memasukan Pancasila
ke dalam anggaran dasarnya.karena itu,keberadaanya diakui.
Bung Karno percaya,PKI mau menerima Pancasila secara
lahir batin,sehingga ia berani mengajarkan prinsip persatuan
Nasakom.Peristiwa G30S/PKI mengesankan PKI menipu
presiden,para pembesar RI,dan rakyat yang bukan komunis.
5. Studi Tentang Komunisme
Kalau orang Indonesia sekarang ditanya mengapa
saudara menetang komunisme,kemungkinan tidak
dapat menjawab,kecuali mengatakan hal-hal klise,seperti
komunisme itu ateistis,anti-ketuhanan.Atau,mungkin takut
berbeda pendapat,padahal ia harus menyayikan lagu yang
sama,nyanyian “Anti Komunisme”.Jadilah orang Indonesia
naif karena menentang komunisme tanpa memahami perihal
komunisme.
Supaya kita tidak naif,komunisme perlu dipelajari.
Ia bukan momok (makhluk menakutkan,tetapi tidak
berwujud).Sekolah-sekolah,setidaknya mulai SMU/SMK,perlu
mengenalinya,bukan untuk menganutnya,tetapi untuk
menolaknya secara sadar.Dengan mengenalinya kita justru
memperkuat kedudukan Pancasila sebagai dasar filsafat
negara.Dengan mengenalinya,kita tidak lagi dapat ditipu oleh
orang-orang atau gerakan-gerakan komunis.
Ada trauma (ketakutan besar) terhadap PKI karena
anggapan akan keganasannya dalam pemberontakan tahun
1948 dan 1965.Benarkah rakyat takut?Ataukah elite sosial-
politik yang kuat?Atau rakyat tanpa memahaminya dibuat

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 21


takut oleh elite sosil-politik?Jika kita mengenali komunisme
dengan baik,lengkap dengan kekuatan dan kelemahannya,kita
tidak perlu takut berhadapan dengan komunisme.Pemahaman
kita tentang komunisme akan menjadi suatu modal penting
untuk menolak komunisme.Jadi jangan takut kepada
komunisme,sekaligus jangan menerima komunisme.
Modal penting lain untuk menentang komunisme adalag
kemakmuran rakyat.Komunisme memang sangat menarik
rakyat jelata yang miskin.Hal itu bukan saja terlihat dan terasa
dari propaganda ajarnya,tetapi juga karena tindakan-tindakan
nyata untuk mencukupi kebutuhan material mereka.
Ambilah contoh RRC,Rakyat Cina berjumlah lebih dari 1,1
milyar.Kita tak pernah dengar kelaparan dan ketelanjangan
di Cina.Karena komunisme disana mampu memeuhi janji
memakmurkan rakyat;komunisme di Cina laku.Namun,supaya
tetap laku,komunisme Cina mengalami liberalisasi.Secara fisik
dapat mencermati busana pemimpin RRC sekarang,bukan jas
tutup lagi seperti Mao Zedong dan Chou En Lai,melainkan jas
buka seperti Bill Clinton atau Antony Blair.
Dalam bidang ajaran, RRC juga mengadakan liberalisasi,
seperti merebaknya kebebasan beragama dan beribadah.
Jadi komunisme asli tidak ada lagi. Selama negara dapat
memakmurkan rakyat, rakyat/kita tak perlu takut akan bahaya
laten komunisme.Sebaliknya,kita bahkan harus mampu
menjinakkan komunisme manjadi “makhluk” baru yang
bersahabat dengan kita yang bukan penganut komunisme.
Dunia kita bukan dunianya Stalin atau Leonid Breznev,bukan
juga Mao Zedong dan Chou En Lai,bukan juga zamanya Musa
dan Aidit,tetapi sudah zaman detente (pendekatan).
Globalisasi tidak hanya menyangkut negara kapitalis,tetapi
juga negara komunis dan negara non blok.Globalisasi itu
membawa reformasi.Komunisme di Indonesia,kalau TAP XXV
jadi dicabut,harus direformasi juga.Ia bukan saja menghormati
HAM,tetapi lahir batin harus menjunjung tinggi Pancasila.

22| Pancasila
BAB ll
NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

A. NEGARA
1. Pengertian dan Konsep Negara
Secara literer istilah negara merupakan terjemahan dari
kata asing,yakni state (bahasa inggirs),staat (bahasa belanda
dan jerman) dan etat (bahasa perancis).Kata-kata tersebut
diambil dari bahasa latin status atau statum,yang berarti
keadaan yang tegap dan tetap atau sesuatu yang memilikisifat
yang tegak dan tetap.
Secara terminologi negara diartikan dengan organisasi
tertinggi diantara suatu kelompok masyarakat yang
mempunyai cita-cita untuk bersatu,hidup didalam daerah
tertentu dan mempunyai pemerintah yang berdaulat.
Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara
yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah negara,yakni
adanya masyarakat,wilayah,dan pemerintahan yang berdaulat.
Menurut Roger Hu Soltau,negara didefinikasikan dengan
alat atau wewenang yang mengatur dan mengendalikan
perosalan bersama-sama atas nama masyarakat.Sedangkan
Harold. J. Laski menganggap bahwa negara merupakan suatu
masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang
yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung dari
pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari
masyarakat itu.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 23


Max Weber sendiri mendefinisikan negara adalah suatu
masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.Dalam
konsep islam al-Qur’an dan Sunnah),tidak ditemukan secara
eksplisit rumusan mengenai negara,hanya saja dalam kedua
sumber hukum tersebut terdapat prinsip-prinsip dasar dalam
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.Selain itu,konsep
Islam tentang negara juga berasal dari 3 (tiga) paradigma,yaitu:
1. Paradigma tentang teori khilafah yang dipraktekan
sesudah Rasulullah Saw. Terutama biasannya merujuk
pada masa khulafaur rasyidin.
2. Paradigma yang bersumber dari teori imamah dalam
paham syi’ah.
3. Paradigma yang bersumber dari teori imamah atau
pemerintahan.
2. Tujuan Negara
Sebuah negara yang merupakan suatu organisasi
kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya
harus mempunyai tujuan yang disepakati bersama.Secara
umum tujuan negara dapat bermacam-macam,antara
lain:memperluas kekuasaan semata-mata,menyelenggarakan
ketertiban hukum,dan mencapai kesejahteraan umum.
Dalam konsep dan ajaran Plato,tujuan adanya negara adalah
untuk memajukan kesusilaan manusia,sebagai perorangan dan
sebagai makhluk sosial.Sedang menurut Roger H.Soltou tujuan
negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta
menyelenggarakan daya ciptanya sebatasmungkin.
Dalam konsep ajaran teokratis yang diwakili oleh dan
Thomas Aquinas dan Agustunus],tujuan negara adalah untuk
mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram
dengan taat dan dibawah piminan Tuhan.Pemimpin negara
menjalankan kekuasaanya hanya berdasarkan kekuasaan
Tuhan yang diberikan kepadanya.

24| Pancasila
Dalam Islam, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu
Arabi,tujuan negara adalah agar manusia bisa menjalankan
kehidupanya dengan baik,jauh dari sengketa dan menjaga
intervensi pihak-pihak asing.Sementara menurut Ibnu Khaldun
tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan
agama dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Dalam konsep ajaran negara hukum,tujuan negara adalah
menyelenggarakan ketertiban umum, dengan berdasarkan
pada hukum.
Dalam konsep dan ajaran Negara Hukum,tujuan negara
adalah menyelenggarakan ketertiban hukum,dengan
berdasarkan dan berpedoman pada hukum.Negara hukum
dalam menjalankan segala kekuasaan dari alat-alat pemerinta­
hanya didasarkan atas hukum. Dan semua orang tanpa
terkecuali harus tunduk pada hukum,dan hukumlah yang
berkuasa dalam negara itu.
Dalam konteks negara Indonesia,tujuan negara adalah
memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi,dan keadilan
sosial.
3. Unsur-unsur Negara
Konvensi Montevidio tahun 1933 menyebytkan bahwa
suatu negara harus memiliki 3 tiga] unsur penting yaitu;
rakyat, wilayah, dan pemerintahan.ketiga unsur ini merupakan
unsur konstitutif,dan disamping itu suatu negara perlu juga
ditunjang oleh unsur deklaratif yaitu;adanya konstitusi dan
pengakuan dunia internasional.
a. Rakyat (Masyarakat dan Warga Negara)
Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya
warga atau rakyatnya.Rakyat dalam konteks ini diartikan
sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh
suatu rasa persamaan yang bersama-sama mendiami suatu
wilayah tertentu.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 25


b. Wilayah
Secara mendasar dalam sebuah negara wilayah
mencakup daratan (wilayah darat),perairan (wilayah laut/
perairan), dan udara (wilayah udara).
c. Pemerintah
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang
bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai
tujuan negara.Oleh karena itu pemerintah seringkali
menjadi personifikasi negara.Pemerintah bertugas
menegakkan hukum,memberantas kekacauan,mengadakan
perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan
yang bertentangan.
4. Beberapa Teori Tentang Terbentuknya Negara
a. Teori Kontrak Sosial (social contract)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat
beranggapan bahwa Negara terbentuk berdasarkan
perjanjian-perjanjian masyarakat.Teori adalah salah
satu teori yang terpenting mengenai asal-usul negara.
Disamping tua,teori ini juga relatif bersifat universal,karena
teori perjanjian masyarakat adalah teori yang mudah
dicapai,dan negara tidak merupakan negara tiranik.Para
tokoh teori ini adalah Thomas Aquinus,Hobbes,John
Locke dan JJ Rousseau.
b. Thomas Hobbes (1588-1679)
Bagi Hobbes keadaan alamiah manusia sama sekali
bukan keadaan yang aman sentosa,adil dan makmur.
Tetapi sebaliknya,keadaan alamiah itu merupakan keadaan
sosial yang kacau suatu inferno didunia ini tanpa hukum
yang dibuat oleh manusia secara sukarela dan tanpa
pemerintah,tanpa ikatan-ikatan sosial dan individu.
Keadaan demikian,hukum dibuat oleh mereka yang
fisiknya terkuat sebagaimana keadaan hutan belantara.
Manusia seakan-akan merupakan binatang dan menjadi

26| Pancasila
mangsa bagi manusia yang lain yang fisiknya lebih kuat.
Keadaan serupa tidak dapat dibiarkan berlangsung terjadi
terus,manusia dengan akalnya mengerti dan menyadari
bahwa dengan kelanjutan hiduo sendiri,keadaan alamiah
itu harus diakhiri.Hal ini dilakukan dengan mengadakan
perjanjian bersama individu-individu yang tadinya hidup
dalam keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua
hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau
badan.Dengan penyerahan itu maka terbentuklah negara
yang dianggap dapat mengakhiri anarkhi yang menimpa
individu-individu dalam keadaan alamiah itu.
c. John Locke (1623-1704)
Dalam konsep keadaan alamiah Locke berbeda dengan
Hobbes,bila Hobbes melihat keadaan ilmiah sebagai suatu
keadaan anarkhi,Locke sebaliknya melihat keadaan itu
sebagai keadaan of peace,goodwill,mutual assistence and
preservation.Sekalipun keadaan itu suatu keadaan ideal
namun Locke juga merasakan bahwa keadaan itu potensial
dapat menimbulkan anarkhi,karena manusia hidup tanpa
organisasi dan pimpinan yang dapat mengatur keadaan
mereka.
Dalam keadaan alamiah,setiap individu sederajat baik
mengenai kekuasaan maupun hak-hak lainya,sehingga
penyelenggaraan kekuasaan dan yurisdisi dilakukan
oleh individu-individu sendiri,berdasarkan asa timbal
balik.Setiap individu adalah hakim dari perbuatan dan
tindakanya.Karena itu,dalam dirinya mengandung potensi
untuk menimbulkan kegaduhan dan kekacauan.Untuk
menghindari masalah itu manusia membentuk negara
dengan suatu perjanjian bersama.
Dasar kontraktual dari negara dikemukakan Locke
sebagai peringatan bahwa kekuasaan penguasa tidak pernah
mutlak dan selalu terbatas,sebab dalam mengadakan
perjanjian dengan seseoarang atau sekelompok orang,

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 27


individu tidak menyerahkan seluruh hak alamiahnya.Ada
hak-hak alamiah yang merupakan hak asasi yang tidak
dapat dilepaskan,juga oleh individu itu sendiri.Penguasa
yang diserahi tugas untuk mengatur hidup individu dalam
ikatan kenegaraan harus menghormati hak-hak asasi itu.
d. Jean Jacques Rosseau (1712-1778)
Rousseau merupakan tokoh yang pertama kali
menggu­nakan istilah kontrak sosial dengan makna dan
orisinilitasnya yang tersendiri.Ia merupakan sarjana
terakhir yang mempertahankan teori yang sudah tua dan
usang itu,ia juga meisahkan suasana kehidupan manusia
dalam dua zaman,zaman pra negara dan bernegara.
Keadaan alamiah itu diumpamakan sebagai keadaan
sebelum manusia melakukan dosa,suatu keadaan yang
aman dan bahagia.Dalam keadaan alamiah,hidup individu
bebas dan sederajat,semua dihasilkan sendiri oleh individu
dan individu itu puas.Karena keadaan alamiah itu tidak
dapat dipertahankan,maka manusia dengan penuh
kesadaran mengakhiri keadaan itu dengan mengadakan
kontrak sosial.
Negara yang dibentuk itu menyatakan “kemauan
umumnya” (general will) yang tidak dapat keliru dan
salah,tetapi yang tidak senantiasa progresif.Kemauan
umum tidak berarti kemauan seluruh rakyat.Adakalanya
terdapat perbedaan antara kemauan umum dan kemauan
seluruh rakyat.Kemauan umum selalu benar dan ditujukan
pada kebahagiaan bersama,sedangkan kemauan seluruh
rakyat juga memperhatikan kemauan individu (particular
interest ) dan karena itu merupakan keseluruhan kemauan-
kemauan khusus tersebut.
Dengan kontruksi perjanjian masyarakat itu,Rousseau
menghasilkan bentuk negara yang kedaulatanya berada
dalam tangan rakyat melalui kemauan umumnya.Ia
adalah peletak dasar paham kedaulatan rakyat atau jenis

28| Pancasila
negara yang demokratis,yakni Rakyat berkedaulataan dan
penguasa-penguasa negara hanya merupakan wakil-wakil
rakyat.
e. Teori Ketuhanan
Teori ketuhanan dikenal juga dengan doktrin teokratis
dalam teori asal mula negara.Teori inipun bersifat universal
dan ditemukan baik di dunia timur maupun dunia
barat,baik didalam teori maupun dalam praktek.Doktrin
ini memperoleh bentuknya yang sempurna dalam tulisan-
tulisan para sarjana eropa pada abad pertengahan yang
menggunakan teori ini untuk membenarkan kekuasaan-
kekuasaan raja yang mutlak.Doktrin ini mengemukakan
hak-hak raja yang berasal dari Tuhan untuk bertahta
sebagai raja (Devine rights of kings).Doktrin ketuhanan
lahir sebagai resultante kontroversial dari kekuasaan
politik dalam abad pertengahan.Kaum “monarchomach”
penentang raja] berpendapat bahwa raja yang berkuasa
secara titranik dapat diturunkan dari mahkotanya,bahkan
dapat dibunuh.Mereka beranggapan bahwa sumber
kekuasaan adalah rakyat,sedangkan raja-raja pada waktu
itu beranggapan kekuasaan mereka diperoleh dari Tuhan.
Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin
negara di tunjuk oleh Tuhan.Raja dan pemimpin-pemimpin
negara hanya bertanggung jawab kepada Tuhan dan tidak
pada siapapun.Teori Teokratis seperti ini memang sudah
amat tua dan didasarkan atas sabda Paulus yang terdapat
dam Rum XIII ayat 1 dan 2.
Thomas Aquinas mengikuti ajaran Paulus dan
menganggap Tuhan sebagai principium dari semua
kekuasaan,tetapi memasukan unsur-unsur sekuler
dalam ajarnya itu,yaitu bahwa sekalipun Tuhan
memberikan principium itu kepada penguasa,namun
rakyat menentukan modus atau bentuknya yang tetap
dan bahwa rakyat pula yang memberikan kepada seseorang

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 29


atau segolongan orang exercitum dari pada kekuasaan itu.
Karenanya teori Thomas Aquinas ini bersifat monarcho-
demokratis,yaitu bahwa didalam ajaran itu terdapat unsur-
unsur yang monarchistis di samping unsur-unsur yang
demokratis.
Jika doktrin dalam ketuhanan itu dalam abad
pertengahan masih bersifat monarchis-demokratis,dalam
abad ke-16 dan ke-17 doktrin itu bersifat monarchitis
semata.Dengan doktrin seperti itu diusahakan agar
kekuasaan raja mendapatkan sifatnya yang suci,sehingga
pelanggaran terhadap kekuasaan raja merupakan
pelanggaran terhadap Tuhan.Raja dianggap sebagai wakil
Tuhan,bayangkan Tuhan dan letnan Tuhan didunia atau
dikenal dengan istilah “La Roi c’est l’image de Dieu”
f. Teori Kekuatan
Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan
bahwa negara yang pertama adalah hasil dominasi dari
kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah.
Negara terbentuk dari penaklukan dan pendudukan.
Dengan pendudukan dan penaklukan dari suatu kelompok
etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih lemah
dimulailah proses pembentukan negara.Dalam teori
kekuatan,faktor kekuatanlah yang dianggap sebagai faktor
tunggal yang menimbulkan negara.
g. Teori Organis
Konsep organis tentang hakikat dan asal mula negara
adalah suatu konsep bilogis yang melukiskan negara
dengan istilah-istilah ilmu alam.Negara dianggap atau
disamakan dengan makhluk hidup,manusia atau binatang.
Individu yang merupakan komponen-komponen negara
dianggap sebagi sel-sel dari makhluk hidup itu.Kehidupan
korporal dari negara dapat disamakan sebagai tulang
belulang manusia,undang-undang sebagai urat saraf,raja
kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai daging

30| Pancasila
makhluk hidup itu.Fisiologi negara sama dengan fisiologi
makhluk hidup,terutama dalam konteks kelahiranya,pert
umbuhan,perkembangan dan kematianya.Doktrin organis
dari segi isinya dapat digolongkan kedalam teori-teori
organisme moral,organisme psikis,organisme biologis dan
organisme sosial.
Negara sebagai organisme sosial bersifat metafisis-
idealistis dan dikemukakan terutama oleh tokoh-tokoh
idealis Jerman seperti Fichte,Scelling,dan Hegel.Paham
organisme moral dari Fichte merupakan fase peralihan
antara ajaran kontrak sosial yang mekanistis ke konsepsi
organis itu.Fitche melihat negara sebagai “naturproduksi”
atau suatu kesatuan organis yang meliputi semua warga
negara sebagai bagian esensial dari kesatuan organis itu.
Negara tidak dibuat oleh manusia,tetapi ia merupakan
akibat dari pada kodrat manusia sebagai makhluk moral.
Penyempurnaan doktrin negara sebagai organisme moral
dapat ditemukan dalam tulisan Hegel,yang menganggap
negara sebagai penjelmaan ekstern dari semangat moral
individu.Negara dipandangnya sebagai organisme dengan
kepribadian termulia.
Negara sebagai organisme psikis adalah bentuk
peralihan dari teori-teori organisme moral yang bersifat
metafisis-idealistis ke teori organisme yang bersifat boi-
psikologis.Teori organisme psikis ditandai oleh tinjauan-
tinjauanya yang menitik beratkan pada segi-segi psikologis
negara.Negara dilukiskan sebagai makhluk hidup yang
mempunyai atribut-atribut kepribadian rohani sebagai
manusia.Pertumbuhan dan perkembangan negara dapat
dipersamakan dengan perkembangan intelektual individu.
Konsep organisme biologis timbul sebagai salah
satu manifestasi dari perumbuhan ilmu-ilmu biologi
yang muncul pada abad ke-19.Negara diselidiki dengan
menggunakan metode-metode dan pergolongan-
pergolongan ilmu biologi itu,karena antara negara dan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 31


makhluk hidup terdapat persamaan-persamaan dalam
anatomi, fisiologi dan patologinya.Jadi asal mula,
perkembangan,organisasi dan aktivitas negara diselidiki
berdasarkan pada kelahiran,struktur dan fungsi-fungsi
organisme biologis.
Negara sebagai organisme sosial.Doktrin negara
sebagai organisme sosial lahir sejalan dengan timbulnya
ilmu baru tentang masyarakat,yaitu sosiologi.Ajaran negara
sebagai organisme sosial erat hubunganya dengan ajaran
organis dari masyarakat dan persekutuan-persekutuan
kainya.Masyarakat dipandang sebagai suatu keseluruhan
yang bersifat organis.Negara sebagai salah satu bentuk
pengelompokan sosial yang bersifat organis.
h. Teori Historis
Teori historis atau teori evolusionistis merupakan
teori yang menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial
tidak dibuat,tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.Sebagai lembaga
sosial yang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan-
kebutuhan manusia,maka lembaga-lembaga itu tidak
luput dari pengaruh tempat,waktu dan tuntutan-tuntutan
zaman.Teori diperkuat dengan hasil penelitian historis
dana ethnologis-anthropologis dari lembaga sosial
bangsa-bangsa primitif dibenua Asia,Afrika,Australia,dan
Amerika.
2.Bentuk-Bentuk Negara
Dalam konsep dan teori modern bentuk negara terbagi
ke dalam 2 (dua) bentuk,yaitu;Negara Kesatuan (Unitarisme)
dan Negara Serikat Federasi.
a. Negara Kesatuan (Unitarisme)
Negara Kesatuan merupakan bentuk suatu negara
yang merdeka dan berdaulat,dengan suatu Pemerintahan
Pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah.Dalam
pelaksanaanya,negara kesatuan ini terbagi menjadi 2

32| Pancasila
dua macam.Pertama Negara Kesatuan dengan sistem
sentralisasi,yakni sistem pemerintahan yang seluruh
persoalan yang berkaitan dengan negara langsung diatur
dan diurus oleh Pemerintahan Pusat,sementara daerah-
daerah tinggal melaksanakannya.Kedua,Negara Kesatuan
dengan sistem desentralisasi,yakni kepala daerah (sebagai
pemerintah daerah) diberikan kesempatan dan kekuasaan
untuk mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal
dengan otonomi daerah atau swasta.
b. Negara Serikat (Federasi)
Negara Serikat (Federasi) merupakan bentuk negara
gabungan dari beberapa negara bagian dari Negara Serikat.
Negara-negara bagian tersebut,pada awalnya merupakan
negara yang merdeka,berdaulat dan berdiri sendiri.
Setelah menggabungkan diri dengan Negara Serikat,maka
dengan sendirinya negara tersebut melepaskan sebagian
dari kekuasaanya dan menyerahkanya kepada Negara
Serikat.Penyerahan Kekuasaan Negara bagian kepada
Negara Serikat tersebut,disebut limitatif (sebuah demi
sebuah),serta hanya kekuasaan yang disebut oleh Negara
Bagian saja yang menjadi kekuasaan Negara Serikat.
Kekuasaan asli dalam Negara Federasi merupakan
tugas negara bagian,karena itu berhubugan langsung
dengan rakyatnya.Sementara Negara Federasi bertugas
untuk menjalankan hubungan luar negri,pertahanan
negara,keuangan dan urusan pos.
Selain kedua bentuk negara tersebut (kesatuan dan
federasi),dilihat dari sisi jumlah orang yang memerintah
dalam sebuah negara maka bentuk negara terbagi menjadi:
3) Monarkhi; bentuk negara yang dalam
pemerintahanya hanya dikuasai dan diperintah
(yang berhak memerintah) oleh satu orang saja.
4) Oligarkhi;negara yang dipimpin oleh beberapa
orang.Model negara oligarki ini biasanya

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 33


diperintah dari kelompok orang yang berasal dari
kalangan feodal.
5) Demokrasi; negara yang pimpinan (pemerintah)
tertinggi negara terletak ditangan rakyat.
Dalam bentuk negara yang demokratis,rakyat
memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan
pemerintahan.
c. Indonesia dan Bentuk Negara Sekuler
Gagasan mengenai hubungan negara dan agama belum
selesai.Hal ini dibuktikan dengan masih dipersoalkan
apakah Indonesia negara sekuler,negara agama atau
negara apa?banyak orang menganggap Indonesia sebagai
negara sekuler.Misalnya,Manning Nash mengatakan
Malaysia dan Indonesia adalah Islamic nations but secular
states (Fundamentalism Observed,1991).Charles D
smith menulis Indonesian state is offcially secular yet
sponsors seculer and religious educational systems
and maintains secular and religious (shariah) courts
(Secularism,1995).Mun’im A Sirry,juga menyebut
Indonesia sebagai negara sekuler (Islam,Sekulerisme,dan
Negara,Kompas,13/2/2002).
Mereka terjebak dalam dikotomi negara agama-negara
sekuler.Padahal,dikotomi ini menafsirkan kompleksitas
dan dinamika hubungan agama dan negara yang khas
Indonesia.Dikotomi sekuler-religius adalah unsur ideologis
dalam wacana modernitas Barat.Itu berfungsi tidak hanya
dalam persepsi Barat terhadap non-Barat,tetapi juga dalam
cara Barat memahami dirinya sendiri.
Di Indonesia yang memiliki tradisi historis
tersendiri,konsep negara sekuler sulit diterapkan kalau
kita mengikuti definisi Donald Eugene Smith (1963),the
seculer state is a state that guarantees individual and corporate
freedom of religion,deals with the individual as a citizen
irrespective of his religion,is not constitutionally connected

34| Pancasila
to a particular religon,nor seeks either to promote or interfere
with religon,maka Indonesia sulit disebut negara sekuler
karena terlalu banyak anomali dan deviasi dari definisi itu.
Dari segi freedom of religion,Pasal 29 Ayat (2) UUD
1945 menjamin seseorang bebas mendiskusikan atau
memilih atau tidak memilih suatu agama tanpa campur
tangan negara,dan ketika telah menganut agama dia
bebas mengikuti ajaran-ajaranya,berpartisipasi dalam
kebaktian,menyebarkan ajaran-ajaranya dan menjadi
pejabat dalam organisasi agamanya.Namun ayat 1 yang
berbunyi negara berdasar atas ketuhanan yang Maha Esa
tidak sesua prinsip negara sekuler.
Dari segi citizenship dalam pengertian,agama
sepenuhnya tidak relevan dalam mendefinisikan
kewarganegaraan dan bahwa hak dan kewajiban warga
negara tidak dipengaruhi agama yang dianut,Indonesia
masih melakukan banyak diskriminasi atas dasar agama.
Begitu pula dari segi separation of state and religion
dalam pengertian,agama dan negara berfungsi di wilayah
yang berbeda dan bahwa negara tidak berfungsi menge
mbangkan,meregulasi,mengarahkan atau mencampuri
agama,Indonesia juga tidak memenuhi prinsp ini,karena
sejak dulu hingga kini ada relasi interdependence antara
negara dan agama.Negara mengembangkan agama-
membangun tempat-tempat ibadah,menyumbangkan dana
kepada clergy,sementara agama memberi,mendukung,dan
membantu negara.Agama memberikan legitimasi pada
negara dan sebalinya (mutual legitimatization).
Dalam negara sekuler,tidak ada departemen agama dan
semua agama tersubordinasi dibawah negara.Agama dan
lembaga-lembaga agama bersifat otonom.”A free church
in a free state”,kata Cavour.Di Indonesia,ada departemen
agama yang mengatur adminitrasi agama.
Lebih dari itu,hingga kini the completely secular state

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 35


does not exist,kata Donald Smith.Konsep negara sekuler
yang ideal tidak tercapai di negara manapun,termasuk
AS,Inggris,dan sebagainya.Di AS,sejak lama dana negara
juga digunakan untuk mendukung badan-badan keagamaan
yang menyelenggarakan lembaga-lembaga pendidikan
meski amat terbatas sperti transportasi bus,makan siang
gratsi,buku-buku untuk siswa.Belakangan,Presiden AS
George W Bush bahkan mengajak lembaga-lembaga agama
mendapatkan dana dari pemerintah.
Amerika Serikat (AS] juga malas memisahkan negara
dan agama secara komplet dan menyeluruh.Presiden-
Presiden dan Gubernur-Gubernur negara bagian sering
mengimbau warga negara menghadiri tempat ibadah
agama masing-masing,sesi-sesi dalam parlemen dibuka
dengan do’a,pembacaan Bibel,dan tiap mata uang
bertuliskan motto In God we trust.
Negara Inggris,meski dikenal sebagai masyarakat
sekuler (seculer society] dimana agama menjadi urusan
pribadi dan tidak memiliki relevansi politik dalam ranah
publik,tidak mengenal pemisahan total gereja dan
negara,dan para pendeta (bishops],yang dipilih raja (the
Crown] atas rekomendasi perdana menteri,juga hadir
dalam House of Lords.Ada geraja negara,National Church
of England,dan ratu adalah kepalanya.
Apabila Indonesia adalah negara sekuler,negara
tidak memberi bantuan apa pun kepada lembaga agama.
Departemen agama harus bubar,dualisme peradilan (negri
dan agama] harus dihilangkan karena negara sekuler
meniscayakan tata hukum sipil yang seragam (uniform civil
code].Belum lagi berbaga kebijakan seperti perayaan hari-
hari besar agama,regulasi tanah-tanah wakaf,pengurusan
haji,lembaga-lembaga pendidikan agama seperti IAIN dan
madrasah,pembangunan sarana agama seperti Islamic
centre oleh pemerintah,undang-undang zakat,labelisasi
halal bagi makanan dan minuman,dan sebagainya.

36| Pancasila
D. Negara Pancasila
Negara Pancasila sebagai hybrid budaya adalah jalan
tengah (middle path) antara negara agama dan negara
sekuler.Negara Pancasila lebih cocok dengan tradisi agama
dan politik di Indonesia.
Rumusan sila pertama Pancasila dan Pasal 29 UUD
1945 Ayat (1) memberikan sifat yang khas pada Negara
Indonesia,bukan negara sekuler yang memisahkan agama
dan negara,dan bukan negara agama yang berdasarkan
pada agama tertentu.Negara Pancasila menjamn
kebebasan setiap warga negaranya untuk beragama dan
wajib memelihara budi pekerti luhur berdasarkan nilai-
nilai Pancasila.
Dengan Pancasila,Indonesia tidak kurang agamis-nya
dibanding “negara-negara agama” seperti Pakistan,Arab
Saudi,atau Iran.Republik Indonesia tidak kurang agamis
dibanding negara mana pun,sebab “it has put the
monotheistic belief in the one and only God at the head of
Pancasila and adopted this principle as the spiritual,moral
and ethical foundations of its state” (M Natsir,Some
Observations Concerning the Role of Islam in National
and International Affairs,Cornell University,1945).
Dalam Negara Pancasila,agama dan nasionalisme
hidup berkembang dan didukung negara.Negara Pancasila
menyatukan beragam kelompok yang bertentangan.Sebagai
kompromi politik,negara mendukung perkembangan
agama meski tidak menyatakan satu agama sebagai agama
negara.
Dengan Pancasila,Indonesia menganut model
generally religious policy,di mana negara dibimbing
agama secara umum dan substantifistik serta tidak secara
institusional berkait dengan tradisi keagamaan tertentu.
Posisi Pancasila semacam ini mirip dengan civil religion
dalam negara-negara multi-agama,meski konsep civil

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 37


religion belum diakui resmi (Carl & David,Questioning
the Secular State,1996).Pancasila juga mirip,meski tidak
sama,dengan Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah) di
masa Nabi Muhammad SAW,dalam pengertian memiliki
butir-butir kesepakatan dari beragam unsur agama dan
suku untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran bersama.
Dalam Negara Pancasila,agama dapat menyediakan
basis moral dan spiritual dalam kehidupan negara dan
msyarakat seperti dalam sistem hukum dan budaya politik.
Negara dapat menggunakan perspektif agama dalam batas-
batas otoritas fungsional seperti menyediakan pelayanan
keagamaan,pendidikan agama,dan mencegah tingkah
laku politik dan sosial yang bertentangan dengan nilai-
nilai agama.Itu karena Negara Pancasila adalah negara
nonsektarian,bukan nonreligius.
Prinsip yang perlu dikembangkan adalah no
preference-peduli tetapi tidak diskriminatif,bukan wall
of separation-bukan tidak peduli sama sekali.Dengan
demikian,Indonesia tidak perlu menjadi negara sekuler
dalam pengertian pemisahan total negara dan agama.
Dengan Negara Pancasila,ciri-ciri positif negara sekuler
seperti kebebasan beragama,kewarganegaraan demokrat
is,pluralisme,multikulturalisme,anti-komunalisme,anti-
sektarianisme,dan anti-diskriminasi,dapat diterapkan.
Ciri-cir positif negara religius seperti pembangunan
moral agama juga didukung negara sejauh tidak bersifat
diskriminatif dan dalam kerangka menjaga kemaslahatan
seluruh warga negara.

