Anda di halaman 1dari 18

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DALAM MENURUT AL QURAN DAN AL HADITS

Ahmad Zaid Hasanudin


Insitut Agama Islam Negri Juuraisiwo Metro
Jalan Ki Hajar Dewantara No. 15A, Iringmulyo, Metro Timur
ucihasaringgan4@gmail.com

Abstrak:
Ilmu adalah sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan manusia
serba membutuhkan ilmu pengetahuan. Islam agama sempurna yang berlandasakan dengan Al quran
dan hadits, islam sangat menekankan tentang kewajiban menuntut ilmu, bahkan ayat yang pertama
turun adalah ayat tentang pendidikan. Begitu urgennya ilmu pengetahuan bagi manusia orang yang
memiliki ilmu derajatnya di bedakan dengan orang yang tidak memiliki ilmu. Ilmu merupakan kunci
dari kebahagiaan dunia dan akhirat, jika manusia ingin mendapatkan keridoan Allah maka manusia
harus beribadah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya itu juga harus menggunakan
ilmu. Islam memerintahkan manusia menuntut ilmu tidak hanya semasa di bangku sekolah, tapi islam
mengajarkan menuntut ilmu sepanjang hayat.

Kata Kunci: Menuntut Ilmu, Al quran , Hadis.

Abstract:
Science is something very urgent in human life, in human life science department requires. Islam
is perfect berlandasakan premises of Al-Quran and Hadith, Islam places great emphasis on the
obligation to study, even the first verse is the verse about pendiddikan down. So urgenya human
knowledge for people who own a science degree at the distinguished people who do not memelki
science. Science is the key to happiness of the world and the Hereafter, if people want to get keridoan
Allah that man should serve his run commands and avoid His prohibitions also must use the science.
Islam ordered Manuia meneuntut science not only when I was in school, but Islam teaches long lif
education

Keywords: Demanding Science, Quran, Hadith.

A. Pendahuluan:
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam adalah agama yang mengangkat
derajat dan martabat manusia. Islam adalah agama yang sangat perduli terhadap ilmu pengetahuan,
bahkan pada awal ayat pertama kali yang turun adalah ayat tentang pendidikan, agama Islam tidak bisa
di lepaskan dengan ilmu pengetahuan, karena islam sendiri berasal dari kata aslama, yang memiliki arti
tunduk dan patuh terhadap kehendak Allah, seperti firman Allah pada surat Ali-Imron, ayat 83:




1
Artinya: Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (QS. Ali Imron :83)
Ayat tersebut menerangkan bahwa Seluruh langit dan bumi dalam keadaan islam, artinya tunduk
dan patuh kepada Allah, bagaimana bisa manusia dibumi dapat melaksanan perintah Allah dengan
baik dan benar jika manusia tidak memiliki ilmu, Bahkan dalam suatu istilah mengatakan tidurnya
orang yang alim itu lebih berharga dari pada ibadahnya orang yang bodoh, itu menandakan Urgensi
ilmu sangat penting dalam agama islam.
Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan pasangan yang tidak
terpisahkan dari kemodernan yang semula dimaksudkan sebagai satu model bagaimana manusia
mampu mengelola alam dan mengaturnya demi untuk kemakmuran dengan tema: Manusia harus
menjalankan seluruh aktifitas hidupnya hanya untuk beribadah dan tidak lebih daripada itu.Dalam era
globalisasi di areal informasi seperti sekarang ini persoalan pokok yang dihadapi adalah bagaimana
cara menyiapkan SDM yang modern yang bermuatan religius yang mampu bersaing dan tidak tersesat
dalam menghadapi kehidupan yang diwarnai oleh budaya IPTEK.
Ilmu dalam agama islam bukan hanya sebagai pengetahuan tapi Ilmu dalam islam juga
membahas pengamalan. Islam sangat menekankan kewajiban menuntut ilmu, Al quran dan hadis pun
banyak sekali dalil yang menerangkan tentang kewajiban menuntut ilmu, maka dari itu Jurnal ini akan
membahas tentang Kewajiban Menuntut Ilmu Menurut Menurut Al quran dan Hadits

