Ketentuan Hukum :
* Pluralisme, sekulerisme, Liberalisme Agama adalah paham yang
bertentangan dengan ajaran Agama Islam
* Umat Islam Haram mengikuti paham Pluralisme, sekulerisme, dan
liberalisme agama.
Ernst Troeltsch (1865-1923),
teolog Kristen Liberal:
Semua agama, termasuk Kristen, selalu mengandung
elemen kebenaran dan tidak satu agama pun yang
memiliki kebenaran mutlak, konsep ketuhanan di muka
bumi ini beragam dan tidak hanya satu.
(The Place of Christianity among the World Religions, Makalah di Oxford
University, 1923)
Nurcholish Madjid:
“Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya
Islam bersifat inklusif dan merentangkan tafsirannya ke arah
yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang
belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di
Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan
mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan
ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat
roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah
jalan dari berbagai Agama. Filsafat perenial juga membagi
agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu
Agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik,
tetapi relatif sama dalam level esoteriknya. Oleh karena itu
ada istilah "Satu Tuhan Banyak Jalan".” (Buku Tiga
Agama Satu Tuhan, Mizan, Bandung, 1999, hal. xix.)
Semua Agama Menuju Tuhan Yang Sama
“Jadi agama apapun sama dan setara , karena
sumbernya satu yakni Tuhan “ Hal 2 ( dua )
Ulil Abshar Abdalla:
Semua agama sama. Semuanya menuju
jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang
paling benar.” (Majalah GATRA, 21
Desember 2002).
Budhy Munawar Rahman: Dosen
Paramadina
“Karenanya, yang diperlukan sekarang ini dalam
penghayatan masalah Pluralisme antar agama, yakni
pandangan bahwa siapa pun yang beriman – tanpa
harus melihat Agamanya apa – adalah sama di hadapan
Allah. Karena, Tuhan kita semua adalah Tuhan Yang
Satu.” (Artikel “Basis Teologi Persaudaraan Antar-
Agama” dalam buku Wajah Liberal Islam di Indonesia,
hal. 51-53).
Alwi Shihab:
“Prinsip lain yang digariskan oleh Al Quran, adalah
pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik
dalam setiap komunitas beragama, dan, dengan begitu,
layak memperoleh pahala dari Tuhan. Lagi-lagi,
prinsip ini memperkokoh ide mengenai Pluralisme
keagamaan dan menolak eksklusivisme. Dalam
pengartian lain, eksklusivisme keagamaan tidak
sesuai dengan semangat Al Quran. Sebab Al Quran
tidak membeda-bedakan antara satu komunitas
agama dari lainnya.” (Alwi Shihab, Islam Inklusif:
Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Mizan,
Bandung, 1997, hal. 108-109).
Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan:
2. KEMU’JIZATAN AL QUR’AN
2. Islam adalah ajaran utk Manusia
Jika kita mengkaji tema2 pokok ayat2 Al-Qur’an, maka kita akan
berkesimpulan bahwa Al-Qur’an itu mmg diturunkan sbg
pedoman hidup untuk manusia. Itulah sebabnya manusia
disebut dlm Al-Q berulang kali dg berbagai istilah seperti: al-
Insân sebanyak 63 kali; al-Nâs sebanyak 240 kali; Bani Adam: 6
kali & Basyar : 25 kali.
Sosok Nabi yg diutus Allah sbg teladan dari kalangan
manusia juga. Al-Q memperkuat unsur kemanusiaan Nabi
Muhammad saw:
ِ قُل ِإمَّنَا َأنَا ب َشر ِم ْثلُ ُكم يوحى ِإيَلَّ َأمَّنَا ِإهَل ُكم ِإلَه و
اح ٌد
)QS. 18: 110(
ٌَ ْ ُ َ ُْ ٌ َ ْ
Karena Nabi Muhammad saw juga manusia, maka
pantaslah bila beliau menjadi teladan bg semua manusia.
(QS. 33: 21)
Selain itu, rangkaian ibadah mahdlah yg seakan hanya
berhub dg Tuhan, ternyata selalu dikaitkan dg aspek
kemanusiaan. Contoh: perintah shalat dikaitkan dg
pencegahan thd perbuatan keji & munkar (QS. 29: 45), atau
celakalah bagi org yg shalat namun enggan memberikan
bantuan (QS. Al-Ma`un: 4-7).
Karena Allah Maha Mengetahui detail
ciptaannya, shg Din al-Islâm sbg Syariat utk
mans disesuaikan dg fitrah & kmampuan
hambaNya:
َّاس
ن ال ل تق ا مَّ
ن ك ف ِ
ض ر َأْل ا ي ِ
ف ٍ
اد سف َأو ٍ
س ف ن ِ
ر ي غ ِ
سا ب
َ َ َ َ َ َأ َ َ ْ َ
َ ْ ْ َ ْ َ ً َم ْن َقتَ َل َن ْف
)QS. 5: 32( يعا مِ َأحيا النَّاس ج امَّ
ن َأكَ ف
َ ا اه
َ َ ْ ْ َ َ ً َج
ي َأح ن م و ايع ِ
م
ً َ َ َْ َ
HAM dalam meyakini sebuah Agama