38| Pancasila
B. WARGA NEGARA
1. Pengertian Warga Negara
Dalam pandangan AS.Hikam,warga negara merupakan
terjemahan dari citizenship,dan didefinisikan sebagai anggota
dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Sedangkan Koerniatmanto S,mendefinisikan warga negara
dengan anggota negara.Sebagai seorang anggota negara
seorang warga mempunyai kedudukan yang khusus terhadap
negaranya.Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang
bersifat timbal balik terhadap negaranya.
Dalam konteks Indonesia,istilah warga negara sesuai
dengan UUD 1945 PASAL 26) dimaksudkan untuk bangsa
bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-
undang sebagai warga negara.Selain itu sesuai dengan pasal
1 UU.NO 22/1958 dinyatakan bahwa warga negara Republik
Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-
undangan dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-
peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah
menjadi warga negara Republik Indonesia.
2. Asas Kewarganegaraan
Dalam menerapkan asas kewarganegaraan,dikenal 2 (dua)
pedoman,yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran
dan perkawinan.
a. Dari sisi kelahiran
Pada umumnya,penentuan kewarganegaraan
berdasarkan pada sisi kelahiran seseorang (sebagaimana
disebutkan diatas) dikenal dengan dua asas
kewarganegaraan,yaitu ius soli dan ius sanguinis.Kedua
istilah tersebut berasal dari bahasa latin.Ius berarti
hukum,dalil atau pedoman,Soli berasal dari kata solum
yang berarti negeri,tanah atau daerah dan sanginus berasal
dari kata sanguis yang berarti darah.Dengan demikian,ius
soli berarti pedoman kewarganegaraan yang berdasarkan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 39


tempat atau daerah kelahiran,sedang ius sanguinis adalah
pedoman kewarganegaraan berdasarkan daerah dan
keturunan.
b. Dari Sisi Perkawinan
Selain hukum kewarganegaraan dilihat dari sudut
kelahiran,kewarganegaraan seseorang juga dapat dilihat
dari sisi perkawinan yang mencakup asas kesatuan
hukum dan asas persamaan derajat.Asas kesatuan
hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami istri
ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat
yang meniscayakan suasana sejahtera,sehat dan
tidak terpecah.Dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakatnya,suami istri ataupun keluarga yang baik
perlu mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat.
Untuk merealisasikan terciptanya kesatuan dalam
keluarga atau suami-istri,maka semuanya harus tunduk
pada hukum yang sama.Dengan adanya kesamaan
pemahaman dan komitmen menjalankan kebersamaan
atas dasar hukum yang sama tersebut,meniscayakan
adanya kewarganegaraan yang sama,sehingga tidak
mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Sedangkan dalam asas persamaan derajat ditentukan
bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaraan masing-masing pihak.Baik suami
maupun istri tetap berkewarganegaraan asal,atau dengan
kata lain sekalipun sudah menjadi suami istri mereka tetap
memiliki status kewarganegaraan sendiri,sama halnya
ketika mereka belum diikatkan menjadi suami istri.
3. Unsur Unsur yang Menentukan Kewarganegaraan
a. Unsur Daerah Keturunan (Ius Saunguinis)
Kewarganegaraan dari orangtua yang menurunkanya
menentukan kewarganegaraan seseorang,artinya kalau
orang dilahirkan dar orangtua yang berwarga negara
Indonesia,ia dengan sendirinya juga warga negara

40| Pancasila
Indonesia.
Prinsip ini adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak
dahulu,yang diantaranya terbukti dalam sistem kesukuan,
di mana anak dari anggota suku dengan sendirninya
dianggap sebagai anggota suku itu.Sekarang prinsip ini
berlaku diantaranya di Inggris,Amerika,Perancis,Jepang
dan juga Indonesia.
b. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)
Daerah tempat orang dilahirkan menentukan
kewarganegaraanya,misalnya kalau orang dilahirkan di
dalam daerah hukum Indonesia,ia dengan sendirinya
menjadi warga negara Indonesia.Disamping ius
sanginus,prinsip ius soli ini berlaku di Amerika,Inggris,dan
Perancis,dan juga Indonesia,tetap di Jepang ius soli tidak
berlaku.
c. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Orang juga dapat memperoleh kewarganegaraan
dengan jalan pewarganegaraan atau naturalisasi.Syarat
dan prosedur pewarganegaraan ini diberbagai negara
sedikit-banyka dapat berlainan,menurut kebutuhan yang
dibawakan oleh kondisi dan situasi negara masing-masing.
4. Problem Status Kewarganegaraan
Beberapa istilah yang terkait dengan status
kewarganegaraan seseorang antara lain:
a. Apatride merupakan istilah untuk orang yang tidak
memiliki status kewarganegaraan
b. Bipatride merupakan istilah yang digunakan untuk
orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan
rangkap atau dengan istilah lain dikenal dengan dwi
kewarganegaraan
c. Multipatride adalah istilah yang digunakan untuk
menyebutkna status kewarganegaraan yang memiliki
dua atau lebih kewarganegaraan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 41


4. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat
Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang
demokratis dan berkeradaban,maka setiap warga negara
haruslah memiliki karakter atau jiwa yang demokratis pula.
Ada beberapa karakteristik bagi warganegara yang disebut
sebagai demokrat,yakni antara lain sebagai berikut:
a. Bersikap Kritis
b. Membuka diskusi dan dialog
c. Rasa hormat dan tanggung jawab
d. Bersikap terbuka
e. Rasional
f. Adil
g. Jujur
Sikap warga negara diatas akan menampilkan
sosok warga negara yang otonom,yakni mampu
mempengaruhi dan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan ditingkat lokal secara mandiri.Sebagai
warga negara yang otonom,ia mempunyai karakteristik
lanjutan sebagai berikut:
h. Memiliki kemandirian
i. Memiliki tanggung jawab pribadi,politik dan ekonomi
sebagai warga negara
j. Menghargai martabat manusia dan kehormatan
pribadi
k. Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan
pikiran dan sikap santun
l. Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional
yang sehat dengan:
1) Menciptakan kultur taat hukum yang sehat dan
aktif
2) Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang
aspiratif

42| Pancasila
3) Mendukung pembuatan materi-materi hukum
yang responsif
4) Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang
jujur dan bertanggungjawab
5. Cara Dan Bukti Memperoleh Kewarganegaraan
Indonesia
Dalam penjelasan umum UU No.63/1958 bahwa ada 7
tujuh cara untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia;1)
karena kelahiran,2) karena pengangkatan,3) karena
dikabulkanya permohonan,4) karena pewarganegaraan,5)
karena perkawinan,6) karena ikut ayah dan atau ibu saja,7)
karena pernyataan.
Untuk memperoleh status kewarganegaraan Indonesia,
diperlukan bukti-bukti sebagai berikut:
1) Karena kelahiran surat bukti kewarganegaraan
adalah akte kelahiran
2) Karena pengangkatan surat bukti kewargane­gara­
anya adalah kutipan pernyataan sah buku catatan
pengangkatan anak asing (PP NO.1958,sesuai
dengan surat edaran menteri kehakiman No.
JB.3/2/25, butir 6 tanggal 5 Januari 1959)
3) Karena dikabulkan permohonan surat bukti
kewarganegaraanya adalah petikan keputusan
presiden tentang permohonan tersebut
4) Karena pewarganegaraan suarat buktinya
adalah petikan keputusan presiden tentang
pewarganegaraan tersebut
5) Karena pernyataan buktinya adalah sebagai
mana diatur dalam surat edaran menteri
kehakiman No.JB.3/166/22,tang gal 30
September 1958 tentang memperoleh/kehilangan
kewarganegaraan Republik Indonesia

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 43


6. Haka dan Kewajiban Warga Negara
Dalam konteks Indonesia,hak warga negara terhadap
negaranya telah diatur dalam Undang-Undang 1945 dan
berbagai peraturan lainya yang merupakan derivasi dari hak-
hak umum yang digariskan dalam UUD 1945.Diantara hak-
hak warga negara yang dijamin dalam UUD 1945 adalah Hak
Asasi Manusia yang rumusan lengkapnya tertuang dalam pasal
28 UUD perubahan kedua.Dalam pasal tersebut dimuat hak-
hak asasi yang melekat dalam setiap individu warga negara
seperti hak kebebasan beragam dan beribadat sesuai dengan
kepercayaanya,bebas untuk berserikat dan berkumpu (pasal 28
E),hak atas pengakuan,jaminan,perlindungan,dan kepastian
hukum yang adil,hak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja,hak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan,hak
atas kewarganegaraan (pasal 28F),dan hak asasi lainya yang
tertuang dalam pasal tersebut.
Sedangkan contoh kewajiban yang melekat bagi setiap
warga negara antara lain kewajiban membayar pajak sebagai
kontrak utama antara negara dan warga.Membela tanah
air (pasal 27),membela pertahanan dan keamanan negara
(pasal 29) menghormati hak asasi orang lain dan mematuhi
pembatasan yang tertuang dalam peraturan (pasal 28),dan
berbagai kewajiban lainya.

44| Pancasila
BAB III
KONSTITUSI

A. Konsep Dasar dan Pengertian Konstitusi


Konstitusi secara literal berasal dari bahasa Prancis
Constituir,Constituir,yang artinya membentuk.Dalam ilmu
ketatanegaraan,konstitusi dimaksudkan dengan pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan sebagai sebuah
negara.Bisa konstitusi merupakan aturan dasar mengenai
pembentukan suatu negara.
Dengan demikian dapat diberi pengertian bahwa konstitusi
adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan
hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur
lembaga pemerintahan termasuk dasar hubungan kerja sama
negara dan masyarakat dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Dalam praktiknya konstitusi ada dua macam yaitu tertulis yang
disebut undang-undang dan yang tidak tertulis atau dikenal
dengan konvensi.
Menurut F.Lassale,konstitusi dapat dibagi menjadi 2 (dua)
pengertian:
1. Sosiologis dan Politis (Sosiologiche atau polische),konstitusi
merupakan faktor kekuatan yang nyata dalam masyarakat.
Dan konstitusi menggambarkan hubungan antara
kekuasaan yang terdapat dalam suatu negara
2. Yuridis,konstitusi merupakan suatu naskah yang memuat
semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 45


B. Tujuan Konstitusi
Konstitusi dapat dipahami sebagai kontrak sosial (social
contract) yang memuat aturan main berbangsa dan bernegara.
Pada prinsipnya adannya konstitusi memiliki tujuan untuk
membatasi kewarganegaraan pemerintah dalam menjamin hak-
hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat.Disamping itu konstitusi juga menjadi sarana dasar
untuk mengawasi proses-proses kekuasaan.
Lebih rinci tujuan adanya konstitusi adalah sebagai berikut:
1. Memberikan batasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik
2. Melepaskan kontrol kekuasaan dari kekuasaan sendiri
3. Memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para pengu­
asa dalam menjalankan kekuasannya
C. Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara
Mengapa konstitusi menjadi hal yang penting dalam sebuah
negara?.DR.A.Hamid Attamimi menegaskan bahwa konstitusi atau
Undang-Undang Dasar merupakan suatu hal yang penting sebagai
pemberi pegangan dan pemberi batas,sekaligus dipakai pegangan
untuk mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Sedangkan Baqir Manan mengatakan bahwa hakikat
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi
atau konstitusionalisme yaitu pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah disatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk di pihak lain.Menguatkan
pernyataan di atas Mariam Budiarjo menyatakan Undang-undang
Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan
tidak bersifat sewenang-wenang.Dengan demikian diharapkan
hak-hak warga negara akan lebih terlindungi.
Dilihat dari fungsinya konstitusi terbagi kedalam dua
bagian yakni,membagi kekuasaan dalam negara,dan membatasi
kekuasaan pemerintahan atau penguasa dalam negara.Konstitusi

46| Pancasila
juga digunakan untuk menjamin hak-hak asasi warga negara.
D. Konstitusi Demokratis
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa konstitusi merupakan
aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan
kerjasama antara negara dan masyarakat dalam konteks berbangsa
dan bernegara.Oleh karena itu seyogyanya konstitusi dibuat atas
dasar kesepakatan bersama antara negara dan warga negara,agar
semuanya bertanggung jawab dan tidak terjadi penindasan.
Meskipun tidak dijumpai pemerintahan yang demokratis
murni didunia ini,namun pada dasarnya setiap konstitusi yang
digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki
prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri.Secara umum konstitusi
yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip
dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara,yaitu:
1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama
kedaulatan
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminya hak minoritas
3. Pembatasan pemerintahan
4. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara yang
meliputi:
a. Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias
politika
b. Kontrol dan keseimbangan lembaga-lembaga
pemerintah
c. Proses hukum,dan
d. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peraihan
kekuasaan
Prinsip konstitusi yang demokratis tersebut diatas merupakan
turunan dari nilai-nilai dasar yang terkandung dalam hak asasi
manusia yang meliputi:
1. Hak-hak dasar (basic rights)
2. Kebebasan mengeluarkan pendapat

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 47


3. Hak-hak individu
4. Keadilan
5. Persamaan,dan
6. Keterbukaan
E. Perubahan Konstitusi
Menurut Mariam Budiarjo ada 4 (empat) prosedur dalam
perubahan konstitusi:
1. Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa
syarat,misalnya dapat ditetapkan quorum untuk sidang
yang membicarakan usul perubahan undang-undang dasar
dan jumlah minimum anggota badan legislatif untuk
menerimanya
2. Referendum atau plebisit
3. Negara-negara bagian dalam negara federal (misalnya
Amerika Serikat;3/4 dari 50 negara-negara bagian harus
menyetujui)
4. Musyawarah khusus
Sedangkan CF.Strong mengatakan bahwa prosedur perubahan-
perubahan konstitusi ada 4 cara perubahan,yaitu;
1. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang
kekuasaan legislatif,akan tetapi menurut pembatasan-
pembatasan tertentu
2. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh Rakyat melalui
referendum
3. Perubahan konstitusi dan ini berlaku dalam negara serikat
yang dilakukan oleh sejumlah negara bagian
4. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi
atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang
dibentuk hanya untuk keperluan perubahan
5. Pendapat lain dikemukakan oleh Kelsen,perubahan
konstitusi dilakukan dengan 2 (dua) model,yaitu:
6. Perubahan yang dilakukan diluar kompetensi legislatif

48| Pancasila
biasa yang dilembagakan oleh konstitusi tersebut
yaitu suatu organ khusus yang hanya kompeten untuk
mengadakan perubahan-perubahan konstitusi
7. Dalam sebuah negara federal,suatu perubahan konatitusi
bisa jadi harus disetujui oleh dewan perwakilan rakyat dari
sejumlah negara anggota tertentu
F. Perubahan Konstitusi di Indonesia
Jika diamati,dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang
berkenaan dengan cara perubahan UUD ,yaitu pasal 37 yang
menyeutkan;
1. Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari pada
jumlah anggota MPR harus hadir
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya
2/3 jumlah anggota yang hadir
Pasal 37 ini mengandung 3 (tiga) norma:
1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR
sebagai lembaga tertinggi negara
2. Bahwa untuk mengubah UUD,kuorum yang harus dipenuhi
sekurang-kurangnya adalah 2/3 dari seluruh jumlah
anggota MPR
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR
yang hadir
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia,konstitusi atau
Undang-Undang Dasar 1945 yang diberlakukan di Indonesia,telah
mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya sejak
diproklamirkanya kemerdekaan Negara Indonesia,yakni dengan
rincian sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27
Desember 1949)
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-
17 Agustus 1950)

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 49


3. Undang-Undang Sementara Republik Indonesia 1950 (17
Agustus 1950-5 Juli 1959)
4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober
1999)
5. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober
1999-18 Agustus 2000)
6. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18
Agustus 2000-9 November 2001)
7. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II dan
III (9 November 2001-10 Agustus 2002)
8. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II dan
III dan IV (10 Agustus 2002)
G. Mengapa Harus Amandemen UUD 1945
Gerakan reformasi menjadikan “amandemen konstitusi”
sebagai salah satu dari sekitar enam agendanya.Selama UUD 1945
berlaku negara ini tidak pernah demokratis.Memang ada yang
mengatakan bahwa tidak demokratisnya suatu pemerintahan
selama berlakunya UUD 1945 itu bukan karena UUD yang berlaku
melainkan karena orang yang menyelenggarakan.Tetapi tentu
tidak adil dan kurang masuk akal jika pengalaman puluhan tahun
yang selalu berulang-ulang itu hanya dipersalahkan pada yang
menjadi penyelenggara.
UUD 1945 itu sendiri ada persoalan dan mesti direvisi
melalui amandemen atau perubahan-perubahan agar mendorong
terciptanya pemerintahan dan sistem politik yang demokratis.
Dan dari berbagai studi tentang UUD 1945 tercatat kelemahan-
kelemahan muatan yang menyebabkan tidak mampu menjamin
lahirnya pemerintahan yang demokratis konstitusional.Alasan-
alasan yang lebih detail arah amandemen tersebut akan diuraikan
dibawah ini:
1. Tidak ada mekanisme check and balances
Sering dikatakan bahwa sistem politik yang diformat oleh
UUD 1945 adalah sistem politik yang executive heavy dimana

50| Pancasila
kekuasaan presiden sangat dominan.Presiden menjadi pusat
kekuasaan dengan berbagai hak prerogratif.Selain menguasai
bidang eksekutif,presiden memiliki setengah dari kekuasaan di
legislatif yang dalam prakteknya presdien juga menjadi ketua
legislatif.
Misalnya saja,sebuah RUU yang telah disetujui oleh DPR
jika tidak disetujui oleh Presiden maka tidak dapat diajukan
lagi.Tetapi sebaliknya,jika sebuah RUU tentang APBN tidak
disetujui oleh DPR maka yang dipakai adalah APBN tahun
sebelumnya yakni yang telah disetujui oleh DPR dan Presiden.
Di sinilah diperlukan check and balances antara lembaga
legislatif dan eksekutif.
2. Terlalu banyaknya atribusi kewarganegaraan
UUD 1945 juga terlalu banyak memberi atribusi
kewarganegaraan kepada legislatif (yang praktis didominasi
presiden) untuk mengatur masalah-masaah penting dengan
UU seperti tentang lembaga-lembaga negara;tentang
HAM,kekuasaan kehakiman,pemerintahan daerah dan
sebagainya.
Jika sebuah UUD mengatribusikan kewarganegaraan
kepada legislatif untuk mengatur beberapa hal dengan UU
tentu saja tidak menjadi masalah dan wajar,tetapi apa yang
ada pada UUD 1945 itu terlalu longgar menyerahkan hal-hal
yang sangat penting kepada lembaga legislatif untuk diatur
dalam UU.
Dan dari penyerahan yang longgar dan tanpa penegasan
batas yang tak boleh dilampaui itulah maka pemerintah sering
melakukan manipulasi dan mengambil pembenaran formal.
3. Adanya pasal-pasal yang multi tafsir
UUD 1945 juga memuat beberapa pasal penting yang
multi arti (multi antrepertable) tetapi tafsir yang harus
diterima sebagai kebenaran adalah tafsir yang dikeluarkan oleh
Presiden.Ini merupakan konsekuensi dari kuatnya presiden

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 51


sebagai sentral kekuasaan.
4. Terlalu percaya pada semangat orang
(penyelenggara)
Tiga kelemahan diatas disertai pula oleh atau bahkan
didasarkan pada terlalu percayanya UUD 1945 terhadap
semangat atau iktikad orang-orang yang menjadi
penyelenggara negara.Ini dapat dilihat dari bunyi penjelasan
UUD 1945 yang secara terang meyatakan bahwa;yang sangat
penting dalam pemerintahan dan dalam hidupnya negara,ialah
semangat,semangat para penyelenggara negara”. Kepercayaan
yang seperti ini tentu tidak masalah,tetapi menjadi tidak wajar
kalau semangat itu tidak dikawal dengan sistem yang ketat.
H. Perubahan konstitusi di Beberapa Negara
1. Amerika Serikat
Dalam melakukan perubahan,Amerika memunculkan
beberapa syarat:
a. 2/3 dari badan perwakilan rakyat negara-negara bagian
dapat mengajukan usul agar dijadikan perubahan
terhadap konstitusi Amerika
b. Untuk keperluan perubahan konstitusi tersebut
dewan perwakilan rakyat federal harus memanggil
sidang konvensi
c. Konvensi inilah yang melaksanakan wewenang
merubah konstitusi
4. Belanda
Cara yang dilakukan dalam rangka perubahan itu adalah
dengan memperbesar jumlah anggota stateen general parlemen
sebanyak dua kali lipat.Keputusan tentang perubahan atau
penambahan tersebut adalah sah apabila disetujui oleh
sejumlah suara yang sama dengan dua pertiga dari yang
hadir,akan tetapi dalam Grondwet (undang-undang dasar).
Pada tahun 1815 prosedur tersebut diperberat,yaitu

52| Pancasila
memenuhi kuorum yakni sekurang-kurangnya setengah dari
anggota sidang staten general ditambah satu (UU 1814 pasal
144).Dengan demikian perubahan Undang-undang dasar
adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah
jumlah anggota staten general yang telah dijadikan dua kali
lipat ditambah satu.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 53


BAB IV
PEMERINTAHAN DAN HUBUNGAN
SIPIL-MILITER

A. Urgensi dan Arti penting Good Governance


Meskipun Good Governance sering disebut dalam berbagai
kesempatan,istilah tersebut dimaknai secara berlainan,satu sisi
ada yang memaknainya sebagai kinerja suatu lembaga,misalnya
kinerja suatu pemerintahan,perusahaan,atau organisasi
kemasyarakatan.Menurut MM Billah istilah ini merujuk
pada arti asli kata governing yang berarti mengarahkan atau
mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik dalam
suatu negri.Karena itu Good Governance dapat diartikan
sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada
nilai-nilai yang mengarah,mengendalikan dan mempengaruhi
masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam
tindakan dan kehidupan keseharian.Dengan demikian ranah
Good Governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi
pemerintahan,tetapi juga dalam ranah masyarakat sipil yang
dipresentasikan oleh organisasi non-pemerintah (ornop)
seperti LSM dan juga sektor swasta.
Sisi lain memaknai Good Governance sebagai penerjemahan
konkrit dari demokrasi.Tegasnya,menurut Taylor,Good
Governance adalah pemerintahan demokratis sebagaimana
dipraktikan dalam negara-negara demokratis maju di Eropa

54| Pancasila
Barat dan Amerika.
Pada dasarnya Good Governance memberikan
rekomendasi pada sistem pemerintahan yang menekankan
kesetaraan antara lembaga-lembaga negara baik ditingkat
pusat maupun daerah,sektor swasta,dan masyarakat
madani.Good Governance berdasarkan pandangan in berarti
suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang
diciptakan bersama oleh pemerintah,masyarakat madani
dan sektor swasta.Kesepakatan tersebut menyangkut
keseluruhan bentuk mekanisme,proses dan lembaga-lembaga
dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan
kepentinganya,menggunakan hak hukum,memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan mereka.
Sesuai dengan pengertian diatas,maka pemerintah yang
baik adalah pemerintah yang baik dalam ukuran proses maupun
hasil-hasilnya.Semua unsur dalam pemerintahan dapat
berjalan secara sinergis,tidak saling benturan,memperoleh
dukungan dari rakyar dan lepas dari gerakan-gerakan anarkhis
yang bisa menghambat proses pembangunan.
Good Governance sebagai sebuah paradigma dapat
terwujud bila ketiga pilar pendukungnya dapat berfungsi
secara baik,yaitu negara,sektor swasta dan masyarakat madani
(Civil Society).Negara dengan pemerintahanya dituntut untuk
merubah pelayanannya dari birokrasi elitis menjadi birokrasi
populis.Sektor swasta sebagai pengelola sumber daya diluar
negara dan birokrasi pemerintah pun harus memberikan
kontribusinya dalam usaha pengelolaan sumber daya tersebut.
Penerapan cita Good Governance pada akhirnya mensyaratkan
keterlibatan organisasi kemasyarakatan sebagai kekuatan
penyemibang negara.
B. Prinsip-prinsip Good Governance
Dari beberapa hasil kajian yang dilakukan oleh Lembaga
Administrasi Negara (LAN) telah menimpulkan ada 9 (sembilan)
aspek fundamental dalam perwujudan Good Governance,yaitu:

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 55


1. Partisipasi (partisipation)
Semua warga negara berhak terlibat dalam pengambilan
keputusan,baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan
yang sah untuk mewakili kepentingan mereka.Partisipasi
menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat serta kapasitas
untuk berpartisipasi secara kontruktif.
2. Penegakan Hukum (Rule of Law)
Perwujudan Good Governance,harus diimbangi dengan
penegakan hukum,dengan karakter sebagai berikut:
a. Supremasi hukum
b. Kepastian hukum
c. Hukum yang responsif
d. Penegakan hukum yang konsisten dan non-
diskriminatif
e. Indepedensi peradilan
3. Transparansi (Transparancy)
Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang
gerak kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang
tidak transparan.Oleh sebab itu untuk membentuk Good
Governance,menurut Affan Gaffar,minimal ada 8 (delapan)
aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan
secara transparan:
a. Penetapan posisi,jabatan dan kedudukan
b. Kekayaan pejabat publik
c. Pemberian penghargaan
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan
kehidupan
e. Kesehatan
f. Moralitas para pejabat dan aparatus pelayanan publik
g. Keamanan dan ketertiban

56| Pancasila
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan
masyarakat
4. Responsif (responsiveness)
Salah satu asas Fundamental menuju cita Good Governance
adalah responsif,yakni pemerintah harus peka dan cepat
tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat.
5. Konsesnsus (Consensus Orientation)
Asas Fundamental lain yang juga harus menjadi perhatian
pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahanya
menuju cita Good Governance adalah pengambila keputusan
secara konsessus,yakni pengambilan keputusan melalui
proses musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama.
6. Akuntabiltas (accuntability)
Asas akuntabiltas berarti pertanggung jawaban pejabat
publik terhadap masyarakat yang memberinya delegasi
dan kewenangan untuk mengurusi berbagai urusan dan
kepentingan mereka.Setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggung jawabkan semua kebijakan,perbuatan,mo
ral,maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
7. Visi strategis (Strategic Vision)
Visi strategik adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang.Kualifikasi ini menjadi
penting dalam kerangka perwujudan Good Governance,karena
perubahan dunia dalam kemajuan tekhnologinya yang begitu
cepat.Bangsa yang tidak memiliki sensvitas terhadap perubahan
serta prediksi perubahan kedepan,tidak saja akan tertinggal oleh
bangsa lain di dunia,tapi juga kan terperosok pada skumulasi
kesulitan,sehingga proses recovery nya tidak mudah.
Di lain itu,berbagai gejala dan perkembangan yang terjadi
di dunialuar harus dianalisis dampak-dampaknya bagi bangsa
ini,baik langsung saat ini,maupun dimasa yang akan datang.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 57


Untuk mewujudkan cita Good Governance dengan asas-asas
fundamental sebagaimana telah dipaparkan diatas,setidaknya
harus melakukan 5 (lima) aspek prioritas,yakni:
a. Penguatan fungsi dan Peran Lembaga
Perwakilan
Lembaga Perwakilan Rakyat,yakni DPR,DPD dan
DPRD harus mampu menyerap dan mengartikulasikan
berbagai aspirasi masyarakat dalam berbagai program
pembangunan yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat,serta mendelegasikanya pada eksekutif
untuk merancang program-program operasional
sesuai rumusan-rumusan yang ditetapkan dalam
lembaga perwakilan tersebut.
b. Kemandirian Lembaga Peradilan
Untuk mewujudkan Good Governance lembaga
peradilan dan aparat penegak hukum yang
mandiri,profesional dan bersih menjadi rasyarat
mutlak.
c. Aparatus Pemerintahan yang profesioanl dan
Penuh Integritas
Dalam proses menuju cita Good Governance,jajaran
birokrasi harus diisi oleh mereka yang memiliki
kemampuan profesionalitas baik ,memiliki
integritas,berjiwa demokratis,dan memiliki
akuntabilitas yang kuat sehingga memperoleh
legitimasi dari rakyat yang dilayaninya.Karena itu
paradigam pengembangan birokrasi kedepan harus
diubah menjadi birokrasi populis,yaitu jajaran birokrasi
yang peka terhadap berbagai asirasi dan kepentingan
rakyat,serta memiliki integritas untuk memberikan
layanan kepada rakyatnya dengan pelayanan prima.
d. Masyarakat Madani (Civil Society) yang Kuat
dan Partisipatf
Perwujudan cita Good Governance juga mensyaratkan

58| Pancasila
partisipasi masyarakat sipil yang kuat.Proses
pembangunan dan pengelolaan negara tanpa
melibatkan masyarakat Madani (Civil Society) akan
sangat lamban,karena potensi terbesar dari sumber
daya manusia justru dikalangan masyarakat ini.
e. Penguatan Otonomi Daerah
Kelahiran UU NO.22 Tahun 1999,tentang otonomi
daerah,telah memberikan kewenangan pada daerah
untuk melakukan pengelolaan sektor tertentu,seperti
kehutanan,pariwisata,koperasi,pendidikan dan lainya.
Dengan kewenangan ini,daerah akan menjadi kuat dan
dinamis,terutama daerah-daerah yang miskin sumber
daya alamnya,karena harus memacu pendapatan Asli
Daerah untuk membiayai kehidupan daerahnya.
8. Pemerintahan Demokratis dan Efektif
Adanya pameo yang sempat beredar beberapa saat setelah
Presiden Megawati Soekarno Putri melantik Kabinet Gotong
Royong Agustus 2001 adalah:”Pemerintahan Soekarno=Old
Order,Pemerintahan Soeharto=New Order,Pemerintahan
Habibie=Dis-Order,Pemerintahan Abdurahman Wahid=No
Order,Pemerintahan Megawati=Re Order”.
Pemerintahan Soekarno (1959-1966) dan pemerintahan
Soeharto (1966-1998) disebut sebagai pemerintahan kuat dan
efektif meski kurang mengandung unsur-unsur demokratis.
Adapun pemerintahan BJ Habibie (1998-1999),pemerintahan
Abdurahman Wahid (1999-2001),dan pemerintahan Megawati
Soekarno Putri diakui sebagai pemerinatahn demokratis,tetapi
kurang mengandung usnur efektivitas.
Sejaka awal pemerintahan,Megawati berusaha menata
kembali tata laksana pemerintahan negara yang demokratis dan
efektif.Pemerintahan yang lebih mampu melayani masyarakat
dengan menghadiri jasa-jasa umum,seperti jalan raya,listrik,air
minum,bandara,pelabuhan,sarana kesehatan,jaminan
sosial,juga keamanan dan ketertiban melalui kepolisian yang

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 59


andal,pertahanan negara yang dilaksanakan TNI profesional.
Namun mengahadirkan pemerintahan yang demokratis dan
efektif adalah tantangan amat berat,terutama di Indonesia
yang masih mengalami transisi di tengah krisis multidimensi.
Di City of London,pusat keuangan dan perbankan ibu kota
Inggris,telaah tentang kinerja pemerintahan mancanegara
dilakukan para pelaku pasar keuangan dan modal internasional.
Mereka menilai kecekatan dan kecermatan sejumlah
pemerintahan di Amerika Latin,Afrika,dan Asia menangani
masalah-masalah ekonomi seperti disiplin fiskal dan kestabilan
moneter.Mereka mengkaji beban utang yang dipikul sektor
negara maupun swasta,apakan program pemerintahan cukup
terarah dan efektif untuk berangsur-angsur mengurangi utang
sehingga kinerja “kerumahtanggan negara”semakain dipercaya
kalangan pasar internasional.
Berapa besar laju inflasi yang bisa ditekanya agar nilai tukar
mata uang negara bersangkutan tetap bersaing dibandingkan
dengan mata uang negara-negara industri lain?Sejumlah
indikator ekonomi makro pun turut disebut:neraca
perdagangan,neraca pembayaran,jumlah cadangan
devisa,tingkat suku bunga,jumlah uang beredar,nilai ekspor dan
impor per kuartal maupun tahun.Tak kalah penting,indikator
ekonomi mikro seperti jumlah dan presentase perusahaan
ekonomi menengah dan kecil,berapa perusahaan negara dan
perusahaan swasta yang terkelola dengan sehat.
Berbagai kajian tentang kinerja ekonomi makro dan
mikro yang dilakukan pelaku pasar di City of London mirip
dengan yang dilakukan Dana Moneter Internasonal (IMF)
dalam memantau kinerja ekonomi makro dan mikro sejumlah
anggota IMF.Namun,para pelaku pasar uang dan pasar modal
di London secara lebih tegas melakukan penilaian tingkat
efektivitas pemerintahan melaksanakan kebijakan publik di
lapangan.
Tatkala Vladimir Putin terpilih kembali menjadi Presiden

60| Pancasila
Rusia,bebrapa pekan lalu,misalnya,para pelaku pasar London
mengkaji seberapa kuat dukungan politik rakyat Rusia dan
elite politik Rusia terhadap kepemimpinan Putin.Kendati
Putin banyak digambarkan sebagai bekas intel KGB dan
oleh pers Inggris disebut-sebut sebagai akan menghadirkan
“tangan besi KGB”,pelaku pasar lebih menilai kemampuan
Putin untuk menghadirkan kekuasaan yang efektid dari
pada mempersoalkan menurunnya kadar demokras Rusia.
Pasar uang dan pasar modal di London mencari efektivitas
pemerintahan sebagai jaminan konsisten kebijakan.Penutupan
surat kabar dan stasiun televisi yang menentang Putin tidak
banyak dipersoalkan.Pemerintahan yanh kuat dan efektif lebih
diutamakan karena”pasa tidak nyaman dengan pemerintahan
yang terarah,ragu-ragu atau ganti-ganti kebijakan”.
Hemat mereka,semakin demokratis pemerintahan di
suatu negara transisi,semakin tak menentu implementasi
kebijakan negara.Terlebih-lebih apabila seorang pemimpin
nasional dinilai ragu-ragu atau sering ganti arah seperti
terjadi pada tahun-tahun akhir Boris Yeltsin.Kehadiran
sejumlah pengusaha swasta Rusia sejak 5-8 tahun lalu hijrah
ke London dimanfaatkan pelaku pasar uang dan pasar modal
guna “membaca peta” kemampuan efektif pelaku politik dan
kalangan birokrasi yang berperan menjalankan aneka putusan
yang ditempuh Putin.
Dan telah serupa dilakukan para pelaku pasar London
terhadap sejumlah pemerintahan di Asia,termasuk
Indonesia.Faktor pemerintahan demokratis menjadi salah
satu pertimbangan.Namun,pasar London tidak selamanya
menilai ada tidaknya pemerintahan demokratis dan/atau
efektif.Hal yang menarik adalah kenaikan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Jakarta yang malampaui angka 700 pada
pertengahan Maret lalu.Tak ada tanda bahwa isyarat pasar yang
menguntungkan itu disebabkan perkiraan terselenggaranya
pemilu legislatif 5 April yang diramalkan tenang dan aman.
Tak disebut pemerintahan Megawati dianggap amat efektif