B. Pengertian Ilmu
Ilmu secara bahasa arab berasal dari kata ilm yang berarti mengetahui, faham akar kata ain-lam-
mim yang diambil dari perkataan alamah, yaitu marifah (pengenalan), syuur (kesadaran), tadzakkur
(pengingat), fahm dan fiqh (pengertian dan pemahaman), aql (intelektual), dirayah dan riwayah
(perkenalan, pengetahuan, narasi), hikmah (kearifan), alamah (lambang), tanda atau indikasi yang
dengan sesuatu atau seseorang dikenal.1 Sedangkan arti kata ilmu menurut bahasa inggris adalah
diredaksikan dengan science yang berasal dari bahasa Latin scientia mempunyai arti pengetahuan.The
Liang Gie menyebutkan bahwa ilmu dipandang sebagai kumpulan pengetahuan sistematis, metode
penelitian, dan aktifitas penelitian.2 Secara istilah ilmu memiliki arti yang pertama Ilmu memiliki arti
sesuatu yang datangnya dari Allah atau biasa di sebut husul dan maka sesuatu atau objek ilmu adalah
jiwa pencari Ilmu. Yang kedua ilmu sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif,
atau dengan kata lain diartikan sesuatu datangnya jiwa atau wushul, ada.3 Ilmu pengetahuan menurut
Ensiklopedia Indonesia adalah suatu sistem pengetahuan yang masing-masing di peroleh dari hasil-
hasil penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu.4
Jadi dapat ditarik pemahaman bahwa ilmu bukan sekedar knowledge tetapi ilmu juga mencapai
banyak hal, dan juga mencakup sekumpulan pengetahuan yang di sepakati dan dapat di uji dengan
seperangkat ilmu di bidang tertentu. Dalam konsep agama Islam ilmu pengetahuan muncul pada awal
muncul ketika nabi Adam di lahirkan kedunia, lalu ilmu pengetahuan tersebut berkembang karena
hasrat ingin tahu manusia, hasrat ingin tau itu muncul karena tuntutan kehidupan yang terus

1
Achmad Reza Hutama Al-Faruqi, Konsep Ilmu Dalam Islam, Kalimah 13, No. 2 (2015): 225.
2
Benny Afwadzi, Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Hadis Nabi, Living Hadis 1, No. 1 (2016): 103.
3
Al-Faruqi, Konsep Ilmu Dalam Islam, 226.
4
Imam Zamroni Latief, Islam Dan Ilmu Pengetahuan, Islamuna: Jurnal Studi Islam 1, No. 2 (2014): 152.
2
berkembang.5 Di dalam Al quran terdapat kata-kata tentang ilmu dalam berbagai bentuk (ilma, ilmi,
ilmu, ilman, ilmihi, ilmuha, ilmuhum) terulang sebanyak 99 kal. Delapan bentuk ilmu tersebut di
atas dalam terjemah Al quran Departemen Agama Republik Indonesia, diartikan dengan: pengetahuan,
ilmu pengetahuan, kepintaran dan keyakinan, sedangkan kata ilmu itu sendiri berasal dari bahasa Arab
alima, artinya mengetahui, mengerti. maknanya, seseorang dianggap mengerti karena sudah
mengetahui objek atau fakta lewat pendengaran, penglihatan dan hatinya.6 Sifat penting dari konsep
pengetahuan dalam Al quran adalah utuh (berbeda dengan konsep sekuler tentang pengetahuan).
Pembedaan ini sebagai bukti world view tauhid dan monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam
konteks ini berarti persoalan-persoalan epistemologis harus selalu dikaitkan dengan etika dan
spiritualitas.
Dalam ajaran islam dikenal dengan dua pusaka yang di tinggalkan oleh nabi, yaitu Al quran dan
hadis, dan dari kedua pusaka itu lah lahir berbagai cabang ilmu, seperti ilmu tafsir, kalam taswuf dan
masih banyak yang lainnya.7 Baik Ilmu exsata maupun humaniora yang berkembang sekarang sejatinya
mengginduk kepada Al quran dan Al hadits.
Umat islam diperintahkan untuk berpegangan teguh pada Al quran dan Hadis, maka dari itu
umat islam membutuhkan ilmu pengetahuan untuk memahamai Al quran dan hadis. Para ulama
modern sendiri telah menyadari pentingnya kesadaran sejarah dalam memahami hadis Nabi. Menurut
Syuhudi Ismail, sesuai dengan petunjuk al quran nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk semua
manusia dan sebagai rahmat bagi seluruh alam Hal ini berarti kehadiran Nabi membawa kebajikan dan
rahmat bagi semua umat manusia dalam segala waktu dan tempat.8 Mustahil bagi umat islam untuk
memahaminya jika tidak menggunakan ilmu, dilihat secara bahasa Al quran diturunkan dengan bahasa
arab yang memeiliki karya yang sangat tinngi, kita sebagai oang yang non Arab pasti akan kesulitan
jika kita memahami bahasa arab, maka dari itu peran ilmu pengetahuan sangat penting bagi umat islam.
Ilmu jika diibaratkan adalah sebuah cahaya, yang mana kita berada di suatu hutan pada malam
hari dan tidak ada satupun cahaya disitu, dan terdapat banyak lubang, banyak ranjau dan banyak hal-hal
yang berbahaya lainnya. Jika kita tetap mencari jalan keluar dari hutan tersebut dalam keadaan gelap
gulita tanpa cahaya maka sangat besar kemungkinan bagi kita akan terjerumus kedalam lubang-lubang
yang tidak kita ketahui, lalu hadirlah sebuah cahaya yang sangat terang yang mana dengan cahaya
tersebut kita dapat melihat jalan keluar dengan jelas. Cahaya itu lah ibarat ilmu, Ilmu akan menuntun
kita dalam kegelapan perangkap-perangkap setan yang ada dalam dunia ini.

