Anda di halaman 1dari 4

USHUL FIQH smt 2/IAIN Purwokerto

Oleh : Fairuz Malaya


.
I.Pengertian, ruang lingkup, objek dan tujuan mempelajari ilmu Ushul Fiqh

Mata kuliah Ushul Fiqh dalam konteks ranah ilmu keislaman termasuk ilmu dasar yang diposisikan
sebagai ilmu alat yaitu kerangka metodologis untuk merumuskan dan menemukan hukum Islam (Fiqh).
Problematika hukum Islam yang berkembang di tengah-tengah masyarakat semakin hari semakin
kompleks seiring dengan majunya peradaban manusia. Problematika hukum yang hadir di tengah
masyarakat dalam kenyataanya membutuhkan jawaban hukum, khususnya masalah-masalah hukum
kontemporer yang secara normatif-tekstual tidak dijelaskan status hukumnya. Posisi penting mata kuliah
ushul fiqh adalah untuk membekali mahasiswa dalam menjawab masalah hukum dengan mendasarkan
pada basis argumentasi rasional, metodologis dan sesuai dengan landasan syari'at. Penguasaan ilmu
ushul fiqh oleh mahasiswa akan menjadi dasar pengembangan pemikiran hukum Islam khususnya bagi
pengembangan mata kuliah ilmu fiqh.

A. Pokok materi yang akan dibahas adalah meliputi :


1. Pengertian, ruang lingkup, objek dan tujuan mempelajari ilmu Ushul Fiqh
2. Perbedaan Syari’ah, Fiqh dan Ushul Fiqh
3. Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqh dan Aliran-aliran Ushul Fiqh
4. Sumber Hukum Islam: Pengertian Mashadir al-Ahkam,
Sumber hukum yang disepakati dan diperselisihkan
5. Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam
6. Al-Hadis / al-Sunnah sebagai sumber hukum Islam
7. Istihsan sebagai metode Istinbat Hukum Islam
8. Maslahah al-Mursalah sebagai metode Istinbat Hukum Islam
9. Istishab sebagai metode Istinbat Hukum Islam
10. Urf / Adat sebagai metode Istinbat Hukum Islam
11. Saddu Dzariah Istihsan sebagai metode Istinbat Hukum Islam
12. Mazhab Sahabat dalam hukum islam
13. Teori Maqashid al- Syariah
14. Hukum Taklifi dan Wad’y
15. Ijtihad dan Mujtahid

B. Daftar Pustaka :
Utama :
1. Amir Syarifudin, Ushul Fiqh 1
2. Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Islam
3. Al-Zuhaily, Ushul al-Fiqh al-Islami
4. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh,
5. Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Islam
6. Ali Hasaballah, Al-Tasyri' al-Islamy.
7. Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syariah menurut al-Syatibi .

Pendukung :
1. M. Hasby ash-Shiddiqy, Falsafah Hukum Islam
2. M. Asmawi, Usul Fiqh Perbandingan
3. Duski Ibrahim, Metodologi Ijtihad Hukum Islam
4. Jasser Auda, Maqhasid Syariah
5. Romli, Maqarantul Madzahib Fil Ushul
6. Ainurrofiq (ed), Menggagas Paradigma Ushul Fiqh Kontemporer

1
C. Capaian pembelajaran mata kuliah :

1. Aspek Sikap dan Tata Nilai, mahasiswa dapat:


a. Meyakini bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber hukum yang memberi
petunjuk kepada manusia terhadap semua problem kemanusiaan secara komperhensif,
lahir batin, duniawi ukhrawi, individu dan sosial, serta alam semesta.
b. Membuktikan bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah mampu memberi arah, inspirasi dan
motivasi perkembangan kemajuan kemanusiaan yang sesuai fitrahnya.

2. Aspek Pengetahuan, mahasiswa dapat:


a. Menunjukkan kaidah-kaidah terkait dalil; hukum; kaidah kebahasaan; ijtihad, ittiba’, talfiq,
taqlid dan ifta’.
b. Membandingkan metode istinbath diantara aliran yang terdapat dalam ushul fiqih .
c. Memberikan argumentasi tentang keunggulan metode istinbath hukum Islam dalam
berbagai penelitian dan penemuan di bidang hukum khususnya dan dimensi lain seperti
ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain pada umumnya.

3. Aspek Keterampilan, mahasiswa dapat:


a. Menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan
atau implementasi metode istinbath yang memperhatikan dan menerapkan nilai keislaman,
kemanusiaan, dan keindonesiaan yang sesuai dengan bidang keahliannya
b. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan integrasi
keilmuan, keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan.

D. METODE/STRATEGI PEMELAJARAN
Perkuliahan ini menggunakan strategi pembelajaran mahasiswa aktif (active learning)
dengan berbagai strategi alternatif dalam pembelajaran, seperti information search, reading
guide, interactive lecturing, The Power of Two, Snow Balling, Chalk Talk, Small Group
Discussion, Poster Session, Jigsaw Learning dan sebagainya. Mahasiswa akan melakukan
tugas tugas agar mereka belajar secara mendalam, mandiri, dan komprehensif karena
pembelajaran ini berorientasi kepada mahasiswa (student oriented). Metode ceramah
diusahakan untuk diminimalisir.

E. TAGIHAN DAN PENILAIAN :


1. Formatif (Nilai Harian) : 30 %
a. Kehadiran mahasiswa (minimal 75 % dari jumlah tatap muka)
b. Tugas tugas terstruktur dan mandiri.
c. Moralitas/Etika/Ketaatan terhadap Kode Etik Mhs/lain lain.
2. UTS (Ujian Tengah Semester) : 30 %
3. UAS (Ujian Akhir Semester) : 40 %

Soal UTS dan UAS berbentuk objektif dan atau esai.

F.Tujuan mempelajari ilmu Ushul Fiqh

Secara umum tujuan Ushul Fiqh adalah untuk mengetahui dalil-dalil penetapan hukum syara’
tentang perbuatan orang mukallaf, seperti hukum wajib, haram, mubah, sah atau tidaknya sesuatu
perbuatan dan lain-lain.

Tujuan yang hendak dicapai dari ilmu Ushul Fiqh ialah untuk dapat menetapkan kaidah-
kaidah terhadap dalil-dalil syara’ yang terinci agar sampai kepada hukum-hukum syara’ yang bersifat
amali, yang ditunjuk oleh dalil-dalil itu, dalam kaidah Ushul serta bahasanya itu dapat dipahami
nash-nash syara’ dan hukum yang terkandung di dalamnya.

Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa Ushul Fiqh merupakan salah satu sarana untuk
mendapatkan hukum-hukum Allah sebagaimana yang di kehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya,

2
bahkan yang berkaitan dengan masalah akikah, ibadah, mua’malah, maupun akhlak. Dengan kata
lain, Ushul Fiqh bukanlah sebagai tujuan melainkan sebagai metode, sarana atau alat.

Sebagai contoh dalam hal ini penetapan hukum asal dari larangan itu hukumnya haram, yang
terdapat pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 168 :

‫ض َح ٰلالً طَيِّـبًا َوالَ تَتـَّبِعُ ْوا‬ ِ ‫َّاس ُكلُ ْوا ِم َّما فِي اّأل ْر‬ ُ ‫يَٰآ يُّ َـها الن‬
‫الش ْي ٰط ِن اِنَّه لَ ُك ْـم َع ُد ٌّو ُّمـبِْي ٌـن‬
‫قلى‬ َّ ‫ات‬ ِ ‫ُخطُو‬
َ
“hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (QS Al-Baqarah : 168)

Ayat diatas adalah perintah yang hukumnya wajib bagi seluruh umat Islam untuk memakan harta
yang halal dan bergizi. Lalu, pada ayat tersebut terdapat kalimat yang artinya “Dan janganlah kalian
mengikuti langkah-langkah setan”. Kalimat itu adalah larangan maka haram hukumnya bagi orang
yang beriman mengikuti pola hidup dengan sistem yang dibentuk dan dibangun oleh setan.
Kaitannya dengan makanan yang dimaksud dengan pola hidup setan adalah menikmati harta benda
hasil korupsi, manipulasi, menipu, merampok, dan bentuk kejahatan lainnya.

Sedangkan contoh yang ada pada hadis Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah
sebagai berikut

‫ي بِ ِه‬ ‫ر‬ِ ‫س‬ ‫ا‬


ُ
َ ْ ْ َ ََ ْ ُ‫ة‬
َ ‫ل‬
َ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫ع‬
َ ‫اهلل‬ ‫ى‬ َّ
‫ل‬ ‫ص‬
َ ‫ي‬ِّ ِ
‫ب‬َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬
َ ‫ة‬
ُ ‫ال‬
َ ‫الص‬
َّ ‫ت‬ِ َ ‫فُ ِر‬
‫ض‬
, ‫ يَا ُم َح َّم ُد‬, ‫ي‬ ِ ‫ت َخمسا ثُ َّـم ُنو‬
‫د‬ ْ ‫ل‬
َ ِ ‫ت حتَّى ج‬
‫ع‬ ْ ‫ص‬ ِ ُ‫َخم ِسين ثُ َّـم ن‬
‫ـق‬
َ ْ ًْ ُ َ َ َْ ْ
‫س َخ ْم ِس ْي َن‬ ِ ‫ك بِ ٰـه ِذ ِه ال َخ ْم‬ ِ َّ ‫اِنَه الَ يـب َّد ُل الْ َقو ُل لَد‬
َ َ‫ َوا َّن ل‬, ‫ي‬ َ ْ َُ ُ
“Telah difardhukan shalat kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Pada malam Isra’ sebanyak
lima puluh kali, kemudian dikurangi hingga lima kali, kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dipanggil, “Hai Muhammad, keputusan-Ku tidak dapat diganggu gugat, dan dengan shalat lima
waktu ini, engkau tetap memperoleh pahala sebanyak lima puluh kali.” (HR. Ahmad, Imam An-
Nasa’i, Imam Tirmidzi dan dinyatakan hadis ini shahih)

Dengan hadis tersebut, asal dari hukum wajib itu adalah perintah dari Allah Subhanahu Wata’ala
tentang shalat lima waktu, yang didapat oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pada perjalanan
malam Isra’. Kaitannya dengan shalat lima waktu, Al-Qur’an menjelaskan dalam surat Al-Isra ayat 78
:

‫ج‬ ‫س اِ ٰلى غَ َش ِق الَّْي ِل َو ُق ْر ٰا ِن الْ َف ْج ِر‬ِ ‫الش ْم‬َّ ‫الص ٰلو َة لِ ُد لُْو ِك‬َّ ‫اَقِ ِم‬ 
‫اِ َّن ُق ْر ٰا َن الْ َف ْج ِر َكا َن َم ْش ُه ْو ًدا‬
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat)
subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS Al-Isra : 78)

Pada ayat diatas terdapat kata (‫ )أقم‬yang merupakan fi’il amr, maka kaidah Ushul Fiqhnya pun
sama dengan kata (‫( )فرض‬fardhu), yaitu kata kerja perintah. Ayat tersebut menetapkan kewajiban
3
shalat ketika matahari tergelincir, yakni dhuhur dan ashar, kemudian shalat ketika matahari
terbenam menuju gelap, yakni maghrib dan isya’, serta shalat fajar yakni shalat subuh. Demikian
yang dimaksud shalat wajib lima waktu yang telah diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wasallam. dan seluruh umatnya.

Para ulama ushul Fiqh menyimpulkan bahwa tujuan utama ushul iqh ialah mengetahui dalil-dalil
syara’, yang menyangkut persoalan ‘aqidah, ibadah, mu’amalah, ‘uqubah, dan akhlak.
Pengetahuan tentang dalil-dalil tersebut pada gilirannya dapat diamalkan, sesuai dengan
kehendak syari’ (Allah SWT dan Rasul-Nya). Oleh sebab itu, para ulama ushul fiqh menyatakan bahwa
ushul fiqh bukan merupakan “tujuan”, melainkan sarana untuk mengetahui hukum-hukum Allah pada setiap
kasus sehingga dapat dipedomani dan di amalkan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, yang menjadi tujuan yang sebenarnya ialah mempedomani dan mengamalkan hukum-
hukum Allah yang diperoleh melalui kaidah-kaidah ushul fiqh tersebut.

Kegunaan Ushul Fiqih

Ushul Fiqh berguna untuk mengeluarkan ketentuan atau ketetapan hukum dari sumber
hukum Islam, yakni Al-Qur’an, melalui penerapan kaidah-kaidah Ushul yang berlaku. Dengan
memahami Ushul Fiqh dan penerapannya, kaum muslimin akan terhindar dari sikap taqlid dan
fanatisme madzhab.

Ushul Fiqh adalah metode penetapan hukum yang berguna untuk mengeluarkan dalil-dalil bagi
perbuatan mukallaf dan menetapkan hukumnya melaksanakan suatu perintah yang bersangkutan.

Secara sistematis, para ulama ushul fiqh mengemukakan kegunaan ilmu ushul fiqh, yaitu
antara lain :
1.     Mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan mujtahid dalam memperoleh hukum
melalui metode ijtihad yang mereka susun.
2.     Memberikan gambaran mengenai syarat-syarat yang harus dimiliki seorang mujtahid, sehingga
ia dengan tepat dapat menggali hukum-hukum syara’ dari nash.
3.     Menentukan hukum melalui berbagai metode yang dikembangkan para mujtahid
4.     Memelihara agama dari penyalah gunaan dalil
5.     Menyusun kaidah-kaidah umum yang dapat diterapkan.
6.     Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil yang digunakan
dalam berijtihad.

Anda mungkin juga menyukai