Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT. Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini, yang berjudul “ Pancasila Sebagai Paradigma Nasionalisme ”
dapat selesai pada waktu yang telah di tentukan. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi besr Muhammad Saw.
Dengan terselesianya makalah ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyususnan
makalah ini
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga saja makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Teluk Kuantan, Desember 2017


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………. ........................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasionalisme .............................................................. 3
B. Nasionalisme Menurut Para Ahli ................................................. 8
C. Nasionalisme Pancasila ................................................................ 9
D. Keadaan Nasionalisme Indonesia................................................. 12
E. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menumbuhkan
Nasionalisme Bangsa .................................................................... 14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara
kita, Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman
Majapahit pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan
Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular. Pancasila ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan Pancasila yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 adalah : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai Jiwa Nasionalisme Bangsa Indonesia. Pancasila dalam
pengertian ini adalah seperti yang dijelaskan dalam teori Von Savigny artinya
bahwa setiap Bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist,
artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir
bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman Sriwijaya dan
Majapahit.
Berbicara tentang Nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa
nasionalisme Indonesia tidak dapat disamakan begitu saja dengan nasionalisme
Barat. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berfondasi pada
Pancasila. Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung
Karno disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki
penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain. Maka
nasionalisme Indonesia berbeda dengan nasionalisme Barat yang menjurus kepada
sikap chauvinistik dan ethnonationalism (nasionalisme sempit) yang membenci
bangsa atau suku bangsa lain, menganggap bangsa atau suku bangsa sendirilah
yang paling bagus, paling unggul, sesuai dengan individualisme Barat.
Nasionalisme adalah sebuah ideologi yang tergolong paling mutakhir
dalam pemahaman politik nasional. Dalam puncak pencapaian ide politiknya akan
menghasilkan sebuah sistem politik nation state (negara bangsa) sebagai sebuah

1
entitas politik yang kuat di tengah-tengah lingkungan umat manusia di dunia
kehidupan ini.
Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur. Pertama, kesadaran
mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai
suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam
menghapuskan segala bentuk penjajahan, dan penindasan dari bumi Indonesia.
Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Sumpah
Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD 1945.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah disajikan sebagai
berikut.
1. Apa pengertian nasionalisme ?
2. Apa pengertian nasionalisme menurut beberapa ahli ?
3. Apa makna nasionalisme ?
4. Bagaimana keadaan nasionalisme Indonesia ?
5. Bagaimana nasionalisme Indonesia yang dilandasi Pancasila?
6. Bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
menumbuhkan Nasionalisme Bangsa ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas maka tujuan
penulisan pada makalah ini sebagai berikut, yaitu
1. Untuk menjelaskan pengertian Nasionalisme
2. Untuk menjelaskan pengertian Nasionalisme menurut beberapa ahli
3. Untuk menjelaskan makna Nasionalisme
4. Untuk menjelaskan Bagaimana keadaan Nasionalisme Indonesia
5. Untuk menjelaskan Bagaimana Nasionalisme Indonesia yang dilandasi
Pancasila
6. Untuk menjelaskan cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
menumbuhkan Nasionalisme Bangsa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa). Nasionalisme adalah suatu
paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan
atau warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan
kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan
persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu:
kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Nasionalisme juga
dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan.
Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman
terhadap keutuhan bangsa akan dapat terhindarkan.
Nasionalisme merupakan sebuah penemuan sosial yang paling
menakjubkan dalam perjalanan sejarah manusia, paling tidak seratus tahun
terakhir. Tidak ada satu pun ruang sosial di muka bumi yang lepas dari pengaruh
ideologi ini. Tanpa nasionalisme, lajur sejarah manusia akan berbeda sama sekali.
Berakhirnya perang dingin dan semakin merebaknya gagasan dan budaya
globalisme (internasionalisme) pada dekade 1990-an hingga sekarang, khususnya
denganadanya teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang dengan
sangat pesat. Nasionalisme yang melahirkan bangsa berada di titik persinggungan
antara politik, teknologi dan transformasi sosial.
Menurut John Hutchinson (2000:34) Nasionalisme lebih merupakan
sebuah fenomena budaya daripada fenomena politik karena dia berakar pada
etnisitas dan budaya promodern. Kalaupun nasionalisme bertransformasi menjadi
sebuah gerakan politik, hal tersebut bersifat superfisial karena gerakan-gerakan
politik nasionailmepada akhirnya dilandasi oleh motivasi budaya, khususnya saat
terjadi krisis identitas kebudayaan. Pada sudut pandang ini, gerakan politik
nasionalisme adalah sarana mendapatkan kembali harga diri etnik sebagai modal
dasar membangun sebuah negara berdasarkan kesamaan budaya. Semangat
kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban

3
dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Rasa kesetiakawanan sosial akan
mempertebal semangat kebangsaan suatu bangsa.
Semangat rela adalah kesediaan untuk berkorban demi kepentingan yang
besar atau demi negara dan bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia untuk
merdeka. Bagi bangsa yang ingin maju dan mencapai tujuannya, selain memiliki
semangat rela berkorban, juga harus didukung dengan jiwa patriotik yang tinggi.
Makna nasionalisme :
1. Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi harus diserahkan
pada negara
2. Suatu perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai
tumpah darah
3. Suatu proses pembetukan atau pertumbuhan bangsa-bangsa
4. Suatu bahasa dan simbolisme bangsa
5. Suatu gerakan sosial dan politik demi kepentingan bangsa
6. Suatu doktrin atau ideologi bangsa, baik umum maupun khusus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “ nasionalisme berasal dari kata
nasional dan isme yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran
dan semangat cinta tanah air, memiliki rasa kebangsaan bangsa, atau memelihara
kehormatan bangsa”. Menurut Hitler “ nasionalisme adalah sikap dan semangat
berkorban untuk melawan bangsa lain”.
Menurut Retno Listyarti Nasionalisme memiliki beberapa bentuk antara
lain :
1. Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi aktif
rakyatnya. Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela. Bentuk
nasionalisme ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan
menjadi bahan tulisannya.
2. Nasionalisme etnis atau etnonasionalisme adalah dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah
masyarakat. Keanggotaan suatu bangsa bersifat turun-temurun.
3. Nasionalisme romatik adalah bentuk nasionalisme etnis dimana negara
memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah dan merupakan

4
eksprresi dari bansa atau ras. Nasionalisme romantik menitik beratkan pada
budaya etnis yang sesuai dengan idealisme romantik
4. Nasionalisme budaya adalah nasionalisme dimana negara meperoeh
kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun-temurun
seperti warna kulit
5. Nasionalisme kenegaraan adalah merupakan variasi nasionalisme
kewarganegaraan yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis .
Dalam nasionalisme kenegaraan bangsa adalah suatu komonitas yang
memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan dan kekuatan negara.
6. Nasionalisme agama adalah nasionalisme dimana negara memperoleh
legitimasi politik dari persamaan agama.
Selain itu, pada dasarnya nasionalisme yang muncul di negara-negara yang
memiliki tujuan nasionalisme sebagai berikut :
1. Menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan masyarakat nasional
melawan musuh dari luar sehingga melahirkan semangat rela berkorban.
2. Menghilangkan ekstremisme (tuntutan yang berlebihan ) dari warga negara
(individu dan kelompok).
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa nasionalisme adalah suatu paham
atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan atau
warga negara yang secara bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa.
Makna Nasionalisme secara politis merupakan kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau menghilangkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita
sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia. Kebanggan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara
tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara
lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan
(chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Jadi, Nasionalisme
dapat juga diartikan :