C. Kewajiban Menuntut Ilmu Menurut Al Quran dan Hadits


Dalam islam dikenal dengan istilah tholabul ilmi, yaitu menuentut ilmu, dalam istilah bahasa
kita harus menjemput bola, sama saja dengan ilmu, kita harus menuntut ilmu dengan semampu dengan
sekuat kita, memang benar ilmu adalah pemberian Allah dan semua adalah pemberian pemberian
Allah, tetapi Allah akan memeberikan seseutu itu kepada orang yang telah layak. Maksudnya jika kita
ingin diberi ilmu oleh Allah maka kita harus bersunguh-sungguh pula untuk menyiapkan diri kita,
memantaskan diri kita, agar diberi Ilmu oleh Allah, dengan cara berusaha sekuat tenaga semampu kita
untuk menuntut ilmu. Ilmu juga sebuah titipan dari Allah SWT, maka jika kita diberi ilmu kita harus
menjaganya dengan cara mengamalkannya dan mengajarkannya kembali kepada orang yang
membutuhkan pengajaran. Analoginya sama halnya seperti kita ingin memberikan sesuatu kepada

5
Abdul Karim, Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan 2,
No. 2 (2015): 274.
6
Latief, Islam Dan Ilmu Pengetahuan, 153.
7
Afwadzi, Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Hadis Nabi, 102.
8
Ibid., 111.
3
orang tentunya kita melihat orangnya apakah dia benar benar akan menjaga sesuatu yang akan kita
berikan kepadanya, apakah dia benar-benar membutuhkan sesuatu yang akan kita berikan atau hanya
akan di gunakan kearah kemaksiatan atau keburukan. Jadi pada intinya kita ini mengahap Allah
memberikan ilmu-Nya kepada kita, maka kita harus bersungguh-sungguh berusaha agar Allah
memberikan ilmu-Nya kepada kita.
Islam datang untuk memberantas dan memusuhi serta mengikis habis dengan akar-akarnya pohon
kebodohan dan kemiskinan. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. Bersabda yang diriwayatkan oeh Imam
At-Tirmidzi, yang artinya: Ketika Allah menciptakan akal, dan Allah berfirman kepada akal: Hai
akal! Menghadaplah! maka akal pun menghadap Allah berfirman kemudian: Hadaplah ke
belakang!Akal lalu membelakang. Kemudian Allah berfirman: Demi keagunganku dan keluhuran
Ku, Aku tidak akan meletakkanmu kecuali buat orang-orang yang Aku cinta. Ketika Allah
menciptakan kebodohan, Allah berfirman kepada kebodohan: Menghadaplah! Ia menghadap dan
membelakangi Lalu Allah berfirman: Demi keagungan dan keluhuran-Ku, Aku tidak akan
meletakkanmu kecuali kepada orang-orang yang Aku benci di antara makhluk-Ku.9
Maka dari itu umat islam harus menuntut ilmu, umat islam harus memiliki ilmu pengetahuan, dan
iman sebagai penyeimbang antara akal dan rasio, orang yang bodoh sangat di benci oleh Allah, maka
dari itu janganlah umat islam menjadi umat yang bodoh, tak memiliki ilu pengetahuan karena beramal
tanpa menggunakan ilmu akan sia-sia, Abu bakar As sidiq pernah ditanya oleh seorang sahabat, wahai
Abu Bakar, amalan apa yang paling utama dari sholat, maka Abu bakar menjawab Sholat
menggunakan Ilmu, Bukan menafikan ibadah yang bersifat mahdoh, maksudnya jika orang sholat tidak
menggunakan ilmu maka akan terjadi banyak kesalahan, dan terkadang melakukan kesalahan yang
sifatnya membatalkan sholat, tetapi pelakunya tidak tau karena kebodohanya itu.
Sejak awal islam sudah melakukan revolusi besar-besaran, islam adalah satu-satunya agama yang
menghubungkan antara agama dengan sains, agama dengan politik, agama dengan kejadian-kejadian
alam, agama dengan kehidupan dunia dan akhirat, agama yang menjelaskan tentang sejarah umat-umat
terdahulu.10 Islam memberikan semua penjelasan terhadap semua permasalahan, tergantung bagaimana
umat islam untuk memahaminya.Tapi semua ibarat hal yang kosong jika umat islam sendiri tidak
memeilki ilmu pengetahuan, semua itu barat emas dibalik timbunan batu yang tak dapat di lihat dan di
ketahui. Maka dari itu urgensi ilmu sangat penting dalam kehidupan manusia, manusia yang dibekali
dengan akal fikiran yang sempurna membutuhkan ilmu untuk menggali hal tersebut, untuk mengetahui
kesempurnaan agama Islam. Karena manusia bukanlah hewan yang hanya memiliki nafsu semata,
manusia juga di bekali dengan akal fikiran yang harusnya digunakan untuk beribadah kepada Allah,
dan dalam beibadah hasus menggunakan ilmu, karena barang siapa yang beribadah tanpa ilmu maka
ibadahnya akan tertolak. Maka dari itu mnuntut ilmu bukanlah dikatagorikan suatu kewajiban, tetapi
menuntut ilmu adalah suatu kebutuhan. Kita sebagai umat muslim kita memebutuhkan ilmu
pengetahuan.
Dalam islam Menuntut Ilmu hukumnya wajib ain bagi setiap muslim laki-laki maupun
perempuan, Bahkan Ayat yang pertama kali turun Adalah wahyu yang memerintahkan kita untuk
membaca terdapat pada Surat Al- alaq ayat 1-5

