Disusun Oleh:
Asnawi, Najimuddin, Khaidir dan Andika
Dosen Pemandu : Dr. Danial., S.Ag, M.Ag. & Dr. Munawar, Ph.D
Jurusan : Filsafat Hukum Islam
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Islam, Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustaz, Dr. Danial, M.Ag & Dr.
Munawar, Phd, selaku guru bimbingan kami di Mata Pelajaran Filsafat Ilmu,
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Epistimologi .............................................................................................
b. Epistimologi Hukum Islam .........................................................................................
c. Sumber Hukum Islam..................................................................................................
C. PENUTUP
a. Kesimpulan .................................................................................................................
b. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
A. Pendahuluan
Pada mulanya, setelah Adam a.s. dan Siti Hawa, manusia diciptakan dari
berusia 120 hari, maka ditiupkanlah kepadanya ruh (ciptaan) Allah, 2 sampai
bentuknya.3
Sebagaimana potongan sabda Nabi Saw yang diriwayat oleh Imam Al-
Bukhari no. 3208 dan Muslim no. 2643 dari Abu Abdirrahman Abdullah bin
Mas’ud :
Pada usia ini, manusia merasa bahwa dalam bereksistensi dengan lingkungannya,
1
Teliti QS. Al-Hajj: 22, QS. Al-Mu’minun: 23, QS. Ghafir: 40, QS. Al-Qiyamah: 75, dan
QS. Al-Alaq: 96.
2
Lihat QS. Al-Hijr: 29.
3
Lihat QS. At-Tin: 4.
4
Usia anak 7 tahun atau lebih di mana ia telah mampu membedakan antara yang benar
dan yang salah, baik dan buruk, indah dan jelek.
1
2
selain dengan jasad kasarnya, dalam dirinya ada karunia ruh, otak, hati, dan
nafsu.6
pengetahuan tersebut lalu lebih lanjut diselidiki dan dikaji dengan nalar akal
dengan alat bahasa lisan ataulah tulis yang sistematis (runtut) sehingga
ilmu.
tinggi (sains) ini dibutuhkan cara berfikir teoretis berdasarkan tiga (3) prinsip
Dari tiga prinsip falsafi di tersebut adalah mata tangga yang tidak dapat
ilmu sejati. Satu per satu mata tangga tersebut mesti dilalui dengan baik dan bijak.
kaidah apa yang diterapkan serta prinsip yang digunakan, kemudian aksiologi
adalah menceritakan apa tujuan pengetahuan itu disusun serta apakah hikmah
A. Pengertian Epistimologi
Secara bahasa epistemologi berasal dari kata episteme dan logos. episteme
merupakan ilmu yang mengkaji tentang ilmu pengetahuan yaitu berupa asal mula
tentang suatu hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses ilmu. Jadi dapat
seperti matematika, ilmu logika atau mantik, ilmu kedokteran dan sebagainya.
ilmu menurut pendapat dan juga ide dari masing-masing, yang mana di setiap
aliran dilihat saling bertentangan antara yang satu dengan yang lain. 9
7
Sabdakhairuss.blogspot.com/2019/01/contoh-ontologi-epistemologi-dan-aksiologi.html,
diakses pada hari Rabu, 23 November 2022.
8
Diaksesdarihttps://deepublishstore.com/materi/epistemologi/
#Pengertian_Epistemologi_Menurut_Para_Ahli pada tanggal 23 November 2022 pukul 15.25 Wib.
9
Ibid,
5
6
realisme, dan idealisme. Dengan demikian, tak heran jika ilmu epistemologi bisa
aksiologi.
tersebut diperoleh dan bagaimana caranya mampu menyelidiki suatu hal yang
valid. Dalam ilmu filsafat, epistemologi ini menjadi sebuah studi filosofis
dengan teori pengetahuan. Dan dari situ sudah jelas bahwa ahli epistemologi
epistemologi ini juga dipahami berbeda-beda oleh para ahli. Berikut pengertian
pengertian, yaitu:
10
Ibid,
11
Ibid,
7
sebagainya,
bagaimana bidangnya.
4. Jujun S. Sumantri
naqli (al-Qur’an dan al-Sunnah), sehingga dapat terjawab secara rasional dan
syar’i.12
dapat disimpulkan bahwa ilmu ini berasal dari Allah, karena pada hakikatnya
untuk difahami dan diamalkan melalui Rasulullah Saw. Dengan membaca dan
memahami AI-Qur'an, manusia akan mengetahui ilmu Allah dan mengetahui isi
12
Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H, Dr. Itang, M.Ag, Filsafat Hukum Islam, (Laksita
Indonesia, Kota Serang Baru).ttd.
9
landasan yang jelas dan kokoh. Terbentuknya hukum Islam tidaklah semata olah
akal manusia, namun didalamnya terbangun sinergitas antara kehendak langit dan
pengetahuan akal manusia. Di mana kedua hal tersebut merupakan bagian dari
hidayah atau petunjuk yang Allah berikan kepada manusia sebagai bekal dalam
Sebagai ajaran yang memiliki landasan dan dasar, para ulama sepakat
bahwa dasar pokok dari ajaran hukum Islam adalah al-Qur’an. Di mana istilah
dasar ini, kemudian lebih dikenal dengan istilah dalil. Dan dalil yang menjadi
SAW. adapun kaitan al-Qur'an dengan ushul fiqih sangat erat dalam menentukan
dasar untuk menentukan hukum Islam (Dalil utama fiqih). Selain Al-Qur’an
sebagai sumber hukum Islam, juga terdapat pada hadits, ijma, dan juga qiyas.
ما اضيف اىل النيب صلى اهلل عليه وسلم من قول او فعل او تقرير
Artinya: Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari segi
perkataan, perbuatan, dan persetujuan.13
13
Mahmud al-Thahani, Taisir Musthalah al-Hadist, (Mesir: Markaz al-Hadi Al-Dirasat,
1994), h. 16.
10
bentuk dalil hukum sistematis yang diambil dengan mengeluarkan suatu hukum
yang serupa dari hukum yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah.
C. Penutup
a. Kesimpulan
Dari banyaknya uraian yang telah penulis jelaskan dalam makalah ini,
1. Manusia ketika usia bayi masih belum bisa menggunakan akalnya. Ia bergerak
tamyiz, manusia mulai menggunakan akalnya untuk berfikir. Pada usia ini,
jasad kasarnya, dalam dirinya ada karunia ruh, otak, hati, dan nafsu.
ilmu bahwa, manusia dapat menelisik ke dalam diri dan lingkungan yang
lanjut diselidiki dan dikaji dengan nalar akal sehatnya (logika); menghubungkan
diverifikasi, kemudian disampaikan dengan alat bahasa lisan ataulah tulis yang
ini dibutuhkan cara berfikir teoretis berdasarkan tiga (3) prinsip dasar berfikir
suatu hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses ilmu. Jadi dapat dikatakan
epistemologi juga dikaitkan dengan konsep ilmu yaitu suatu pengetahuan yang
b. Saran
semenjak kecil sampai tumbuh dewasa dengan bekal akal untuk berfikir mana
yang maslahah dan mafsadah, maka lahirnya ilmu filsafat untuk membenarkan
pentingnya belajar ilmu filsafat untuk bisa mengetahui pengetahuan yang telah
kita ketahui itu apakah sudah benar dan dari mana sumbernya dan apakah
DAFTAR PUSTAKA
18