5
1. Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan
bangsa yang lainnya. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
2. Nasionalisme dalam arti luas, Nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain.
Unsur-unsur Nasionalisme Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut :
1. Kesatuan (unity), yang mentransformasikan hal-hal yang bhineka menjadi
seragam sebagai konsekuensi dari proses integrasi. Tetapi persatuan dan
kesatuan tidak boleh disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.
2. Kebebasan (liberty), yang merupakan keniscayaaan bagi negeri-negeri yang
terjajah agar bebas dari dominasi asing secara politik dan eksploitasi
ekonomi serta terbebas pula dari kebijakan yang menyebabkan hancurnya
kebudayaan yang berkepribadian.
3. Kesamaan (equality), yang merupakan bagian implisit dari masyarakat
demokratis dan merupakan sesuatu yang berlawanan dengan politik kolonial
yang diskriminatif dan otoriter.
4. Kepribadian (identity), yang lenyap disebabkan, ditiadakan, dimarginalkan,
secara sistematis oleh pemerintah kolonial Belanda.
5. Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi dan
kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk
berjuang menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di tengah bangsa.
Konsepnya itu didasarkan atas pengamatannya terhadap sejarah Indonesia,
khususnya sejak masa penjajahan. Ia jelas sekali menerima beberapa pandangan
yang dikemukakan oleh Ernest Renan. Notonagoro, seorang ahli falsafah dan
hukum terkemuka dari Universitas Gajah Mada, mengemukakan bahwa
nasionalisme dalam konteks Pancasila bersifat “majemuk tunggal” (bhineka
tunggal ika).

6
Unsur-unsur yang membentuk Nasionalisme Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan.
Sejarahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya, Majapahit dan
munculnya kerajaan-kerajaan Islam hingga akhirnya muncul penjajahan
VOC dan Belanda. Secara terbuka nasionalisme mula pertama dicetuskan
dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada
Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
2. Kesatuan Nasib
Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib, yaitu
penderitaan selama masa penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan
secara terpisah dan bersama-sama, sehingga berkat rahmat Tuhan Yang
Maha Esa dapat memproklamasikan kemerdekaan menjelang berakhirnya
masa pendudukan tentara Jepang.
3. Kesatuan Kebudayaan.
Walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman kebudayaan dan
menganut agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu merupakan satu
kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama
besar yang dianut bangsa Indonesia, khususnya Hindu dan Islam.
4. Kesatuan Wilayah.
Bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama
yaitu tumpah darah Indonesia.
5. Kesatuan Asas Kerohanian.
Bangsa ini memiliki kesamaan cita-cita, pandangan hidup dan falsafah
kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sendiri di masa lalu maupun pada masa kini.
Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan atau negara, Soepomo
dan Mohammad Yamin mengemukakan agar bangsa Indonesia menganut
paham integralistik, dalam arti bahwa negara yang didiami bangsa Indonesia
merupakan suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya.
Paham integralistik mengandaikan bahwa negara harus mengatasi semua

7
golongan. Notonagoro di lain hal mengusulkan agar NKRI menjadi negara
yang berasaskan kekeluargaan.

B. Nasionalisme Menurut Para Ahli


Ada beberapa tokoh mengemukakan tentang pengertian Nasionalisme.
1. Menurut Ernest Renan, Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan
bernegara.
2. Menurut Otto Bauar, Nasionalisme adalah suatu persatuan atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib.
3. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya
Nation Counciousness. Dengan perkataan lain Nasionalisme adalah
formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan
bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional adalah inilah yang membentuk
nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.
4. Menurut L. Stoddard, Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki
oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa
kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu
bangsa.
5. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and
Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu :
a. Hasrat untuk mencapai kesatuan
b. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan
c. Hasrat untuk mencapai keadilan
d. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa
Dari definisi itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok
manusia yang :
a. Memiliki cita-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu
kesatuan.
b. Memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib
sepenanggungan.
c. Memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai akibat
pengalaman hidup bersama.

8
d. Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.
e. Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehungga
mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.