9
Latief, Islam Dan Ilmu Pengetahuan, 7.
10
Mulyono Mulyono, Kedudukan Ilmu Dan Belajar Dalam Islam, Jurnal Tadris Stain Pamekasan 4, No. 2 (2013):
209.
4


Artinya: Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yangmenciptakan (1) Yang menciptakanmu
dari segumpal darah (2) Bacalah dan tuhan mu yang maha mulia (3) Yang mengajarkan manusia
dengan qolam (4) Yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui (5) ( Q.S Al-Alaq 1-5)
Ayat tersebut sangat penuh dengan historis, pada penurunan ayat tersebut nabi Muhamad SAW,
tidak bisa membaca dan menulis, Dan nabi Muhamad SAW, mengalami ketakutan setelah di datangi
malaikat jibril.
Yang mengajarkan manusia dengan qolam (Al Alaq :4) maksudnya Itulah kemuliaan Allah SWT.
Yaitu diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, di berikan berbagai kunci oleh Allah untuk
membuka kekuasan-Nya, yaitu dengan Pena (Qolam). Dengan Pena atau alat tulis lah ilmu dapat
berkembang sampai sekarang, di samping lidah dapat membaca dihadirkanlah oleh-Nya pena untuk
mencatat. Pena kaku tidak hidup tetapi dengan pena itu di tuliskan segala sesuatu yang memahamkan
manusia. Ada pepatah mengatakan Ilmu laksana binatang buruan dan catatan ibarat talinya, Maka
ikatlah binatang buruanmu dengan tali yang kokoh. Qolam diartikan sebagai alat pentrasfer ilmu maka
dari itu makana arti kata qolam dari berbagai zaman mengalami perubahan. Pada zaman dahulu qolam
di artikan sebagai pena karena pada zaman dahulu pena yang digunakan sebagai alat pentransfer ilmu,
berbeda dengan sekarang arti kata qolam sudah sangat luas itu dikarenakan alat pentransfer ilmu pada
zaman yang modern ini sangatlah banyak, menngunakan media cetak, elektronik dan lain sebagainya.
Media cetak contohnya buku, kitab-kitab kuning karena pada zaman sekarang semua yang
berhubungan dengan penuisan ilmu pada kertas tidak dilakukan dengan manual, tetapi dilakukan
dengan media cetak, Menggunakan media elektronik seperti komputer, laptop karena pada zaman
sekarang banyak sekali software-software yang berisikan ilmu pengetahuan seperti Maktabah samilah
contohnya software yang berisikan 1000 kitab.
Al quran pertama kali turun tidak ada pemisahan dua varian pembacaan sebab membaca dan
menulis adalah merupakan kunci dan sumber ilmu pengetahuan yang saling bertentangan. Artinya,
ayat-ayat yang pertama turun itu merupakan ayat-ayat yang mengandung perintah kepada manusia
untuk membaca, membaca dan membaca; baik membaca dalam arti tekstual (Al quran sebagai ayat-
ayat qauliyah) maupun dalam arti kontekstual (alam semesta sebagai ayat-ayat kauniyah). Inilah fakta
pembacaan pada tataran normatif Islam yang integralis antara varian meta narasi dengan meta
material, dan fakta ini dapat dilacak pada prolog turunnya surat A-lalaq (96): 1-5 sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mushthafa al-Maraghy:Disebutkan dalam Hadist-Hadist shahih, bahwa nabi SAW.
mendatangi gua Hira (Hira adalah nama sebuah gunung di Mekkah untuk tujuan beribadah selama
beberapa hari. Beliau kembali kepada istrinya Siti Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya.
Hingga pada suatu hari di dalam gua beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat membawa wahyu
ilahi.11
Malaikat berkata kepadanya, Bacalah! Beliau menjawab, saya tidak bisa membaca. Perawi
mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang nabi dan mengguncangnya hingga nabi
kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, Bacalah! Nabi menjawab , saya
tidak membaca. Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya malaikat memegang Nabi dan
mengguncang-guncangkannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah Nabi mengucapkan apa
yang diucapkan oleh malaikat, yaitu surat Al- alaq (96) ayat 1-5.