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 61


menjalankan stabilisasi politik karena pelaku pasar London
paham bener pemerintahan koalisi lima partai besar di
Indonesia yang sulit menghadirkan implementasi kebijakan
yang kuat di lapangan.
Pasar memberi isyarat positif karena sektor swasta
Indonesia selama dua tahun terakhir sebenarnya sudah
“memimpin” pemulihan ekonomi Hongkong,dan Tokyo
memberi sumbangan tak sedikit terhadap prospek ekonomi
Indonesia,setidaknya disektor pasar sudah cukup bagi para
pelaku pasar untuk berminat pada hari depan ekonomi
Indonesia.
Apa yang paling didambakan pelaku pasar London,seperti
pelaku pusat-pusat keuangan dan perbankan di Tokyo,Hongk
ong,Singapura,London,Frankfurt,dan New York?Sebagaimana
disepakati dalam pertemuan sejumlah pemimpin perusahaan
swasta Asia Pasifik di Boao,China,belum lama ini,pelaku pasar
pusat mendambakan tiga hal pokok.
Pertama,pemimpin politik nasional harus memiliki visi
dengan skala prioritas yang jelas.kedua,pemimpin politik
nasional harus sungguh-sungguh menjalankan reformasi
politik dan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan.
Ketiga,pemimpin nasional harus tegas terhadap lingkungan
sekitarnya,terutama terhadap orang atau kelompok yang
menjadi benalu dalam pemerintahanya.
Dengan kata lain,pemimpin nasional benar-benar
memipin sebuah pemerintahan yang efektif.Tidak disebut-
sebut pemerintahan yang demokratis,akuntabel,atau
transparan.”A governments that ideally remains true to its
demokratic commitmens,but above all a government taht firmly
and effectively can delivery the goods”.sebuah pemerintahan
yang idealnya taat asas demokrasi,tetapi diatas segalanya
sebuah pemerintahan yang dengan tegas dan efektif
membuahkan hasil yang nyata:sandang,pangan,papan,lapang
an pekerjaan,pendidikan,kesehatan yang terjangkau kaum usia

62| Pancasila
muda maupun lanjut usia.Tantangan bagi Indonesia di bulan-
bulan mendatang agaknya menghadirkan penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis,terutama yang mampu
membuahkan hasil secara efektif dan segera drasakan rakyat
kecil.
9. Pemerintahan yang kuat
Seperti yang kita ketahui,Konferensi Tahunan Boao Forum
for Asia 2004 di Boao,Hainan,Republik Rakyat Cina,yang
diikuti 42 negara dan diliputi sekitar 400 wartawan dari
berbagai negara,antara lain mengemukakan,kriteria utama
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang ideal ialah
sebuah pemrintahan yang kuat dan efektif.
Pemerintahan yang kuat tercermin dari jalan serta efektifnya
roda pemerintahan,berwibawanya hukum,kemampuan
memilih prioritas pembangunan negara,serta konsentrasi dan
terjaminya keamanan.Negara-negara yang pemerintahanya
kuat bisa menjadi contoh atas pandangan ini:China,Jepang,S
ingapura,Jerman,dan Amerika Serikat.
Suatu hal yang menarik untuk mengapresiasi hal
itu,dikaitkan dinamika politik Indonesia mutakhir.Saat ini
hiruk-piluk politik Indonesia tak lepas dari upaya menemukan
pemimpin nasional,yang dilakukan dalam mekanisme
pemilihan presiden secara langsung.Sampai tulisan ini
dibuat,ada empat calon presiden yang menonjol,Megawati
Soekarnoputri,Wiranto,Amien Rais,dan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY).Mereka,dengan pasangan masing-masing
akan berlaga dipemilu presiden 5 Juli 2004.
Yang menarik,dari wacana dan paparan yang
disampaikan,hampir semua mengemukakan perlunya
pemerintahan yag kuat.Tampaknya semua sepakat,tantangan
kepemimpinan masa depan masih kompleks sehingga
pemerintahan yang efektif mutlak dibutuhkan.
Di tingkat grass root,tampaknya isu ini demikian laku.
Perolehan suara Partai Demokrat yang signifikan, misalnya,

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 63


terkait diterimanya isu akan pentingnya pemerintahan yang
kuat,yang dalam hal ini disimbolisasikan sosok SBY.
Dalam benak publik,pemerintahan yang kuat tampaknya
belum bisa dilepaskan dari kehadiran pemimpin (berlatar)
militer.Pada pemilu legislatif 5 April,sosok Wranto “belum
jelas eksistensinya” karena masih digantung Partai Golkar.Arah
pilihan publik lari ke Partai Demokrat,di mana SBY merupakan
figur sentral.Setelah Wiranto memenangi Konvensi Paryai
Golkar,pilihan publik terbelah,SBY atau Wiranto.
Terlepas dari fenomena itu,menarik menjawab
pertanyaan,apakah pemerintahan yang kuat identik dengan
calom pemimpin (presiden) berlatar belakang tentara?secara
umum jawabnya,tidak mesti demikian.Dalam hal ini,tampaknya
tidak ada hubungan antara pemerintahan yang kuat dan
kepemimpinan politik sipil atau berlatar belakang tentara.
Jadi,kepemimpinan kuat harus dipegang mantan tentara
atau sebaliknya,sipil murni,adalah mitos.Sebab,kuat lemahnya
pemerintahan tergantung kemampuan sang pemimpin
mengefektifkan roda pemerintahan,mengembangkan
kewibawaan hukum,kemampuan memilih prioritas
pembangunan,serta konsentrasi dan terjaminya keamanan.
Meski demikian,berkembang asumsi,kepemimpinan
tentara”setingkat lebih maju” dibangding dengan
kepemimpinan sipil dalam konteks penguasaan manajemen
keamanan.Sementara pemerintahan yang kuat dikatikan
variabel penciptaan dan penguasaan keamanan.Kepemimpinan
tentara dianggap lebih tampil dalam mengendalikan keamanan.
Yang menjadi kegelisahan sementara kalangan adalah
bagaimana nasib demokrasi bila titik tekan pemerintahan kelak
adalah pemerintahan yang kuat.Bukankah sepanjang sejarah
perpolitikan banyak negara,hadirnya pemerintahan yang
kuat,termasuk Indonesia masa Orde Baru,terpaksa mereduksi
demokrasi?Asumsi utama mengapa demokrasi harus direduksi
demi pemerintahan yang kuat adalah seperti dikalimatkan

64| Pancasila
Ignas kleden-selama rakyat belum makmur,demokrasi bisa
ditunda dulu pelaksanaanya dan pemerintahan otoriter dapat
dibenarkan asal efektif.
Argumentasi itu bisa disangkal mengingat kurang
makmurnya rakyat lebih dipahami sebagai,meminjam Amartya
Sen,lack of income (kekurangan pendapatan) ketimbang lack
of capability (kekurangan kemampuan).Penundaan demokrasi
dalam pengelolaan negara selama Orde baru ternyata berbuah
tidak sedap,justru banyak pengalaman buruk menimpa.
Pemerintahan yang kuat ternyata ambruk dikemudian hari
sebab ternyata yang dibangun adalah semacam”rumah kartu”.
Itulah pengalaman kita di masa Orde Baru.
Di era reformasi,mereduksi hakikat demokrasi selain
tidak populer juga tidak beralasan.Sudah menjadi tekad
bersama,dimasa transisi,proses demokrasi harus terselenggara
dengan baik.Karena itu,bisa dipahami bila terjadi perubahan
sistem politik secara mendasar lewat amandemen UUD 1945.
Jadi,untuk mewujudkan pemerintahan yang kuat,siapa
pun presiden nya tidak bisa melakukan kebijakan politik
yang mereduksi demokrasi.Para aktifis pro-demokrasi pasti
akan mengupayakan untuk mengingatkan pada publik,calon
presiden berlatar belakang tentara memiliki persoalan dimasa
lalu,yang berkenaan dengan penodaan atas hakikat demokrasi.
Upaya itu pasti bergantung,tetapi mungkin tidak sampai ke
tingkat grass root.Maka,bagi para calon presiden berlatar
belakang tentara,akan dihadapkan upaya menjelaskan pola
kepemmpinannya kelak,bagaimana keberpihakannya atas
masa depan demokrasi di Indonesia.
Secara institusional,TNI sudah mengalami perubahan
mendasar dan tidak diragukan lagi keberpihakanya atas
proses demokratisasi.Meski demikian,mengingat pengalaman
sejarah masa lalu,kadang apa yang telah dilakukan masih
mengandung kecurigaan bahwa tentara masih merupakan
faktor “penghambat demokrasi”.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 65


Disisi lain,calon presiden dari analisis sipil ditantang untuk
menjelaskan apakah pihaknya mampu menyelenggarakan
kepemimpinan yang kuat dan menghapus kesan bahwa sipil
kalah mampu dengan (yang berlatar belakang)tentara dalam
mengendalikan problem keamanan nasional.
Pengalaman presiden sipil selama ini belum mampu
menjalankan pemerintahan yang kuat.Berbagai friksi politik
terjadi,pemerintahan datang-pergi dalam tempo cepat.Ada
asumsi,ini terjadi karena jaringan politik mereka tak sekokoh
kalangan tentara.
Indonesia masa depan akan menjadi sorotan dunia
bila pemimpinya mampu menggabungkan antara kuatnya
pemerintahan dan berjalanya demokratisasi secara baik.Bila
upaya itu gagal,tampaknya tidak ada lagi pilihan lain kecuali
menghadirkan sosok pemimpin yang memiliki kemampuan
menjalankan pemerintahan dengan kuat,sekaligus mendorong
proses demokratisasi secara baik.
C. Menciptakan pemerintahan yang kuat
Kelemahan sistem dan format politik kita saat ini adalah
absenya pemerintahan yang kuat.Akibatnya,pemerintahan yang
ada tidak memberikan kontribusi yang sifnifikan bagi pemecahan
krisis yang multidimensi.Lemahnya pemerintahan saat ini tak
hanya disebabkan oleh kapasitas pribadi pimpinan nasional.
Kelemahan itu didorong pula oleh kerangka kelembagaan yang ada.
Pergantian pimpinan nasional,tanpa disertai reformasi lembaga
politik,tetap tak akan mampu menciptakan pemerintahan yang
kuat.Padahal,hadirnya pemerintahan yang kuat itu yang kini
tengah dibutuhkan untuk keluar dari krisis.
Kita pernah menerapkan demokrasi dengan model presidensil
(saat ini) dan model parlementer di tahun 1950-an.Namun,dua-
duanya tetap tidak menghasilkan pemerintahan yang kuat.
Di tahun 1950-an,sistem parlementer berakhir dengan jatuh
bangunya kabinet secara cepat.Instabilitas ini menyebabkan
lemahnya kinerja pemerintahan karena tak adanya kesinambungan

66| Pancasila
kebijakan dan kenyamanan bekerja.Sementara sistem presidensil
saat ini juga terjatuh kepada pemerintahan yang terbelah (divided
goverment).Presiden hanya didukung oleh partainya yang
minoritas di parlemen.Sementara mayoritas parlemen tak hanya
beroposisi,tetapi kadang bersikap bermusuhan dengan presiden.
Pemerintahan,akibatnya,menjadi lumpuh.
Saatnya kita memikirkan secara serius rekayasa konstitusional
yang bagaimana,yang kini kita butuhkan,agar dapat lahir sebuah
pemerintahan yang kuat.Rekayasa ini tentu harus bersandar
kepada karakter politik di Indonesia sendiri.Namun,rekayasa itu
harus pula mengambil hikmah dari praktik politik negara lain,agar
kita tidak sama sekali mulai dari nol,atau bereksperimen secara
buta.
Karakter politik di Tanah Air termasuk dalam kategori politik
yang terfragmentasi dengan kultur yang konfliktual.Ini dapat
dilihat dari sistem kepartaian kita dengan spektrum politik yang
luas,mulai dari yang kiri (populis,sosialis) sampai kekanan (Islam).
Kultur kita juga bersifat konfliktual,yang tergambar dari sejarah
konflik komunal yang panjang (Islam versus Kristen,pribumi
versus nonpribumi,pendatang versus penduduk asli).Dengan
karakter seperti ini,menyerahkan mekanisme politik hanya
kepada sistem presidensil saja (walaupun presiden dipilih secara
langsung),ataupun kepada sistem parlementer saja,selalu tak
cukup.Harus ada rekayasa tambahan yang diatur konstitusi,atau
disepakati oleh para pimpinan partai yang berpengaruh,agar
pemerintahan yang ada dapat stabil dan kuat.
Kita dapat mengambil contoh kasus Lebanon dan Malaysia.
Baik Lebanon dan Malaysia,kedua negara itu juga memiliki kultur
yang konfliktual dan politik yang terfragmentasi.Kedua negara
ini membuat rekayasa tambahan,yang membuat pemerintahan di
kedua negara itu lebih stabil.
Lebanon melakuknya dengan rekayasa konstitusi.Lebanon
terpecah kedalam aneka aliran dan kultur politik seperti
Kristen,Islam Sunni,Islam Syiah,dan Yunani Ortodhoks.Kompetisi

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 67


politik antar kekuatan itu tidak dibiarkan begitu saja,tapi diatur
dalam kesepakatan konstitusional.Presdien diberikan kepada
komunitas Kristen.Perdana Menteri kepada Komunitas Islam
Syiah,dan wakil parlemen serta wakil perdana menteri kepada
Yunani Orthodoks.Kompetisi yang terjadi akhirnya bukan antar
kelompok (Kristen versus Islam versus Yunani),tetapi kompetisi
internal didaalam masing-masing kelompok.Mereka menghindari
kompetisi antar kelompok politik yang dapat tergelincir dalam
konflik komunal yang berdarah,atau instabilitas pemerintahan.
Sementara Malaysia menempuh jalan yang berbeda,namun
tetap dengan rekayasa politik tambahaan.Malaysia terbagi
dalam komunitas politik Melayu,Cina dan India.Masing-masing
komunitas itu tak ada yang melampaui 50 persen populasi.Daripada
berbagai komunitas politik diatas saling berkompetisi,yang mudah
tergelincir kedalam konflik kekerasan,mereka memilih membuat
koalisi yang permanen.Maka berdirilah Barisan Nasional,yang
merupakan koalisi antara partai Melayu (UMNO),Cina dan India.
Koalisi ini telah memerintah Malaysia selama belasan tahun dan
menang dalam pemilu yang kompetitif.
Walau tidak seekstrem kasus Lebanon dan Malaysia,Indonesia
dapat pula membuat rekayasa politik tambahan,untuk memperkuat
sistem presidensl ataupun parlementer yang ada.Produk akhir
yang ingin dituju oleh rekayasa tambahan ini adalah terbentuknya
pemerintah yang kuat dan stabil.
Dibawah ini adalah beberapa rekaysa kelembagaan yang
dpaat dilakukan dalam menciptakan pemerintahan yang kuat.
Jika dielaborasi,pemerintahan yang kuat di Indonesia haruslah
memenuhi syarat seperti dibwah ini.
Pertama,partai yang mendominasi eksekutif (Presiden dan
kabinet) Haruslah juga partai yang mendominasi legislatif (MPR/
DPR).Ini untuk menghndari terbentuknya pemerintahan yang
terbelah (divided goverment).Sehingga mayoritas parlemen tidak
beroposisi kepada presiden karena mereka datang dari partai yang
sama.

68| Pancasila
Kedua,idealnya,hanya ada satu partai yang mendominasi
baik eksekutif dan legislatif.Namun,ini hampir mustahil
terjadi di Indonesia.Sulit mengharapkan ada partai politik
yang mampu meraih lebih dari 50% suara.Pilhan lain (thesecon
best),pemerintahan yang ada haruslah pemerintahan kolaisi
antar partai,yang total suara koalisi itu melebihi 50% dari kursi
parlement.
Ketiga,koalisi itu tidak dserahkan secara bebas kepada negosiasi
dan inisiatif antar pimpinan partai.Ini akan menyebabkan kelabilan
dan ketidak adilan politik karena partai yang menang pemilu dapat
saja tersingkir karena kurang pandai melobi atau dijadikan musuh
bersama.Konstitusi harus mengatur koalisi itu secara bertingkat
dan aturan itu menjadi the rule of the game.
Misalnya,jika ada satu partai yang menang pemilu lebih dari
50% suara,maka partai itu sendirian diminta untuk menyusun
pemerintahan.Namun,jika tak ada yang menang lebih dari 50%
suara,maka partai pemenang pertama dan pemenang kedua
diminta berkoalisi menyusun pemerintahan.Jika gabungan dari dua
partai itu juga belum mencukupi (50%+1),maka partai pemenang
pertama,kedua dan ketiga,diminta menyusun pemerintahan.Dan
seterusnya.Dengan aturan tegas konstitusi ini,maka pemerintahan
dapat disusun secara lebih tertib.
Keempat,konstitusi harus pula lebih detai lagi tentang
penjatahan posisi pemerintahan.Jika ada koalisi dua
partai,misalnya,konstitusi mengatur bahwa presiden adalah
jabatan untuk pemenang pemilu pertama,dan wakil presiden untuk
pemenang kedua.Komposisi kabinet dibagi berdasarkan presentase
perolehan suara dua pemenang itu.Jika koalisi lebih dari dua
partai,maka posisi menteri koordinator diserahkan kepada partai
ketiga,dan komposisi kabinet diatur melalui presentase kekuatan
masing-masing tiga partai di parlemen.Dan seterusnya.
Kelima,konstitusi harus pula mengatur bahwa presiden dan
wakil presiden dapat dijatuhkan oleh parlemen melalu mosi tak
percaya,jika parlemen tak puas dengan kinerja pemerintahan.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 69


Namun,jika presiden jatuh presiden akan diganti oleh tokoh lain
dari partai yang sama.Demikian pula dengan wakil presiden,yang
akan diganti oleh tokoh lain dari partai yang sama.Presiden
tidak diganti oleh wakil presiden untuk menghindari adanya
perseteruan dan persekongkolan partai untuk menjatuhkan
presiden.Sungguhpun mosi tak percaya ini mungkin,namun
probabilitasnya kecil mengingat koalisi partai yang memerintah
menguasai parlemen.
Keenam,para menterpun dapat diganti oleh presiden jika
kinerjanya buruk.Namun,menteri pengganti harus dari partai
politik yang sama.Ini juga dibuat untuk menghindari manuver
politik presiden yang ingin menguasai kabinet dari partai politiknya
sendiri,padahal pemerintahan yang ada adalah pemerintahan
koalisi.
Dengan aturan itu,jelaslah pemerintah yang ada adalah
pemerintah partai politik yang koalisinya dijamin konstitusi
secara tegas.Koalisi itu dibuat untuk satu periode pemerintah
secara penuh.Koalisi hanya dapat berganti setelah pemilihan
umum,tergantung dari partai yang menang di pemilu berikutnya.
Namun partai manapun yang menang,ketentuan koalisi tetap
harus sesuai dan tunduk dengan prinsip diatas.
Dan jika keenam prinsip diatas dijadikan aturan main baru,yang
dicantumkan kedalam konstitusi,hampir dapat dipastikan
bahwa pemerintahan yang terbentuk kelak akan kuat dan stabil.
Pemerintahan baru terhindari dari jatuh bangunya kabinet era
demokrasi parlementer ditahun 1950-an,ataupun konflik presiden
versus parlemen seperti yang terjadi saat ini.
Gambaran diatas layak untuk dipertimbangkan oleh para
wakil rakyat dan pmpinan partai politik,agar Indonesia tidak
terus-menerus terpuruk akibat buruknya pelembagaan politik
(Instutional framework)yang kita punyai.Jika pelembagaan
politik buruk,pelembagaan itu dapat menciptakan kesulitan dan
komplikasi,sehingga pimpinan nasional yang berpotensi baik,dapat
pula terpuruk menjadi buruk.

70| Pancasila
D. Hubungan Sipil-Militer Untuk Indonesia
Gerakan reformasi sebagai proses menata kembali kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang mengacu kepada nilai-
nilai demokrasi dan hak asasi telah menghadapkan Tentara
Nasional Indonesia (TNI) pada berbagai tantangan.Tantangan
terberat,antara lain,adalah penataan kembali peran TNI dalam
konteks hubungan sipil-militer yang demokratis.Terkait dengan
persoalan ini,masalah redefinisi peran dan keterlibatan TNI
dalam konteks transisi demokrasi menjadi isu besar,yang dapat
mempengaruhi berhasil atau gagalnya proses demokratisasi saat
itu.
Pengalaman beberapa negara di Amerika Latin dan Eropa
selatan menujukan bahwa proses transisi demokrasi tidak
selamanya bermuara pada terciptanya konsolidasi demokrasi.
Transisi demokrasi,tanpa pengelolaan secara rasional,sistematik
dan terencana,memungkinkan kembalinya intervensi militer
dalam sistem politik.
Intervensi militer dalam sistem politik inilah yang merupakan
tipologi baru bagi hibridisasi dari dimensi-dimensi kontestansi,hak
istimewa,dan hubungan sipil-militer yang demokratis.Ada lima
tipe hubungan sipil-militer,yaitu:(1) posisi bagi pemimpin militer
yang tidak dapat dipertahankan lagi;(2) posisi bagi para pemimpin
sipil demokratis yang hampir tidak dapat dipertahankan lagi;(3)
akomodasi sipil yang tidak seimbang;(4) kontrol sipil;(5) akomodasi
sipil-militer.
Untuk menentukan tipologi hubungan sipil-militer di
Indonesia,setidaknya ada tiga indikator bagi dimensi kontestansi
militer,yaitu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan tidak
kekerasan militer,kebijakan pemerintahan sipil dalam menata
struktur,peran dan kontrol atas militer,serta anggaran belanja
militer.Tiga indikator ini dilengkapi dengan 11 indikator dari
dimensi hak-hak istimewa militer.Kesebelas indikator tersebut
adalah:(1) peranan independen militer dalam sistem politik;(2)
hubungan militer dengan kepala eksekutif;(3) koordinasi sektor

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 71


pertahanan;(4) partisipasi militer dinas aktif dalam kabinet;(5)
peranan badan pembuat undang-undang dalam bidang
pertahanan;(6) peranan pegawai negeri sipil dan pejabat politik
senior dalam perumusan kebijakan bidang pertahanan;(7)peran
militer dalam intelejen negara;(8) tugas bantuan militer dalam
dinas kepolisian;(9) peran militer dalam promosi;(10) keterlibatan
militer dalam perusahaan negri/swasta (bisnis militer);dan (11)
peran militer dalam sistem hukum.
Bahwa dari 11 indikator dimensi hak-hak istimewa sipil,Indonesia
telah berada di tipe ideal untuk empat indikator,yaitu:hubungan
militer dengan kepala eksekutif,partisipasi militer dinas aktif
dalam kabinet,peranan badan undang-undang dalam bidang
pertahanan,peranan pegawai negri sipil dan pejabat politik senior
dalam perumusan kebijakan pertahanan,serta peran militer dalam
promosi.Untuk empat indikator ini,otoritas sipil telah dapat
menempatkan TNI dalam tataran kewarganegaraan yang tepat.
Hal yang demikian menunjukan bahwa moderasi hubungan
sipil-militer terjadi untuk enam indikator lainya,kecuali indikator
peran militer dalam sistem hukum.Namun,jika lima tipologi
dielaborasi lebih dalam akan tampak bahwa militer di Indonesia
masih cenderung melakukan penentangan terhadap kebijakan
pemerintah sipil yang berkenaan dengan sistem politik nasional
serta tugas bantuan militer dalam dinas kepolisian.Penentangan ini
diuraikan terjadi karena belum adanya indepedensi partai-oartai
politik dalam kegiatan politik nasional;dan belum jelasnya tataran
kewenangan antara TNI dan Polri.Gambaran ini menunjukan bahwa
pekerjaan rumah terberat bagi reformasi militer di Indonesia adalah
penanganan pelanggaran HAM dan tindak kekerasan militer.Di
indikator ini,hubungan Sipil-Militer berada dikotak merah yang
menujukan militer masih otonom dan ndependen dari pengawasan
dan kendali otoritas politik sipil.
Ada beberapa landasan bagi transformasi militer Indonesia,dan
setidaknya ada lima masalah reformasi sektor keamanan yang
harus ditemukan solusinya,yaitu:(1) posisi milter dalam sistem dan
kegiatan politik nasioanal;(2) koordinasi kerja sama lintas institusi

72| Pancasila
disektor pertahanan-keamanan;(3) peran militer dalam intelejen
negara;(4) keterlibatan militer dalam bisnis;serta (5) pelanggaran
HAM dan tindak kekerasan militer.Penyelesaian lima masalah ini
menjadi kunci bagi terciptanya TNI yang profesional dalam suatu
sistem politik yang demokratis.
Namun,dalam jangka pendek,Indonesia cenderung tidak akan
mengalami transformasi militer yang drastis.Ada tiga faktor yang
dapat disoroti,yaitu:karakter politik TNI,regulasi-regulasi politik
yang mengatur TNI,dan kapasitas ekonomi Indonesia.
Reformasi internal TNI yang digulirkan sejak tahun 1998
belum sepenuhnya melepaskan TNI dari karakter tentara politik.
Tentara politik ini merupakan antitesa dari konsep Huntington
tentang non-political professional military.Sebagai tentara
politik,TNI memiliki karakter inti yang dipopulerkan oleh Finer
dan Janowitz,yaitu:militer secara sistematis mengembangkan
keterkaitan yang erat dengan sejarah perkembangan bangsa serta
arah evolusi negara.
Hal ini dilakukan dengan mengkombinasikan prinsip hak
sejarah (birthright principle) dan prinsip kompetensi (competence
principle).Prinsip hak sejarah didasarkan pada suatu interpretasi
sejarah bahwa militer berperan besar dalam sejarah pembentukan
bangsa dan telah melakukan pengorbanan tidak terhingga untuk
membentuk dan mempertahankan negara.Sedangkan prinsip
kompetensi didasarkan ide bahwa militer merupakan institusi
terbaik yang dimiliki negara untuk mempertahankan dan mencapai
kepentingan nasional bangsa.Faktor utama yang mendasari
penilaian ini adalah wacana tentang ketidakmampuan institusi
sipil untuk mengelola negara,ditandai dengan merebaknya berbagai
krisis nasional.
Untuk Indonesia,tampaknya TNI menjelma menjadi tentara
politik dengan mengkombinasikan hak sejarah dan kompetensi.
Perpaduan dua prinsip tersebut dilakukan sepanjang sejarah
perkembangan militer Indonesia,mulai dari masa perjuangan
kemerdekaan hingga pasca-Orde Baru.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 73


Perkembangan sejarah militer Indonesia yang berkaitan
dengan perpaduan prinsip hak sejarah dan prinsip kompetensi
ada tiga tahap.pertama,militer Indonesia berkonsentrasi
untuk mengedepankan prinsip hak sejarah,terutama dengan
mengidentifikasi diri sebagai aktor yang berperan penting dalam
perjuangan kemerdekaan dan mendukung penuh kebijakan
nasionalistik pemerintah untuk meredam gerakan-gerakan
separatis serta upaya untuk mewujudkan kedaulatan teritorial
Indonesia.
Di tahap pertama ini perjuangan merebut kemerdekaan
serta integrasi nasional merupakan dua konstruksi wacana yang
dipergunakan untuk memperkuat prinsip hak sejarah.Wacana ini
digulirkan untuk membentuk pemahaman bahwa ABRI merupakan
suatu entitas yang lahir dengan sendirinya (self-creating entity)
dan memiliki kemanunggalan dengan rakyat.
Kedua,militer Indonesia menjelma menjadi penjaga,sekaligus
penyelamat bangsa (the guardian and the savior of the nation).
Hal ini dilakukan dengan menempatkan militer Indonesia sebagai
pelindung Pancasila.Penempatan ini mulai dirntis oleh Nasution
melalui perumusan doktrin dwifungsi di tahun 1950-an dan
mendapat kulminasinya dalam penumpasan pemberontakan PKI
1965.
Ketiga,prinsip hak sejarah dipadukan dengan prinsip
kompetensi dengan menempatkan militer Indonesia sebagai satu-
satunya aktor yang mampu menegakan integritas bangsa sekaligus
menjadi motor pembangunan nasional.Perpaduan ini dilakukan
dengan memperkenalkan strategi pembangunan politik-ekonomi
yang menggabungkan tahapan pertumbuhan lima tahunan yang
diperkenalkan oleh Rostow dengan strategi stabilisasi politik-
keamanan yang diungkapkan oleh Huntington.
Kombinasi model Rostow-Huntington ini menghasilkan
strategi pembangunan terencana jangka panjang yang
menempatkan stabilitas politik keamanan sebagai prasyarat utama
pembangunan ekonomi.Strategi ini menempatkan militer di titik

74| Pancasila
sentral pembangunan nasional.
Proses reformasi internal TNI yang telah dilakukan sejak tahun
1998 telah berhasil melaksanakan beberapa agenda penting,antara
lain:pemisahan POLRI dari TNI;validasi organisai TNI;serta
likuidasi Kepala Staf Teritorial TNI,Kepala Staf Sosial Politik
ABR,dan Badan Pembinaan Kekaryaan (Babinkar) ABRI.Di tahun
2003-2004,TNI tetap menunjukan komitmen untuk melanjutkan
reformasi internal TNI antara lain dengan menegaskan netralitas
TNI dalam proses pemilu legislatif.Reformasi internal TNI yang
cenderung condong ke pergerakan peran sosial-politik TNI
diharapkan dapat segera diselesaikan sehingga TNI tidak lagi
memiliki karakter tentara politik dan proses reformasi TNI bisa
dilanjutkan dengan melakukan transformasi dan modernisasi
pertahanan Indonesia.
Untuk merombak total karakter TNI sebagai tentara
politik,otoritas-otoritas politik sipil dihadapkan pada hambatan
kedua dari transformasi militer di Indonesia,yaitu belum lengkapnya
regulasi politik yang mengatur posisi TNI dalam sistem politik
Indonesia.Keberadaan regulasi-regulasi politik ini diharapkan
dapat memperkuat upaya untuk menularkan prinsip-prinsip good
governance ke sektor pertahanan.Implementasi prinsip-prinsip
good governance ini dapat dijadikan titik awal untuk menciptakan
tentara profesional dalam sistem pemerintahan yang demokratis.
Berkaitan dengan regulasi politik dibidang pertahanan
negara,ada suatu interpretasi terhadap UUD 1945.Dan dapat
dibandingkan dengan pola hubungan Sosial-Militer masa sistem
parlementer (1954-1959) dengan sistem presidensiil pasca-Dekrit
Presiden 5 Juli 1959,bahwa berlakunya kembali UUD 1945 ini
membawa keuntungan sendiri bagi militer Indonesia,karena
selama berlangsungnya demorkasi parlementer,keikutsertaan
militer dalam penyelenggaraan negara hanya sebatas pada alat
negara yang mengurusi bidang pertahanan-keamanan saja.
Oleh karena itu berlakunya UUD 1945 membawa peluang
militer untuk ikut serta dalam penyelenggaran negara tidak hanya

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 75


sebatas bidang pertahanan keamanan,namun juga dalam bidang-
bidang lanya.Militer mulai mendapatkan kesempatan untuk ikut
serta dalam percaturan politik.
Interpretasi tersebut di atas digambarkan oleh Arif Yulianto
dan tentunya perlu dikaji ulang.Jika interpretasi ini diterima,maka
selama Indonesia tatap berlandaskan pada sistem presidensil,sistem
Politik Indonesia akan terus-menerus mendapat intervensi dari
TNI.Namun,telah sederhana terhadap negara-negara demokrasi
Barat yang menerapkan sistem presidensiil segera menujukan
bahwa nterpretasi tersebut sulit untuk diterima.Telaah-telaah
teoretik cenderung tidak meletakan sistem parlementer atau
presidensil sebagai variabel penjelas hubungan sipil-militer.
Namun,ide tersebut tetap dapat diterima dan menuntut
elaborasi lebih dalam.Ide tersebut adalah pola hubungan sipil-
militer di Indonesia akan sangat tergantung dari kualitas regulasi-
regulasi politik tentang institusi militer yang dirumuskan oleh
otoritas politik sipil.
Saat ini,proses perumusan regulasi-regulasi politik tentang
pertahanan nasional tampaknya seperti jalan ditempat lantaran
adanya ketidak jelasan dan ketidak konsistenan regulasi-
regulasi politik yang ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
jika diinventarisasi regulasi-regulasi tersebut adalah UUD
1945 (Pembbukaan UUD 1945 dan bab pertahanan keamanan
negara),TAP MPR NO Vl dan Vll (2002),UUD NO.2/2002 tentang
kepolisian republik indonesia tentang kepolisian negara republik
indonesia serta UUD N0.3/2002 tentang pertahanan negara .
Sebenrnya,sinkronisasi regulasi politik bisa dilaukan dengan
merumuskan suatu cetak biru regulasi-regulasi politik di bidang
pertahanan. Cetak biru ini harus memuat seluruh regulasi yang
relevan dan diajukan ke DPR secara bersamaan. Jika dikaji,
minimal ada empat kelompok regulasi politk yang perlu dibuat,
yaitu: regulasi tentang kebijakan pertahanan nasonal, regulasi
tentang institusi dan prajurit TNI, regulasi tentang sumberdaya
pertahanan, dan regulasi tentang prosedur pengerahan TNI.