C. Nasionalisme Pancasila
Secara nyata dapat dilihat bila berbicara Pancasila sebagai dasar negera,
maka yang terjadi seharusnya adalah bagaimana negara ini berusaha dengan
berbagai upaya untuk menegakkan masyarakat yang berketuhanan, adil dan
bermoral, mempunyai jiwa ukhuwah (persaudaraan) atau kebersamaan,
demokrasi, dan menciptakan kemakmuran masyarakat sesuai dengan cita-cita para
pendiri bangsa ini. Pertanyaanya sudahkah semua itu terlaksana, atau adakah
usaha penegakan terhadap terlaksananya nilai-nilai Pancasila dengan sebenar-
benarnya. Atau, bahkan sebaliknya banyak kalangan baik itu para pejabat atau
masyarakat secara umum menjadi orang yang “munafik” dan berprilaku tidak
sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa ini, yaitu menjadi manusia yang
mengingkari Pancasila.
Jadi, sudah menjadi suatu keharusan apabila bangunan nasionalisme yang
ditegakkan, baik sekarang maupun ke depan sampai waktu yang tidak terbatas,
adalah tetap berpegang pada nilai-nilai nasionalisme yang telah diperjuangkan
oleh para pendiri bangsa ini. Selanjutnya, perlu dikemukakan bahwa jika
menengok ke belakang, nasionalisme yang digunakan sebagai alat pemersatu oleh
para pendiri bangsa ini adalah nasionalisme yang mentauladani sifat-sifat Tuhan,
cinta akan kedilan, egaliter, dan menghargai hak asasi manusia. Inilah bentuk
perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Sekarang, sebagai kritik apa yang telah
dilakukan oleh masyarakat bangsa ini, perlu dilihat apakah pengamalan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila sudah tercapai. Oleh karena itu, sekedar
pengingat tampaknya perlu diulas kembali makna sila-sila yang ada dalam
Pancasila.
Pertama, jika mengkaji makna dari sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sila
ini menunjukkan bahwa apa yang berlaku di negara ini, baik yang mengenai
kenegaraan, kemasyarakatan maupun perorangan harus sesuai dengan sifat-sifat
Tuhan yang tak terbatas, misalnya Maha Besar, Maha Agung, Maha Pengasih,

9
Maha Penyayang, Maha Mengetahui, Maha Mendengan, dan sebagainya. Azhar
Basyir menyebutkan bahwa sila ini merupakan dasar keruhanian, dasar moral bagi
masyarakat Indonesia dalam melaksanakan hidup bernegara dan bermasyarakat.
Misalnya, dalam kehidupan bernegara berarti dalam penyelenggaraannya wajib
menghargai, memperhatikan, dan menghormati petunjuk-petunjuk Tuhan Yang
Maha Esa, dan tidak boleh menyimpangnya. Jadi jelas bahwa sila ini dapat
menjadi dasar untuk memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran,
dan persaudaraan sebagaimana sifat-sifat yang dimiliki Tuhan.
Kedua, sila “Kemanusia Yang Adil dan Beradab” dapat diartikan bahwa
bagaimana dengan sila ini masyarakat bangsa Indonesia menjadi manusia yang
berpegang pada nilai adil dan berakhlak mulia. Ciri manusia yang adil dan
beradab dapat ditunjukkan dalam perbuatan yang tidak hanya mementingkan
kehidupan jasmaniyah dan lahiriyah saja, melainkan juga kehidupan rokhani.
Demikian pula, yang diutamakan bukan hanya yang menyangkut kepentingan diri
pribadi, akan tetapi juga kepentingan masyarakat. Jelas bahwa sila ini
menunjukkan bahwa para pendiri bangsa ini menginginkan di Indonesia ini tegak
atau dijunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, seperti persamaan, keadilan,
tenggang rasa, mencintai sesama, kesetiakawanan, dan kemanusiaan.
Ketiga, dari sila “Persatuan Indonesia” tampak bahwa para pendiri bangsa
ini sadar bahwa tanpa persatuan dan kesatuan langkah, maka tujuan bersama, yang
pada waktu itu dijadikan alat untuk melepaskan dari dari cengkraman
kolonialisme, tidak akan terwujud. Mereka juga sadar bahwa masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dan plural, yaitu masyarakat yang
terdiri dari berbagai pulau, suku, bahasa, agama, dan kepercayaan. Sunatullah
yang dalam hal ini berarti bahwa keberadaan manusia di muka bumi ini adalah
plural, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa yang tidak dapat ditolak
keberadaanya telah disadari oleh mereka. Dengan demikian, agar terwujud bangsa
yang mandiri dan mempunyai harga diri maka harus tercipta ukhuwah dan
persatuan tanpa memandang suku atau keyakinan apa yang dianutnya.
Keempat, dapat dikemukakan bahwa kandungan sila “Kerakyatan Yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan” ini
menunjuk pada keharusan adanya kerakyatan atau demokrasi yang tentunya