11
Ninik Masruroh, Dikhotomi Ilmu, Jurnal Studi Islam: Pancawahana 9, no. 1 (2014): 19.
5
Para perawi hadits mengatakan, bahwa Nabi SAW. kembali ke rumah Khadijah dalam keadaan
gemetar seraya mengatakan, Selimutilah aku, selimutilah aku. Kemudian mereka menyelimuti beliau
hingga rasa takut beliaupun hilang. Setelah itu beliau menceritakan semuanya kepada Khadijah. Lalu beliau
berkata,Aku merasa khawatir terhadap diriku. Khadijah menjawab, Jangan, bergembiralah! Demi
Allah, sesungguhnya Allah tidak akan membuatmu kecewa. Sesungguhnya engkau adalah orang yang
menyambung silaturrahmi, benar dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan
gemar menolong orang yang tertimpa bencana.Kemudian Khadijah mengajak beliau menemui
Waraqah Ibn Naufal Ibn Abd al-Uzza (anak paman Khadijah). Beliau adalah pemeluk agama Nasrani
di zaman jahilliyah, pandai menulis Arab dan menguasai bahasa Ibrani, serta pernah menulis Injil
dalam bahasa Arab dari bahasa aslinya, Ibrani. Beliau seorang yang sudah lanjut usia, dan buta kedua
matanya. Khadijah berkata kepadanya,Hai anak paman, Dengarkanlah apa yang dikatakan anak
saudaramu ini!. Waraqah berkata kepada Nabi, Wahai anak saudaraku, apakah yang engkau saksikan?
Kemudian Nabi SAW. menceritakan apa yang dialaminya kepadanya. Waraqah berkata, Malaikat
Namus inilah yang pernah datang ke nabi Isa. Jika saja aku masih kuat, dan jika saja aku masih hidup
tatkala kaummu mengusirmu. Nabi Muhammad SAW. berkata, Apakah mereka pasti mengusirku?
Waraqah menjawab, Ya. Tidak seorang pun datang membawa apa yang kamu bawa, melainkan ia akan
dimusuhi. Jika aku masih hidup di masa itu, aku akan menolongmu sekuat tenaga, tetapi tidak lama
kemudian ia wafat, Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim.12
Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah pertama kali pada hari Senin tanggal 17
Ramadhan tahun ke-41 dari kelahirannya, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M. Dan melihat
fakta historis turunnya ayat pertama ini dapat dilacak bahwa Allah menurunkan ayat-Nya kepada Nabi
tidak memfregmentasi ilmu pengetahuan pada dua varian yang berbeda dan dipertentangkan. Namun,
lima ayat yang pertama dalam surat Al-alaq ini memerintahkan manusia (khususnya umat Islam) untuk
melakukanpembacaan atau pelacakan atas semua ciptaan Tuhan dengan berdasarkan pada ketauhidan
(nilai-nilai ilahiyat). Dan dalam Islam juga ada nilai-nilai dualisme ontologik ilmu pengetahuan yaitu
qauliyah dan kauniyah yang bermuara pada kemaslahatan umat manusia dalam membangun peradaban
berlandaskan semangat tauhid. Akan tetapi, dualisme ontologik dalam doktrin Islam tersebut tidak
sampai memunculkan dikhotomi ilmu pengetahuan atau bahkan menepatkan dua varian ilmu
pengetahuan pada suksesi superioritas dan inferioritas yang akhirnya pada pelabelan hukum ilmu itu
sendiri.13
Dalam riwayat Ibn Majah, seperti yang dikutip oleh Abd. Halim Soebahar, menyebutkan pada
waktu itu nabi Muhammad mendapati dua halaqah. Satu halaqah membaca al-Quran dan halaqah
lainnya mengkaji ilmu. Penyelenggaraan halaqah ini tidaklah terbatas sewaktu hadirnya nabi
Muhammad, tetapi juga pada waktu beliau tidak hadir karena fungsi halaqah untuk kebaikan,
sementara beliau menyuruh kebaikan dilakukan kapan pun. Para sahabat ketika selesai shalat Subuh,
mereka duduk membentuk halaqah-halaqah. Nabi Muhammad kala memasuki Masjid dan mendapati
dua halaqah, beliau duduk menghampiri halaqah ilmu. Bagi kaum wanita disediakan jadwal tertentu.
Praktek halaqah pada ranah pencarian ilmu tidak menampakkan paradigma dikhotomi ilmu sebagai
warna pendidikan Islam pada zaman nabi Muhammad.14