76| Pancasila
Faktor terakhir yang meghambat transformasi militer di
Indonesia adalah tidak adanya kapasitas ekonomi yang memadai
untuk meluncurkan program modernisasi pertahanan. Ada
beberapa indikator ekonomi untuk menunjukan kapasitas ekonomi
tersebut. Indkator-indikator tersebut, antara lain, fluktuasi
anggaran belanja militer Indonesia di APBN, proporsi anggaran
pertahanan Indonesia ke produk domestik bruto (PDB), hingga
perencanaan pengadaan alat utama sistem pertahanan Indonesia
yang tertuang direncana strategis pertahanan negara 1999-2004.
Indikator indikator tersebut mendukung pendaat konserfatif
yang menyatakan bahwa untuk 10-15 tahun kedepan, anggaran
pertahanan Indonesia akan tetap kecil, baik dari sisi proporsi ke
PDB maupun ke APBN.
Jika ditelusuri , pergerakan anggaran pertahanan Indonesia
ni cenderung tidak berubah dari nila anggaran didekade 1990-an.
Bahkan, anggaran pertahanan indonesia dilihat dari persentas PDB
terus menerus mengalami penurunan semenjak dekade 1960-an.
Tahun 1970, misalnya, anggaran pertahanan turun drastis dari
sekitar 29 persen PDB hingga hanya satu persen PDB ditahun 2000.
Untuk tahun 2001, anggaran pertahan Indonesia sebesar 1,2 miliar
dollar AS, hanya 0,7 persen dari PDB atau hanya 4 persen dari
APBN 2001. Untuk keperluan pemeliharaan dan pengembangan
kekuatan pertahan Indonesia, anggaran pertahan Indonesia
sebesar itu tidak memadai, harus ditingkatkan.
Dan departemen pertahanan membutuhkan setidaknya dua
miliar dollar AS pertahun untuk memelihara kekuatan pertahanan
yang ada dan membutuhkan tambahan empat miliar dollar AS
pertahun untuk memulai program modernisasi. Ini berarti
anggaran pertahanan indonesia harus ditingkatkan hingga
mencapai 4,6 persen dari PDB atau 23 persen dari APBN.
Dilihat dari situasi ekonomi makro tampaknya Indonesia tidak
memilki kemampuan untuk segera dapat memenuh kebutuhan
pertahan Indonesia. Bahwa rendahnya tingkat kontestansi TNI
untuk masalah minimnya anggaran belanja pertahanan disebabkan
oleh tingkat akomodasi militer terhadap sipil yang tinggi. Terkat

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 77


dengan tingkat akomodasi ini, secara implisit dapat ditegaskan
bahwa untuk masalah ekonomi pertahan TNI cenderung, dapat
menerima dan memaham ketidakmampuan negara untuk
memenuhi kebutuhan pertahanan.
Sikap ini diikuti dengan inisatif TNI untuk menutup kesenjangan
antara anggaran pertahanan dan kebutuhan pertahanan melalui
anggaran anggaran khusus diluar anggaran pertahanan negara (off-
budgetary income). Jika keberadaan anggaran khusus ini disertai
dengan kemandirian TNI secara operasional, maka situasi ini
mempersulit pencapaian agenda reformasi sektor keamanan di
Indonesia.
Dalam rangkaian diskusi tentang reformasi sektor keamanan,
Kusnanto Anggoro pernah menyatakan kerinduannya akn suatu
kajian dari pelaku secara TNI yang dapat mengungkapkan persepsi-
persepsi yang muncul dikalangan pembuat kebijakan TNI tentang
reformasi internal TNI. Tentu menarik untuk membaca, misalnya,
pemaparan rinci tiga menteri pertahanan sipil masa reformasi
tentang peluang dan hambatan yang ada di depan mereka saat
mereka memimpin departemen pertahanan atau, jabaran dari
panglima TN dan kepala staf angkatan tentang alternatif-alternatif
yang muncul di antara mereka tentang arah reformasi TNI. Atau,
dapatkah pusat sejarah TNI menerbitkan seluruh kebijakan-
kebijakan reformasi internal TNI disertai dengan suntingan
tentang transit diskusi-internal dimabes TNI.
Data semacam itu sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang arah perkembangan
reformasi militer Indonesa. Jika data ini tidak tersedia, kita akan
terjebak dalam kajian-kajian yang mengandalkan liputan-liputan
media serta kajian-kajian literatur dari negara lain. Kesulitan
mendapat data yang tepat akan mempersulit upaya untuk memberi
arah perkembangan militer Indonesia serta hubungan sipil-militer
di Indonesia yang sesuai dengan konteks sejarah yang berputar di
sekelilingnya.

78| Pancasila
F. Reformasi hubungan sipil-0militer sebagai prasarat
demokratis
Dalam sistem monarki tradisional,militer hanyalah “penjaga
malam” yang dalam sistem pemerintahan modern disebut sebagai
fungsi pertahanan keamanan(hankam). Fungsi inilah yang
dibedakan secara tajam dengan fungsi sipil yang mencakup seluruh
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara kecuali hukum.
Dalam negara-negara maju seperti di Amerika Utara dan
Eropa Barat,pemetaan kedua fungs (militer dan sipil) ini sudah
bisa berjalan seimbang. Masing-masing bsa seusai dengan
fungsinya,tida tumoang tindih dan ontervensi. Kalaupun ada
pengaruh,maka sipil mempengaruhi militer,bukan sebaliknya.
Karena ynag berjalan adalah “supremasi sipil” maka kebijakan-
kebijakan politik yang ditempuh dan dijalankan pemerintahan sipil
berpengaruh pada langkah-langkah yang harus ditempuh militer.
Yang terjadi di Indonesia adalah kebaikan dari itu:sipil berada
dibawah supremasi militer. Sepanjang rezim Orde Baru,kondisi
semacam itu berjalan mulus walapun bukan berarti tanpa kritik.
Kritik-kritik yang dilontarkan ada,tetapi selalu muncul dibawah
permukaan.Karena kalau muncul dipermukaan akan segera
dituduh subsersif:melawan pemerintahan yang sah.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 79


BAB V
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

A. Negara dan Agama


Dalam Memahami hubungan agama dan negara, akan
dijelaskan beberapa konsep hubungan negara dan agama menurut
beberapa aliran , antara lain paham teoktasi, paham sekuler, dan
paham komunis.
1. Hubungan Agama dan Negara Menurut Paham teokrasi
Dalam paham teokrasi hubungan agama dan negara
digambarkan sebagai dua hal yang tak dapat dipisahkan.
Negara menyatu dengan agama, karena pemerintahan
menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman
firman Tuhan. Segala tata kehidupan dalam masyarakat
bangsa dan negara dilakukan dengan titah Tuhan.
Dengan demikian urusan kenegaraan atau politik dalam
paham teokrasi juga diyakini sebagai manifestasi firman
Tuhan. Dalam perkembangannya, paham teokrasi terbagi
menjadi dua bagian yakni paham teokrasi langsung
dan paham teokrasi tidak langsung. Menurut paham
teokrasi Langsung pemerintah diyakini sebagai otoritas
Tuhan secara langsung pula. Adanya negara di dunia
adalah karena kehendak tuhan dan oleh karena itu yang
memerintah adalah Tuhan pula. Sementara sistem teokrasi
tidak langsung yang memerintah bukanlah Tuhan sendiri,
melainkan yang memerintah adalah raja atau kepala negara

80| Pancasila
yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Kepala negara
atau raja diyakini memerintah atas kehendak Tuhan.
2. Hubungan agama dan negara menurut paham sekuler
Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara
agama dan negara. Dalam negara sekuler tidak ada
hubungan antara sistem kenegaraan dan agama. Dalam
paham ini negara adalah urusan hubungan manusia
dengan manusia lain atau urusan dunia. Sedangkan
agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan. 2 hal
ini menurut paham ini tidak dapat disatukan.
3. Hubungan agama dan negara menurut paham komunisme
Paham komunisme memandang hakikat hubungan negara
dan agama berdasarkan pada filosofi materialisme dialektis
dan materialisme historis. Paham ini menimbulkan
paham atheis. Paham yang dipelopori oleh Karl Marx ini
memandang agama sebagai candu masyarakat menurutnya
manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Sementara agama
dalam paham ini dianggap sebagai suatu kesadaran diri
bagi manusia. Sebelum menemukan sendiri kehidupan
manusia adalah dunia manusia itu sendiri yang kemudian
menghasilkan masyarakat negara. Sedangkan agama
dipandang sebagai realisasi fantastis makhluk manusia
dan agama merupakan keluhan makhluk tertindas. Oleh
karena itu agama harus ditekan bahkan dilarang. Nilai
yang tertinggi dalam negara adalah materi Karena manusia
sendiri pada hakekatnya adalah materi.
B. Konsep relasi agama dan negara dalam Islam
Dalam lintasan sejarah dan opini para teoritisi politik Islam
ditemukan beberapa pendapat yang berkenaan dengan konsep
hubungan agama dan negar.
Antara lain dapat dirangkum ke dalam tiga paradigma yakni
paradigma integralistik, simbiotik, dan sekularistik.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 81


1. Paradigma integralistik
Paradigma integralistik merupakan paham dan konsep
hubungan agama dan negara yang menganggap bahwa agama
dan negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya merupakan lembaga yang menyatu
(integrated) ini juga memberikan pengertian bahwa negara
merupakan suatu lembaga politik sekaligus lembaga agama.
Konsep ini menegaskan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan
antara agama dan politik atau negara. Konsep seperti ini sama
dengan konsep teokrasi. Paradigma ini kemudian melahirkan
konsep tentang agama negara yang berarti bahwa kehidupan
kenegaraan diatur dengan menggunakan hukum dan prinsip
keagamaan. Dari sinilah kemudian paradigma integralistik
dikenal juga dengan paham Islam Din Wa Daulah yang
sumber hukum positifnya adalah hukum agama. Paradigma
integralistik ini antara lain dianut oleh kelompok Islam Syiah.
Hanya saja dia tidak menggunakan Daulah melainkan Imamah.
2. Paradigma simbiotik
Menurut konsep ini hubungan agama dan negara dipahami
saling membutuhkan dan bersifat timbal balik. Dalam konteks
ini agama membutuhkan negara sebagai instrumen dalam
melestarikan dan mengembangkan agama begitu pula
sebaliknya negara juga memerlukan agama karena agama
juga membantu negara dalam pembinaan mental etika dan
spiritualitas.
3. Paradigma sekularistik
Paradigma sekularistik beranggapan bahwa ada pemisahan
antara agama dan negara. Agama dan negara merupakan
dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki
bidang garapnya masing-masing sehingga keberadaannya
harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan
intervensi. Berdasarkan pada pemahaman yang dikotomis ini,
maka hukum positif yang berlaku adalah hukum yang betul-
betul berasal dari kesepakatan manusia melalui social Contract

82| Pancasila
dan tidak ada kaitan nya dengan hukum agama. Konsep
sekularistik ini dapat dilihat dari pendapat Ali Abdul Raziq
yang menyatakan bahwa dalam sejarah kenabian Rasulullah
pun tidak ditemukan keinginan Nabi Muhammad untuk
mendirikan negara. Rasulullah hanya menyampaikan risalah
kepada manusia dan mendakwahkan ajaran agama kepada
manusia.
C. Hubungan Islam dan negara di Indonesia
Mengkaji hubungan agama dan negara di Indonesia secara
umum dapat digolongkan dalam dua bagian yakni hubungan yang
bersifat antagonistik dan hubungan yang bersifat akomodatif.
1. Hubungan agama dan negara yang bersifat
antagonistik
Eksistensi Islam politik pada masa kemerdekaan dan
sampai pada masa pasca revolusi pernah dianggap sebagai
pesaing kekuasaan yang dapat mengusir rasa kebangsaan
negara. Persepsi tersebut membawa implikasi terhadap
keinginan negara untuk berusaha menghalangi dan melakukan
domestifikasi terhadap pergerakan ideologi politik Islam. Hasil
dari kebijakan semacam ini, bukan saja para pemimpin dan
aktivis politik Islam gagal untuk menjadikan Islam sebagai
Ideologi dan atau agama negara (pada tahun 1945 dan dekade
1950 an) tetapi mereka juga sering disebut sebagai kelompok
yang secara politik minoritas atau Outsider. Lebih dari itu
bahkan politik Islam sering dicurigai sebagai anti ideologi
negara Pancasila.
Hubungan antagonistik ini semakin menemukan
bentuknya setelah pemerintah Orde Baru memantapkan
kekuasaannya terjadi kontrol yang berlebihan yang diterapkan
oleh Orde Baru terhadap kekuatan politik Islam terutama
terhadap kelompok radikal yang dihasilkan semakin militan
dan menandingi eksistensi negara.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 83


2. Hubungan agama dan negara yang bersifat
akomodatif
Gejala menurunnya ketegangan hubungan antara Islam
dan negara mulai terlihat pada pertengahan tahun 1980 an
dengan melakukan akomodasi terhadap Islam. Kecenderungan
akomodasi negara terhadap Islam menurut Affan Gaffar
karena : pertama, dari kacamata pemerintah Islam merupakan
kekuatan yang tidak dapat diabaikan yang pada akhirnya Kalau
diletakkan pada posisi pinggiran akan menimbulkan masalah
politik yang cukup rumit. Oleh karena itu sudah sewajarnya
diakomodasi, sehingga kemungkinan konflik dapat diredam
lebih dini. Kedua, di kalangan pemerintah sendiri terdapat
sejumlah figur yang tidak terlalu hobi terhadap Islam bahkan
mempunyai dasar keislaman yang sangat kuat sebagai akibat
dari latar belakangnya. Misalnya Emil Salim, BJ Habibie, dll.
Ketika adanya perubahan persepsi sikap dan orientasi politik
di kalangan Islam itu sendiri.
Sedang menurut Bahtiar Effendy ada dua alasan negara
melakukan akomodasi terhadap Islam. Pertama, selama 25
tahun terakhir umat Islam mengalami proses mobilisasi
sosial ekonomi politik yang berarti Hal ini disebabkan oleh
pembangunan ekonomi dan meluasnya akses ke pendidikan
tinggi modern. Mereka mentransformasikan ke dalam entitas
level menengah baik secara sosial ekonomi maupun politik
kedua adanya transformasi pemikiran dan tingkah laku politik
generasi baru Islam umat Islam telah mengalami transformasi
intelektual dan aktivisme yang semula bersifat legalistik
formalistik menjadi substansialistik
D. Demokrasi berbasis agama dan demokrasi sekuler
Membicarakan isu agama dan demokrasi selalu saja menarik
perhatian dan membangkitkan gairah intelektual karena secara
akademik memang dirasakan perlu untuk terus menerus melakukan
pendalaman tentang dimensi-dimensi paling substansial atau sisi
tersebu. Isu agama dan demokrasi seolah menjadi tema Abadi

84| Pancasila
dalam setiap perdebatan publik setidaknya ada 2 alasan yang dapat
dikemukakan yaitu pertama, dalam perspektif sosiologis agama
dan pada agama tak pernah dapat dipisahkan dari kehidupan
publik kenyataan ini meniscayakan agama untuk selalu terlibat
aktif di dalam hampir semua aspek kehidupan publik termasuk
praktik politik. Kedua bagi pemeluknya agama diyakini dapat
memberikan kontribusi terhadap proses demokratisasi politik
bahwa agama. Berbeda dengan pandangan kaum sekuler juga
mampu menyediakan landasan yang kuat bagi ikhtiar membangun
tatanan politik demokratis.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa suatu model negara
demokrasi sekuler untuk membangun tatanan politik yang lebih
demokratis di masa depan adalah pengalaman negara-negara
barat baik di Amerika Serikat maupun di Eropa juga di Asia seperti
Jepang. Bahwa sekalipun di negara-negara tersebut menganut
sistem politik sekuler namun tetap menjamin hak sosial dan
politik warga negaranya tanpa membuat perlakuan diskriminatif
atas dasar jenis kelamin, warna kulit, ras, dan agama dan tak
ada satupun negara demokrasi sekuler yang anti agama ataupun
anti Islam akan tetapi ada pendapat lain yang menyatakan di
negara-negara yang menganut sistem politik sekuler justru
seringkali terjadi tindakan Represif dan perlakuan diskriminatif
terhadap warga negara yang memeluk agama tertentu (baca:Islam).
Sebagai contoh faktual bahwa di negara sekuler seperti Turki
dan Indonesia Islam mengalami penindasan dan Turki penguasa
sekuler mengganti huruf Arab dengan huruf latin, Masjid diubah
fungsi menjadi museum, melarang wanita mengenakan jilbab
dan mengganti hukum Islam dengan hukum barat di Indonesia
baik pada masa orde lama maupun masa Orde Baru penguasa
sekuler telah menindas umat Islam sehingga Islam mengalami
marginalisasi. Sebagai tanggapan atas pendapat yang kedua depresi
atas kehidupan beragama baik di Turki maupun di Indonesia terjadi
bukan disebabkan oleh sifat sistem politik yang sekuler tetapi
oleh watak semi demokratis di negara tersebut agama dalam orde
demokrasi.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 85


Kompas 22 Juni 1999 ditegaskan pula bahwa semua negara
demokrasi adalah negara sekuler namun tidak semua negara
sekuler adalah negara demokrasi. Banyak pula negara sekuler
yang adalah negara otoriter atau negara semi demokrasi dan
dalam negara demokrasi sekuler kehidupan beragama dilindungi
karena merupakan hak asasi yang menjadi salah satu bagian paling
elementer dalam demokrasi bahkan dengan tegas ia mengatakan
bahwa kebebasan beragama dan asasi manusia pada umumnya
paling dilindungi di negara demokrasi sekuler ketimbang di
negara otoriter atau negara yang berbasiskan agama ini adalah
fakta sebagai contoh atas pernyataan tersebut adalah kasus John F
Kennedy seorang penganut Katolik yang berhasil menjadi Presiden
as yang mayoritas beragama Protestan.
Disini perlu dilakukan pembahasan yang lebih kritis. Bukankah
kasus John F Kennedy itu justru merupakan sebuah Ironi dalam
praktik demokrasi yang dianut oleh sendiri? Sulit dibantah
bahwa dalam kenyataannya praktik politik di AS tidak pernah
dapat dilepaskan sama sekali dari hak-hak istimewa yang dimiliki
oleh kelompok atau golongan tertentu. Bukankah kelompok yang
disebut White Angel saxon protestant mempunyai privilege yang
amat luar biasa besar dalam praktik politik di AS, dengan privilege
ini jelas telah mereduksi makna Demokrasi yang didalamnya
mensyaratkan perlakuan yang adil dan setara tanpa ada sikap
diskriminatif terhadap suatu agama dan mungkin karena dilandasi
oleh sentimen agama dan bias WASP maka John F Kennedy yang
beragama Katolik dibunuh dengan amat sadis sekalipun ia terpilih
menjadi presiden secara demokratis. Kasus John F Kennedy
mungkin lebih tepat dijadikan sebagai contoh tragis dari praktik
demokrasi dan Bukan sebaliknya.
Banyak fakta yang dapat dikemukakan percakapan negara-
negara barat yang menganut demokrasi sekuler belum dapat
melepaskan sepenuhnya dari kecenderungan bias agama baik untuk
dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya jenis menerapkan
standar gender ketika harus menghadapi perkembangan demokrasi
di Aljazair yang tentu dimotori gerakan Islam FIS Islamic Salvation

86| Pancasila
front Amerika Serikat sangat terbelalak ketika menyaksikan
proses politik demokratis dapat tumbuh di Aljazair yang berbasis
pada agama dukungan dan pihak Amerika Serikat kepada pihak
militer Aljazair. Untuk membatalkan hasil pemilu demokratis yang
dimenangkan oleh FIS jelas dilandasi oleh sentimen dan biasa
agama Tidak kurang tidak lebih.
Negara-negara demokrasi sekuler barat seperti Inggris,
Prancis, dan Jerman juga acapkali bersekutu dengan Amerika
Serikat untuk menghambat proses Demokratisasi di negara-negara
sedang berkembang yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Sikap tidak adil, ambivalen, dan diskriminatif terhadap Islam jelas
terlihat ketika berhadapan dengan negara-negara seperti Irak, Iran,
Lidya, dan atau Palestina.
Pendapat pertama di atas terkesan sangat beroperasi model
demokrasi barat mencoba meyakinkan bahwa negara demokrasi
sekuler yang berkembang di negara-negara barat merupakan model
ideal yang dapat dicontoh oleh negara lain. Mungkin ini salah satu
ciri yang paling menonjol di kalangan cendekiawan Indonesia yang
selalu menjadikan syarat sebagai rujukan utama ketika berdiskusi
tentang demokrasi. Pandangan demikian Tentu saja tidak salah
tetapi jangan sampai pandangan yang cenderung memuja Barat
itu kemudian menghilangkan daya kritis kita dalam menimbang
praktik demokrasi di barat sebab bila kita kehilangan daya kritis
maka kita akan terjebak pada sikap idolatry, yaitu sikap yang
menjadikan Barat sebagai Imago ideal yang seolah tanpa cacat.
Negara-negara barat yang sangat panjang memang relatif lebih
dalam membangun tradisi demokrasi Namun demikian dibarat
sendiri wacana demokrasi masih tetap mengundang perdebatan
serius dengan beraneka interpretasi sehingga melahirkan evolusi
pemikiran yang beragam tentang demokrasi. Jadi ada proses
dinamis yang terus bergerak dalam upaya pencarian model ideal
dalam praktik demokrasi karena sifatnya dinamis.
Karena sifatnya yang dinamis proses pencarian ini tak
akan pernah menemukan bentuk final Sistem pemilihan umum

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 87


multipartai dan parlemen yang berlaku di Inggris dan Perancis
misalnya ternyata tidak bisa diterima secara universal sebagai model
tunggal demokrasi kita tahu selama Revolusi Perancis kipas telah
mengembangkan model demokrasi anti parlemen klip Bastian yang
amat penting dan model ini pernah mempengaruhi sistem politik
Eropa dalam jangka waktu yang lama (John Esposito dan John o
Voll 1999 19) mengenal hal ini bahkan seorang Giovanni sartori
1968 pun pernah mengajukan pertanyaan kritis “Jika kita bicara
tentang pengalaman demokrasi Barat Maka kata kuncinya itu Barat
atau pengalaman?” dengan pertanyaan ini satori mengindikasikan
bahwa Sangat terbuka kemungkinan untuk merintis jalan menuju
demokrasi di luar skenario barat. Ini berarti negara-negara di luar
barat pun bisa saja bereksperimen tentang demokrasi tanpa harus
menjadikan barat sebagai model tunggal termasuk bereksperimen
membangun demokrasi yang berbasis pada agama
Dalam perspektif demikian, tanpa harus menganut sistem
politik sekuler sekalipun- yang diyakini dapat memberikan
perlakuan yang sama (Netral) atas pluralitas. Agama sebuah
negara bisa saja mengembangkan suatu model demokrasi sendiri
dengan kata lain negara yang berbasiskan Agama dapat saja
meretas jalan menuju demokrasi. Pandangan ini berdasarkan
asumsi bahwa agama bukan saja merupakan sumber inspirasi
tumbuhnya demokrasi, tetapi juga dapat menjadi spirit atau jiwa
demokrasi. Ajaran agama mengandung nilai-nilai yang sejalan akan
mendukung demokrasi bahwa agama tidak seperti yang dipahami
oleh masyarakat barat adalah kompatibel dengan demokrasi di
sini kita bisa menyebut Iran sebagai contoh yang relevan. Adalah
gambaran sebuah negara Islam yang berhasil mengembangkan
demokrasi modern sebZuah negara dengan basis agama yang
demikian kuat yang dalam persepsi masyarakat barat dianggap
sangat konservatif fundamentalis bahkan anti demokrasi justru
mampu mengadaptasi nilai-nilai demokrasi modern untuk
ditransformasikan dalam konteks budaya masyarakat Iran sendiri.
Saksikan, Bagaimana Iran relatif berhasil membuat
persenyawaan harmonis antara Islam dan demokrasi meskipun

88| Pancasila
struktur religio politik Iran tetap bersandar pada otoritas fiil ayat yg
Faqih namun ruang publik tetap terbuka lebar sehingga masyarakat
dapat berpartisipasi dalam proses politik kebebasan pers Pemilu
jurdil meminjam istilah Indonesia dan oposisi adalah bagian dari
instrumen demokrasi yang relatif berkembang dengan baik di Iran
bahkan ketika di Indonesia masih memperdebatkan Isu gender.
Dalam pemilihan presiden di Iran yang dianggap sangat konservatif
dan Ortodoks justru telah memberi peluang bagi seorang wanita
untuk ikut berkompetisi memperebutkan jabatan presiden.
Mungkin karena didorong oleh kepentingan ekspor model
demokrasi Barat Maka eksperimen demokrasi yang dilakukan
di negara Islam seperti Iran dianggap salah mereka sama sekali
tak mempercayai bila sebuah negara dapat membangun tradisi
demokrasi berbasis pada agama seperti ditulis oleh Esposito
kalangan pendukung demokrasi di Eropa Barat dan Amerika Serikat
meyakini diri mereka sebagai ahli waris sejati satu-satunya. Tradisi
demokrasi yang sah mereka menganggap setiap upaya pihak lain
untuk menciptakan demokrasi sebagai tindakan keliru dan tidak
demokratis maka tak mengherankan Bila kebanyakan masyarakat
barat beranggapan bahwa konsep “demokrasi Islam” adalah suatu
anathema. Dan ini memberi sedikit ruang untuk menghasilkan
apresiasi positif atau setiap ikhtiar negara-negara di luar barat
dalam membangun demokrasi yang berbasis pada agama
E. Islam dan demokrasi
Ada tiga paradigma untuk menjelaskan hubungan Islam dan
demokrasi
1. Islam dan demokrasi
adalah suatu sistem politik yang berbeda Islam tidak bisa di
koordinat kan dengan demokrasi Islam merupakan sistem
politik yang self sufficient hubungan keduanya mutually
eksklusif Islam dipandang sebagai sistem politik alternatif
terhadap demokrasi :
2. Islam berbeda dengan demokrasi apabila demokrasi
didefinisikan secara prosedural seperti dipahami dan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 89


dipraktekkan di negara-negara maju barat sedangkan Islam
merupakan sistem politik demokratis kalau demokrasi
didefinisikan secara substansi yakni kedaulatan ditangan
rakyat dan negara merupakan terjemahan dari kedaulatan
rakyat ini
3. Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan
mendukung sistem politik demokrasi sebagaimana yang
dipraktekkan negara-negara maju namun penerimaan ini
tidak berarti demokrasi dapat tumbuh dan berkembang di
negara muslim Hal ini karena a pemahaman dokter yang
menghambat demokrasi B persoalan kultur C lambatnya
pertumbuhan demokrasi karena sifat alamiah itu sendiri

90| Pancasila
BAB VI
MASYARAKAT MADANI DAN CIVIL SOCIETY

A. Pengertian Masyarakat Madani


Dalam mendefinisikan masyarakat madani ini sangat
bergantung pada kondisi sosio-kultural suatu bangsa Karena
bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan bangunan
terma yang lahir dari sejarah pergaulan bangsa Eropa
Sebagai titik tolak,disini akan kemukakan beberapa definisi
masyarakat madani dari berbagai pakar di berbagai negara yang
menganalisa dan mengkaji fenomena masyarakat madani yang
menganalisa dan mengkaji fenomena masyarakat madani
Pertama, definisi yang dikemukakan oleh dengan latar belakang
kajiannya pada Eropa Timur dan Uni Soviet ia mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan masyarakat madani merupakan suatu
masyarakat yang berkembang dari sejarah yang mengandalkan
ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung
bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka
yakini
Kedua, yang digambarkan oleh Han Sung Joo dengan latar
belakang kasus Korea Selatan ia mengatakan bahwa masyarakat
madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi
dan mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah
kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar
individu perkumpulan sukarela yang terbebas dari negara justru
ruang publik yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 91


gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan
independen yang secara bersama-sama mengakui norma-norma
dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk
serta pada akhirnya terdapat kelompok inti dalam Civil Society itu
Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh Kim Sun Ho juga
dalam konteks Korea Selatan ia mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari
kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya
dan gerakan-gerakan dalam masyarakat secara relatif otonom
dari negara yang merupakan satuan satuan dasar dari reproduksi
dan masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan politik
dalam satu ruang publik guna menyatakan kepedulian mereka dan
memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut prinsip-
prinsip pluralisme dan pengelolaan yang mandiri
Di Indonesia tema masyarakat madani mengalami
penerjemahan yg berbeda-beda dari sudut pandang yang
berbeda pula seperti masyarakat madani sendiri masyarakat sipil
masyarakat kewarganegaraan masyarakat warga dan Civil Society
tanpa diterjemahkan
Masyarakat madani, sebagaimana dijelaskan oleh Dato seri
Anwar Ibrahim bahwa masyarakat madani adalah sistem sosial
yang subur yang didasarkan pada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan stabilitas
masyarakat masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif
individu baik dari segi pemikiran seni pelaksanaan pemerintah
mengikuti undang-undang dan bahkan nafsu atau keinginan
individu menjadi kata dugaan atau predictability serta ketulusan
atau transparansi
Masyarakat Sipil,istilah ini merupakan turunan dari Civil
Society. Istilah ini banyak digunakan oleh Mnsour Fakih untuk
menyebutkan peran masyarakat dan negara dalam rangka Proses
penciptaan dunia secara mendasar baru dan lebih baik
Masyarakat Kewargaan, konsep ini merupakan respon dari
keinginan untuk menciptakan warga negara sebagai bagian integral

92| Pancasila
negara yang mempunyai andil dalam setiap perkembangan dan
kemajuan negara.
Civil Society, adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang
terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan voluntary
keswasembadaan 100 generating dan keswadayaan 1 porting
kemandirian tinggi berhadapan dengan negara dan berkaitan
dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh
warganya
B. Sejarah dan Perkembangan Masyarakat Madani
Jika dicari akar sejarahnya sejak awal maka perkembangan
wacana masyarakat madani dapat dituntut dari sini sampai
Antonio gramsci dan de tocqueville bahkan menurut Alfred Riedl
Cohen dan arato serta m Dawam Rahardjo wacana masyarakat
madani sudah mengemuka pada masa Aristoteles pada masa kini
Aristoteles 384 322 SM masyarakat madani dipahami sebagai
sistem kenegaraan yang menggunakan istilah politik politik warga
negara dapat terlibat langsung dalam peraturan ekonomi politik
dan pengambilan keputusan
Konsep aritoteles ini diikuti oleh Marcus tullius cicero 106
sampai 43 SM dengan istilah societies Sifilis yaitu sebuah komunitas
yang mendominasi komunitas yang lain therma yang dikedepankan
oleh kisah ini lebih menekankan pada konsep negara kota di titik
yakni untuk menggambarkan kerajaan kota dan bentuk korporasi
lainnya sebagai kesatuan yang terorganisir konsep masyarakat
madani yang pada sistem kenegaraan ini dikembangkan pola oleh
Thomas Hobbes dan John Locke menurut masyarakat madani
harus memiliki kekuasaan mutlak agar mampu sepenuhnya
mengontrol dan mengawasi serta secara ketat pola-pola perilaku
politik warga negara menurut John Locke kehadiran masyarakat
madani dimaksudkan untuk melindungi kebebasan dan hak milik
individu setiap warga negara
Pada tahun 1767 wacana masyarakat madani ini dikembangkan
oleh Adam perguruan kan masyarakat madani pada sebuah visi
etis dalam kehidupan bermasyarakat pemahamannya digunakan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 93


untuk mengantisipasi perubahan sosial yang diakibatkan revolusi
industri munculnya kapitalisme serta mencolok nya perbedaan
antara publik individu
Kemudian tahun 1792 Thomas Mini memaknai masyarakat
madani dengan aksentuasi yang berbeda yang menggunakan
masyarakat madani sebagai kelompok masyarakat yang memiliki
posisi secara diametral dengan negara bahkan dianggap nya sebagai
antitesis dari negara dengan demikian maka negara harus diatasi
sampai kecil kakinya dan Ia merupakan perwujudan dari delegasi
kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi terciptanya
kesejahteraan umum dengan demikian maka masyarakat
madani menurut ini adalah ruang di mana anak warga negara
dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi
penguasaan kepentingannya secara bebas tanpa paksaan
Perkembangan Civil Society selanjutnya dikembangkan oleh gwf
Hegel 1770 1831 m Karl Marx 18-18-18 83 m dan Antonio gramsci
1891 1937 m wacana masyarakat madani yang dikembangkan oleh
ketiga tokoh ini menekankan pada masyarakat madani sebagai
elemen ideologi kelas dominan pemahaman ini lebih merupakan
sebuah reaksi dari model pemahaman yang dilakukan oleh PNS
yang menganggap masyarakat madani sebagai bagian terbesar dari
negara menurut Hegel masyarakat madani merupakan kelompok
subordinasi dari negara pemahaman ini menurut ryaas Rasyid erat
kaitanya dengan fenomena borjuasi Eropa yang pertumbuhannya
ditandai dengan perjuangan melepaskan diri dari kelas dominan
negara
Lebih lanjut Hegel mengatakan bahwa struktur sosial dibagi
atas 3 entitas yakni keluarga masyarakat madani dan negara
keluarga merupakan ruang sosialisasi pribadi sebagai anggota
masyarakat yang bercirikan keharmonisan masyarakat madani
merupakan lokasi atau tempat berlangsungnya peraturan berbagai
kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi
Sementara negara merupakan refresh tentang si idoy universal
yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya dan
berikut bentuk intervensi terhadap masyarakat madani.