10
memperhatikan dan menghormati nilai ketuhanan dan agama. Kerakyatan atau
demokrasi semacam ini berarti dalam menyelenggarakan kehidupan bernegara
harus dilakukan dengan cara bermusyawarah yang secara moral dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Misalnya, dalam agama Islam sendiri
menganjurkan agar selalu bermusyawarah untuk memecahkan apa pun
permasalahannya. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memerintahkan agar
manusia dalam menjalani kehidupannya harus berlandaskan pada musyawarah,
diantaranya adalah Surat Al-Syura: 38 yang menyebutkan bahwa,
“Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedangkan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara
mereka.”
Kelima, sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” pada
umumnya dapat diartikan bahwa setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita
bersama. jadi, membangun keadilan sosial berarti menciptakan struktur-struktur
yang memungkinkan terlaksananya keadilan. Jelas, bahwa konsekuensi yang
harus dijalankan adalah kepentingan individu dan kepentingan umum harus dalam
suatu keseimbangan yang dinamis, yang harus sesuai dengan keadaan, waktu, dan
perkembangan zaman. Dalam prakteknya, keadilan sosial tercapai apabila dapat
memelihara kepentingan umum negara sebagai negara, kepentingan umum para
warga negara bersama, kepentingan bersama dan kepentingan khusus dari para
warga negara secara perseorangan, suku bangsa, dan setiap golongan warga
negara.
Mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka akan tampak
amatlah mulia apabila nilai-nilai tersebut dijadikan pegangan bagi manusia
sebagai khalifah fi al-ard pada umumnya, dan khususnya bagi masyarakat
Indonesia. Jika dikaji, Pancasila memang mengandung nilai-nilai universal, yaitu
kebenaran umum. Hal ini menandakan bahwa pengkonsep Pancasila adalah para
manusia yang cerdas, manusia mengerti ruang batin masyarakat Indonesia,
manusia yang mau belajar dari sejarah, dan sekaligus menjadi aktor perubahan
dalam sejarah. Oleh karena itu, alangkah tepatnya apabila nasionalisme yang

11
semestinya dipegang oleh masyarakat Indonesia adalah cinta tanah air yang selalu
berpegang pada nilai-nilai Pancasila.
Dalam hal ini, nilai-nilai Pancasila harus benar-benar dijadikan spirit
moralisme untuk merekonstruksi desain negara bangsa yang penuh keadaban dan
bermartabat. Tampaknya, sekarang ini konsep nasionalisme harus segera direka
ulang sesuai dengan karakteristik kebangsaan Indonesia mutakhir dengan tetap
berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Desain isi
nasionalisme Indonesia harus dimaknai bahwa nasionalisme Indonesia adalah
nasionalisme yang menolak segala bentuk diskriminasi, kedholiman, penjajahan,
penindasan, ketidakadilan, serta pengingkaran atas nilai-nilai ketuhanan,
sebagaimana yang terkandung dalam Pancasila.

