Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu fiqih adalah salah satu ilmu keislaman yang hingga kini cukup berkembang, hal
ini terbukti dengan kekayaan warisan khazanah klasik yang dimilikinya hingga maraknya
berbagai kegiatan atau forum kajian ilmu fiqih seperti bahts al-masâil fiqhiyah yang
dilakukan lembaga dan ormas-ormas Islam maupun lembaga-lembaga pendidikan Islam
seperti pesantren. Namun yang tampaknya perlu mendapat perhatian khusus adalah
munculnya kesan kuat dalam masyarakat, bahwa Islam yang mereka pahami adalah fiqih itu
sendiri, karena ia menyajikan aturan dan rambu-rambu hukum yang jelas sehingga dapat
mereka jadikan pegangan. Ini mengindikasikan kedudukan fiqih sebagai sebuah ilmu yang
sering belum dapat dimaknai secara proporsional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa objek kajian dalam ilmu fiqih?
2. Bagaimana kedudukan ilmu fiqih dalam Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui objek kajian dalam ilmu fiqih
2. Mengetahui kedudukan ilmu fiqih dalam Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Objek Kajian Ilmu Fiqih

Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa tujuan akhir yang hendak dicapai dari ilmu
fikih adalah penerapan hukum syariat kepada amal perbuatan manusia, baik tindakan maupun
perkataannya.1 Dengan mempelajarinya orang akan tahu mana yang diperintah dan mana
yang dilarang, mana yang sah dan mana yang batal, mana yang halal dan mana yang haram,
dan lain sebagainya. Ilmu ini diharapkan muncul sebagai rujukan bagi para hakim pada setiap
keputusannya, bagi para ahli hukum di setiap pendapat dan gagasannya, dan juga bagi setiap
mukallaf pada umumnya dalam upaya mereka mengetahui hukum syari`at dari berbagai
masalah yang terjadi akibat tindak tanduk mereka sendiri.

Kegunaan fikih adalah untuk merealisasikan dan melindungi kemaslahatan umat


manusia, baik kemaslahatan individu maupun masyarakat. Objek pembahasan dalam ilmu
fikih adalah perbuatan mukallaf yang dilihat dari sudut hukum syara`. 2 Perbuatan tersebut
dapat dikelompokkan dalam permasalahan: ibadah, muamalah, jinayat.

Pada bagian ibadah tercakup segala persoalan yang pada pokoknya berkaitan dengan
urusan akhirat. Artinya, segala perbuatan yang dikerjakan dengan maksud mendekatkan diri
kepada Allah, seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya.

Bagian muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harta, seperti jual-
beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, amanah, dan harta peninggalan. Pada bagian ini juga
dimasukkan persoalan munakahat dan siyasah.

Bagian jinayat mencakup segala persoalan yang menyangkut tindak pidana, seperti
pembunuhan, pencurian, perampokan, pemberontakan dan lain-lain. Bagian ini juga
membicarakan hukuman-hukuman, seperti qisas, had, diyat dan ta`zir. 3

1
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta : Al-Majlis al-A`la al-Indonesia li al-Dakwah
alIslamiyah, 1972), hal 12
2
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta : Al-Majlis al-A`la al-Indonesia li al-Dakwah
alIslamiyah, 1972), hal 42
3
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (sebuah Pengantar), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 5
2
Sementara itu, Musthafa A.Zarqa membagi kajian fikih mejadi enam bidang, yaitu :

1. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang ubudiyah, seperti shalat, puasa,
dan ibadah haji, inilah yang kemudian disebut fikih ibadah.

2. Ketentuan–ketentuan hukum yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, seperti


perkawinan, perceraian, nafkah, dan ketentuan nasab. Inilah yang kemudian disebut ahwal as-
syakhsiyah.

3. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hubungan sosial antara umat Islam
dalam konteks hubungan ekonomi dan jasa. Seperti jual beli, sewa menyewa, dan gadai.
Bidang ini kemudian disebut fikih muamalah.

4. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan sangsi-sangsi terhadap tindak


kejahatan kriminal. Misalnya, qiyas, diat, dan hudud. Bidang ini disebut dengan fikih jinayah.

5. Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan warga negara dengan


pemerintahannya. Misalnya, politik dan birokrasi. Pembahasan ini dinamakan fikih siyasah.

6. Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur etika pergaulan antara seorang muslim dengan
lainnya dalam tatanan kehidupan sosial. Bidang ini disebut Ahkam khuluqiyah. 4

B. Kedudukan Ilmu Fiqih Dalam Islam

Fiqih menempati posisi penting dalam peta pemikiran Islam. Tidak berlebihan ketika
Schacht mengatakan bahwa hukum Islam menempati posisi yang sangat sentral dalam rasa
keagamaan kaum muslimin.5 Fiqih merupakan salah satu produk par excellence yang pernah
dihasilkan peradaban Islam, ia bukan hasil adopsi apa lagi jiplakan dari Hukum Romawi
(Roman Law) seperti dikatakan sebagian orientalis, tapi murni hasil ijtihad para ulama yang
sepenuhnya berakar pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Dalam Al-Qur’an ayat
mengenai ijtihad, nashnya memerintahkan untuk menggunakan pikiran dan akal serta
mengambil i’tibar (pelajaran). Sebagai salah satu contoh ayat tersebut terdapat dalam QS. Ar-
Ra’ad ayat 3 dan Al-Hasyr ayat 2: 6

4
Abu al-Hasan `Ali ibn Muhammad al-Amidi, Al-Ihkam fi Usul alAhkam (Beirut: Dar al-Kutub al-
Arabi), hlm. 10.
5
Joseph Schacht, Theology and Law in Islam, dalam G.E. von Grunebaum (ed.), Theology and Law in
Islam, (Weisbaden: Otto Harrasowitz, 1969), hlm. 23
6
Huzaemah, T Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab,(Ciputat: Gaung Persada Press), hal. 3