94| Pancasila
Sedangkan Karl Marx memahami masyarakat madani sebagai
masyarakat borjuis dalam konteks hubungan produksi kapitalis
kebudayaannya merupakan kendala bagi pembebasan manusia
dari penindasan karenanya maka ia harus dilakukan untuk
mewujudkan masyarakat tanpa kelas sedangkan Antonio gramsci
tidak memahami masyarakat madani sebagai relasi produksi Tetapi
lebih pada sisi ideologis gramsci meletakkan masyarakat madani
menekan pada superstruktur berdampingan dengan negara ia
sebut sebagai political Society masyarakat madani merupakan
tempat perabuan posisi hegemonik diluar kekuatan negara di
dalamnya awalan di kemuning mengembangkan hegemoni untuk
membentuk konsensus dalam masyarakat
Periode berikutnya wacana masyarakat madani dikembangkan
oleh Alexis De tocqueville 1805 1859 ia berdasarkan pada demokrasi
Amerika dengan mengembangkan teori masyarakat madani sebagai
entitas penyeimbang kekuatan negara bagi De tocqueville kekuatan
politik dan masyarakat madani lah yang menjadi demokrasi di
Amerika mempunyai 2 daya tahan dengan terwujudnya pluralitas
kemandirian dan kapasitas politik di dalam masyarakat madani
maka warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol
kekuatan negara
C. Karakteristik Masyarakat Madani
Karakteristik tersebut antara lain adanya public sphere
demokrasi toleransi pluralisme keadilan sosial social Justice dan
berkeadaban
1. Free Public Sphere
Adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam
mengemukakan pendapat di ruang publik yang bebas
oleh individu Dalam posisinya yang setara mampu
melakukan transaksi-transaksi wacana dan praksis politik
tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran aksentuasi
prasyarat ini dikemukakan oleh Adam dan Hawa lebih
lanjut dikatakan bahwa ruang politik secara teoritis bisa
diartikan sebagai wilayah di mana masyarakat sebagai

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 95


warga negara memiliki akses terhadap kegiatan publik
2. Demokratis
Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak
wacana masyarakat madani di mana dalam menjalani
kehidupan warga negara memiliki kebebasan penuh
untuk menjalankan aktivitas dan harinya termasuk dalam
berinteraksi dengan lingkungannya demokratis berarti
masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan
interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak
mempertimbangkan suku ras dan agama
3. Tolerans
Merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat
madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai
dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang
lain Trans ini memungkinkan adanya kesadaran masing-
masing individu untuk menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda
4. Pluralisme
Masyarakat madani secara dengan menciptakan sebuah
tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima
konteks kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-
hari pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap
mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang
majemuk tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus
untuk menerima kenyataan bahwa semua itu sebagai nilai
positif merupakan rahmat Tuhan
5. Keadilan Sosial
Keadilan dimaksudkan untuk menyebut keseimbangan
dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan
kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh
aspek kehidupan hal ini memungkinkan tidak adanya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan
pada salah satu kelompok masyarakat secara esensial

96| Pancasila
masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh
kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
(penguasa)
D. Pilar Penegak Masyarakat Madani
Yang dimaksud dengan pilar penegak masyarakat madani
adalah institusi institusi yang menjadi bagian dari social control
yang berfungsi mengkritisi kebijakan kebijakan penguasa yang
diskriminatif selama memperjuangkan aspirasi masyarakat
tertindas dalam penegakan masyarakat madani pilar-pilar tersebut
menjadi pra syarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat
madani adalah tersebut antara lain :
1. Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang
dibentuk oleh swadaya masyarakat yang tugas esensial
adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang tertindas
2. Pers merupakan institusi yang penting dalam penegakan
masyarakat madani karena memungkinkan dapat
mengkritisi dan menjadi bagian dari social control yang
dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai
kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warga
negara
3. Supremasi Hukum negara baik yang duduk dalam formasi
pemerintah maupun sebagai rakyat harus tunduk kepada
aturan hukum Hal tersebut berarti bahwa perjuangan
untuk mewujudkan hak dan kebebasan antara warga
negara dan antar organ negara haruslah dilakukan dengan
cara-cara yang diamati dan sesuai dengan hukum yang
berlaku
4. Perguruan tinggi yakni tempat dimana civitas akademika
mahasiswa dan lautan merupakan bagian dari kekuatan
sosial masyarakat madani yang bergerak pada jarum
moral Force untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan
mengkritisi berbagai kebijakan kebijakan pemerintah
dengan Contohkan gerakan yang dilancarkan oleh

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 97


mahasiswa tersebut masih pada jalur yang benar dan
memposisikan diri pada rel dan realitas yang betul-betul
objektif menyiarkan kepentingan masyarakat (publik)
5. Partai Politik merupakan Wahana bagi warga negara untuk
dapat menyalurkan aspirasi politiknya sekalipun memiliki
tendensi politik yang rawan akan menjadi warga negara
tetapi bagaimanapun sebagai sebuah tempat ekspresi
politik warga negara maka partai politik ini menjadi
prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani
E. Civil Society dan Demokrasi
Masalah Civil Society baru hangat diperbincangkan tahun
1991 di Indonesia Hal ini lebih disebabkan oleh kuatnya tekanan
pemerintah Orde Baru pada tatanan kehidupan masyarakat
Indonesia para ahli ilmu sosial tokoh intelektual tujuan demokrasi
dan cendekiawan Apa kesulitan mencari formula yang tepat untuk
memaknai suatu perjuangan mencapai perubahan yang dicita-
citakan dalam keadaan galau dan Gampang itu bangsa Indonesia
berpaling pada Civil Society yang dijadikan Primadona untuk
memperoleh tatanan kehidupan masyarakat kita yang nyaris
lumpuh
Civil Society berguling dengan pemaknaan yang variatif
ada yang menterjemahkan sebagai masyarakat sipil masyarakat
Kewargaan masyarakat madani dan ada juga yang tetap
menggunakan Civil Society semua terjemahan tersebut disuguhkan
kepada publik dengan argumentasi masing-masing dan karenanya
masyarakat atau publik juga memahaminya menurut selera dan
kepentingannya
Civil Society atau Masyarakat Madani merupakan rumah
persemaian demokrasi perlambang demokrasi hanya adalah
pemilihan umum pemilu yang bebas dan rahasia namun demokrasi
tidak hanya bersemayam dalam pemilu sebab jika demokrasi harus
mempunyai rumah maka rumahnya adalah masyarakat madani
Dalam Masyarakat Madani terdapat nilai-nilai universal
tentang pluralisme yang kemudian menghilangkan segala bentuk

98| Pancasila
kecenderungan partikularisme dan sektarianisme hal ini dalam
proses demokrasi menjadi elemen yang sangat signifikan di mana
masing-masing individu etnis dan golongan mampu menghargai
kebhinekaan dan menghormati Setiap keputusan yang diambil
oleh salah satu golongan atau individu
Larry Diamond secara sistematis menyebutkan ada 6
kontribusi masyarakat madani terhadap proses demokrasi pertama
ia menyediakan Wahana sumber daya politik ekonomi kebudayaan
dan moral untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan pejabat
negara yang kedua pluralisme dalam masyarakat madani Villa
diorganisir akan menjadi dasar yang penting bagi persaingan
demokrasi orang ketiga memperkaya partisipasi politik dan
meningkatkan kesadaran kewarganegaraan keempat ikut menjaga
stabilitas negara keenam menghalangi dominasi rezim otoriter dan
mempercepat runtuhnya rezim
Civil Society sebenarnya merupakan suatu ide yang terus
diperjuangkan manifestasinya agar pada akhirnya terbentuk
suatu masyarakat bermoral masyarakat sadar hukum masyarakat
beradab atau terbentuknya suatu tatanan sosial yang baik teratur
dan progresif
Kata Civil cenderung dikonotasikan sebagai lawan dari militer
demikian pula madani dalam masyarakat madani dan Jung
dikonotasikan dengan madania atau Medina yang dikoneksikan
bernuansa Arab pada hati Maka dunia sebagai sumber munculnya
kata madani adalah peradaban atau Civilization
Lain lagi dengan kewarganegaraan yang merupakan
terjemahan dari bahasa latin yakni Sifilis atau Civil atas kebijakan
yang demikian itu lah kebanyakan orang sepakat untuk konsisten
menggunakan Civil Society karena terjemahan yang lain dianggap
kurang sesuai dengan konsep aslinya.
Cicero adalah seorang filsuf Romawi yang pertama
memunculkan gagasan Society Sifilis dalam sejarah filsafat politik
Civil Society merupakan suatu konsep yang dinamis yang selalu
mengalami perubahan makna

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 99


Misalnya pada abad 18 Civil Society maknai sebagai negara
yang merupakan entitas yang mendominasi entitas hanya di akhir
abad 18 dimaknai sebagai negara dalam nuansa dan entitas yang
berbeda,seiring dengan aliran Hegelian yang membagi kehidupan
manusia dalam tiga wilayah yang berbeda,yakni,keluarga,civil
society,dan negara
Dalam pandangan Hegel,Civil Society adalah entitas yang
memiliki ketergantungan pada negara sebagai misal negara harus
mengawasi Civil Society dengan cara menyediakan perangkat
hukum dan administrasi. Hegel berpendapat entitas Civil Society
mempunyai kecenderungan entropi atau melemahkan diri
sendiri,oleh karena itu harus diawasi oleh negara
Pandangan Hegel yang agak pesimistik ini,akhirnya memiliki
gayut dengan pandangan Karl Marx tentang Civil Society bahkan
Karl Marx memposisikan Child terjadi pada basic material dalam
lautan dengan produksi kapitalis oleh mark Civil Society dimaknai
sebagai kelas borjuis yang menjadi tantangan bagi Nya untuk
membebaskan masyarakat dari berbagai penindasan Oleh karena
itu Civil Society menurut dia harus dilenyapkan demi terwujudnya
masyarakat tanpa kelas
Tokoh lain adalah Gramsci. Dalam banyak hal pendapat Gramsci
mirip pendapat Marx. Perbedaanya terletak pada memposisikan
Civil Society bukan pada basic material tetapi pada tataran
suprastruktur sebagai wadah kompetisi untuk memperebutkan
hegemoni kekuasaan Peran Society Civil pada konteks yang
demikian oleh Gramsci ditempatkan sebagai kekuatan pengimbang
diluar kekuatan negara pandangan Islam di ini lebih bernuansa
ideologis ketimbang pragmatik dalam perjalanan waktu akhirnya
Konsep gramsci ini dikembangkan oleh habermas seorang tokoh
mazhab Frankfurt melalui konsep the free public sphere atau ruang
politik yang bebas di mana rakyat sebagai titisan memiliki akses
atas setiap kegiatan publik
Sebagai misal rakyat boleh ngomong apa saja berbuat apa saja
baik secara lisan maupun tertulis melalui media massa sekolah

100| Pancasila
atau pertemuan-pertemuan asal tidak melanggar hukum atau
mengganggu kepentingan umum pandangan sampai mati ini
tampaknya sedang berlangsung di Indonesia saat ini cuma yang
jadi soal kita baru berada pada tatanan proses belajar Setelah
sekian lama kebebasan kita dibelenggu oleh penguasa sikap tari-
tarian bangsa ini yang telah terkoyak-koyak oleh perjuangan
memperebutkan atribut-atribut semu yang dikendalikan oleh
Invisible hand jiwa dari the free public sphere sebenarnya telah
terakomodasi dalam UUD 1945 pasal 28 Namun karena kuatnya
political will penguasa ciri dari gagasan habermas ini memudar
nyaris punah
Kalau saja kita mau jujur masih salah satu yang kita
idamkan walau sebagian adalah konsep Civil Society menurut
habermas kita telah lama mimpikan ruang publik yang bebas
tempat mengekspresikan Keinginan kita atau untuk meredusir
meminimalisir berbagai intervensi sikap totaliter sikap etatisme
pemerintah pada ruang publik Inilah kita memiliki kesetaraan
sebagai asas untuk melakukan berbagai transaksi wacana tanpa
harus takut di ciduk diintimidasi atau ditekan oleh penguasa model
ini sudah lama tetapi Sekaligus merupakan format baru bagi kita
untuk mengonfirmasi paradigma kekuasaan yang telah dipuntir
oleh penguasa Orde Baru
The Free public sphere merupakan inspirasi motivator sekaligus
sebagai mekanisme demokrasi modern seperti yang dialami
oleh Amerika bangsa Eropa dan kawasan Dunia Lain demokrasi
modern secara substansi mengacu pada kebebasan dan kesetaraan
kemandirian kewarganegaraan reguler is marquee sentralisme
aktivisme dan konstitusionalisme persoalannya Bagaimana cara
yang efektif agar spirit demokrasi modern ini bisa disamakan
dengan baik?
Jawabannya,adalah kita mesti membangun dan
mengembangkan institusi seperti LSM organisasi sosial organisasi
agama kelompok kepentingan partai politik yang berada di luar
kekuasaan negara termasuk Komnas HAM dan Ombudsman yang
dibentuk oleh pemerintah hal ini tidak serta merta menghilangkan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 101


keterhubungannya dengan negara atau bersifat otonom berbagai
undang-undang hukum dan peraturan negara tetap menjadi
pijakan bagi setiap institusi dalam melakukan aktivitasnya hal
terpenting dalam Civil Society adalah kesetaraan yang bertumpu
pada ke dewasaan untuk saling menerima perbedaan tanpa itu
sebenarnya merupakan slogan kosong
Civil Society dan demokrasi ibarat get to said in the same account
artinya jika Civil Society kuat maka demokrasi akan bertumbuh
dan berkembang dengan baik sebaliknya jika demokrasi bertumbuh
dan berkembang dengan baik jika seperti akan bertumbuh dan
berkembang dengan baik Itulah sebabnya para pakar mengatakan
Civil Society merupakan rumah tempat bersemayamnya demokrasi
Menguatnya Civil Society saat ini sebenarnya merupakan
strategi yang paling ampuh bagi berkembangnya demokrasi
untuk mencegah hegemoni kekuasaan yang melakukan gaya
tampil individu dan masyarakat Dalam praktiknya banyak kita
jumpai individu kelompok masyarakat elit politik atau penguasa
yang berbicara atau dibuat atas nama demokrasi walaupun secara
esensial justru sebaliknya
Kesadaran masyarakat akan demokrasi bisa dibeli dengan uang
atau masyarakat tertentu diatur untuk bertikai demi demokrasi
perseteruan eksekutif dan legislatif saat ini sebenarnya tidak
kondusif bagi pemulihan ekonomi kita tetapi itu tetap dilakukan
dengan demokrasi kalau rakyat kita selalu jadi korban Apakah
makna demokrasi yang kita perjuangkan sudah betul atau sudah
mengalami distorsi
F. Masyarakat madani dan Civil Society Indonesia
Masyarakat madani jika dipahami sepintas merupakan format
kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi
dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia diberlakukan
ketika negara sebagai penguasa dan pemerintah tidak bisa
menegakkan demokrasi dan hak asasi manusia dalam menjalankan
roda kepemerintahannya
Dalam konteks Indonesia sejak zaman Orde Lama dengan

102| Pancasila
rezim demokrasi kepemimpinan Soekarno terjadi manipulasi
perang serta masyarakat untuk kepentingan politis dan hegemoni
sebagai alat legitimasi politik hal ini pada akhirnya mengakibatkan
Kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat
dicurigai sebagai kontrarevolusi fenomena tersebut merupakan
salah satu indikasi bahwa Indonesia pada masa Soekarno pun
mengalami kecenderungan untuk membatasi gerak dan kebebasan
publik dalam mengeluarkan pendapat
Sampai pada masa Orde Baru pun pengekangan demokrasi dan
penegakan hak asasi manusia tersebut yang terbuka akan menjadi
tontonan gratis yang dinikmati oleh siapapun bahkan untuk segala
usia Hal ini dapat dilihat dari berbagai contoh kasus yang pada
masa orde baru berkembang misalnya pembredelan lembaga pers
seperti Aji detik dan tempo fenomena ini merupakan sebuah
fragmentasi kehidupan yang mengekang kebebasan warga negara
dalam menyalurkan aspirasinya di muka umum apalagi dilakukan
pada lembaga pers yang notabene memiliki fungsi sebagai bagian
dari social control dalam menganalisa dan memotivasikan sebagai
kebijakan yang betul-betul merugikan masyarakat
Melihat semua ini maka secara esensial Indonesia memang
membutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat serta
komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi
yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi
manusia untuk itu maka diperlukan perkembangan masyarakat
madani dengan menerapkan strategi pemberdayaan nya sekaligus
agar proses pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya
secara optimal
Dalam hal ini menurut Dawam Rahardjo ada 3 strategi
yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi dalam
memberdayakan masyarakat madani Indonesia:
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan
politik strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi
tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum
memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang 4

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 103


bagi penganut paham ini pelaksanaan demokrasi liberal
hanya akan menimbulkan konflik dan karena itu menjadi
sumber instabilitas politik saat ini yang diperlukan
adalah stabilitas politik sebagai landasan pembangunan
karena pembangunan lebih-lebih yang terbiasa terhadap
perekonomian Global membutuhkan sikap politik yang
minimum dengan demikian persatuan dan kesatuan
bangsa lebih diutamakan dari demokrasi
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem
politik demokrasi strategi ini berpandangan bahwa
untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu
rampungnya tahap pembangunan ekonomi sejak awal
dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi
yang pada esensinya adalah memperkuat partisipasi
politik jika kerangka perkembangan ini diciptakan maka
akan dengan sendirinya timbul masyarakat madani yang
mampu mengontrol terhadap negara
3. Srategi yang memilih membangun masyarakat madani
sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi strategi
ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari
strategi pertama dan kedua dengan begitu saja kini
telah mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik
terutama pada golongan menengah yang makin luas
Ketika model strategi pemberdayaan masyarakat madani
tersebut dipertegas oleh ikan bawal di era transisi ini harus
dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan dengan cara
memahami target-target grup yang paling strategis serta
menciptakan pendekatan-pendekatan yang tepat proses tersebut
untuk keperluan itu maka keterlibatan kaum cendekiawan LSM
ormas sosial dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak adanya
karena merekalah yang memiliki kemampuan dalam sekaligus
aktor pemberdayaan tersebut
Konsep Civil Society yang diharapkan Dalam konteks Indonesia
bukan dalam pengertian sebagai alternatif atau berada dalam posisi

104| Pancasila
yang opsional tertib negara dengan demikian juga tersedia tidak
bisa diabaikan negara melainkan menjadikan negara sebagai Mitra
dalam penataan masyarakat menjadi lebih baik
Dalam Pandangan Ulil abshar Abdalla Kompas 269 2002 negara
diperlukan sebagai Mitra karena negara merupakan institusi netral
dan Veer untuk menjadi mediator dalam membangun suatu sarana
yang mengarahkan masyarakat kepada suatu konsensus sosial dan
contoh peran negara di sini harus dibedakan secara radikal dengan
peran negara pada masa orde baru.
Peranan negara pada saat ini sudah lebih mengarah pada
upaya membangun suatu pendidikan bagi masyarakat luas serta
membangun suatu ide tentang kewarganegaraan yang inklusif dan
flora yang tidak bisa lagi yang mengingkari hak masyarakat untuk
membangun suatu jenis manusia Indonesia sesuai dengan ide
mereka sendiri kelompok muslim atau kelompok Kristiani melalui
jaringan masjid atau gereja bisa membangun suatu individu yang
sesuai dengan cara menekan sendiri mengenai individu yang ideal
Dalam acara diskusi yang sama Azuma RS Azra Kompas 269
2002 menjelaskan Civil Society dalam konteks Indonesia berbeda
dengan yang terjadi di Eropa Timur di mana kita seperti berada
dalam posisi yang berbeda pendapat dengan negara di sana Jika
kita menjadi counter hegemony atas konter di setiap negara dan
bangsa Turki alternatif dari negara
Di Indonesia, menurut azyumardi pengertian CV terdiri
dari dua kelompok kelompok pertama mengartikannya sebagai
masyarakat sipil atau masyarakat Kewargaan sementara kelompok
kedua menyebutnya sebagai masyarakat madani yang lebih
berkonotasi Islam di mana kata manja ini mengacu pada Madinah
Azyumardi sendiri menurut pengertian IPS secara lebih
luas tidak terbatas pada lembaga-lembaga pemerintah tapi juga
organisasi apa saja yang berkaitan dalam penataan masyarakat
menuju yang lebih baik kan dua organisasi yang ada di dalam
masyarakat melalui para anggotanya
Gagasan Civil Society merupakan gagasan yang pernah terjadi

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 105


galat selama ini masyarakat muslim di Indonesia memandang
tugas dan siapa saja secara berbeda karangan Islam tradisional
memandang segala Sisi berpikir masyarakat sipil dengan fungsi
sebagai kontrol freelensing jadi relawan negara dan pandangan
Islam modernis memandang dalam perspektif sebagai masyarakat
Madani dengan kegiatan yang bersifat suplemen atau komplemen
karena perbedaan cara pandang Hitunglah massa dirasa perlu
untuk membangun strategi meletakkan gagasan Civil Society
dalam konteks Indonesia
Bahtiar Effendy Kompas 13 12 mengemukakan munculnya
gagasan Civil Society seperti yang berkembang di Eropa Timur
terutama di Polandia sangat jelas bahwa Civil Society hanya
dilihat dari perspektif fungsinya sebagai counter Balancing the
state. Dalam konteks Indonesia,gagasan Civil Society lebih awal di
kembangkan di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Itu tidak terlepas
dari struktur politik yang melingkari ketika itu
Jadi,konsep mengenai Civil Society yang dikembangkan NU
ialah mengambil bentuknya sebagai counter balancing terhadap
negara melawan negara dalam buku Islam dan Civil Society
pandangan muslim Indonesia disebutkan politik masyarakat sipil
berjuang melawan negara kalimat itu bukan tempat tendensi
karena yang berkembang dalam tulisan-tulisan maupun gagasan-
gagasan dari NU memang semangtnya itu.
Sementara itu karangan modelnya seperti MI Muhammadiyah
Masyumi tujuan memahami sifat tersebut di dalam perspektif
masyarakat madani kepanjangan dari kalangan Islam modernis
melihat jika tersedia dalam konteks konferensi ngetik Jadi bukan
dalam perspektif melawan negara tapi adalah untuk melakukan
kegiatan kegiatan yang bersifat suplemen atau yang bersifat
komplemen
Sah-Sah saja melihat Civil Society dalam perspektif seperti itu
tetapi bukan tanpa masalah ini perspektif yang kontekstual dan
dapat digunakan sepanjang akhir tahun 90-an dan seperti kita
ketahui setelah rezim orde baru Pak Harto Soeharto turun dunia

106| Pancasila
Indonesia berbalik sehingga Duckling melihat Civil Society dalam
konteks kantor balancing listrik tidak lagi mempertahankan hidup
seperti itu
Ada sebuah tulisan yang ditulis oleh ikan berjudul Seperti
tak butuh Inpres tetapi ketika Pak Abdul Rahman Wahid muncul
sebagai presiden pandangan seperti tidak berlaku lagi yang
mengambil perspektif contents in the state adalah kalangan yang
sebaliknya
Persoalan yang lebih bersifat Budaya adalah sifat yg lahir di
barat tumbuhan dipengaruhi oleh tradisi barat beberapa intelektual
dalam di Indonesia memang berusaha untuk mencari dukungan
dukungan toko slime di dalam Alquran untuk menyatakan bahwa
sebetulnya situs arti kompatibel dengan ajaran-ajaran Islam dari
segi doktrin
Kalau kita mau jujur sebenarnya banyak sekali doktrin Islam
yang tidak tersentuh dengan gagasan Civil Society gagasan
tersebut belum menjadi impian masyarakat Islam ini mirip dengan
demokrasi kita ingin mengatakan bahwa islam itu cocok dan mirip
dengan demokrasi tapi yang kita jadikan dasar dasar dukungan
doktrin hanya berkisar pada 12 pensil saja Apakah itu prinsip
keadilan musyawarah persamaan dan lainnya Islam tidak hanya
terdiri dari ruang lingkup ini saja kita harus melakukan studi kalau
kita ingin meletakkan wacana tentang tugas OSIS dalam praktik
tanpa itu kan kita tidak usah untuk mengembangkan wacana Civil
Society
Dan seharusnya dibangun Sebuah upaya untuk melihat Simpati
bukan datang dari asing Tetapi diletakkan di dalam konteks
mana saja khususnya Indonesia sesuatu kalau ingin memperoleh
dukungan dukungan budaya perlu strategi semacam itu tanpa itu
agak susah meletakkan gagasan sehingga terjadi dalam praktik

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 107


BAB VII
DEMOKRASI

A. Pengertian Demokrasi
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa
Timor logis dan istilah terminologi secara etimologis demokrasi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat atau
penduduk dan kratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan jadi
cara kekuasaan demos cratein atau demokratis adalah keadaan
negara dimana dalam sistem pemerintahannya Kedaulatan
berada ditangan rakyat kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa pemerintahan rakyat
dan kekuasaan oleh rakyat sedangkan demokrasi dalam istilah
sebagaimana diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:
1. Joseph A schmeter menyatakan Demokrasi merupakan
suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan
politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kooperatif atau suatu rakyat
2. Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk
pemerintahan dimana keputusan pemerintah yang penting
secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara logis dari rakyat dewasa
3. Philippe c schmitter dan teori lain karena menyatakan
demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
diminta itu menjawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah
pabrik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung

108| Pancasila
melalui kompetisi dan kerjasama dengan para ahli mereka yang
terpilih
B. Hakikat Demokrasi
Dari pengertian sebagaimana di atas maka ikat demokrasi
sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintah memberikan penekanan dan kepada keberadaan
kekuasaan ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara
maupun pemerintahan Kekuasaan pemerintah ada ditangan rakyat
mengandung pengertian tiga hal:
1. Dari rakyat government of the people mengandung
pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang
sah dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui
diminta rakyat di mata rakyat pemerintahan yang diakui
pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan
yang diberikan oleh rakyat sebaliknya pemerintahan yang
tidak sehat dan tidak diakui berarti suatu pemerintahan
yang sedang memegang kendali kekuasaan tidak mendapat
pengakuan dan dukungan dari rakyat
2. Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu
pemerintahan menjalankan kekuasaan Atas Nama Rakyat
bukan atas dorongan diri sendiri
3. Pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian
bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemilihan itu disarankan untuk kepentingan rakyat
C. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup
Menurut Nurcholis Madjid pandangan hidup demokratis
berdasarkan pada bahan-bahan telah berkembang baik secara
teoritis maupun pangan Taman praktis di negeri-negeri yang
demokratis nya cukup mapan paling tidak saling tidak mencakup
tujuan norma tujuan norma yaitu sebagai berikut:
1. Pentingnya Kesadaran akan Pluralisme
2. Musyawarah
3. Pertimbangan moral

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 109


4. Permufakatan yang jujur dan sehat
5. Pemenuhan segi segi ekonomi
6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap percaya
itikad baik baik masing-masing
7. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang
menyatu dengan sistem pendidikan
D. Unsur-Unsur Penegak Demokrasi
Tegaknya demokrasi sebagai sebuah kata kehidupan sosial dan
sistem politik sangat bergantung pada tegaknya unsur penopang
demokrasi tersendiri unsur-unsur yang dapat menopang tegaknya
demokrasi antara lain:
1. Negara Hukum
Negara Hukum dicirikan dengan:
a. adanya perlindungan terhadap HAM
b. Adanya supremasi hukum dalam penyelenggaraan
pemerintah
c. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara
d. Adanya lembaga peradilan yang bebas mandiri
Selanjutnya dalam konferensi internasional commision
of jurist di Bangkok disebutkan bahwa ciri-ciri negara hukum
adalah:
a. Perlindungan konstitusional artinya selain menjamin
hak individu konstitusi juga harus menentukan cara
prosedur untuk memperoleh hak atas yang dijamin
b. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak
memihak
c. Adanya pemilu yang bebas
d. Adanya kebebasan menyatakan pendapat
e. Adanya kebebasan berserikat/berorganisasi dan
proposisi
f. Adanya pendidikan kewarganegaraan

110| Pancasila
2. Masyarakat Madani
Masyarakat Madani Civil Society dikejar ikan dengan
masyarakat terbuka masyarakat yang bebas dari pengaruh
kekuasaan dan tekanan negara masyarakat yang kritis dan
berpartisipasi aktif serta masyarakat egaliter masyarakat
madani merupakan elemen yang sangat penting dalam
membangun demokrasi sebab Salah satu syarat penting
bagi Demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat
dalam proses proses partisipasi pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh negara atau pemerintah
3. Infrastruktur Politik
Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya
Demokrasi adalah infrastruktur politik infrastruktur politik
terdiri dari partai politik political party kelompok gerakan
Movement group dan kelompok penekan atau kelompok
kepentingan (pressure interest Group)
E. Model-Model Demokrasi
1. Demokrasi liberal yaitu pemerintah yang dibatasi oleh
undang-undang dan pemilihan umum bebas yang
diselenggarakan dalam waktu yang Ajeg
2. Demokrasi terpimpin para pemimpin percaya bahwa
semua tindakan mereka dipercaya rakyat tetapi menolak
pemilihan umum yang bersaing sebagai kendaraan untuk
menduduki kekuasaan
3. Demokrasi sosial demokrasi yang menaruh kepedulian
pada keadilan sosial dan ekonomi sebagai persyaratan
untuk memperoleh kepercayaan politik
4. Demokratis partisipasi yang menekankan hubungan
timbal balik antara Penguasa dan yang dikuasai
5. Demokrasi konstitusional yang menekankan potensi
khusus bagi kelompok-kelompok budaya yang menekankan
kerjasama yang ada di antara elite yang mewakili bagian
budaya masyarakat utama

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 111


F. Prinsip dan Parameter Demokrasi
Inu Kencana menjelaskan tentang prinsip-prinsip adalah
sebagai berikut:
1. Adanya pembagian kekuasaan
2. Adanya pemilihan umum yang bebas
3. Adanya manajemen yang terbuka
4. Adanya kebebasan individu
5. Adanya peradilan yang bebas
6. Adanya pengakuan hak minoritas 7.
7. Adanya pemerintah yang berdasarkan hukum
8. Adanya pasar bebas
9. Adanya beberapa partai politik
10. Adanya musyawarah
11. Adanya persetujuan parlemen
12. Adanya pemerintahan yang konstitusional
13. Adanya ketentuan tentang pendemokrasian
14. Adanya pengawasan terhadap administrasi public
15. Adanya perlindungan hak asasi
16. Adanya pemerintahan yang bersih
17. Adanya kebersamaan negara
18. Adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggung
jawab
Sedangkan parameter untuk mengukur suatu pemerintahan
atau negara dalam menjalankan Tata pemerintahannya dikatakan
demokratis dapat dilihat dari 4 aspek:
1. Masalah Pembentukan Negara.kita percaya bahwa proses
pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan
Bagaimana kualitas watak dan pola hubungan yang
terbangun untuk sementara ini Pemilu dipercayai sebagai
salah satu instrumen penting guna memungkinkan
berlangsungnya suatu proses pembentukan pemerintahan

112| Pancasila
yang baik
2. Dasar kekuasaan negara masalah ini menyangkut konsep
legitimasi kekuasaan serta bertanggung jawab langsung
kepada rakyat
3. Susunan kekuasaan negara kekuasaan negara dijalankan
secara distributif untuk main dari perkumpulan kekuasaan
dalam satu tangan 4
4. Masalah kontrol rakyat Apakah dengan berbagai corrida
tersebut sudah dengan sendirinya akan berjalan suatu
proses yang memungkinkan itu dibangun sebuah relasi
yang baik yakni suatu relasi kuasa yang simetris memiliki
sambungan yang jelas dan adanya mekanisme yang
mementingkan check and balance terhadap kekuasaan
yang dijalankan eksekutif dan legislatif. Sedangkan
menurut Juanda Wijaya kehidupan demokratis dalam
suatu negara ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Dinikmati dan dilaksanakan hak serta kewajiban
politik oleh masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip
HAM yang menjamin adanya kebebasan kemerdekaan
dan rasa kemerdeka
b. Penegakan hukum yang mewujud pada asas supremasi
penegakan hukum supremasi of Law persamaan
didepan hukum equality before the law dan Jaminan
terhadap HAM
c. Kesamaan dan kewajiban anggota masyarakat
d. Kebebasan pers yang bertanggung jawab
e. Pengaku uang terhadap minoritas
f. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada
asas pelayanan pemberdayaan dan pencerahan
g. Sistem kerja yang kolaboratif dan kooperatif
h. Keseimbangan dan kalau manisan
i. Tentara yang profesional sebagai kekuasaan kuatan
pertahanan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 113


j. Lembaga peradilan yang independen
G. Tahapan Menuju Demokrasi
Banyak tokoh dan pakar menyatakan bahwa “masa depan
demokrasi ada di tangan masyarakat bukan partai dan Mari kita
ikut menyiapkan para pemimpin itu melalui pendidikan politik
yang sehat dan jangan mencari Siapa yang berbuat salah karena
dalam politik praktis yang akan dilakukan adalah mencari kambing
hitam”.Benarkah demikian dalam teori transisi demokrasi dengan
tegas menyatakan masyarakat sipil Civil Society dan masyarakat
politik political Society tidak bisa saling meniadakan atau dipilih
salah satu secara eksklusif tetapi saling menopang secara secara
niscaya necessary support dan saling berhubungan primary
medicine keduanya masyarakat sipil dan masyarakat politik adalah
dua dari lima arena utama untuk konsolidasi demokrasi modern
bila salah satu ditiadakan maka tidak ada konsolidasi demokrasi
sehingga tidak mungkin pula menyelesaikan tahap transisi
demokrasi tahapan transisi ini merupakan prasyarat conditio
sine qua non menuju tahap sistem demokrasi yang diperluas dan
diperhalus terhadap ke-5 arena konsolidasi demokrasi modern
pendekatan yang dikembangkan oleh Celine dan Alfred stepan
lihat problem of democratic Transition and consolidation 1996
terhadap masalah transisi dan konsolidasi demokrasi dengan studi
pada negara Eropa selatan Amerika Selatan dan Amerika Amerika
pasca komunis memberikan inspirasi menangani persoalan transisi
dan konsolidasi demokrasi di negara kita namun harus ditegaskan
lebih dahulu tahapan politik demokrasi pinjaman Ini pertama
otoriter atau totaliter yang anti demokratis kedua tahap transisi
demokrasi ketika tahap sistem demokrasi yang diperluas dan
dibedah lam wide ning endi Ning demokrasi sistem setiap tahapan
memiliki elemen individu lembaga dan nilai yang khas termasuk
strategi penanganan yang khas pula tidak mungkin di campur
aduk atau dipukul rata setiap elemen dan strategi Penanganannya
terhadap tahap atau totaliter yang anti demokrasi sedangkan tahap
sistem demokrasi yang diperluas dan dipercaya masyarakat dan