D. Keadaan Nasionalisme Indonesia


Menurut James G. Kellas (1998:4), Nasionalisme merupakan suatu bentuk
ideologi. Seseorang yang memiliki jiwa nasionalisme akan merasa menjadi bagian
dari suatu bangsa. Walaupun orang tersebut sedang berada di luar Wilayah,
namun akan tetap memiliki ikatan yang kuat pada daerah asalnya. Begitu pula
dengan bangsa Indonesia. Walaupun orang tersebut sedang berada di Luar negeri ,
tentu akan ada rasa memiliki terhadap Negara Indonesia.
Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul karena adanya
kolonialisme. Penjajahan yang dilakukan oleh Jepang dan Belanda dan
penderitaan yang harus dirasakan akibat terjajah telah mampu melahirkan
semangat kebersamaan sebagai satu kesatuan yang harus bangkit dan hidup
menjadi bangsa merdeka.
Diakui atau tidak saat ini semangat nasionalisme bangsa Indonesia
semakin berkurang. Semangat Nasionalisme yang dulu pernah berkobar di dalam
jiwa bangsa Indonesia ketika melawan Penjajah, nampaknya kini telah sirna
bersama jasad para pahlawan dan pejuang kemerdekaan.
Tak ada lagi semangat-semangat nasionalisme dalam diri bangsa
Indonesia. Mereka seakan lupa akan perjuangan pahlawan-pahlawan bangsa yang
telah mengorbankan harta benda dan nyawa serta keluarga mereka. Sungguh besar
jasa mereka, sungguh tinggi jiwa nasionalisme mereka.

12
Hal ini sangat bertolak belakang denga kondisi bangsa Indonesia pada
masa sekarang ini. Tidak ada lagi jiwa nasionalis yang dapat ditunjukkan kita, kita
seakan malah menganggap remeh mereka para pejuang yang telah berjasa kepada
kita. Hal ini dapat kita lihat dari perhatian pemerintah terhadap nasib para veteran.
Kita terlalu sibuk dengan kehidupan diri kita sendiri tanpa memikirkan nasib
orang lain di sekitar kita.
Semangat nasionalisme merupakan salah satu modal yang harus dimiliki
bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional
sebagai dampak negatif globalisasi. Tanpa adanya semangat nasionalisme, maka
akan timbul perpecahab dan disintegrasi bangsa Indonesia. Tanpa adanya
semangat nasionalisme dalam setiap jiwa bangsa Indonesia, maka akan dengan
mudah bangsa lain mengobrak-abrik bahkan menjajah kembali Indonesia. Tentu
saja ini semua tidak kita inginkan terjadi, walaupun sebenarnya kini sudah mulai
muncul tanda-tanda akan hal itu. Hal terbaik yang perlu kita lakukan adalah
memunculkan kembali semangat nasionalisme untuk bersatu melawan segala
ancaman yang akan mengancam integritas kita sebagai bangsa Indonesia.

E. Nasionalisme Indonesia Dilandasi Pancasila


Nasionalisme Indonesia tidak bisa dan tidak boleh lepas dari Dasar Negara
RI Pancasila. Nasionalisme bisa mempunyai macam-macam muka, dan
Nasionalisme Indonesia yang benar dan kuat hanya terwujud bila dilandasi
Pancasila.
Adalah Bung Karno, Presiden RI pertama, yang pada 1 Juni 1945
menyampaikan pandangannya kepada Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tentang Pancasila. Beliau katakan bahwa
negara Indonesia yang akan kita dirikan memerlukan satu Weltanschauung atau
Pandangan Hidup Bangsa.
Kemudian beliau menguraikan pandangan yang beliau namakan Pancasila.
Bung Karno menyatakan bahwa negara yang kita dirikan harus dilandasi
Nasionalisme. Akan tetapi nasionalisme yang kita bangun harus nasionalisme
yang tumbuh dalam tamansari internasionalisme, bukan nasionalisme yang sempit

13
dan Chauvinis. Melainkan nasionalisme yang berPerikemanusiaan yang adil dan
beradab.
Selain itu nasionalisme yang kita bangun harus menjunjung tinggi
Kerakyatan atau Demokrasi, bukan nasionalisme yang diktatur. Sebab kedaulatan
bangsa harus di tangan Rakyat. Nasionalisme juga mengutamakan kesejahteraan
yang tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia disertai Keadilan Sosial yang
menjadikan Rakyat selalu setia kepada negara dan bangsa. Dan Nasionalisme
Indonesia ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan nasionalisme atheis atau sekular.
Nasionalisme yang menjunjung tinggi kehidupan bermoral sesuai ajaran agama-
agama yang ada dalam kehidupan umat manusia.
Sidang BPUPKI menerima dan menyetujui pandangan Bung Karno.
Ketika kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) merumuskan
Pancasila maka digunakan beberapa istilah lain dan susunan berbeda dari yang
dikemukakan Bung Karno pada 1 Juni 1945, namun pengertiannya tetap sama.
Kata nasionalisme diganti dengan Persatuan Indonesia, internasionalisme dengan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam susunan Pancasila Ketuhanan Yang
Maha Esa menjadi Sila Pertama, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Sila
Kedua, Persatuan Indonesia Sila Ketiga, Sila Keempat adalah Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat indonesia Sila Kelima. Dasar
NegaraPancasila ini menjadi landasan setiap aspek kehidupan Negara Republik
Indonesia dan bangsanya.
Nasionalisme Indonesia akan tangguh dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa serta mencapai Tujuan Nasional bangsa selama ia dilandasi
Pancasila Dasar Negara.

F. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menumbuhkan


Nasionalisme Bangsa
Survei yang dilakukan Pusat Studi Pancasila menyebutkan, mata pelajaran
Pendidikan Pancasila di sekolah-sekolah sekarang ini seolah hanya pelengkap
kurikulum, dan tidak dipelajari secara serius oleh peserta didik. Pelajar dan guru
hanya mengejar mata pelajaran-mata pelajaran yang menentukan kelulusan saja.

14
Temuan ini menegaskan, hasil survei lembaga-lembaga lain yang dilakukan
sekitar tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat
mengenai Pancasila merosot tajam. Bagi kalangan tertentu, keprihatinan tersebut
mungkin dipandang sebagai sikap konservatif. Namun, dalam konteks berbangsa,
ini adalah sebuah fakta bahwa kredibilitas Pancasila sedang merosot, dan
pendidikan kewarganegaraan tidak lagi populer. Penyebabnya bisa macam-
macam, satu hal yang patut kita beri perhatian, yakni fenomena ini
mengindikasikan bahwa masa depan berbangsa kita sedang terancam.
Sebagai dasar negara, Pancasila adalah barometer moral di mana kerangka
kewarganegaraan harus didasarkan pancasila. Pancasila secara fundamental
merupakan kerangka yang kuat untuk pendefinisian konsep kewarganegaraan
yang inklusif, sebab didalamnya memiliki komitmen yang kuat terhadap
pluralisme dan toleransi.Komitmen inilah yang mampu mempersatukan dan
menjaga keutuhan bangsa yang terdiri 400 lebih kelompok etnis dan bahasa.
Inilah pentingnya kita kembali peduli kepada Pancasila, melaksanakan komitmen-
komitmennya dan menegakkan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sebagai warga
negara, kita juga memiliki tanggung jawab mengawasi pelaksanaan komitmen-
komitmen tersebut, agar tidak melenceng dari garisnya. Sebenarnya banyak cara
menumbuhkembangkan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia di tengah
wacana mengenai kekhawatiran akan semakin tajamnya kemerosotan
nasionalisme. Nasionalisme dapat dipupuk kembali dalam momentum-momentum
yang tepat seperti pada saat peringatan hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan,
hari pahlawan dan hari besar nasional lainnya, guru maupun dosen yang tulus
mengajar dengan baik dan dengan ikhlas menuntun para siswa hingga mampu
mengukir prestasi yang gemilang, pelajar yang belajar dengan sungguh-sungguh
dengan segenap kemampuannya demi nama baik bangsa dan Negara, cinta serta
bangga tanpa malu-malu menggunakan produk-produk dalam negeri demi
kemajuan ekonomi Negara. Bukan itu saja nasionalisme juga dapat dibangun
melalui karya seni seperti menciptakan lagu-lagu yang berslogan cinta tanah air,
melukis, seni peran yang bertajuk semangat juang untuk negara dan karya-karya
seni lainnya. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai produk dalam negeri. Menanamkan dan mengamalkan nilai-

