a. Ilmu Tashowwur
Tashowwur adalah hasil yang diusahakan oleh fikiran yang dengan akal fikiran itu dapat
diperoleh atau diketahui hakikat-hakikat yang tunggal atau mufrad.
Contoh: apabila ada orang yang berkata “pisang” maka pikiran kit adapat menggambarkan atau
membayangkan arti “pisang”.
2. Tashawwur Dharuri, seperti gambaran pikiran terhadap arti lapar, haus, dingin dan panas.
ِ َي اِنِّ ْٓي اَ ٰرى فِى ْال َمن َِام اَنِّ ْٓي اَ ْذبَحُكَ فَا ْنظُرْ َما َذا ت َٰر ۗى قَا َل ٰيٓاَب
ت َ فَلَ َّما بَلَ َغ َم َعهُ ال َّسع
َّ َْي قَا َل ٰيبُن
صبِ ِري َ„ْن ّ ٰ ا ْف َعلْ َما تُْؤ َم ۖ ُر َست َِج ُدنِ ْٓي اِ ْن َش ۤا َء هّٰللا ُ ِمنَ ال
102. Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata,
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang
diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar.”.
Ulul Albab adalah orang orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselimuti oleh kulit,
yakni kabut (kemaksiatan) yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir.
Ulil Albab merupakan suatu konsep tentang akal berpikir manusia. Konsep ini juga dijelaskan
dalam al qur’an sebanyak 16 Kali . Memahami makna Ulil Albab dapat dimulai dengan
memperhatikan firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 190-191 sebagai berikut,
) َو َعلَ ٰى191( )ٱلَّ ِذينَ يَ„ ْ„ذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًم„„ا َوقُ ُع„„ودًا190( ب ِ َت ُأِّل ۟ولِى ٱَأْل ْل ٰب
ٍ َ„ار َل َءا ٰي ِ ف ٱلَّي
ِ „َْ„ل َوٱلنَّه ِ َٰٱختِل ِ ْت َوٱَأْلر
ْ ض َو ِ ِإ َّن فِى خَ ْل
ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
ِ َّاب ٱلن
ار َ َض َربَّنَ„„„„„„ا َم„„„„„„ا خَ لَ ْقتَ هَٰ َذا ٰبَ ِطاًل ُس„„„„„„„ ْب ٰ َحن
َ ك فَقِنَ„„„„„„ا عَ„„„„„„ َذ ِ ْت َوٱَأْلر ِ ٱلس„„„„„„„ ٰ َم ٰ َو
َّ „„„„„„ق
ِ ُجنُ„„„„„„وبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِى خَ ْل
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Q.S Ali Imran:
190-191).
Menurut tafsir Kemenag, turunnya ayat tersebut merupakan sebuah perintah untuk senantiasa
memikirkan segala kekuasaan Allah SWT termasuk penciptaan langit dan bumi beserta seluruh
isinya. Ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang yang berakal ulil albab