114| Pancasila
kontinuitas dengan transisi demokrasi
Contoh sederhana, tidaklah mungkin Soeharto menjadi
elemen untuk melaksanakan tahap transisi demokrasi dan tahap
sistem demokrasi yang diperluas dan dipertahankan tahap transisi
demokrasi mencatatkan diskontinuitas terhadap elemen tahap
otoriter atau totaliter yang anti demokrasi dalam perspektif ini
merupakan mesin politik Soeharto seperti Golkar dan lembaga
korporatis Orde Baru lainnya tidak mungkin menjadi prasyarat
tumbuh kembangnya apalagi mempertahankan dan memimpin
tahap transisi demokrasi dan sistem demokrasi yang diperluas
dan diperdalam
Jadi, tidak melibatkan Soeharto dan kroni politik dan
ekonominya baik individu maupun lembaga korporatisme dalam
transisi demokrasi dan tahap sistem demokrasi yang diperluas
dan diperhalus sama sekali Bukan masalah hujat menghujat atau
mencari kambing hitam karena Secara teoritis dan praktis tidak
mungkin merebut mempertahankan dan memperluas gagasan
ide kekuatan rajas relasi kekuasaan demokrasi bersama elemen-
elemen dari tahap otoriter total dan yang anti demokrasi tersebut
ya mungkin kita naik dan menutup mata karena ketika gagasan
demokrasi terjunkan ke dalam sistem sosial secara gagasan itu
terlibat dalam pertarungan politik political strangle dengan
kekuatan politik yang ingin mendukung menetralkan ataupun
mematikannya artinya secara strategis demokrasi berada dalam
kondisi perang demokrasi berkepanjangan protected democratic
War sebagai gagasan kekuatan maupun relasi kekuasaan
Tentu, kita tidak menghamba pada kekuatan maupun
kekuasaan politik tetapi kekuatan dan kekuasaan politik demokratis
menjadi prasyarat strategis sebagai Wahana menjalankan gagasan
demokrasi tanpa warna itu gagasan demokrasi hanya menjadi
perbincangan di ruang kuliah kelompok studi atau di Badan
Pendidikan dan penelitian milik pemerintah swasta atau partai
politik tidak berguna dan tidak berbahaya
Kembali kepada Linz dan Stephan pada tahap sistem operasi

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 115


apa yang harus di konsultasi siapa dan bagaimana harus melakukan
konsolidasi Dua pertanyaan Tak Terpisahkan ada 5 arena utama
Mayor arenas untuk Konsolidasi demokrasi modern:1.Masyarakat
sipil (Civil Society) 2. Masyarakat politik (Political Society) 3.
Supermasi Hukum (Rule of law) 4. Apparatus negara (State
Apparatus) 5. Masyarakat ekonomi (economic society).
Kelima arena konsolidasi demokrasi ini tak terpisahkan saling
menolong saat ini saya necessary support dan saling berhubungan
primary Partition masalah yang dimunculkan Syamsudin Haris
antara arena masyarakat sipil dan masyarakat politik yang
mengawali tulisan ini ternyata tidak mungkin saling meniadakan
atau dipilih secara eksklusif atau melakukan pendidikan politik
sekadarnya kepada masyarakat bahkan terhadap partai politik
yang merupakan elemen utama tahap otoriter totaliter seperti
ditulis A Sonny keraf tentu Sony pengurus badan Pendidikan dan
Pelatihan pusat PDIP tidak akan bersikap tegas terhadap elemen
lama karena pondasi kekuasaan politik PDIP bergantung pada
Partai Golkar dan individu TNI atau Polri yang berasal dari tahap
otoriter totaliter akhirnya pendidikan politik berhenti pada tingkat
kekuasaan belaka bukan praktik tepatnya bukan pas di tubuh partai
politik berkuasa.
Betulkah kepentingan antara gagasan ide atau nilai-nilai
values dari masyarakat sipil adalah penggerak utama (major
generator) masyarakat politik juga terhadap masyarakat ekonomi
aparatur negara dan supremasi hukum tetapi masyarakat Tidak
bisa menampilkan semua game semua dari masyarakat politik
seperti merancang dan menjalankan konstitusi dan perundangan
negara yang menentukan maju mundurnya ke-4 arena konsolidasi
demokrasi lainnya mengelola Aparatur Negara menegakkan
supremasi hukum dan lainnya
Tetapi, betul pula bahwa masyarakat politik dalam melaksanakan
semua fungsi yang mungkin memerlukan legitimasi masyarakat
sipil masyarakat sipil serta memerlukan dukungan cahaya dari
adanya supremasi hukum konstitusional yang memberikan
jaminan hukum atas hak sipil politik ekonomi sosial dan budaya

116| Pancasila
dan aparat negara yang melindungi atau menekan hak-hak tersebut
bila dilanggar juga dukungan masyarakat ekonomi yang disana
untuk menjamin kebebasan dan kehidupan masyarakat sipil tanpa
masyarakat ekonomi yang menumbuhkan dan memeratakan kerja
di Tarakan ekonomi pasar yang ter lembaga dan dilindungi regulasi
dan deregulasi jurnal yang dibuat masyarakat politik norma di
masyarakat sipil dan ditegakkan aparat negara konsolidasi
demokrasi tidak akan pernah terjadi
Berangkat dari tahapan menuju sistem demokratis di atas
dengan mudah kita mendapatkan Siapa yang menjalankan
kekuasaan politik demokrasi termasuk Siapa yang dengan darah
penjara dan kematian akan merebut dan pertahankan demokrasi
menjadikan demokrasi sebagai pandangan hidup of life atau keriting
principle jawabannya kaum Demokrasi apa mereka berperan pada
tahapan menuju sistem demokratis maka semua elemen individu
lembaga dan nilai-nilai hidup dan berkuasa pada tahap otoriter
atau totaliter yang anti demokrasi tidak mungkin memimpin
mempertahankan dan mengembangkan tahap transisi demokrasi
serta tahap sistem demokrasi yang diperluas dan diperdalam
Prof Dr Thomas Meyer,dalam buku cara mudah memahami
demokrasi fs2002 cukup menegaskan posisi teoritis dan praktik
di atas “Demokrasi hanya dapat bertahan jika terhadap suku dan
makanan pokok adalah sejumlah individu yang tahu mengenai
lembaga dan kemudian ini dapat diraih demokrasi yang mewakili
demokrasi dengan kepala dan hati mereka dan yang memberi
demokrasi kehidupan dengan komitmen merdeka” kita tegaskan
tanpa Gom dan maka tentu demokrasi tidak akan bertahan
Pernyataan tokoh dan pakar yang dipaparkan diatas adalah
satu tidak menetapkan tahapan deskriptif ke arah sistem demokrasi
yang diperluas dan ikut dalam 2 tidak menetapkan adanya titik
titik konsolidasi dalam transisi demokrasi maupun dalam sistem
demokrasi yang dikeluarkan dari dalam kita tidak menetapkan
elemen listrik seperti individu lembaga maupun nilai dalam setiap
tahapan ke arah sistem demokrasi yang diperluas dan diperdalam
melalui pemerintahan sipil dan (demokratik civilian government)

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 117


Akibatnya, tidak bisa menetapkan arah siapa dan bagaimana
yang dapat melaksanakan tahap transisi demokrasi dan tahap
sistem demokrasi liberal dan diperdalam seolah-olah kaum
demokrasi dengan lembaga demokrasi dan kaum anti demokrasi
dengan lembaga anti demokrasi itu sama saja tidak ada perbedaan
usaha atau pengikut dan lembaga politik yang menentang ketidak
Perancis orde baru dengan kaum demokrasi yang menggulingkannya
Seolah-olah tidak ada pertarungan politik political strangle
bahkan perang demokrasi berkepanjangan praktek demokrasi
yang harus di menangkan yang melibatkan gagasan ideas kekuatan
proses dan relasi kekuasaan illusion of power antara demokrasi dan
anti demokrasi seolah-olah gagasan demokrasi terlepas dari upaya
membangun dan memperjuangkan kekuatan dan relasi kekuasaan
demokrasi seolah-olah otoriter atau totaliter dan demokrasi
dan sistem demokrasi yang diperluas dan debit dalam itu ilusi
demokrasi radikal saja kesini tangan dapat membedakan bahwa
kaum Brahmana dan lembaga demokrasi itu berbeda satu dengan
lainnya karena secara empiris Setelah 5 tahun perjalanan reformasi
tahun 1989 sampai 2003 signifikansi antara Pro demokrasi dan
anti demokrasi macam enzim dan menemukan makna bahwa
ternyata hanya ilusi percaya bahwa kita dapat membangun dan
mempertahankan demokrasi tanpa kaum demokrat
H. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dari segi waktu dapat
dibagi dalam empat periode:
1. Demokrasi pada periode 1945-1959 (Demokrasi
Parlementer) Demokrasi pada masa ini dikenal dengan
sebutan demokrasi parlementer sistem parlementer
yang di mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan
diproklamirkan dan kemudian diperkuat dalam UUD
1945 tahun 1950 ternyata kurang cocok untuk Indonesia
persatuan yang dapat di Galang selama menghadapi
musuh bersama dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan
kekuatan konflik sesudah kemerdekaan tercapai karena

118| Pancasila
kelemahannya penyusun utama sistem parlementer
memberi peluang untuk dominan pada kata politik dan
Dewan Perwakilan Rakyat
2. Demokrasi pada periode 1999-1965 (demokrasi terpimpin)
ciri-Ciri periode ini adalah dominasi dari Presiden
terbatasnya peranan partai politik berkembangnya
pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai
unsur unsur penting Dekrit Presiden 5 Juli dapat
dipandang sebagai suatu untuk mencari jalan keluar dari
kemacetan politik melalui pembentukan kepentingan yang
kuat undang-undang Dasar 1945 membuka kesempatan
bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-
kurangnya 5 tahun akan tetapi Ketetapan MPRS Nomor 3
tahun 1963 yang mengangkat Presiden Soekarno sebagai
presiden seumur hidup dalam periode ini banyak sekali
terjadi penyelewengan perundang-undangan, misalnya
pembubaran dewan perwakilan rakyat oleh Presiden dan
lain-lain
3. Demokrasi pada periode 1965-1998 (demokrasi Pancasila)
Landasan formil dari periode ini adalah Pancasila dan
UUD 1945 serta ketetapan ketetapan MPRS dalam usaha
untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap
UUD yang telah terjadi pada masa demokrasi terpimpin
cara ini disebut dengan demokrasi Pancasila rumusan
demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut a demokrasi
dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakkan
kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum
demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah
kehidupan yang layak bagi semua warga negara demokrasi
dalam bidang hukum pada hakekatnya bahwa pengakuan
dan perlindungan Ham peradilan yang bebas dan tidak
memihak Namun demikian demokrasi Pancasila pada
era orde baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum
sampai pada tataran praktis atau penerapan karena dalam
praktik kenegaraan dan pemerintahan rezim ini sangat

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 119


tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi
seperti dikatakan m Rusli Karim rezim orde baru ditandai
oleh a dominasinya peranan ABRI birokrasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik C pengebirian peran
dan fungsi partai politik di campur tangan pemerintah
dalam berbagai urusan partai politik dan public masa
mengembang meneliti ideologi negara inkorporasi lembaga
non pemerintah
4. Demokrasi pada periode 1998 sampai sekarang (demokrasi
era reformasi)
Bergulirnya reformasi yang mengiringi ketentuan Orde
Baru menandakan transisi demokrasi Indonesia transisi
Demokrasi merupakan erosi hal yang kritis karena dalam
Fase ini akan ditentukan Ke mana arah demokrasi yang
akan dibangun Selain itu dalam Fase ini pula bisa saja
terjadi pembalikan arah perjalanan bangsa dan negara
yang akan mengantar Indonesia kembali memasuki era
atau radikalisme yang terjadi pada era orde lama dan orde
baru sukses atau gagalnya televisi ini bergantung pada
anak apa komposisi elite politik desain institusi partai
politik kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik
di kalangan elit dan non elite peran Civil Society faktor
ini harus berjalan secara sinergis dan berkelindan sebagai
modal untuk validasi kan Demokrasi apa yang harus
dilakukan dalam transisi Indonesia menuju demokrasi
sekurang-kurangnya mencakup reformasi dalam bidang
bidang dasar pertama reformasi sistem yang menyangkut
perumusan kembali falsafah kerangka dasar dan perangkat
berikut sistem politik kedua reformasi kelembagaan yang
menyangkut pemberdayaan dan pengembangan lembaga
lembaga politik ketika pengembangan kultur dan budaya
politik yang lebih demokratis.

120| Pancasila
I. Demokrasi Langsung
Sebenarnya salah satu elemen demokrasi langsung pada Pemilu
2004 adalah pemilihan presiden langsung Namun sebagai wacana
sistem yang intinya memberi ruang gerak luas bagi partisipasi
warga negara dalam pengambilan keputusan dan bukan sekadar
memilih pemimpin negara atau wakilnya di parlemen dalam
periode tertentu demokrasi langsung belum begitu berkembang di
negeri ini diharapkan wacana itu bisa memicu pencarian alternatif
solusi bagi kebuntuan proses demokrasi dan reformasi yang sedang
berlangsung di negeri ini sehingga tidak berhenti pada kesimpulan
final dan pesimistis semisal reformasi telah mati muda atau transisi
ke demokrasi yang lebih substansial telah habis telah selesai.
Demokrasi merupakan diambil dari bahasa Yunani demos
rakyat dan kratein kekuasaan menggambarkan pada Kekuasaan
dimana kedaulatan ditangan rakyat dalam bahasa politik keseharian
Meski Bukan dalam rumusan hukum ketat sebuah negara yang
menyebut diri demokratis juga dibentuk menjadi negara hukum
yang menegakkan HAM pertengahan abad ke-17 CNC kue rose
mempopulerkan istilah people sovereignty pada abad 18 John
Locke dan Charles The Second date montesqui menggunakan
istilah pembagian kekuasaan keduanya merupakan bagian paling
dasar sebuah negara hukum demokratis
Demokrasi langsung dalam bentuknya yang asli inform seperti
di Athena Yunani kuno dalam kondisi negara dengan jutaan warga
tidaklah mungkin dalam praktik rakyat tidak mungkin terlibat
dalam seluruh pengambilan keputusan politik sehingga sebagian
dari kedaulatan diberikan kepada wakil yang dipilih untuk itu
namun pengaruh rakyat yang berdaulat selama masa jabatan wakil
nya di pemerintahan eksekutif legislatif dan yudikatif bergantung
pada bentuk demokrasi yang diam sebuah negara dalam beberapa
sistem seperti dianut Swiss rakyat memiliki hak Veto atas keputusan
yang diambil wakilnya
Di tingkat nasional kantor distrik dan desa Swiss sebagai satu-
satunya negara yang tidak memiliki tentara reguler melaksanakan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 121


demokrasi langsung dan pada saat sama selain di tingkat nasional
juga sebagian besar kantor dan komunal memiliki parlemen di
parlemen rakyat terlibat secara obligatory dalam perubahan
konstitusi dan secara fakultatif terlibat dalam perubahan undang-
undang Selain itu rakyat lewat terkumpulnya tanda tangan dalam
jumlah tertentu berhak mengusulkan perubahan konstitusi yang
secara obligatory harus dibicarakan dan diambil keputusannya
dalam parlemen sebagian kecil dan desa bahkan tidak memiliki
parlemen hanya sejenis badan musyawarah
Demokrasi Representative oleh pendukungnya disebut
memiliki kelebihan keputusan bisa diambil dengan cepat dan lebih
murah lewat parlemen kampanye dan pemungutan suara petir
referendum misalnya membutuhkan banyak dan ada makhluk
Selain itu para wakil rakyat di parlemen bisa lebih konsentrasi
pada kerja politiknya dan proses keputusan politik bisa dilakukan
secara profesional Sedangkan untuk masalah yang lebih kompleks
misalnya pajak para pakar bisa dimintai pendapatannya hal yang
tidak memiliki rakyat biasa
Sebaliknya mereka yang kritis mencemaskan dalam demokrasi
representative kekuasaan ada dalam genggaman segelintir orang
sehingga terbuka peluang cukup besar terjadinya KKN kelemahan
lain berupa kecenderungan untuk lebih patuh kepada saksi
ketimbang menyuarakan aspirasi konstituen suara kritis yang harus
menghadapi sanksi penurunan nomor urut calon dalam pemilu
berikut sebuah mekanisme membatasi kebebasan seorang wakil
rakyat agar aspiratif demokrasi representative juga dicemaskan
mudah tercapai kepentingan perorangan atau kelompok lebih
dan lebih mudah mempengaruhi atau membayar kelompok kecil
anggota parlemen ketimbang jutaan suara pemilih maraknya kasus
money politik di Indonesia bisa menjadi contoh yang kasat mata
Berbeda dengan demokrasi representative dimana kedaulatan
ada di tangan mereka yang dipilih untuk mewakili kepentingan
rakyat secara teoritis dalam demokrasi langsung sovereinitas
negara sepenuhnya ada di bawah kontrol rakyat sebenarnya
dalam demokrasi langsung pun ada struktur representative

122| Pancasila
seperti parlemen pemerintah dan peradilan hanya semua seperti
itu secara langsung ada di bawah kontrol otak yang tiap saat bisa
menjatuhkan fotonya dan keputusan yang beda dari pemerintah
lewat referendum atau plebisit
Dalam perdebatan tentang sistem mana yang sebaiknya
diterapkan usulan yang diajukan umumnya nyaris totalitas
demokrasi langsung atau demokrasi representative
Pada saat sama dua sisi esensial diabaikan pertama harus
dibedakan menurut arah kebijakan dan politik dalam beberapa
masalah seperti pertahanan atau perlindungan dan penanganan
bencana pengambilan keputusan yang cepat amat penting
pertanyaan lain yang rumit tidak dijawab ya atau tidak
Untuk kedua hal itu boleh jadi demokrasi representative lebih
cocok kedua dan terutama sebaliknya rakyat yang menentukan
di bidang apa saja penggunaan demokrasi representative lebih
banyak mudharat ketimbang manfaatnya rakyat sebagai pemangku
kedaulatan seharusnya Diberi wewenang untuk menentukan
bidang apa saja Ia mau dan bisa diwakili dan apa yang dilakukan
sendiri
Karena itu sebenarnya yang paling realistis adalah pertanyaan
sejauh mana demokrasi representative bisa dilengkapi dengan
instrumen demokrasi langsung atau switch yang banyak diacu
sebagai negara paling dekat dengan sistem demokrasi langsung
sebenarnya menganut sistem demokrasi representatif dengan
kebanyakan keputusan diambil di parlemen meski demikian lewat
referendum rakyat dapat menjatuhkan keputusan dalam berbagai
masalah yang menyangkut hidup orang banyak tidak suka dan
memilih wakilnya di parlemen
Pada sisi lain adalah keliru dalam mengangkat rakyat yang
menginginkan mengambil keputusan lewat referendum atau
bahkan platisin maka negara harus mengeluarkan banyak
dana terpaksa terus menurunkan pajak dan utang publik akan
meningkat sebagian besar studi ekonomi Try this is dan negara
bagian California dan Oregon di Amerika Serikat yang memiliki

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 123


tradisi panjang demokrasi langsung menimbulkan hal sebaliknya
pengeluaran kepala negara jatuh lebih rendah di daerah yang
mempraktekkan sistem demokrasi langsung
Berkait dengan pajak ditemukan dua hal yaitu di satu sisi
rakyat lebih mampu menghindari kenaikan pajak di sisi lain
mereka lebih bersedia menyetujui kenaikan pajak asal dilibatkan
dalam menentukan untuk apa kenaikan pajak digunakan yang
paling signifikan adalah temuan penggelapan pajak di kantor
yang mempraktikkan dalam operasi langsung di Swiss jauh lebih
rendah daripada kawasan yang menggunakan demokrasi parlemen
sementara di daerah yang memberi kesempatan rakyat terlibat
perencanaan anggaran utang pabrik menurun 15% dibandingkan
dengan daerah tanpa kesempatan itu
Di Indonesia pemilihan kepala desa yang sudah memiliki
tradisi panjang adalah salah satu contoh demokrasi langsung dalam
pemilihan presiden langsung yang juga menjadi buah reformasi
adalah pemilihan langsung anggota BPD badan perwakilan desa
tuntutan yang juga santet terdengar adalah agar pemilihan presiden
secara langsung hal yang sama juga diberlakukan pada pemilihan
kepala daerah Gubernur Bupati Camat dan Lurah Di beberapa
desa di tanah air public hearing dan pengambilan keputusan
langsung oleh rakyat sudah mulai dilakukan lewat cara itu desa-
desa di beberapa kawasan Maluku Tenggara mampu menghasilkan
peraturan desa yang aspiratif dalam mengatur kehidupan bersama
Sebagai dampak langsung penghasilan beberapa desa meningkat
tajam sehingga tidak lagi memerlukan bantuan keuangan dan
dari kabupaten menjadi sekumpulan Desa Mandiri ga ini bergulir
harapan bagi demokrasi di Indonesia menjadi semakin cerah.
J. Perlunya Rekonsiliasi Elit Dalam Demokrasi
Jalan demokrasi yang sedang dirintis bangsa kita sedang
mengalami kebuntuan karena para elit politik seperti Abdurrahman
Wahid atau Gus Dur Amien Rais Megawati Soekarnoputri Akbar
Tanjung dan Susilo Bambang Yudhoyono serta yang lainnya tidak
melakukan rekonsiliasi politik untuk menyelesaikan problem

124| Pancasila
bangsa akibatnya kemelut politik yang sedang melanda bangsa
kita tidak kunjung terselesaikan bahkan Kondisinya sudah sangat
memprihatinkan dengan bergejolaknya konflik masih di tengah-
tengah keributan politik
Fenomena ini sesungguhnya mengisyaratkan tidak bersatunya
elite politik dalam usaha melapangkan Jalan bagi pembentukan
demokrasi sebagaimana dikemukakan Philips C Schimtter, ketika
berorasi dalam rangka peresmian the Habibie center 23 Mei
2000 perseteruan para elit sesungguhnya akan menghambat laju
demokrasi demokrasi akan berlangsung aman jika para elit politik
tidak melakukan konflik bersikap rukun dan mau mengembangkan
serta mematuhi aturan tentang Fair Play toleransi dan kompetisi
yang wajar.
Proses demokrasi dapat mengalami kemandegan bila para aktor
politik terus bersetubuh mengenai prinsip-prinsip dasar kerjasama
dan kompetisi dalam membentuk pemerintahan menurut pakar
politik instituto universitaria di Italia ini tidak ada calon tunggal
menuju demokrasi pada dasarnya jalan menuju demokrasi
Pada dasarnya,jalan menuju demokrasi sangat plural karena
berdemokrasi adalah suatu proses yang terus akan menjadi.Tak
aneh, jika Carlton clymer rodee taton James Anderson Karel
quimby kristal dan Thomas h Granny berpendapat like all human
Are moment operasi is far from Perfect and night accordingly
dengan kata lain Demokrasi adalah suatu proses yang menjadi
bukan sesuatu yang sudah terjadi karena itu demokrasi akan selalu
dimaknai diinterpretasi dan dikemas dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Itulah sebabnya Apa itu politik harus mengembangkan
kesepakatan kesepakatan politik tentang bagaimana mewujudkan
demokrasi di Indonesia sehingga demokrasi tidak Kehilangan Arah
mau dibawa kemana kah demokrasi kita kesepakatan-kesepakatan
itu bisa berasal dari pengalaman sejarah komposisi sosial etnik
struktur ekonomi dan konteks internasional semuanya ini adalah
untuk memberikan warna yang khas bagi konstruktif demokrasi

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 125


kita.
Dalam kondisi demikian biasanya masing-masing pihak merasa
paling mampu mengatur negara dan bersedia melakukan apapun
untuk mempertahankan kekuasaannya setiap kelompok hanya
bertindak atas dasar kepentingan jangka pendek tanpa memikirkan
perseteruan terhadap masyarakat secara keseluruhan politik yang
begitu besar dari para elit politik telah menghilang kan substansi
kerukunan politik untuk meredam konflik horizontal mas ikan
mas yang terjadi di Jawa Timur sebenarnya telah membukakan
mata kepada kita semua agar kelompok elite tidak lagi memainkan
jurus konfliknya.
Maka wajar jika skintone berani berkesimpulan bahwa
tumbangnya rezim otoriter tidak dengan sendirinya akan
menghasilkan sistem politik yang demokratis bisa jadi situasinya
akan kembali kepada situasi semula oleh karena tidak bersatu
nya kelompok reformasi membangun sistem operasi dengan
demikian masyarakat tidak berhati-hati menyikapi perubahan
itu perkembangan politik yang terjadi bisa melahirkan sistem-
sistem yang justru tidak demokratis seperti otokrasi keyboard
atau demokrasi yang terpecah pecah (Unconsolidated democrazy)
Karena sudah sangat jelas bagi kita orang-orang yang semula
budaya demokrasi pada gilirannya setelah mereka berhasil berada
di kekuasaan Mereka pun akan melakukan hal yang sama mereka
akan berhadapan dengan gerakan pro-demokrasi begitulah dalam
tasnya berapa banyak pejuang demokrasi yang akhirnya cara
mengubah demokrasi dan kekuasaannya barangkali ini malam
ini kita dalam berdemokrasi
Kondisi ini disebabkan oleh anggapan umum yang sudah
mengenai dasar-dasar demokrasi karena demokrasi sesungguhnya
tidak habis berarti kewajiban menyingkirkan secara fisik tokoh-
tokoh Rizi nama memobilisasi massa pencapaian ekonomi tinggi
atau kehidupan keadilan budaya Madani demokrasi bahkan tidak
mensyaratkan banyak Demokrat yang paling penting bukan
semua persyaratan itu melainkan kesedihan para aktor utama

126| Pancasila
untuk membuat aturan bersama yang kemudian di sepakati dan
dipenuhi bersama
Jika para elit politik selalu saja bertikai dan tidak bertemu
melakukan kesepakatan kesepakatan yang jelas Bagaimana
membangun jalan demokrasi kita maka akibatnya yang amat Parah
adalah terjadi krisis demokrasi Bung Hatta sang proklamator kita
pernah menyebutkan krisis demokrasi atau demokrasi dalam
keadaan krisis demokrasi yang tidak kenal batas kemerdekaannya
lupa syarat-syarat hidupnya dan melulu menjadi anarki lambat laun
akan digantikan oleh diktator ini adalah hukum dasar dan sejarah
dunia dan koperasi dapat berjalan baik Apabila ada tanggung jawab
dan toleransi pada pemimpin politik
Anarkisme dan kekerasan massa adalah awal dari demokrasi
dan demokrasi sudah dipahami sebagai perjuangan aspirasi dengan
cara-cara kekerasan padahal demokrasi mencatatkan perdamaian
dan toleransi para elit politik harus menghindari anarkisme yang
terjadi di masyarakat karena itu di antara elite politik yang harus
ada kesadaran bersama untuk membangun bangsa dan negara
di atas kepentingan kelompok dan golongan masa jangan lagi
digunakan demi kepentingan politik Elite
Maka dari itu ketidak sediaan partai politik untuk melakukan
kompromi politik jelas mengadakan prestasi Ali setelah berkali-
kali mereka pada tatap muka tetapi hasilnya tidak ada Ali Ali
Pertikaian diantara mereka tulis aja berlangsung dan kondisinya
sudah sedemikian rupa paham nya lalu Bagaimana cara menuju
demokrasi bisa terjadi karena besi Jelaskan perlukan kesepakatan
para elit untuk memilih dan menentukan sosok demokrasi yang
akan dibangun.
Demokrasi memang dipenuhi dengan jalan terjal yang berliku-
liku bukan saja kekerasan dan anarkisme tetapi juga ketidak
sediaan para elit untuk mewujudkan demokrasi meskipun berbeda
pendapat dalam banyak hal tapi ada hal-hal prinsip yang harus
mereka sepakati sebagai konsensus nasional yang menjadi pijakan
dalam melangkah menuju demokrasi

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 127


Egoisme politik yang tengah berkecamuk di dada para elite
adalah wujud dari tidak sadarnya mereka terhadap realitas politik di
bawah yang bertikai yang juga sebenarnya disuruh oleh ketika yang
dimainkan sendiri maka jangan lagi disalahkan jika egoisme politik
terus terjadi tetapi mereka masyarakat tidak lagi mempercayai
para elit nya dengan kata lain masyarakat kehilangan pemimpin
yang patut diteladani.
Hal ini jelas memberikan pengaruh yang besar kepada
masyarakat Siapakah pemimpin dapat dipercaya pada masyarakat
paternalistik yang masih melekat pada bangsa kita senantiasa
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pemimpin
pemimpin formal maupun pemimpin informal dalam situasi seperti
sekarang ini legitimasi pemimpin formal Mengalami penurunan
akibat ketidakmampuan mereka menyatukan visi demokrasi
pada gilirannya kebebasan politik yang dimiliki masyarakat akan
menunjukkan kritik terbuka terhadap para pemimpin sehingga
membangun opini jelek kepada mereka sebagai pemimpin yang
gagal akibatnya timbul ketidakpercayaan masyarakat kepada para
elite.
Di sinilah perlunya mencari jalan rumus demokrasi dengan
kesepakatan kesepakatan politik para elite dengan kerjasama
di antara elit politik akan tercipta konsolidasi demokrasi yang
sesungguhnya sebaliknya jika mereka tidak mau melakukan kerja
sama politik laju demokrasi akan terhambat karena itu sudah
sewajarnya para elit politik berusaha memuluskan laju demokrasi
bahkan lebih dari itu mempercepat laju demokrasi.

128| Pancasila
BAB VIII
HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian dan Hakikat hak Asasi Manusia


Menurut pendapat Jan MaterSon (dari komisi HAM
PBB),dalam teachin human right,united nation,sebagai mana
diikuti baharudi lopa bahwa hak asasi manusia adlaah hak-hak
yang mlekat pada setiap manusia,yang tanpanya manusia musthail
dapat hidup sebagai manusia selanjutnya john locke menyatakan
bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan tuhan
sebagai hak kodari.oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun
didunia yang dapat mencabutnya.hak ini sifatnya sangat mendasar
(fyndamnetal) bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan
hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan
manusia.
Dalam UUD NO.39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
pasal 1 disebutkan bahwa ;”hak asasi manusia (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan merupakan anugerah-
NYA yang wajb dihormati,dijunjung tinggi,dan dilindungi oleh
negara,huj=kum,pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perllindungan harkat dan martabat manusia “.
Berdasarkan dari beberapa rumusan pengertian HAM
sebagaimana diatas,diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM
adalah merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 129


ALLAH yang harus dihormati,dijaga dan dilindungi oleh setiap
individu,masyarakat dan negara.Dengan demikian hakikat
penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban,serta
keseimbangan antara kepentingan perorangan dan kepentingan
individu.
B. Perkembangan Pemikiran HAM
1. Perkembangan Pemikiran HAM Secara Umum
Pada umumnya para pakar eropa berpendapat bahwa
lahirnya HAM dikawasan Eropa dimulai dengan lahir Magna
Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja
yang tadinya memilik kekuasaan absolut (raja sendiri yang
menciptakan hukum,tetapi ia tidak terikat dengan hukum yang
dibuatnya),menjadi dibatasi kekuasaanya dan mulai dimintai
pertanggung jawabanya dimuka hukum.Magna Charta telah
menghilangkan hal absolutisme raja.
Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti lahiirnya Bill
of Rights di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu muncul
pandangan yang intinya bahwa manusia sama dimuka hukum
(equality before the law). Adigium ini memperkuat dorongan
timbulnya negara hukum dan negara demokrasi.Bill Of Rights
melahirkan asas persamaan harus diwujudkan,betapapun
resiko yang dihadapi,karena hak kebebasan baru ddapat
diwujudkan kalau ada hak persamaan. Untuk mewujudkan
semua itu,maka lahirnya teori kontrak sosial J.J Rosseau,teori
Trias Politica Montesquieu,John Locke di Inggris dengan Tori
Hukum kodrati,dan Thomas Jefferson di AS dengan hak-hak
dasar dan persamaan yang dirancangnya.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan
munculnya The American Declaration Of Indepedence,yang
lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Mulailah
dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak ia dalam
perut ibunya,sehingga tidaklah logis jika setelah lahir ia harus

130| Pancasila
dibelenggu. Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah the french
declaration (deklarasi prancis),dimana ketentuan tentang
hak lebih diperinci lagi sebagaimana dimuat dalam the rule
of law.Perkembangan yang lebih signifikan adalah dengan
kemunculan The Four Fredom dari Presiden Roosevelt pada
tanggal 6 Januari 1941 yang intinya adanya empat kebebasan
berbicara dan menyatakan pendapat,hak kebebasan memeluk
agama dan beribadat sesuai dengan ajaran agama yang
dipeluknya,hak kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian
setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang
damai dan sejahtera bagi penduduknya,hak kebebasan dari
ketakutan,tidak satupun bangsa (negara) berada dalam posisi
berkenginan untuk melakukan serangan terhadap negara lain.
Pemikiran tentang HAM terus berkembang dalam rangka
mencapai rumusan HAM yang sesuai dengan konteks ruang
dan zamanya. Secara garis besar perkembangan pemikiran
HAM dibagi menjadi 4 generasi: pertama,pengertian HAM
hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus
pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia
kedua,totalisme dan adanya keinginan negara-negara yang
baru merdeka untuk menciptakan suatu tertib hukum yang
baru.
Kedua,pemikiran HAM tidak hanya menuntut hak yuridis
melainkan juga hak-hak sosial,ekonomi,politik dan budaya.
Ketiga,keadilan dan pemenuhan HAM haruslah dimulai
sejak mulainya pembangunan itu sendiri,bukan setelah
pembangunan itu sendiri. Keempat,pemikiran HAM generasi
keempat dipelopori oleh negara-negara dikawasan Asia pada
tahun yang melahirkan Deklarasi Hak Asasi Manusia yang
disebut Declaration Of the Basic Duites Of Asia People and
Goverment. Deklarasi ini lebih majudari rumusan generasi
ketiga,karena tidak saja mencakup tuntutan struktural
tetapi juga berpihak kepada terciptanya tatanan sosial yang
berkeadilan.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 131


2. Deklarasi Universal HAM PBB
Gagasan HAM secara legal formal selalu dikaitkan
dengan lahirnya Piagam Magna Charta di mana didalamnya
menyebutkan bahwa seorang raja yang semula memiliki
kekuasaan Absolute raja yang menciptakan hukum tetapi
ia sendiri tidak terkait dengan hukum menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggungjawaban
di muka hukum dan sejak lahirnya Piagam ini maka dimulailah
Babak baru sebagai pelaksanaan HAM
Piagam ini akhirnya menjadi aturan pemerintah
apabila seorang raja melanggar hukum ia harus diadili
dan mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya kepada
parlemen artinya seorang penguasa Raja Teknika dengan
hukum dan bertanggung jawab kepada rakyat walaupun
kekuasaan membuat undang-undang Pada masa itu lebih
banyak berada ditangannya
Dengan lahirnya Magna Charta ini Kemudian sejak abad
17 masehi perlindungan terhadap hak-hak manusia sudah
menjadi isu nasional pada banyak negara perkembangan yang
lebih konkret dengan lahirnya habeas corpus act 1674 dan Bill
of Rights 1689 di Inggris Declaration of independence 1776
dan Bill of Rights 1791 di Amerika Serikat dan pada tahun
1789 lahir the friends Declaration di Prancis
Sejak inilah kemudian mulai dipertegas bahwa manusia
adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya sehingga tidak
masuk akal apabila sesudah lahir yg harus di Plengkung
dan kemudian dalam perjalanannya hak-hak asasi manusia
ditetapkan lebih rinci lagi yang selanjutnya menjadi dasar-
dasar negara hukum atau The rule of law
Dengan didalamnya memuat asas asas dasar bagi
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia yaitu freedom
of expression Kebebasan mengeluarkan pendapat freedom
of religion kebebasan menganut keyakinan atau agama yang
dikehendaki The Raid of property perlindungan hak milik dan

132| Pancasila
hak hak dasar lainnya
Perkembangan sejarah politik ekonomi dan hukum dunia
mengalami perubahan setelah terjadi perang dunia Pada
tahun 1953 sampai 1945 yang melibatkan hampir seluruh
kawasan dunia di mana hak-hak asasi manusia di injak-injak
dan tidak dihargai maka timbul keinginan untuk merumuskan
hak hak asasi manusia itu dalam naskah internasional usaha
ini diprakarsai oleh negara-negara yang tergabung dalam
perserikatan bangsa-bangsa PBB pada ilmu pengetahuan dan
hak atas perlindungan kepentingan moral dan material yang
timbul dari hasil karya cipta seseorang dalam bidang ilmu
kesusastraan dan seni (pasal 27)
3. Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia
Profesor Doktor Bagir Manan membagi perkembangan
pemikiran Ham di Indonesia dalam dua periode yaitu periode
sebelum kemerdekaan 1908 sampai 1945 dan periode setelah
kemerdekaan
a. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Sebagai organisasi pergerakan Budi Utomo telah
menaruh perhatian terhadap masalah HAM dalam
konteks pemikiran Ham para pemimpin Budi Utomo
telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan
berkumpul dan mengeluarkan pendapat melalui partisipasi
yang ditunjukkan kepada pemerintah kolonial Belanda
maupun tulisan tulisan yang dimuat dalam tulisan surat
kabar guru Desa bentuk pemikiran Ham Budi Utomo
dititikberatkan dalam masalah kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat
Selanjutnya pemikiran Ham pada Perhimpunan
Indonesia pemikiran Ham pada organisasi ini banyak
dipengaruhi oleh para tokoh organisasi seperti Muhammad
Hatta marimis Natsir pamontjak Ahmad Subarjo dan 10
Desember 1948 dengan nama Universal Declaration of
Human Rights pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 133


manusia
Adapun muatan hak-hak asasi manusia di dalam
deklarasi universal HAM PBB yaitu
1) Hak hidup kebebasan dan keamanan pribadi pasal 3
2) Larangan perbudakan Pasal 4
3) Larangan penganiayaan pasal 5
4) Larangan penangkapan penahanan atau pengasi­
ngan yang sewenang-wenang pasal 9
5) Hak atas pemeriksaan pengadilan yang jujur pasal
10
6) Hak atas kebebasan bergerak pasal 13
7) Hak atas harta dan benda pasal 17
8) Hak atas kebebasan berpikir menyuarakan hati
nurani dan beragama pasal 18
9) Hak atas mengemukakan pendapat dan menghancur
mencurahkan pemikiran pasal 19
10) Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat pasal
20
11) Hak untuk turut serta dalam pemerintahan pasal 21
12) Hak atas pekerjaan pasal 23
13) Hak atas taraf hidup yang layak termasuk makanan
pakaian Perumahan dan kesehatan pasal 25
14) Hak atas pendidikan pasal 26
15) Hak kebudayaan meliputi hak untuk turut serta
dalam kehidupan kebudayaan masyarakat ambil
bagian dalam kemajuan sebagainya pemikiran Ham
para tokoh tersebut lebih menitikberatkan pada
penentuan nasib sendiri
Selanjutnya Sarekat Islam organisasi kaum santri yang
dimotori oleh Haji Agus Salim dan Abdul Muis menekankan pada
usaha-usaha untuk memperoleh penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan dan deskriminasi ras sedangkan pemikiran

134| Pancasila
Ham Partai Komunis Indonesia sebagai partai yang berlandaskan
marxisme lebih condong pada hak-hak yang bersifat sosial dan
menyentuh isu-isu yang berkenaan dengan alat-alat reproduksi
kemudian pemikiran Ham dari Indische Partij yaitu hak untuk
mendapat kemerdekaan serta hak mendapat perlakuan yang
sama serta hak untuk Merdeka sedangkan pemikiran Ham Partai
Nasional Indonesia mengedepankan pada hak untuk memperoleh
kemerdekaan
Pemikiran Ham sebelum kemerdekaan juga terjadi pada dalam
perdebatan di sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di
satu pihak dan Muhammad Hatta dan Muhammad Yamin di
lain pihak perdebatan pemikiran Ham yang terjadi dalam sidang
tersebut berkaitan dengan masalah persamaan kedudukan dimuka
hukum hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak hak untuk
memeluk agama dan kepercayaan hak berserikat dan berkumpul
mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan
c. Periode setelah kemerdekaan (1945-Sekarang)
1) Periode 1945-1950
Periode HAM pada masa awal kemerdekaan masih
menekankan pada hak untuk kemerdekaan self-
determination hak kebebasan untuk berserikat
melalui organisasi politik yang didirikan serta
hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat
terutama di parlemen pemikiran Ham terdapat
legitimasi secara formal karena telah memperoleh
pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar
konstitusi yaitu UUD 1945
2) Periode 1950-1959
Periode ini pemikiran Ham mendapatkan
momentum yang sangat membanggakan karena
suasana kebebasan yang menjadi semangat
demokrasi liberal atau demokrasi parlementer
mendapat tempat di kalangan elit politik seperti
diungkapkan Profesor Bagir Manan bahwa

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 135


pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode
ini mengalami pasang dan menikmati bulan
madu kebebasan indikatornya adalah pertama
semakin banyak tumbuhnya partai politik kedua
kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi
ketika pemilihan umum sebagai pilar lain dari
demokrasi berlangsung dalam suasana fair adil
dan demokratis keempat parlemen atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai representasi dari
kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan
kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan
kontrol yang efektif terhadap eksekutif kelima
wacana dan pemikiran Ham mendapat iklim yang
kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan
yang memberi ruang kebebasan.
3) Periode 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan adalah
sistem demokrasi terpimpin sebagai reaksi
penolakan Soekarno terhadap sistem parlementer
pada sistem ini kekuasaan terpusat pada seorang
presiden akibat dari sistem ini presiden melakukan
tindakan inkonstitusional baik pada tataran para
struktur politik maupun pada infrastruktur
politik dalam kaitan dengan HAM telah terjadi
pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak
sipil dan hak politik seperti hak untuk berserikat
berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan
tulisan dan lain-lain
4) Periode 1966-1998
Telah terjadi peralihan pemerintahan dari
Soekarno ke Soeharto ada semangat untuk
menegakkan HAM pada masa awal periode ini
telah diadakan berbagai seminar HAM salah
satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada

136| Pancasila
tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan
tentang perlunya pembentukan pengadilan
HAM pembentukan komisi dan pengadilan
HAM wilayah Asia selanjutnya pada tahun
1968 diadakan seminar nasional hukum 2 yang
merekomendasikan perlunya uji material untuk
dilakukan guna melindungi HAM
Sementara itu pada sekitar awal tahun 1970 and
1980 and persoalan HAM di Indonesia mengalami
kemunduran karena HAM tak lagi Dilema hati
dilindungi dan ditegakkan pemikiran elite
penguasa masa ini sangat diwarnai oleh Sikap
penolakan nya terhadap HAM sebagai produk
barat dan individualistik serta bertentangan
dengan pihak kekeluargaan yang dianut bangsa
Indonesia pemerintah pada periode ini bersifat
defensif dan Represif yang dicerminkan dari
produk hukum yang umumnya restriktif terhadap
HAM
5) Periode 1998-sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998
memberikan dampak yang sangat besar pada
pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia
pada saat ini mulai dikaji kebijakan pemerintah
Orde Baru yang berlawanan dengan HAM
Strategi penegakan HAM pada periode ini
dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara
konsisten pada tahap penentuan telah ditetapkan
nya beberapa ketentuan perundang-undangan
tentang HAM seperti amandemen konstitusi
negara UUD 1945 ketetapan MPR undang-undang
peraturan pemerintah dan ketentuan perundang-
undangan lainnya

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 137


C. Bentuk-Bentuk Hak Asasi Manusia
Profesor Bagir Manan membagi HAM pada beberapa
kategori yaitu hak sipil hak politik hak ekonomi dan hak sosial
budaya hak sipil terdiri dari hak diperlakukan sama didepan
hukum hak bebas dari kekerasan hak khusus bagi kelompok
anggota masyarakat tertentu dan hak hidup dan kehidupan hak
politik terdiri dari hak kebebasan berserikat dan berkumpul hak
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
hak menyampaikan pendapat di muka umum hak ekonomi terdiri
dari hak jaminan sosial hak perlindungan kerja hak perdagangan
dan hak pembangunan berkelanjutan sedang hak sosial budaya
terdiri dari hak memperoleh pendidikan hak kekayaan intelektual
hak kesehatan dan hak memperoleh Perumahan dan permukiman
Dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,Hak Asasi
Manusia dibagi dalam beberapa jenis yaitu hak personal hak legal
hak sipil dan politik hak subsistensi serta hak ekonomi sosial dan
budaya
Sementara itu dalam undang-undang 1945 amandemen 1
sampai 4 UUD 1945 memuat hak asasi manusia yang terdiri atas
hak:
1. Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
2. Hak kedudukan yang sama didepan hukum
3. Hak kebebasan berkumpul 4
4. Hak kebebasan beragama
5. Hak penghidupan yang layak
6. Hak kebebasan berserikat
7. Hak memperoleh pengajaran atau pendidikan
Selanjutnya secara operasional beberapa bentuk HAM yang
terdapat dalam undang-undang Nomor 39 tentang HAM sebagai
berikut:
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri

138| Pancasila
4. Hak memperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintahan
9. Hak wanita
10. Hak anak
D. HAM Dalam Tinjauan Islam
Tonggak sejarah pihak and Islam terhadap hak asasi manusia
adalah pada pendeklarasian Piagam Madinah yang dilanjutkan
dengan deklarasi Kairo dalam Piagam Madinah paling tidak ada
dua ajaran pokok yaitu semua pemeluk Islam adalah satu umat
walaupun mereka berbeda suku bangsa dan hubungan antara
komunitas muslim dengan nonmuslim dilandasi didasarkan pada
prinsip: a) Berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga, b)
Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, c) Membela
mereka yang teraniaya, d) Saling menasehati, e) Menghormati
kebebasan agama
Iu dan wacana HAM tidak lepas dari perhatian mayoritas
negara-negara Islam yang tergolong ke dalam barisan negara-negara
dunia ketiga yang banyak merasakan perlakuan ketidakadilan
negara-negara barat dengan atas nama HAM di mana menurut
pandangan negara-negara Islam konsepsi HAM barat tidak sesuai
dengan pandangan ajaran Islam yang telah ditetapkan Allah SWT
Oleh karena itu negara-negara Islam yang tergabung dalam
organisasi end of the islamic conference pada tanggal 5 Agustus
1990 mengeluarkan deklarasi tentang hak-hak asasi manusia
sesuai dengan syariat Islam di Kairo yang kemudian dikenal dengan
Kairo Declaration konsep hak asasi manusia dari negara-negara
Oki kemudian dikenal dengan sebutan Deklarasi Kairo
Deklarasi Kairo ini berisi 24 pasal tentang hak asasi manusia
yang lebih didasarkan pada al-qur’an dan sunnah tetapi dalam
penerapan dan realitasnya memiliki persamaan dengan Universal

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 139


Declaration of Human Rights yang di dalam dideklarasikan oleh
perserikatan bangsa-bangsa pada Tahun 1948
Pasal-Pasal yang terdapat dalam deklarasi Kairo mencakup
beberapa persoalan pokok,antara lain:
1. Hak persamaan dan kebebasan pasal 19
2. Hak Hidup pasal 2
3. Hak memperoleh perlindungan pasal 3
4. Hak Kehormatan pribadi pasal 4
5. Hak menikah dan berkeluarga pasal 5
6. Hak wanita sederajat dengan pria pasal 6
7. Hak anak pasal 7
8. Hak memperoleh pendidikan dan berperan dalam
perkembangan Iptek pasal 9
9. Hak kebebasan memilih agama pasal 10
10. Hak kebebasan bertindak dan mencari suku pasal 12
11. Untuk bekerja pasal 13
12. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama pasal 14
13. Hak milik pribadi pasal 15
14. Hak menikmati hasil atau produk ilmu pasal 16
15. Hak tahanan dan narapidana pasal 20-21
Sedangkan ketentuan HAM yang terdapat dalam deklarasi
Kairo juga terdapat dalam ketentuan Alquran:
1. Hak persamaan dan kebebasan (Surat Al Isra:70,An
Nisa:58, 105-107,Al mumtahanah:8)
2. Hak hidup (Surat al-maidah:45,Al Isra:33)
3. Hak perlindungan diri (Surat Al Balad:12-17,at-taubah:16)
4. Hak Kehormatan pribadi (Surat at-taubah:6)
5. Hak keluarga (Surat Al Baqarah:221,ar-rum:21,Annisa:1,at
Thrim:6)
6. Hak kesetaraan wanita dan pria (Surat Al Baqarah:228,Al
Hujurat:13

140| Pancasila
E. Hak Asasi Dalam Perundang-Undangan Indonesia
Pengaturan HAM dalam ketatanegaraan Indonesia terdapat
dalam perundang-undangan yang dijadikan acuan formal dalam
pemajuan dan perlindungan HAM dalam perundang-undangan RI
paling tidak terdapat empat bentuk hukum tertulis yang memuat
aturan tentang HAM,yaitu:
Pertama,dalam konstitusi undang-undang dasar pengaturan
HAM dalam konstitusi negara RI selain pada hasil amandemen
kedua UUD 1945 juga ditemukan di beberapa konstitusi yang
berlaku yaitu UUD 1945 termasuk amandemen 1 sampai 4
Konstitusi Republik Indonesia Serikat pada awal pasal 7 sampai 33
Kedua,dalam ketetapan MPR dapat dilihat dalam TAP MPR
nomor 17 tahun 1998 tentang pandangan dan sikap bangsa
Indonesia terhadap HAM dan Piagam HAM nasional
Ketiga,pengaturan HAM dalam undang-undang pengaturan
ini dapat dilihat dalam undang-undang yang pernah dikeluarkan
oleh pemerintah Indonesia misal uu nomor 9 tahun 1998 tentang
kebebasan menyatakan pendapat
Keempat,pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan
keputusan presiden seperti Keppres nomor 181 tahun 1998 tentang
pendirian komisi nasional penghapusan kekerasan terhadap wanita
H. Pelanggara, Pengadilan dan Penanggung Jawab HAM
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian secara hukum
mengurangi menghalangi membatasi dan atau mencabut hak
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang ini dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku UU nomor 26 Tahun 2000 Tentang
pengadilan HAM
Pelanggaran HAM dapat dikelompokkan menjadi pelanggaran
HAM ringan dan pelanggaran HAM berat pelanggaran HAM berat

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 141


meliputi kejahatan genosida perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa ras kelompok etnis atau kelompok
agama kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan
yang dilakukan sebagai bagian dari tangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan
pemusnahan perbudakan pengusiran dan pemindahan penduduk
secara paksa perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum
internasional penyiksaan pemerkosaan perbudakan seksual
pelacuran secara paksa pemaksaan kehamilan pemantulan atau
sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan didasari persamaan paham politik ras kebangsaan
etnis budaya agama jenis kelamin atau alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional penghilangan secara paksa dan kejahatan apartheid
Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau
daerah kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum
pengadilan negeri yang bersangkutan untuk daerah khusus
Ibukota Jakarta pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah
pengadilan negeri yang bersangkutan pengadilan HAM bertugas
dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran
hak asasi manusia yang berada dan dilakukan di luar batas
teritorial wilayah negara Republik Indonesia pengadilan HAM
tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
hak asasi manusia yang berat yang dilakukan seorang yang
berumur dibawah 18 tahun Pada saat kejahatan dilakukan dalam
pelaksanaan peradilan HAM pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara pengadilan HAM sebagaimana
terdapat dalam undang-undang pengadilan HAM
Perdebatan tentang Siapa yang bertanggung jawab dalam
penegakan pemajuan perlindungan dan pemenuhan HAM sampai
kini menjadi wacana dan diskursus yang tidak berkesudahan dalam

142| Pancasila
kaitan dengan persoalan tersebut paling tidak ada dua pandangan
pandangan pertama menyatakan bahwa yang harus bertanggung
jawab memajukan HAM adalah negara karena negara dibentuk
sebagai wadah untuk kepentingan kesejahteraan rakyatnya
Pandangan Kedua menyatakan bahwa tanggung jawab
pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja
dibebankan kepada negara melainkan juga kepada individu warga
negara artinya negara dan Individu sama-sama memiliki tanggung
jawab terhadap pemajuan penghormatan dan perlindungan Ham
karena itu pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh
negara kepada rakyatnya melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat
yang disebut dengan pelanggaran HAM horizontal
I. HAM Demokrasi Negara dan Pemilu
Pada tanggal 5 Juli 2004 yang lalu adalah pertama kali warga
negara Indonesia mengikuti pemilihan umum langsung presiden
dan wakil presiden banyak warga berharap agar pasangan yang
dipilih kelak menguasai pemerintahan dalam urusan dengan
pemilu ini tidak sedikit orang yang menang ditangkap dan ditahan
serta mengalami penyiksaan di tahanan juga pembunuhan di luar
proses hukum persoalan yang terus mewarnai adalah gagalnya
negara menghentikan atau mengurangi banyak kasus pembebasan
dari proses hukum
Dalam hak-hak ekonomi dan sosial ada puluhan juta orang
tanpa pekerjaan jutaan anak putus sekolah ratusan ribu warga
rawan pangan dan kehilangan rumah serta kaum perempuan
terus mengalami diskriminasi dan kekerasan Bukankah situasi
ini membangkitkan kebutuhan Tiap orang yang diingkari
kakaknya untuk berjuang bagi pemenuhan hak atas pekerjaan
hak atas pendidikan hak atas pangan dan Perumahan,serta hak-hak
perempuan untuk bebas dari diskriminasi dan kekerasan?
Berpegang pada hukum HAM internasional para pemegang
kekuasaan negara bukan saja harus melaksanakan kewajibannya
tetapi juga bertanggung jawab atas pelanggaran atau pengingkaran
HAM dalam hubungan ini Tiap orang akan saling berhadapan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 143


dengan kekuasaan negara.
Sebagaimana HAM demokrasi juga persoalan sehari-hari dan
bagian dari perjuangan HAM contoh Bagaimana Sejumlah warga
membangun komunitasnya Kaum Buruh organisasi kan diri ke
dalam sertifikat guru aktivis politik merebut kebebasan menganut
ideologi kebijakan pemerintah dan UU yang memgafirmasi
yang lemah, serta solidaritas atas mereka yang tertindas harus
“berkorban”,baik sebagai massa pendukung maupun juru
kampanye.
Namun penting pula kita mengambil jarak atas seluruh
rangkaian pemilihan umum legislatif dan eksekutif untuk kembali
mengingatkan perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia
dan proses demokratisasi adalah perjuangan setiap hari bukan
sekadar dalam putaran 5 tahun sekali.
Sungguh menyedihkan jika diterima pandangan tentang
pilihan politik yang terbaik dari terpuruk dalam pemilu presiden
seolah tak ada pilihan lain yang lebih baik dan dianggap dua orang
yang telah pemerintah bisa berbuat lebih baik padahal pandangan
ini hanya berkiblat pada negara bukan pada masyarakat warga
HAM tak hanya hak-hak sipil dan politik tetapi juga hak-hak
ekonomi sosial dan budaya apalagi direduksi sekedar hak atas
kebebasan berserikat dan hak pilih dalam pemilu Pemilu hanya
satu sarana bagi warga negara untuk menggunakan hak pilihnya
dan hanya berlaku 5 tahun sekali.
Menaruh harapan berlebihan pada pemilu akan menggiring
kita seolah dia bakal mengembalikan kebijakan perilaku kekuasaan
negara dan hukum untuk perlindungan dan pemenuhan hak
mayoritas warga kenyataannya perlindungan dan pemenuhan hak
setiap orang adalah masalah yang berlangsung tiap hari
Pelanggaran atau pengingkaran HAM terjadi tiap hari banyak
orang semuanya intinya demokrasi berlandaskan kekuatan rakyat
yang lazim disebut masyarakat warga Upaya ini ini saya gagal jika
lebih mengandalkan sikap dan tindakan dokter tulis di Medan Fair
matinya politik karena hanya akan menyempitkan ruang politik

144| Pancasila
yang pada dasarnya masih banyak yang tertukar
Perlu dicamkan masyarakat warga adalah tempat berdiri
dan beroperasinya kekuasaan negara soalnya masyarakat warga
masih lemah sehingga belum memenuhi kepentingan Tia AFI
terhadap negara Bukankah tugas yang mestinya dikerjakan para
pembela HAM dan demokrasi adalah memberdayakan masyarakat
ketimbang mimpi ihwal penguasa murah hati?
Masalah pokok yang dihadapi masyarakat warga adalah belum
terwujudnya komunitas HAM dan demokrasi yang keluar Bukankah
selama ini kita terperangkap untuk mengandalkan Strategi
program yang berorientasi pada negara ketimbang berorientasi
pada masyarakat.
Kelemahan pokok yang diderita adalah tak ada keteguhan dan
pilihan dalam merangkul dan memberdayakan secara strategis
atas para korban pelanggaran hak atau pengingkaran HAM korban
dan keluarga mereka sering hanya diatasnamakan belakang amat
langkah mereka difasilitasi melalui pendidikan dan partisipasi
demokratis agar berkembang suatu komunitas yang berdaya dan
mampu mengatur diri
Secara normatif negara bertujuan memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan
keadilan nama operasi kekuasaan negara baik di tangan pemerintah
atau militer maupun di tangan parlemen dan aparat kehakiman
cenderung melereng dari tujuan normatif dan penyalahgunaan
kekuasaan adalah kenyataan umum di masyarakat
Pandangan yang lebih kritis mengemukakan negaranya
fasilitator jadi kepemilikan seseorang yang menguasai sumber-
sumber ekonomi maupun domestik sesuai dengan konjungtur
perekonomiannya kenyataan ini pula yang menyebabkan nyaris
mustahilnya suatu demokrasi ekonomi tanpa perubahan mendasar
Selama Negara Orde Baru beroperasi bukan saja kekayaan alam
di kuras dan sebagian besar hasilnya dinikmati segelintir orang di
sekitar istana dan pihak asing pada 1980 an perolehan devisa dari
industri manufaktur jaringan justru bersumber dari upaya burung

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 145


yang Endang dan jam kerja yang panjang secara politik NOB hanya
negara otoriter
Kini hasil pemilu tak boleh diabaikan sebagai bagian
pembentukan kembali aparat negara setelah berakhirnya rezim
Soeharto Habibie dan Abdurrahman Wahid serta pengukurannya
kekuasaan militer surat pernyataan tidak menerima warisan gerak
kaki dan perut dan membuat mereka terperangkap di situ
Negara-dengan wataknya yang begitu menjadi ancaman serius
bagi mereka yang masih mempertahankan integrasi politiknya
pada perlindungan dan pemenuhan HAM dan demokrasi di mana
penataannya adalah memastikan secara bertahap pembentukan
masyarakat warga bukan menggantikannya akibat tergiur
oportunisme dan pragmatisme politik.

146| Pancasila
BAB IX
OTONOMI DAERAH

A. Pengertian Otonomi Daerah dan Desentralisasi


Otonomi dalam arti sempit dimaknai dengan diri sedangkan
makna yang lebih luas bermakna berdaya otonomi daerah
dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan
pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan
daerahnya sendiri
Desentralisasi sebagaimana didefinisikan United Nations
adalah sebagai berikut decentralization refers to the transfer Of
Authority away from the nation Capital letter by the concentration
to head office orbit Evolution to local Of Authority local bodies
Muhammad Turner dan D.Hulme berpandangan bahwa yang
dimaksud dengan desentralisasi adalah transfer kewenangan untuk
menyelenggarakan beberapa pelayanan kepada publik dari seorang
atau agen lain yang lebih dekat kepada publik yang dilayani
Senada dengan pandangan diatas rondinelli mendefinisikan
desentralisasi sebagai transfer tanggung jawab dalam perencanaan
manajemen dan alokasi sumber-sumber dari pemerintah pusat
dan agen-agennya kepada unit Kementerian pemerintah pusat dan
agen-agennya kepada unit Kementerian pemerintah pusat unit
yang ada di bawah level pemerintah otoritas atau korporasi public
semi atonomi otoritas regional atau fungsional dalam wilayah yang
luas atau lembaga privat non pemerintah dan organisasi nirlaba
Sedangkan Shahis David Turki menggunakan istilah

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 147


desentralisasi untuk menunjukkan adanya proses perpindahan
kekuasaan politik fiskal dan administrasi kepada unit pemerintah
subnasional
Ada beberapa alasan mengapa kebutuhan terhadap
desentralisasi di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendesak
pertama kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sangat
terpusat di Jakarta sementara itu pembangunan di wilayah
wilayah lain dilalaikan kedua pembagian kekayaan secara tidak
adil dan merata daerah yang memiliki sumber kekayaan alam yang
berlimpah seperti AC Riau dan lain-lain tidak menerima dana yang
patut dari pemerintah pusat ketika kesenjangan sosial antara satu
daerah dengan daerah yang lain sangat terasa pembangunan fisik di
satu daerah berkembang pesat sekali sedang di daerah lain masih
lamban.
Adapun arti penting otonomi daerah desentralisasi adalah:
1. Untuk terciptanya efisiensi efektivitas penyelenggaraan
pemerintah
2. Sebagai sarana pendidikan politik
3. Pemerintah daerah sebagai persiapan karir politik
4. Stabilitas politik
5. Kesetaraan politik
6. Akuntabilitas publik
B. Visi Otonomi Daerah
Visi Otonomi Daerah dapat dirumuskan dalam ruang lingkup
interaksinya yang utama:
1. Bidang politik: karena otonomi adalah buah dari
kebijakan desentralisasi dan demokrasi maka ia harus
dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang
bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih
secara demokratis memungkinkan berlangsungnya
penyelenggaraan pemerintah yang responsif terhadap
kepentingan masyarakat luas dan memelihara suatu
mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas

148| Pancasila
pertanggungjawaban publik
2. Bidang ekonomi otonomi daerah di satu pihak harus
menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi
nasional di daerah dan di pihak lain terbukanya peluang
bagi pemerintah daerah menggunakan kebijakan regional
dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi
ekonomi di daerahnya
3. Bidang sosial dan budaya otonomi daerah harus dikelola
sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara
harmoni sosial dan pada saat yang sama memelihara nilai-
nilai lokal yang dipandang kondusif dalam menciptakan
kemampuan masyarakat untuk merespon dinamika
kehidupan di sekitarnya
Berdasarkan visi di atas maka konsep dasar otonomi daerah
yang kemudian melandasi lahirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan
UU Nomor 25 tahun 1999 merangkum hal-hal berikut
1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintah
dalam hubungan domestik kepada daerah
2. Penguatan peran DPRD sebagai representasi rakyat lokal
dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah Jika
3. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan
kultur berkualitas tinggi dengan tingkat aksesibilitas yang
tinggi pula
4. Meningkatkan efektivitas fungsi fungsi pelayanan
eksekutif
5. Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah
6. Pengaturan pembagian sumber-sumber Pendapatan
Daerah pemberian keleluasan kepada daerah dan
optimalisasi upaya pemberdayaan masyarakat

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 149


C. Model-Model Desentralisasi
1. Dekonsentrasi
Desentralisasi dalam bentuk dekonsentrasi menurut
rondinelli hanya merupakan pembagian kewenangan dan
tanggung jawab administratif antara Departemen pusat dengan
pejabat pusat di lapangan jadi konsentrasi itu hanya berupa
pergeseran volume pekerjaan dari Departemen pusat kepada
perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan
kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan
untuk membuat keputusan rondinelli membedakan dua tipe
dekonsentrasi yaitu:
a. Field administration pejabat lapangan diberikan
keleluasan untuk mengambil keputusan seperti
merencanakan membuat keputusan keputusan rutin
dan menyesuaikan pelaksanaan kebijakan pusat
dengan kondisi setempat dengan kondisi setempat
kesemuanya dilakukan dengan petunjuk pusat
b. Local Administration
1) Integrated Local Administration tenaga-tenaga
dari Departemen pusat yang ditempatkan di
daerah berada langsung dibawah pemerintahan
dan supervisi kepala daerah yang diangkat oleh
dan bertanggung jawab kepada pemerintah pusat
2) Unintegreted Local Administration tenaga-
tenaga pemerintah pusat yang berada di daerah
daerah masing-masing berdiri sendiri mereka
bertanggung jawab kepada masing-masing
Departemen nya yang berada di pusat sementara
koordinasi di daerah hanya bersifat informal
2. Delegasi
Delegasi menurut menuju kepada sebuah situasi dimana
pemerintah pusat mentransfer tanggung jawab pengambilan
keputusan dan fungsi administrasi publik kepada pemerintah

150| Pancasila
daerah atau kepada organisasi semi otonom yang sepenuhnya
tidak dikendalikan oleh pemerintahan pusat akan tetapi
pada akhirnya tetap bertanggung jawab kepada Nya bentuk
desentralisasi semacam ini dapat dijadikan sebagai hubungan
Principal agent di mana pemerintah pusat sebagai prinsip dan
pemerintah daerah sebagai agen
3. Devolusi
Devolusi adalah transfer kewenangan untuk pengambilan
keputusan keuangan dan manajemen kepada unit otonomi
pemerintahan daerah konsekuensi dari devolusi adalah
pemerintah pusat membentuk Indonesia unit pemerintah
di luar pemerintahan pusat dengan menyerahkan sebagian
fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk dilaksanakan
secara mandiri untuk revolusi mempunyai 5 karakteristik:
a. Pemerintah Lokal bersifat otonom,mandiri dan secara
tegas terpisah dari tingkatan tingkatan pemerintah
pemerintah pusat tidak melaksanakan pengawasan
langsung terhadap nya
b. Unit pemerintahan lokal diakui mempunyai batas-
batas wilayah yang jelas dan legal yang mempunyai
wewenang untuk melakukan tugas-tugas umum
pemerintahan
c. Unit pemerintah daerah bersetatus sebagai badan
hukum dan berwenang untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya untuk mendukung
pelaksanaan tugasnya
d. Unit pemerintah daerah diakui oleh warganet sebagai
suatu lembaga yang akan memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka
e. Terdapat hubungan yang saling menguntungkan
melalui koordinasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah serta unit-unit organisasi lainnya
dalam suatu sistem pemerintahan

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 151


4. Privatisasi
Bentuk terakhir dari desentralisasi menurut rondinelli
adalah privatisasi privatisasi adalah suatu tindakan pemberian
kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan sukarela
swasta dan swadaya masyarakat tetapi dapat pula merupakan
peleburan badan pemerintah menjadi badan usaha swasta
5. Sejarah dan Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah
Peraturan perundang-undangan pertama kali yang
mengatur tentang pemerintahan daerah pasca kemerdekaan
adalah UU Nomor 1 Tahun 1945 ditetapkannya undang-undang
ini merupakan hasil dari berbagai pertimbangan tentang
sejarah pemerintah di masa kerajaan-kerajaan serta pada masa
pemerintahan kolonialisme di dalam UUD ditetapkan tiga jenis
daerah otonom yaitu karisidenan kabupaten dan kota
Periode kedua adalah lahirnya UU Nomor 22 Tahun 1948
berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan
daerah yang demokratis di dalam UU ditetapkan dua jenis
daerah otonom yaitu daerah otonom biasa dan daerah otonomi
istimewa serta 3 tingkat daerah otonom provinsi kabupaten
atau kota besar dan desa kota kecil UU tentang pemerintahan
daerah yaitu UU Nomor 1 Tahun 1957 (sebagai pengaturan
tunggal pertama yang berlaku seragam untuk seluruh
Indonesia)
Munculnya UU Nomor 18 tahun 1965 yang menganut
sistem otonomi yang seluas-luasnya dan UU Nomor 5
tahun 1974 yang mengatur pokok-pokok penyelenggaraan
pemerintah yang menjadi tugas pemerintah pusat di daerah
prinsip yang dipakai dalam pemberian otonomi bukan lagi
otonomi yang seluas-luasnya melainkan otonomi yang
bertanggung jawab alasannya otonomi yang seluas-luasnya
dapat membahayakan keutuhan NKRI
UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 tahun 1999
merupakan turunan dari ketetapan MPR nomor 15 MPR
998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah pengaturan

152| Pancasila
pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan serta perimbangan pusat dan daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
otonomi daerah adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan
dengan memperhatikan aspek demokratisasi keadilan
pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah
b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi
luas nyata dan bertanggung jawab
c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan Utuh
diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota
sedang para daerah provinsi merupakan otonomi yang
terbatas
d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan
konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan
kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam
daerah kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah
administratif
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan
peranan dan fungsi badan legislatif daerah
g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada
daerah provinsi Dalam kedudukannya sebagai wilayah
administrasi untuk melaksanakan kewenangan
pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada
Gubernur sebagai Wakil pemerintah
h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan
tidak hanya dari pemerintah kepala daerah tetapi juga
dari pemerintah dan daerah kepada kepala desa yang
disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana serta
sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 153


yang menugaskan
6. Pembagian Kekuasaan Antara Pusat dan Daerah
dalam UU Nomor 22 Tahun 1999
a. Pemerintahan Pusat
Kekuasaan yang ditangani pusat hampir sama
yang ditangani oleh pemerintahan di negara federal
yaitu hubungan luar negeri pertahanan dan keamanan
peradilan moneter dan agama serta berbagai jenis putusan
yang memang lebih efisien ditangani serta Sentral oleh
pemerintahan pusat seperti kebijakan makroekonomi
standarisasi nasional administrasi pemerintah badan
usaha milik negara dan pengembangan sumber daya
manusia
b. Pemerintah Provinsi
Disamping daerah otonom provinsi juga merupakan
daerah administratif maka kewenangan yang ditangani
provinsi atau Gubernur akan mencakup kewenangan dalam
rangka desentralisasi dan dekonsentrasi kewenangan yang
diserahkan kepada daerah otonom provinsi dalam rangka
desentralisasi adalah:
1) Kewenangan yang bersifat lintas kabupaten dan
kota seperti kewenangan dalam bidang pekerjaan
umum Perhubungan Kehutanan dan perkebunan
2) Kewenangan pemerintahan lainnya yaitu
perencanaan dan pengendalian pembangunan
regional secara makro pelatihan bidang alokasi
sumber daya manusia potensial penelitian yang
mencakup wilayah provinsi pengelolaan Pelabuhan
regional pengendalian lingkungan hidup promosi
dagang dan budaya atau pariwisata penanganan
penyakit menular dan perencanaan tata ruang
provinsi.
3) Kewenangan kelautan yang meliputi eksplorasi

154| Pancasila
eksploitasi konservasi dan pengelolaan kekayaan
laut pengaturan kepentingan administratif
pengaturan tata ruang penegakan hukum dan
bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan
negara dan melakukan inovasi karena kewenangan
merencanakan dan lain-lain
4) Agar sumber daya manusia terdistribusikan ke
daerah otonomi kota dan kabupaten
5) Pengangguran dan Kemiskinan menjadi masa­
lah nasional yang tidak saja hanya dipikul peme­
rintah pusat semata namun dengan adanya
pelim­p ahan wewenang diharapkan terjadi
diseminasi kepedulian dan tanggung jawab untuk
meminimalisasi bahkan menghilangkan masalah
tersebut
7. Otonomi Daerah dan Demokratisasi
Krisis multidimensional dan ancaman disintegrasi nasional
dewasa ini tidak semata-mata kesalahan pada bentuk negara
Tetapi lebih pada format politik desentralistik otoriter dan
struktur ekonomi kapitalistik eksploitatif yang diwariskan
dari orde baru karena itu pemberian otonomi bagi daerah tidak
bisa dipasang sebagai agenda yang terpisah dari agenda besar
demokratisasi kehidupan bangsa kesalahan aplikasi kebijakan
pemerintahan daerah melalui UU Nomor 5 tahun 1974 di masa
orde baru antara lain karena tujuan utama dari kebijakan
tersebut lebih dititikberatkan pada upaya menciptakan
Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan di daerah ketimbang sebagai agenda yang
menyatu dengan proses demokrasi
Konsekuensi dari pandangan diatas adalah pertama
otonomi daerah harus dipandang sebagai instrumen
desentralisasi demokratisasi Dalam rangka mempertahankan
keutuhan serta keragaman bangsa kewenangan yang tidak
atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 155


diserahkan kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah
otonom kabupaten atau kota
8. Pemerintah Kabupaten dan Kota
Terdapat 11 jenis kewenangan wajib yang diserahkan
kepada daerah otonom kabupaten dan daerah otonom kota
yaitu:
a. Pertanahan
b. Pertanian
c. Pendidikan dan Kebudayaan
d. Tenaga kerja
e. Kesehatan
f. Lingkungan hidup
g. Pekerjaan umum
h. Perhubungan
i. Perdagangan dan industri
j. Penanaman modal dan koperasi
Penyerahan ke-11 jenis keluarga nannini kepada daerah
otonom kabupaten dan daerah otonom kota dilandasi oleh
sejumlah pemikiran berikut:
a. Makin dekat produsen dan distributor pelayanan
publik dengan warga masyarakat yang dilayani semakin
tepat sasaran merata berkualitas dan terjangkau
pelayanan publik tersebut
b. Akan membuka peluang dan kesempatan bagi aktor-
aktor politik lokal dan sumber daya manusia yang
berkualitas di daerah untuk mengajukan prakarsa
kreativitas
Kedua otonomi daerah harus didefinisikan sebagai
otonomi bagi rakyat daerah bukan otonomi pemerintah
daerah ketika otonomi daerah merupakan hak rakyat daerah
yang sudah seharusnya inheren di dalam agenda demokrasi
atau demokratisasi keempat daerah tidak bisa dilihat sebagai

156| Pancasila
subordinasi dari pusat melainkan bersifat komplementer bagi
keduanya
Sebagai bagian dari agen demokratisasi otonomi daerah
mencatatkan pula adanya perubahan struktur perwakilan
politik berlakunya akuntabilitas pemerintah tegaknya
supremasi hukum dan rasionalisasi birokrasi baik di tingkat
daerah maupun Pusat.
Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintah daerah
dari sentralisasi ke desentralisasi dari terpusatnya kekuasaan
pada pemerintah dan pemerintahan daerah power stering
antara eksekutif dan legislatif daerah harus ditindaklanjuti
dengan perubahan manajemen pemerintah daerah dari sisi
manajemen pemerintahan daerah harus terjadi perubahan nilai
yang semula menganut proses manajemen yang berorientasi
kepada kepentingan internal organisasi pemerintahan
kepentingan eksternal disertai dengan peningkatan pelayanan
dan pendelegasian sebagian tugas pelayanan pemerintahan
ke masyarakat
Dalam rangka membangun Good Governance di daerah
prinsip-prinsip fundamental yang menopang tegaknya
good governance harus diperhatikan dan diwujudkan tanpa
terkecuali penyelenggaraan otonomi daerah pada dasarnya
akan betul betul terealisasi dengan baik apabila dilaksanakan
dengan memakai prinsip-prinsip good governance pakan
sebenarnya otonomi daerah dengan berbagai seluk-beluknya
seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya ini telah
memberikan ruang yang lebih kondusif bagi terciptanya good
governance
9. Otonomi Daerah dan Pemulihan Krisis Ekonomi
Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berlangsung
kurang lebih 2 bulan sejak 1 Januari 2001 yang lalu tampak
masih memperlihatkan adanya permasalahan mendasar yang
terkait pada situasi dan kondisi nasional secara keseluruhan
Situasi politik yang tidak menentu dan kondisi

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 157


keterpurukan ekonomi menjadi faktor yang dominan yang
menghambat pelaksanaan otonomi daerah Desa menunjukkan
masalah kebijakan pemerintah pusat yang tidak konsisten dan
cenderung menimbulkan serta membuat ketidakpastian dalam
pelaksanaan otonomi daerah itu misalnya adanya keinginan
pemerintah untuk membuat kebijakan tentang pelarangan
bagi pemerintah daerah untuk melakukan pinjaman luar negeri
pinjaman kepada perbankan dalam negeri dan penerbitan
obligasi yang jelas-jelas itu bertentangan dengan undang-
undang otonomi daerah
Masalah pelarangan itu mestinya terlebih dahulu harus
didasarkan pada suatu pengertian yang mendalam dari
berbagai aspeknya termasuk dari aspek perundang-undangan
yang berlaku tidak hanya didasarkan sekadar semangat untuk
memenuhi kepentingan semata sekalipun demikian Karena
kekhawatiran IMF itu akan semakin membahayakan utang
luar negeri Indonesia maka hal ini juga harus diperhatikan
dengan membuat peraturan yang bersifat khusus dan ketat
terhadap aplikasi daerah di samping itu juga masih banyaknya
permasalahan yang lain seperti dana alokasi umum dan
aset aset daerah yang ada di pusat yang hingga kini belum
diserahkan ke daerah masih banyaknya peraturan pemerintah
dan koperasi sebagai pedoman pelaksanaan otonomi daerah
yang belum dikeluarkan serta terjadinya perbedaan pakan
pertentangan kebijakan antar departemen yang menghambat
pelaksanaan otonomi daerah
Terhadap kesiapan pelaksanaan otonomi daerah itu
sendiri banyak pihak termasuk kalangan dunia usaha telah
memeriksakannya kecurigaan terhadap daerah pun semakin
tinggi disebabkan tidak adanya kesamaan Visi dan pemahaman
yang jelas terhadap pelaksanaan otonomi daerah tersebut
Pemerintahan Abdurrahman Wahid yang mestinya
menunjukkan perhatian besar terhadap pelaksanaan otonomi
daerah ini ternyata sangat sulit dapat diharapkan perhatiannya
lebih banyak diarahkan kepada masalah-masalah politik yang

158| Pancasila
kontraproduktif Oleh karena itu maka diperlukan suatu
upaya konkrit yang dapat memberi tekanan agar pemerintah
lebih banyak mengarahkan perhatiannya kepada masalah ini
sebab apabila pemerintah tidak serius menyikapi pelaksanaan
otonomi daerah sehingga berakibat terjadinya kegagalan maka
akan ada risiko yang sangat berat yang harus ditanggung untuk
itu kepada dewan Perwakilan Rakyat dan majelis Perwakilan
Rakyat serta seluruh komponen masyarakat termasuk LSM
dan perguruan tinggi harus secara tegas dan terus memberikan
tekanannya kepada pemerintah
Sedangkan kepada pemerintahan daerah diharapkan
mampu melaksanakan otonomi daerah itu tanpa perlu lagi
berharap yang terlalu besar kepada pemerintah pusat dan
menolong diri sendiri atau berdiri di atas kemampuan daerah
itu sendiri secara otonom merupakan pilihan yang tepat
dan realistis dalam mengatasi berbagai kendala pelaksanaan
otonomi daerah yang dihadapi membangun kerjasama dan
kebersamaan untuk memajukan daerah atau antar daerah perlu
lebih dikembangkan agar tercipta suasana yang kondusif dalam
pelaksanaan otonomi daerah di samping juga menghindarkan
terjadinya konflik konflik yang dapat merugikan pemerintah
daerah juga harus segera menciptakan good governance
sehingga menghilangkan adanya kekhawatiran selama ini
bahwa otonomi daerah itu hanya akan mengalirkan KKN ke
tingkat daerah
Dalam kaitanya dengan upaya pemulihan krisis ekonomi
yang sedang dihadapi maka pelaksanaan otonomi daerah
menjadi salah satu alternatif solusi yang harus menjadi
perhatian serius Sebab terjadi utama yang ideal apabila
keberhasilan otonomi daerah itu dicapai adalah tidak saja
untuk sekedar pemulihan krisis ekonomi nasional akan tetapi
juga yang lebih penting adalah perekonomian masyarakat
dan bangsa secara keseluruhan pemulihan krisis ekonomi
yang berangkat dari bawah dengan landasan otonomi sesi
ekonomi lokal dalam prosesnya akan bergerak menuju kepada

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 159


pemulihan krisis ekonomi nasional
Dengan dilaksanakannya otonomi daerah secara optimal
maka peluang besar terjadinya peningkatan pertumbuhan
ekonomi di masing-masing daerah dengan dukungan investasi
yang besar dan menguntungkan bagi daerah berjalannya roda
perekonomian rakyat secara singkat terjadinya persaingan
usaha secara sehat di daerah yang semuanya itu mencerminkan
adanya peningkatan income perkapita masyarakat yang sangat
signifikan dengan demikian maka proses pembelian krisis
ekonomi menuju kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
dapat terwujud
Setidaknya ada 4 hal yang harus diperhatikan oleh
pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah:
a. Pemerintah harus memberikan perhatian yang
serius terhadap pelaksanaan otonomi daerah dengan
memenuhi semua kewajibannya mendalami perma­
salahan yang muncul dari pelaksanaan yaitu untuk
dicarikan solusinya kebijakan yang tepat dan secara
sungguh-sungguh menciptakan suasana yang kondusif
bagi pelaksanaan otonomi daerah tersebut
b. Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawa­
ratan Rakyat serta kekuatan-kekuatan penekanan yang
ada di negara ini dan juga di luar negeri harus segera
melakukan tekanannya kepada pemerintahan untuk
lebih serius mengarahkan perhatiannya terhadap
pelaksanaan otonomi daerah yang sedang berlangsung
c. Kepada daerah otonom harus lebih hati-hati dan
sungguh-sungguh dalam melaksanakan otonomi
daerah sehingga terjadi suasana yang kondusif
bagi pemulihan ekonomi dan tercapainya tujuan
Kesejahteraan Rakyat
d. Agar pelaksanaan otonomi daerah itu tidak menim­
bulkan kecurigaan dunia internasional yang berdam­

160| Pancasila
pak merugikan bangsa dan negara Indonesia maka
dalam pelaksanaannya itu harus disesuaikan dengan
program restrukturisasi ekonomi yang sedang berjalan
10. Otonomi Daerah Orientasi Birokrasi dan
Pendidikan
Sengaja kita mengangkat persoalan ini karena gambaran
yang muncul Selama ini seringkali negatif otonomi daerah yang
hampir 3 tahun berjalan dicitrakan tidak membuat daerah
menjadi lebih maju dana sekitar 90 triliun yang setiap tahun
diserahkan pemerintah pusat tidak membawa manfaat apa-apa
bagi rakyat di daerah
Otonomi Daerah dinilai hanya menguntungkan dan
memperkaya segelintir orang saja hak akses dari otonomi
daerah lebih merugikan masyarakat karena banyak investasi
yang melalui dari daerah itu akibat terlalu banyaknya pungutan
di sana
Otonomi Daerah yang diharapkan bisa menyebarkan
pembangunan mensejahterakan rakyat tidak mampu
memenuhi Harapan itu konsentrasi modal tetap saja yang
menumpuk di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya sebab
para pejabat daerah membawa dana yang seharusnya ditanam
di daerah itu kembali lagi ke kota-kota besar dalam bentuk
kekayaan pribadi sang pejabat
Bukan rahasia kalau sebagian apartemen yang marak
dibangun kembali di Jakarta saat ini dimiliki oleh pejabat
pejabat di daerah Tidak usah heran apabila urbanisasi ke kota-
kota besar terus berlangsung dan hasilnya adalah pameran
kemiskinan di jalan jalan raya Namun kita harus mengatakan
bahwa tidak semua Daerah seperti itu tidak sedikit daerah yang
sadar akan tanggung jawabnya untuk memajukan masyarakat
yang tinggal di wilayahnya
Sebut saja Misalnya Kabupaten Gorontalo Pemerintah
kabupaten di sana bukan hanya sadar tentang keharusan nya
menggelar program wajib belajar 9 tahun yang sejak zaman

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 161


Orde Baru Sudah dicanangkan dengan program itu pemerintah
wajib memperhatikan pendidikan mulai dari sekolah dasar
hingga tingkat Menengah Pertama
Pemerintah Kabupaten Gorontalo ternyata berpikir
lebih maju mulai tahun 2004 pembahasan pembayaran biaya
sumbangan pembinaan pendidikan akan diperlakukan hingga
Sekolah Menengah tingkat atas seperti dijelaskan Bupati
Ahmad tulis usaha pakaian pertimbangannya sederhana saja
yakni kemiskinan yang terjadi sekarang ini disebabkan oleh
rendahnya pendidikan untuk mendorong masyarakat yang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi Pemerintah
Kabupaten harus mampu memberikan pendidikan yang
cukup bagi warganya dengan itu diharapkan mereka bisa
meningkatkan kualitas kehidupannya
Kalau kita coba telusuri ke daerah cara berpikir positif
seperti itu banyak tersebar di daerah sebut misalnya Bupati
Kebumen rustiningsih yang mencoba memainkan peran yang
seharusnya dilakukan pejabat di daerah untuk memajukan
wilayah serta melayani masyarakatnya
Kita tanggapi juga pikiran yang berkembang dalam
diri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur soekarwo yang
mencoba menerjemahkan kebijakan yang ingin diterapkan
pemerintah Provinsi Jatim peran yang ini dijalankan bukanlah
peran yang berorientasi kepada kekuasaan Tetapi lebih kepada
fungsi
Pemerintah bukan zamannya lagi menjalankan kebijakan
hanya atas dasar kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki
tugas pemerintah haruslah ditunjukkan bagi kepentingan
masyarakat sepanjang kebijakan itu memang memberi manfaat
bagi masyarakat banyak makan yang dibutuhkan itu harus
dikeluarkan
Kita membutuhkan hadirnya lebih banyak lagi orang-
orang yang berorientasi kepada pembangunan daerahnya
dan memajukan warganya tugas dari media massa untuk juga

162| Pancasila
mengangkat sisi positif dari otonomi daerah di samping terus
mengoreksi kekurangan yang masih ada
Tugas kita semua lah untuk mendorong berakhirnya
pelaksanaan otonomi daerah tidak mungkin bagi kita untuk
melangkah mundur kembali ke pola pembangunan lama yang
hanya berkonsentrasi ke pusat kekuasaan pembangunan
yang hanya terbesar di satu tempat ke sana tidak sehat bagi
kehidupan kita sebagai bangsa pola Pembangunan seperti
itu bukan hanya membebani kota itu karena akan menjadi
tumbuhan bagi semua orang tetapi juga menimbulkan Iri hati
dan sakit hati
Sungguh sayang apabila itu yang baik untuk membagi
beban dan menyebar pembangunan itu tidak berhasil kita
laksanakan apabila jika itu disebabkan oleh perilaku orang-
orang daerah sendiri yang gagal memanfaatkan kesempatan
emas dan tidak mampu menyakinkan seluruh bangsa bahwa
desentralisasi merupakan keharusan bagi Indonesia yang
begitu luas dan begitu ukuran suku bangsanya untuk mencapai
kemajuan.
Kita tahu bahwa tidak ada konsep yang sekali jadi tidak
pula ada sebuah sistem yang langsung bisa berjalan sempurna
hanya saja kita harus terbuka terhadap semua masukan berani
untuk melakukan instropeksi dan kemudian berusaha keras
untuk memperbaiki kelemahan yang masih ada.
Tidak ada masyarakat yang tidak berupaya memperbaiki
dirinya tidak ada masyarakat yang hanya diam saja menerima
keadaan kita melihat bahwa setiap orang berusaha untuk
keluar dari situasi krisis yang menghimpit selama 6 tahun
terakhir ini semua orang terus mencoba dan Mencoba untuk
bisa memperbaiki kehidupan mereka
Sudahkah Harapan itu mereka Raih? kita harus
mengatakan bahwa keadaannya sedikit demi sedikit mulai
membaik Meski banyak yang masih Tertinggal banyak pula
yang sudah meraih keadaan yang lebih baik lihat ekonomi di

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 163


tengah masyarakat bisa kita rasakan itu tercermin misalnya
dari tingginya frekuensi perjalanannya dilakukan anggota
masyarakat bahkan ketika hari libur kota-kota tujuan wisata
kita lihat dipadati oleh anggota masyarakat yang berlibur
Tugas pemerintah daerah sebenarnya Tidaklah terlalu
berat Ia hanya tinggal mengarahkan dan selanjutnya
masyarakat tahu apa yang harus mereka perbuat untuk
membangun dirinya dan juga daerahnya penerapan otonomi
daerah selama ini masih cenderung terkuat pada penataan
organisasi dan pengembangan sumber daya manusia
lingkungan pemerintahan pengembangan SDM dan birokrasi
yang ini menjadi mitra kerja pemerintah daerah justru belum
diberdayakan
Demi terwujudnya masyarakat madani pemerintah pusat
telah mendorong pengembangan SDM negara klasik terutama
pada lembaga-lembaga yang spesifik menjadi Mitra kinerja
dinas dinas atau badan badan di daerah demikian salah satu
butir rekomendasi dari tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia dalam penelitian tentang kebijakan SDM di era
otonomi sepanjang tahun 2003
Rekomendasi tersebut mengemukakan Dalam Seminar
dalam workshop hasil penelitian kompetitif Lipi program daya
saing dan isu 2003 di Jakarta selain tentang otonomi daerah
seni tersebut juga membahas hasil-hasil penelitian lainnya
terutama menyangkut pengembangan potensi ekonomi
masyarakat lokal serta penyelesaian konflik sosial ekonomi
di daerah
Tim yang dipimpin dokter makmuri Soekarno dari bidang
kependudukan dan ketatanegaraan RI Pi menelaaah kebijakan
SDM pada 5 Kabupaten pada lima provinsi berbeda kelima
Kabupaten itu adalah Padang Pariaman Bangka Malang dulu
dan Nunukan di 5 kabupaten tersebut yg menemukan kuatnya
kebijakan untuk memprioritaskan pengembangan SDM
birokrasi misalnya mendorong pegawai untuk melanjutkan

164| Pancasila
pendidikan dengan memanfaatkan anggaran yang tersedia
Sayangnya koordinasi antar dinas dalam perencanaan
pengembangan SDM belum memadai program di tiap sub
unit kerja masih berjalan sendiri sendiri di Nunukan misalnya
perencanaan SDM tidak terpadu dan terjadi kesenjangan
pelayanan dan pengawasan terhadap penggunaan dana
Menurut temuan tim secara umum otonomi yang
dikembangkan di daerah-daerah tersebut selama ini adalah
kewenangan Pemerintah Daerah sementara pengembangan
otonomi masyarakat masih terabaikan politik daerah yang
cenderung mengalihkan sentralisasi dari pusat ke daerah
sebelum mendorong terjadinya penguatan kontrol masyarakat
terhadap kinerja pemerintah
Tim peneliti LIPI yang beranggotakan 3 orang tersebut
menyarankan agar dewan pendidikan dan komite sekolah yang
digalakkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dijadikan
model pemberdayaan masyarakat dewan pendidikan dan
komite sekolah tidak ini afektif mengawasi kinerja Dinas
Pendidikan dan pengelola sekolah pasalnya perwakilan unsur
pemerintah tokoh pendidikan orang tua siswa dan pengusaha
turut serta memberi masukan dan mengawasi kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan
Bila perlu keberadaan lembaga semacam itu diperkuat
dengan peraturan daerah efektivitasnya tidak kuat jika
hanya berdasarkan surat keputusan Bupati tim peneliti LIPI
menilai jika paradigma birokrasi masih terlalu kental maka
partisipasi publik pada program pembangunan menjadi
lemah mereka mencatat lemahnya pengembangan SDM dunia
usaha berbuntut pada kecenderungan Pemerintah Kabupaten
mempertahankan ketergantungan pada sumber pendapatan
asli daerah daerah kurang terpacu dan kreatif menggali
potensi sumber daya alam pada sisi lain karena lemahnya
pengembangan SDM pada masyarakat luas ekspansi kegiatan
ekonomi untuk mengelola potensi sumber daya alam beresiko

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 165


merusak lingkungan.
Berkait dengan kesenjangan mutu pendidikan antar daerah
pada era otonomi,Makmuri dalam wawancara dengan pers
menyarankan pemerintah pusat membuat standar pelayanan
minimum. Dinas pendidikan,misalnya,harus mempunyai
acuan dari pemerintah pusat dalam hal pengangkatan
tenaga kependidikan. Seorang calon guru harus memenuhi
persyaratan dan kualifkasi yang sama dengan calon guru di
daerah lain.
11. Bidang Pertanahan Dalam Rangka Pelaksanaan
Otonomi Daerah
Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menempatkan
tanah pada kedudukan yang penting perjalanan sejarah bangsa
Indonesia yang dijajah selama 350 tahun oleh kolonial Belanda
menunjukkan indikasi bahwa tanah sebagai milik bangsa
Indonesia telah diatur oleh bangsa lain dengan sikap dan niat
yang asing bagi kita tanah sebagai berkah ilahi telah menjadi
sumber keresahan dan penindasan rakyat ditindas melalui
politik dan hukum pertahanan yang tidak berkeadilan demi
kemakmuran bangsa lain Oleh karena itu setelah kemerdekaan
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 maka bangsa
Indonesia mengatur sendiri tanah yang telah kita kuasai dan
miliki akan tetapi mengatur tanah yang telah dikuasai dan
dimiliki nya sendiri itu tidaklah mudah walaupun telah tegas
dinyatakan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang merupakan
Landasan ideal hukum agraria nasional yang menetapkan
bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat
Atas Landasan ideal ini sesuai dengan falsafah Pancasila
bangsa Indonesia memandang tanah sebagai karunia Tuhan
yang mempunyai sifat magis religius harus dipergunakan
sesuai dengan fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran yang berkeadilan dan tidak dibenarkan untuk

166| Pancasila
dipergunakan sebagai alat spekulasi orang atau masyarakat
karena kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil perjuangan
perorangan atau golongan melainkan perjuangan rakyat dan
bangsa Indonesia
Tanah mempunyai makna yang sangat strategis karena
didalamnya terkandung tidak saja aspek fisik akan tetapi juga
aspek sosial ekonomi budaya dan politik serta pertahanan
keamanan dan aspek hukum secara teoritis sumber daya
tanah memiliki 6 jenis nilai yaitu 1 nilai produksi 2 nilai notasi
3 nilai Lingkungan 4 nilai sosial dan 5 nilai politik serta 6
Nilai hukum sumber daya tanah mempunyai nilai sempurna
apabila formasi nilai tanah mencakup ke-6 sejenis nilai
tersebut ketidak sempurnaan nilai tanah akan mendorong
mekanisme pengalokasian tanah secara tidak adil dan tidak
merata golongan masyarakat yang mempunyai dan menguasai
akses yang tinggi cenderung Untuk memanfaatkan ketidak
sempurnaan tersebut untuk kepentingan Semata
Untuk itu peranan pemerintah di dalam mengelola sumber
daya tanah sangat diperlukan peranan tersebut seharusnya
tidak hanya terbatas pada upaya untuk menyempurnakan
mekanisme yang dapat mengalahkan sumber daya tanah tetapi
juga memerlukan suatu kelembagaan untuk mengemban fungsi
diatas agar tanah dapat dimanfaatkan secara lebih sejahtera
adil dan merata
Yang dimaksud Pengelolaan tanah di sini adalah suatu
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan Bagaimana
tanah dan sumber dayanya didistribusikan digunakan dan
dilindungi dalam masyarakat proses Pengelolaan tanah dapat
dilihat dari bermacam-macam perspektif yang terutama dari
sudut pandang ekonomi dan lingkungan dari sudut pandang
lingkungan Pengelolaan tanah jangan sampai merusak kondisi
kemampuan tanahnya serta kelestarian lingkungan sedangkan
dari sudut pandang ekonomi Pengelolaan tanah adalah untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat Melalui penggunaan
dan pemanfaatan tanah serta sumber dayanya

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 167


Pengelolaan tanah di Indonesia mempunyai landasan
konstitusional yang merupakan arah dan kebijakan Pengelolaan
tanah sebagaimana yang tercantum dalam pasal 33 ayat 3
UUD 1945 yang berbunyi bumi air dan ruang angkasa yang
terkandung didalamnya dikuasai negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat pasal 33 ayat 3
UUD 1945 tersebut dijabarkan dalam undang-undang nomor
5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria
atau dikenal juga sebagai undang-undang pokok agraria yang
memuat kebijakan Pertanahan Nasional yang menjadi landasan
Pengelolaan tanah di Indonesia
Dalam penyelenggaraan Pengelolaan tanah khususnya
yang berkaitan dengan pengelolaan penguasaan dan hak-
hak atas tanah diperlukan lembaga pendaftaran tanah untuk
memberikan kepastian hukum antara pemegang hak dengan
tanah peralihan hak tanah hak tanggung jawab atas tanah
peralihan hak tanggungan Selain itu pendaftaran tanah
merupakan sumber informasi untuk membuat keputusan
dalam pengelolaan Pertanahan baik dalam penataan
penguasaan pemilikan penggunaan dan pemanfaatan tanah
Sampai saat ini UUPA masih merupakan landasan hukum
untuk menyelenggarakan pengelolaan Pertanahan di Indonesia
merupakan penyelenggaraan pengelolaan Pertanahan tanpa
melakukan perubahan kebijakan nasional Pertanahan akan
mengandung implikasi hukum yang dapat menyebabkan
cacatnya produk hukum yang berkaitan dengan hak atas tanah
dan pendaftarannya
Dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah sistem pemerintahan republik Indonesia
mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu dengan
memberikan kewenangan yang luas nyata dan bertanggung
jawab kepada daerah secara proporsional sejalan dengan
perubahan sistem pemerintahan tersebut maka diperlukan
adanya pembagian kewenangan yang jelas antara pemerintah
daerah provinsi daerah kabupaten dan daerah kota pasal 2 ayat

168| Pancasila
1 UU Nomor 22 Tahun 1999
Berpijak dari Pengelolaan tanah dan sumberdaya nya
yang diatur dalam UUD maka pembagian kewenangan bidang
Pertanahan diusulkan sebagai berikut:
a. Pemerintah
Kewenangan pemerintah di bidang Pertanahan
sebagaimana yang telah di amanatkan dalam undang-
undang dimaksud meliputi urusan-urusan yang
tercantum dalam pasal 2 ayat 1 ayat 2 ayat 3 dan
pasal 14 ayat 1 serta pasal 19 ayat 1 ayat 2 ayat 3 yang
meliputi penyelenggaraan pengaturan penguasaan
dan pemilikan tanah penyelenggaraan penataan tanah
nasional penyelenggaraan pengaturan dan pemberian
hak hak atas tanah menyelenggarakan pendaftaran
tanah pengendalian Pertanahan dan pemberdayaan
masyarakat
b. Pemerintah Daerah Provinsi
Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom
meliputi perencanaan penatagunaan tanah provinsi
perencanaan penggunaan tanah yang meliputi
2 Kabupaten atau kota atau lebih perencanaan
penatagunaan tanah daerah kabupaten atau kota
yang mempunyai pengaruh terhadap kabupaten atau
kota di sekelilingnya penyelesaian dan penetapan hak
ulayat yang meliputi dua Kabupaten atau kota atau
lebih
c. Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota
Kewenangan daerah kabupaten atau kota meliputi
izin lokasi pengaturan persediaan dan peruntukan
tanah penyelesaian masalah sengketa tanah garapan
di atas tanah negara penguasaan pendudukan tanah
tanpa izin dari pihak yang berwenang oleh pihak
yang tidak berhak atau kuasanya penyelesaian
ganti rugi dan santunan dalam pengadaan tanah

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 169


penyelesaian dan penetapan hak ulayat masyarakat
hukum adat penertiban dan pendayagunaan tanah
terlantar penyelesaian dan pemanfaatan sementara
Tanah kosong pengaturan tanah reklamasi dan tanah
timbul rekomendasi objek subjek redistribusi tanah
obyek landreform penetapan penyelenggaraan bagi
hasil tanah pertanian penetapan harga dasar tanah
penetapan kawasan siap bangun kasiba
Kewenangan di bidang Pertanahan untuk pemerintah
daerah kabupaten atau kota didasarkan kepada beberapa
alasan antara lain:
a. Dalam pasal 1 butir e dan a UU Nomor 12 Tahun
1999 desentralisasi sebagai penyerahan wewenang
pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom
dalam kerangka NKRI mengandung makna yang
signifikan antara lain kewenangan pemerintah yang
diserahkan kepada daerah otonom terbatas pada
wewenang yang memancar dari presiden dan para
menteri atau dengan lain perkataan desentralisasi
tidak mencakup Penyerahan wewenang dari lembaga
tertinggi negara dan lembaga tinggi negara.
Wewenang pemerintah yang diserahkan oleh
pemerintah kepada daerah otonom tidak menyeluruh
dan Utuh baik dalam semua bidang maupun dalam
suatu bidang pemerintah tertentu selanjutnya juga
disampaikan bahwa wacana mengenai desentralisasi
perlu diperluas dengan produk hukum di luar UU
Nomor 22 Tahun 1999 gimana materi dari undang-
undang tidak boleh bertentangan dengan atau
menyimpang dari materi konstitusi dari undang-
undang Dasar 1945
b. Dalam Penjelasan Umum Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 46 tahun 2002 tentang tarif atas jenis
penerimaan negara bukan pajak yang berlaku

170| Pancasila
pada Badan Pertanahan Nasional dikatakan bahwa
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan PP nomor
25 tahun 2011 sanaan pelayanan di bidang Pertanahan
pada prinsipnya merupakan kewenangan daerah nama
Untuk menjaga kelangsungan pelayanan di bidang
Pertanahan dan sebelum adanya peraturan yang baru
mengenai kewenangan di bidang Pertanahan sebagian
tugas pemerintahan yang dilaksanakan oleh Badan
Pertanahan Nasional di daerah tetap melaksanakan
oleh pemerintah pusat sampai dengan ditetapkannya
peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan
Sedangkan kewenangan-kewenangan yang merupakan
kewenangan pemerintah masih tetap dilaksanakan
oleh Kantor Pertanahan kabupaten atau kota dengan
asas dekonsentrasi dalam rangka mengendalikan
pemanfaatan dan penguasaan tanah dari aspek fisik
dan yuridis dan juga urusan yang berkaitan dengan
jaminan kepastian hukum atas tanah proses pemberian
jaminan kepastian hukum atas tanah diperlukan asas
keadilan bagi semua pihak bukan hanya Penduduk
daerah setempat atau dengan kata lain melakukan
fungsi peradilan dalam bidang Pertanahan untuk dapat
bersikap adil terhadap suami hak tentunya urusan
jaminan kepastian hukum atas tanah harus bebas dari
intervensi pihak luar termasuk Pemerintah Daerah
Kabupaten atau kota kewajiban setiap pemegang
hak atas tanah yang diberikan jika tidak memelihara
termasuk menambah kesuburannya serta mencegah
kerusakan sebagaimana yang diamanatkan dalam
pasal 15 UU Nomor 5 tahun 1960 bagi yang melanggar
ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
15 tersebut akan diberikan sanksi hukuman sesuai
dengan ketentuan dalam pasal 52 UU Nomor 5 tahun
1960.

Drs. Edy Yusuf Nur, S.S., M.M., M.Si., M.B.A. | 171


172| Pancasila

Anda mungkin juga menyukai