3
َ َّ ْٰ
َّ َّ
ۗ
‫وانهراو ّمن ك ّل الحمرت جعل فيها زوجي ّن ا َجني ّن‬ ‫فيها روا ّسي‬ ‫وهو ال ّذي مد االرض وجعل‬
َّ
)3 :13 َ َّ َ ٰ ٰ َّ ‫ى‬
/‫ ( الرعد‬q‫ت ّلقو ٍم يتفكرون‬ ‫اليل الَنهارۗ ّان ّفي ّذلك الي‬ ‫يغ ّش‬

Artinya : Dialah yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan


sungai-sungai padanya. Dia menjadikan padanya (semua) buah-buahan berpasang-
pasangan (dan) menutupkan malam pada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ra’ad [13]:3)

ْ َّ َّ
َّ
‫ظنَنتم ان يخرجوا‬ ‫ب ديا ّر ّهم الو ّل الحش ّ ۗر ما‬ ‫هو ال ّذي اخرج ال ّذين كفروا من اه ّل الكت‬
‫من‬

ِ
ْ
‫َ َ ف ق ُ و ِّ ّه‬ َ ‫ْ ِ م ا َٰ ِ ا م ح ثل‬ َ
‫يح ت ّس و ق ذ‬ ‫ف ا تى ه‬ ‫ا حص و ن‬ ‫وظ‬
ِ ْ ْ ْ ِ َ
‫َ ْي‬ ‫م‬ ‫ِ ّٰلل ن ي‬ ‫ِ ْ ن ّّٰلل‬
‫م‬ ْ ِ
‫ت وا‬ ‫م‬ ‫هم‬ ْ ِ ّ
‫ف‬ ‫ن هم‬
ْ ّ
‫َن ْٓاو‬
ْ ِ ِ َ ّ
‫ّمان ع ت ه م‬

2) /59:‫صا ّر ( الحشر‬
َ ْ َ ْ ََ ْ ْ ِ ْ ْ
َ َ
ْ ْ ِ َ ْ ِ ِ
‫رة‬
‫ب‬ ‫ال‬
‫ة ي و ت ه م ّة ا ي و ا ي ّدى ا ل م ؤ ّم َّن يَۙن فا ع ت ّب لى ال ا‬
ْ ْ ِ ْ ْ ْ ‫يخ‬
‫ة‬ ‫ر وا‬ ‫ّد ي ّ ه م‬ ‫و‬ ْ
َ ‫ّر ع‬
‫ي‬ ‫ن‬
ِ
ٰ
‫ا‬

Artinya: Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang kufur di antara Ahlulkitab


(Yahudi Bani Nadir) dari kampung halaman mereka pada saat pengusiran yang pertama.
Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar. Mereka pun yakin bahwa benteng-
benteng mereka akan dapat menjaganya dari (azab) Allah. Maka, (azab) Allah datang
kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka. Dia menanamkan rasa takut di dalam

4
hati mereka sehingga mereka menghancurkan rumah-rumahnya dengan tangannya sendiri
dan tangan orang-orang mukmin. Maka, ambillah pelajaran (dari kejadian itu), wahai
orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati). (QS. Al-Hasyr [59]:2)

Bagi umat Islam, Fiqih adalah perwujudan (embodiement) kehendak Allah terhadap
manusia yang berisi perintah, anjuran dan larangan. Oleh karena itu, pelaksanaan hukum-
hukum Fiqih dianggap sebagai bentuk ketundukan kepada Allah SWT dan merupakan
manifestasi eksoterik keimanan. Buku-buku fiqih memuat berbagai produk hukum yang
bersumber dari al-Qur’an, Sunnah, Ijma dan ijtihad para ulama. Produk hukum tersebut
menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Jadi Fiqih bukan hanya mengatur hal-hal yang
behubungan dengan ritual semata, tapi juga seluruh aspek kehidupan manusia dari mulai

5
hubungan pribadinya dengan dirinya sendiri, Tuhannya, keluarganya, lingkungan
masyarakatnya serta dengan orang yang diluar agama dan negaranya.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Objek pembahasan dalam ilmu fikih adalah perbuatan mukallaf yang dilihat dari
sudut hukum syara`. Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam permasalahan: ibadah,
muamalah, jinayat. Fiqih merupakan salah satu produk par excellence yang pernah dihasilkan
peradaban Islam. Fiqih merupakan hasil ijtihad para ulama yang sepenuhnya berakar pada al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Bagi umat Islam, Fiqih adalah perwujudan
(embodiement) kehendak Allah terhadap manusia yang berisi perintah, anjuran dan larangan.
Oleh karena itu, pelaksanaan hukum-hukum Fiqih dianggap sebagai bentuk ketundukan
kepada Allah SWT dan merupakan manifestasi eksoterik keimanan

7
DAFTAR PUSTAKA

al-Hasan `Ali ibn Muhammad al-Amidi, Abu. Al-Ihkam fi Usul alAhkam, Beirut: Dar al-
Kutub al-Arabi, tt

Koto, Alaiddin. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (sebuah Pengantar), Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009

Schacht, Joseph. Theology and Law in Islam, dalam G.E. von Grunebaum (ed.), Theology
and Law in Islam, Weisbaden: Otto Harrasowitz, 1969

Tahido Yanggo, Huzaemah. Pengantar Perbandingan Mazhab,Ciputat: Gaung Persada Press

Wahhab Khallaf, Abdul. Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta : Al-Majlis al-A`la al-Indonesia li al-
Dakwah al-Islamiyah, 1972

Anda mungkin juga menyukai