15
nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya. Menanamkan dan melaksanakan ajaran
agama dengan sebaik- baiknya. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan
menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya. Selektif
terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa. Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan
yang dicita-citakan suatu bangsa.Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan
gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan.Pada
akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta
menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya.
Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan
bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa
Indonesia sendiri. Bangsa dan rakyat Indonesia sangat patut bersyukur bahwa
founding fathers telah merumuskan dengan jelas pandangan hidup bagi bangsa
dan rakyat Indonesia yang dikenal dengan nama Pancasila.
Bahwa Pancasila telah dirumuskan sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
negara Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Karena
itu, Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat sehari-hari mengingat
Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita moral yang
meliputi seluruh jiwa dan watak yang telah berurat-berakar dalam kebudayaan
bangsa Indonesia.Kebudayaan bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah
menegaskan bahwa hidup dan kehidupan manusia bisa mencapai kebahagiaan jika
dikembangkan secara selaras dan seimbang baik dalam pergaulan antar anggota
masyarakat selaku pribadi, hubungan manusia dengan komunitas, hubungan
dengan alam, maupun hubungan dengan Sang Khalik. Maka, guna meredam
pengaruh dari luar perlu dilakukan akulturasi kebudayaan akibat globalisasi.
Artinya, budaya dari luar disaring oleh budaya nasional sehingga output yang
dikeluarkan seusai dengan nilai dan norma bangsa dan rakyat Indonesia. Memang
masuknya pengaruh negatif budaya asing tidak dapat lagi dihindari, karena dalam
era globalisasi tidak ada negara yang bisa menutup diri dari dunia luar.Oleh sebab

16
itu, bangsa Indonesia harus mempunyai akar-budaya dan mengikat diri dengan
nilai-nilai agama, adat istiadat, serta tradisi yang tumbuh dalam
masyarakat.Pancasila dapat ditetapkan sebagai dasar negara karena sistem
nilainya mengakomodasi semua pandangan hidup dunia internasional tanpa
mengorbankan kepribadian Indonesia. Hal ini akan menjaga nilai-nilai luhur
bangsa dan semangat untuk ber-nasionalisme. Nasionalisme bangs Indonesia
dapat terus dipertahankan dan dilestarikan dengan mengimplementasikan seluruh
nilai-nilai Pancasila dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang
sesuai dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada sila ke-3 yakni Persatuan
Indonesia yang bermakna Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Rela berkorban demi bangsa dan negara. Cinta akan Tanah
Air, Berbangga sebagai bagian dari Indonesia dan Memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika merujuk pada
semangat Nasionalisme bangsa.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa). Nasionalisme adalah suatu
paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan
atau warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan
kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan
persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu:
kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Nasionalisme juga
dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan.
Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman
terhadap keutuhan bangsa akan dapat terhindarkan.
Secara nyata dapat dilihat bila berbicara Pancasila sebagai dasar negera,
maka yang terjadi seharusnya adalah bagaimana negara ini berusaha dengan
berbagai upaya untuk menegakkan masyarakat yang berketuhanan, adil dan
bermoral, mempunyai jiwa ukhuwah (persaudaraan) atau kebersamaan,
demokrasi, dan menciptakan kemakmuran masyarakat sesuai dengan cita-cita para
pendiri bangsa ini. Pertanyaanya sudahkah semua itu terlaksana, atau adakah
usaha penegakan terhadap terlaksananya nilai-nilai Pancasila dengan sebenar-
benarnya. Atau, bahkan sebaliknya banyak kalangan baik itu para pejabat atau
masyarakat secara umum menjadi orang yang “munafik” dan berprilaku tidak
sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa ini, yaitu menjadi manusia yang
mengingkari Pancasila.

B. Saran
Marilah kita menciptakan inovasi-inovasi baru yang berguna bagi diri
sendiri dan orang lain. Dan juga kembangkanlah makalah ini agar dapat menjadi
kesempurnaan

18
DAFTAR PUSTAKA

Farhan, Junaidi. 2011. Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa.


Jakarta : Citra Pustaka
Farhan, Abu “Menjual Negara”,
http://selayar.blogspot.com/2006_04_01_archive.html.
http://afand.abatasa.com/post/detail/2761/dampak-positif-dan-dampak-negatif–
globalisasi-dan-modernisasi diakses pada 17 November 2015
Kohn, Hans.1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya.Jakarta: Penerbit Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai