Anda di halaman 1dari 24

Nur Annisa (10060313085)

Siti Rokhaini (10060313089)


Dwi Putri Auliya R. (10060313094)
Nita Malati F. N (10060313100)
Tarikh tasyri’ atau sejarah fiqih
islam, pada hakekatnya tumbuh dan
berkembang dimasa Nabi sendiri,
karena Nabi lah yang mempunyai
wewenang untuk mentasyri’kan
hukum, dan berakhir dengan
wafatnya Nabi. Dan yang dimaksud
masa kenabian yaitu masa dimana
hidup Nabi Muhammad SAW, dan
para sahabat yang bermula dari
diturunkannya wahyu sampai
berakhir dengan wafatnya Nabi
pada tahun 11 H. Era ini merupakan
masa pertumbuhan dan
perkembangan fiqih islam. Suatu
masa turunnya syariat islam dalam
pengertian yang sebenarnya.
 Periode Mekkah
 Periode ini terhitung sejak diangkatnya baginda Rasulullah sebagai Rasul sampai beliau
hijrah ke Madinah. Periode ini berlangsung selama 13 tahun. Perundang-undangan hukum
Islam atau Fiqih pada periode ini lebih terfokuskan pada upaya mempersiapkan
masyarakat agar dapat menerima hukum-hukum agama, membersihkan aqidah dari
menyembah berhala menjadi menyembah Allah.
 Oleh sebab itu, wahyu pada periode ini turun untuk memberikan petunjuk dan arahan
kepada manusia atas dua perkara utama:
 Mengokohkan aqidah yang benar dalam jiwa atas dasar iman kepada Allah, dan bukan
untuk yang lain, beriman kepada malaikat, kitab-kitab, Rasul, takdir Allah dan hari akhir.
 Membentuk akhlak manusia agar memiliki sifat yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat
yang tercela.

 Periode Madinah
 Periode ini berlangsung sejak hijrah Rasulullah dari mekkah hingga beliau wafat. Periode
ini berjalan selama 10 tahun. Pada periode ini fiqih lebih menitik-beratkan pada aspek
hukum-hukum praktikal dan dakwah islamiyah yang membahas tentang akidah dan
akhlak. Oleh sebab itu perlu adanya perundang-undangan yang mengatur tentang kondisi
masyarakat dari tiap aspek, satu persatu ia turun sebagai jawaban terhadap semua
permasalahan, kesempatan, dan perkembangan.
 Dalam masa inilah umat islam berkembang dengan pesatnya dan pengikutnya terus
menerus bertambah. Sehingga timbulah keperluasan untuk mengadakan syari’at dan
peraturan-peraturan, karena masyarakat membutuhkan-nya untuk mengatur
perhubungan antara anggota masyarakat satu dengan lainnya, baik dalam masa damai
ataupun dalam masa perang.
 Pada periode Madinah inilah turun ayat-ayat menerangkan hukum-hukum syariah dari
semua persoalan yang dihadapi manusia, baik ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan
muamalat seperti aturan jual-beli, masalah kekeluargaan, kriminalitas hingga persoalan-
persoalan ketata-negaraan. Dengan kata lain, periode Madinah dapat pula disebut periode
revolusi sosial dan politik. Rekontruksi sosial ini ditandai dengan penataan pranata-
pranata kehidupan masyarakat Madinah yang layak dan dilanjutkan dengan praktek-
praktek pemerintahan yang dilakukan oleh Nabi saw, sehingga menampilkan islam sebagai
suatu kekuatan politik. Karena itulah surat-surat Madaniyah, seperti surat-surat Al-
Baqarah, Ali Imran, An-Nisa’, Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubah, An-Nur, Al-Ahzab, banyak
mengandung ayat-ayat hukum disamping megandung ayat-ayat aqidah, akhlak, sejarah,
dll.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
yaitu:

 Efek samping dari pembukuan


fiqih pada periode sebelumnya.
 Fanatisme mazhab yang sempit
 Pengangkatan hakim-hakim
muqallid
Pembahasan Fiqh Islam
 Pada zaman ini para ulama’ memberikan perhatian yang
sangat besar pada fiqh islam baik dengan cara menulis
buku ataupun mengkaji sehingga fiqh islam bisa
mengembalikan kegemilangannya melalui tangan ulama’
apabila kita ingin melihat kebangkitan fiqh islam pada
zaman ini dapat kita rincikan sebagai berikut:
 Memberikan perhatian khusus terhadap kajian madzhab-
madzab utama dan pendapat-pendapat fiqhiyah yang
sudah diakui dengantetap mengedepankan prinsip
persamaan tanpa ada perlakuan khusus antara satu
madzhan dengan madzhab yang lain.
 Memberikan perhatian khusus terhadap kajian fiqh yang
tematik (terperinci).
 Memberikan perhatian khusus terhadap kajian fiqh
komparasi (perbandingan antara madzhab fiqh islam)
 Mendirikan lembaga-lembaga kajian ilmiah dan
menerbitkan ensiklopedia fiqh.
Kodifikasi Hukum Fiqh;
 Yang dimaksud dengan kodifikasi adalah upaya
mengumpulkan beberapa masalah fiqh dalam satu bab
dalam bentuk butiran bernomor. Dan jika ada masalah
maka setiap masalah akan dirujuk pada materi yang sudah
disusun dan pendapat ini akan menjadi kata putus dalam
menyelesaikan perselisihan .
 Tujuan dari kodifikasi ini adalah untuk merealisasikan dua
tujuan berikut:
 Menyatukan semua hokum dalam setiap masalah yang
memiliki kemiripan sehingga tidak terjadi tumpang tindih,
masing-masing hakim member keputusan sendiri, tetapi
seharusnya mereka sepakat dengan materi undang-undang
tertentu dan tidak boleh dilanggar untuk menghindari
keputusan yang kontra.
 Memudahkan para hakim untuk merujuk semua hokum
fiqh dengan susunan sistematik, ada bab-bab yang teratur
sehingga mudah untuk dibaca.
 Upaya untuk menjadikan fiqh sebagai undang-undang
bukan sesuatu yang baru terjadi selama ini. Upaya
tersebuut sudah muncul sejak awal abad kedua hijriah
ketika Ibnu muqofa’menulis surat kepada khalifah Abu jafar
Al-Mansur agar undang-undang Negara diambil dari Al-
Quran dan Sunnah dan ketika tidak ada nash maka cukup
dengan ijtihad sendiri sesuai dengan kemaslahatan umat.
Dilihat dari sudut bahasa, fiqih berasal dari
kata faqaha yang berarti “memahami” dan
“mengerti”. Sedangkan menurut istilah syar’I, ilmu
fiqih dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara
tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang
penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang
mendalam terhadap dalil-dalil yang terperinci.
Secara definitif, fiqih berarti ilmu tentang
hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang digali
dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Dalam
definisi ini fiqih diibaratkan dengan ilmu karena fiqih
itu tidak sama dengan ilmu seperti disebutkan diatas,
fiqih itu bersifat dzanni. Fiqih adalah apa yang dapat
dicapai oleh mujtahid dengan dzannya, sedangkan
ilmu tidak bersifat dzanni seperti fiqih. Namun karena
dzanni ini kuat, maka ia mendekati kepada ilmu.
Karenanya ilmu definisi ini ilmu digunakan juga untuk
fiqih.
 Al-Qur’an
 As-Sunnah
 Ijtihad Pada Masa Rasulullah
 Dalam sejarah pelaku homoseksual yang pertama kali melakukan
hubungan menyimpang ini adalah kaum Nabi Luth As. Beberapa ayat
al-qur’an yang merujuk pada kaum Nabi Luth As yang melakukan
perilaku homoseksual, dan ayat-ayat ini merupakan peringatan bagi
mereka, yaitu:

 “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)


tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang
pun di dunia ini sebelummu?.” (QS. Al-A’raf: 80).
 Dan diperjelas dengan ayat selanjutnya yaitu:

 “Sungguh, kami telah melampiaskan syahwat mu kepada sesame


laki-laki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang
melampaui batas.“ (QS. Al-A’raf: 81).
 Dari ayat tersebut, perilaku homoseksual yang dilakukan oleh kaum Luth
belum pernah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Kaum Luth memilih
sesama laki-laki daripada perempuan meskipun perempuan-perempuan itu
lebih bersih daripadanya, dan Allah SWt berfirman:
 ‫ت قَا َل يَا قَ ْو ِم َهؤ ََُلءِ َبنَاتِي هُن أ َ ْطه َُر لَ ُك ْم‬ ِ ‫عونَ ِإلَ ْي ِه َومِ ْن قَ ْب ُل كَانُوا َي ْع َملُونَ الس ِيئ َا‬ُ ‫َوجَا َء ُه قَ ْو ُمهُ يُه َْر‬
‫َق‬
ٍّ ‫ح‬ ‫ن‬ْ ِ‫م‬ َ‫ك‬ ‫ت‬
ِ ‫ا‬ َ ‫ن‬ ‫ب‬
َ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ‫ت‬
َ ْ ‫م‬‫ل‬ِ ‫ع‬
َ ْ
‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ل‬ ‫وا‬ُ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫د‬
ٌ ‫ي‬ ‫ش‬ ِ ‫ر‬
َ ‫ل‬
ٌ ‫ج‬
ُ ‫ر‬
َ ْ‫م‬ ‫ك‬ُ ْ
‫ن‬ ِ‫م‬ ‫ْس‬
َ ‫ي‬ َ ‫ل‬َ ‫أ‬ ‫ِي‬
‫ف‬ ‫ي‬
ْ َ
‫ض‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ون‬ ‫ز‬ ‫ُخ‬ َ ‫فَاتقُوا‬
ِ ْ ‫َّللا َو ََل ت‬
ُ
‫َو ِإنكَ لَت َ ْعلَ ُم َما نُ ِري ُد‬
 ”Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan segera padanya. Dan sejak
dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji, Luth
berkata:

 "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka


bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu hinakan aku terhadap
tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?". ( QS. Hud:
78 )
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak
mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu, dan sesungguhnya
kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.” ( QS.
Hud: 78 ).
 Homoseksual atau disebut juga Liwaath adalah hubungan
seksual antara orang yang sejenis kelaminnya, baik sesama
pria atau sesama wanita. Namun istilah homoseks ini
digunakan untuk pria. Agar mudah untuk membedakan
antara laki-laki dan wanita, untuk wanita disebut lesbi.
Lesbi (As-Sahaaq) adalah wanita-wanita yang melakukan
hubungan seksual sesamanya. Lesbian merupakan
kebalikan dari homoseks, artinya para wanita lesbian ini
cenderung untuk mencintai sejenisnya dan mereka akan
mendapatkan kepuasan seks bila dilakukan dengan wanita,
bukan dengan laki-laki. Seperti Sabda Rasulullah: ”Wanita
yang lesbi (berhubungan badan dengan sesamanya) itu
adalah zina diantara mereka.” (H.R. At-Thabrani).
Homoseksual dan lesbi merupakan penyimpanan dari
fitrah manusia karena secara fitrah manusia cenderung
untuk melakukan hubungan biologis secara heteroseks.
Dan perbuatan homoseksual lebih keji daripada zina.
‫سبِيل‬
َ ‫سا َء‬ ِ َ‫الزنَا إِنهُ كَانَ ف‬
َ ‫احشَة َو‬ ِ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬
 “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk.”
 Fitrah dan tabiat mereka terbalik dan berubah dari fitrah yang
telah Allah ciptakan pada pria, yaitu kehendak kepada wanita
bukan kepada laki-laki.
 Mereka mendapatkan kelezatan dan kebahagian apabila mereka
dapat melampiaskan syahwat mereka pada tempat-tempat yang
najis dan kotor dan melepaskan air kehidupan (mani) di situ.
 Rasa malu, tabiat, dan kejantanan mereka lebih rendah daripada
hewan. Ciri-ciri
 Pikiran dan ambisi mereka setiap saat selalu terfokus kepada
perbuatan keji itu karena laki-laki senantiasa ada di hadapan
Homoseksual
mereka di setiap waktu. Apabila mereka melihat salah seorang di
antaranya, baik anak kecil, pemuda atau orang yang sudah
berumur, maka mereka akan menginginkannya baik sebagai objek
ataupun pelaku.
 Rasa malu mereka kecil. Mereka tidak malu kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga kepada makhlukNya. Tidak ada
kebaikan yang diharapkan dari mereka.
 Mereka tidak tampak kuat dan jantan. Mereka lemah di hadapan
setiap laki-laki karena merasa butuh kepadanya.
 Allah mensifati mereka sebagai orang fasik dan pelaku kejelekan :
 ُ‫س ْوء‬ َ ‫ث ُۗ إِنَّ ُه ُْم كَانُوا قَُ ْو َُم‬ َُ ِ‫ل ْال َخبَائ‬ ُْ ‫طا آت َ ْينَاُهُ ُح ْك ًما َو ِع ْل ًما َونَ َّج ْينَاُه ُ ِمنَُ ْالقَ ْريَ ُِة الَّتُِي كَان‬
ُُ ‫َت تَ ْع َم‬ ً ‫َولُو‬
َُ‫فَا ِس ِقين‬
 “Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah
Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk)
kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka
adalah kaum yang jahat lagi fasik” [Al-Anbiya/21: 74].
 Mereka disebut juga sebagai orang-orang yang melampui batas :
 َُ‫ل أَُْنت ُُْم قَ ْومُ ُمس ِْرفُون‬ ُْ َ‫اء ُۗ ب‬ ُِ ‫س‬ َ ِ‫ُون الن‬ُِ ‫ن د‬ ُْ ‫ش ْه َوُة ً ِم‬َ ‫ل‬ ِ َُ‫إِنَّ ُك ُْم لَت َأْتُون‬
َُ ‫الر َجا‬
 “Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu
kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini
adalah kaum yang melapaui batas” [Al-A’raf/7 : 81]. Artinya, mereka
melampaui batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah.
 Allah menamakan mereka sebagai kaum perusak dan orang yang
zhalim :
 ‫ِيم بِ ْالُبُ ْش َرُٰ قَالُوا ِإنَّا‬ َُ ‫سلُنَا ِإب َْراه‬ ُ ‫ت ُر‬ ُْ ‫﴾ َولَ َّما َجا َء‬٣٠﴿ َُ‫ص ْرنِي َعلَى ْالقَ ْو ُِم ْال ُم ْف ِسدِين‬ ُ ‫ب ا ْن‬ ُِ ‫ل َر‬َُ ‫قَا‬
َ َ
َُ‫ن أ ْهل َها كَانُوا ظا ِل ِمين‬ َ َ ْ
َُّ ِ‫ل َه ِذُِه الق ْريَ ُِة ُۗ إ‬ َ ُ
ُِ ‫ُم ْه ِلكو أ ْه‬
 ”Luth berdo’a. ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan
azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu’. Dan tatkala utusan
Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar
gembira, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami akan
menghancurkan penduduk (Sodom) ini. Sesunguhnya
penduduknya adalah orang-orang yang zhalim” [Al-Ankabut/29:
30-31].
 Biologis
Kombinasi/rangkaian tertentu di
dalam genetik (kromosom), struktur
otak, ketidakseimbangan hormon,
dan kelainan susunan syaraf
diperkirakan mempengaruhi
terbentuknya homoseksual.
 Lingkungan
Lingkungan diperkirakan ikut
mempengaruhi terbentuknya
homoseksual. Faktor lingkungan
yang diperkirakan dapat
mempengaruhi terbentuknya
homoseksual terdiri atas budaya
atau adat istiadat, pola asuh.
 Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َُ ‫ل َو ْال َم ْفعُو‬
‫ل ِب ُِه‬ َُ ‫ل قَ ْو ُِم لُوطُ فَا ْقت ُُلُوا ْالفَا ِع‬
َُ ‫ع َم‬
َ ‫ل‬ ُُ ‫ن َو َج ْدت ُ ُموُهُ َي ْع َم‬ ُْ ‫َم‬
“Barangsiapa yang kalian dapati melakukan
perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah kedua
pelakunya” [HR Tirmidzi : 1456, Abu Dawud : 4462,
Ibnu Majah : 2561 dan Ahmad : 2727].
 Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
ُ‫ل قَ ْو ُِم ُلُوط‬ َ ‫علَى أ ُ َّمتِى‬
ُُ ‫ع َم‬ َ ‫َاف‬ ُُ ‫ف َما أَخ‬ َُ ‫ن أ َ ْخ َو‬َُّ ِ‫إ‬
“Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa)
umatku adalah perbuatan kaum Luth” [HR Ibnu
Majah : 2563, 1457. Tirmidzi berkata : Hadits ini hasan
Gharib, Hakim berkata, Hadits shahih isnad]
 Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia
berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
‫ ُث َالثًا‬، ُ‫ل قَ ْو ُِم لُوط‬ َُ ‫ع َم‬
َ ‫ل‬
َُ ‫ع ِم‬ َ ‫ن‬ َُّ َُ‫ لَ َعن‬، ُ‫ل قَ ْو ُِم لُوط‬
ُْ ‫ّللاُ َم‬ َُ ‫ع َم‬ َ ‫ل‬ َُ ‫ع ِم‬َ ‫ن‬ َُّ َُ‫لَ َعن‬
ُْ ‫ّللاُ َم‬
“Allah melaknat siapa saja yang melakukan
perbuatan kaum Luth, (beliau mengulanginya
sebanyak tiga kali)” [HR Nasa’i dalam As-Sunan Al-
Kubra IV/322 No. 7337].
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
ُْ ‫ام َرأ َُة ً ِف‬
‫ي ال ُدبُ ُِر‬ ُْ ‫الً أ َ ُْو‬
ُ ‫للاُ ِإلَى َر ُجلُ أَتَى َر ُج‬ ُ ‫لَ َي ْن‬
ُ ‫ظ ُُر‬ ُ
“Allah tidak mau melihat kepada laki-laki yang
menyetubuhi laki-laki atau menyetubuhi wanita
pada duburnya” [HR Tirmidzi : 1166, Nasa’i :
1456 dan Ibnu Hibban : 1456 dalam Shahihnya.
Keterangan : hadits ini mencakup pula wanita
kepada wanita].
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda. “Itu adalah liwat kecil, yakni
laki-laki yang menggauli istrinya di lubang
duburnya” [HR Ahmad : 6667].
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Khalid bin Walid bahwa
ada di pinggiran kota Arab seorang laki-laki yang dinikahi
sebagaimana dinikahinya seorang perempuan. Maka dia
menulis surat kepada Abu Bakar As-Shiddiq Radhiyallahu
‘anhu. Abu Bakar As-Shiddiq lalu bermusyawarah dengan
para sahabatnya. Orang yang paling keras pendapatnya
adalah Ali Radhiyallahu ‘anhu. Dia berkata, “Tidaklah
melakukan perbuatan ini kecuali hanya satu ummat dan
kalian telah mengetahui apa yang telah Allah lakukan kepada
mereka. Aku berpendapat agar dia dibakar dengan api”.
Kemudian Abu Bakar As-Shiddiq mengirim surat kepada
Khalid bin Walid untuk membakarnya. Abdullah bin Abbas
Radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Dipertontonkan dari
bangunan yang paling tinggi lalu dilemparkan (ke bawah)
diikuti lemparan batu”.
Dengan demikian hukuman homoseks adalah bisa dengan
dibakar, dirajam dengan batu, dilempar dari bangunan yang
paling tinggi yang diikuti lemparan batu, atau dipenggal
lehernya. Ada pula yang mengatakan ditimpakan tembok
kepadanya. Imam Syaukani memilih hukuman bunuh dan
melemahkan pendapat selain itu. Mereka berpendapat
seperti itu menilik firman Allah.
﴾٨٢﴿ ُ‫ضود‬ ُ ‫ن ِس ِجيلُ َم ْن‬ َ ‫علَ ْي َها ِح َج‬
ُْ ‫ارُة ً ِم‬ َ ‫ط ُْرنَا‬ َ ‫سافِلَ َها َوأ َ ْم‬ َ ‫فَلَ َّما َجا َُء أ َ ْم ُرنَا َج َع ْلنَا‬
َ ‫عا ِل َي َها‬
َّ َُ‫ِي ِمن‬
ُ‫الظا ِل ِمينَُ ِب َب ُِعيد‬ َُ ‫س َّو َم ُةً ِع ْن َُد َر ِبكَُ ُۗ َو َما ه‬
َ ‫ُم‬
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum
Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami
hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu
tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim” [Hud/11 : 82-83]
 Perkawinan homoseksual tidak diakui oleh hukum
Indonesia, berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU
Perkawinan), perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri. Berikut bunyi Pasal 1 UU Perkawinan :
 “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
 Di Indonesia sendiri, legalitas homoseksual tidaklah
ada. Disamping itu, perkawinan homoseksual juga
tidak diakui oleh hukum Indonesia. Namun, selama
ini yang dilarang KUHP hanya homoseksual yang
dilakukan terhadap anak-anak dibawah umur. Pasal
292 KUHP tidak secara tegas melarang homoseksual
yang dilakukan antar orang dewasa. Pasal 292 KUHP
berbunyi :
 “Orang yang cukup umur, yang melakukan
perbuatan cabul dengan orang lain sama kelamin,
yang diketahui atau sepatutnya harus diduga,
bahwa belum cukup umur, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun”.
 Dewasa merupakan oranng yang telah berumur 21
tahun atau belum berumur 21 tahun tetapi sudah
pernah kawin.
 Jenis kelamin sama yaitu laki-laki dengan laki-laki
atau perempuan dengan perempuan.
 Perbuatan cabul adalah segala perbuatan yang
melanggar kesusilaan(kesopanan) atau perbuatan
yang keji, semuanya itu dalam lingungan nafsu
birahi kelamin.
 Dua orang belum dewasa atau dua orang semua
sudah dewasa bersama-sama melakukan perbuatan
cabul, tidak dihukum menurut pasal ini oleh karena
yang diancam hukuman itu perbuatan cabul dari
orang dewsaterhadap orang yang belum dewasa.
 Supaya dapat dihukum menurut pasal ini, maka
orang dewasa itu harus mengetahui atau setidak-
tidaknya patut dapat menyangka bahwa temannya
berbuat cabul itu belum dewasa.
 Ketahuilah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melaknat pelaku homoseks sebanyak tiga
kali sedangkan pezina hanya sekali.
 Takutlah engkau terjerumus dalam dosa ini karena
akan merusakan dirimu dan dikhawatirkan akan
menyeretmu kepada kekafiran seperti yang
menimpa saudaramu sebelum kamu sebagaimana
yang diberitakan oleh Ibnu Al-Qayyim rahimahullah
dalam kitabnya Al-Jawab Al-Kafi halaman 191.
 Dikatakan kepadanya, “Takulah kamu dengan kata-
kata itu!” Laki-laki itu menjawab, “Itu
kenyataannya”. Maka akhirnya matilah dia dalam
keadaan kafir kepada Allah.
 Dan Allah akan mengabulkan do’a hambanya yang
bersungguh-sungguh seperti firman-Nya:
ِ ‫ب َدع َْوةَ الداعِ ِإ َذا َدع‬
‫َان‬ ٌ ‫سأَلَكَ ِعبَادِي ع َِني فَ ِإنِي قَ ِر‬
ُ ‫يب أ ُ ِجي‬ َ ‫َو ِإ َذا‬
َ ‫شد‬
‫ُون‬ ْ َ‫فَ ْلي‬
ُ ‫ست َ ِجيبُوا ِلي َو ْليُ ْؤ ِمنُوا بِي لَعَل ُه ْم يَ ْر‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku itu
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-
Baqarah:186)
Meskipun homoseksual sulit untuk disembuhkan,
akan tetapi tidak menutup kemungkinan mereka
dapat sembuh dengan berbagai macam cara. Dan
salah satu cara yang banyak dipilih oleh para pelaku
homoseksual yang berkeinginan sembuh yaitu dengan
cara melakukan terapi. Dan cukup banyak terapi untuk
menyembuhan homoseksual ini diantaranya terapi
biologik (obat-obatan), terapi psikologik (Psikoterapi),
psikoterapi suportif , psikoterapi re-edukatif,
psikoterapi re-konstruktif, psikoterapi kognitif,
psikoterapi psiko-dinamik, psikoterapi perilaku,
psikoterapi keluarga, terapi sosial, serta terapi
Spiritual (psychoreligious theraphy).
 Perkembangan fiqih di mulai dari zaman Rasullulah SAW, dan
berada pada puncak perkembanganannya, karena semua
permasalahan dikembalikan kepada keputusan dari Rasullulah
SAW yang selalu dirujuk kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist, tapi
setelah Rasullulah SAW wafat fiqih telah mengalami
kemunduran karena banyak ulama yang berada di masa itu
sudah lemah untuk mencapai tingkat mujtahid mutlak
sebagiamana dilakukan oleh para pendahulu.
 Fiqih merupakan ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang
bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang
tafsili.
 Sumber hukum pada periode Rasullulah SAW yaitu bersumber
dari Al-Qur’an, As-sunnah dan ijtihad.
 Pada zaman sekarang muncul permasalahan yang ditimbulkan
oleh orang-orang yang mengabaikan fiqih salah satunya yaitu
homoseksual.

Anda mungkin juga menyukai