12
Ibid.
13
Ibid., 20.
14
Ibid.
6
Hadis nabi Muhamad tentang sangat pentingnya memuntut ilmu:




:


) (
Artinya : Hisyam bin Ammar menceritakan kepada kami, Hafs bin Sulaiman menceritakan
kepada kami, Katsir bin Syindzir menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Syirin, dari Anas bin
Malik berkata, Rasulullah SAW. bersabda : Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang
yang meletakkan ilmu pada selain ahlinya bagaikan menggantungkan permata mutiara dan emas pada
babi hutan. (HR. Ibnu Majjah).
Jika dikaji dalam bentuk bahasa arabnya dalam hadis diatas menggunakan kata yang bearti
penekanan pada kewajiban tersebut sangat besar, karena setiap orang muslim harus menuntut ilmu, dan
itu adalah perintah nabi, barang siapa yang taqwa kepada Allah bearti juga harus taat kepada nabi
Muhamad SAW. Dan barang siapa yang cinta kepada nabinya berarti dia juga harus taat pada Allah, itu
adalah suatu konsekuensi yang logis. Menuntut ilmu hukumnya wajib, menuntut ilmu dilakukan
dimana saja, maksudnya ilmu tidak hanya kita dapat pada bangku sekolah, hadis tersebut menjelaskan
setiap kaum muslim wajib menuntut ilmu tidak dilihat dari segi laki-laki atau perempuan, menuntut
ilmu diwajibkan untuk keseluruhan, tidak hanya laki-laki yang akan menjadi kepala keluarga saja yang
diwajibkan menuntut ilmu, tetapi wanita sebagai seorang istri juga harus memiliki ilmu untuk
mendidik anak-anaknya dan menjaga harta dan kehormatan seorang suami.
Pada awal mulanya pembelajaran tidak harus di lakukan disekolah atau madrasah, pedidikan
zaman dahulu dilakukan di keluarga masing-masing tetapi dengan seiring berkembangnya zaman dan
dengan kesibukan orang tua, dan kurang kemahiran orang tua untuk mengajar, maka agar lebih efektif
munculah istilah lembaga pendidikan, karena diperlikanya tenaga pendidik yang mumpuni dalam
bidang pengajara maka dikenallah istilah guru. Karena dalam proses pembelajaran harus dilaksanakan
oleh guru yang ahli dalam bidang tersebut, jika sesuatu diserahkan kepada yabg bukan ahlinya mak
tunggulah kehancuranya.Dengan adanya sistem madrasah maka mulilah pendidikan islam memasuki
fase baru, madrasah berjalan segai lembaga pendidkan sesuai dengan aturan aturan yang berlaku,
semenjak adanya madrasah maka pendidikan islam dapat tersebar keberbagai negri dengan merata.dan
pada madrasah tersebut mengajarkan ilmu pengetahuan spesialis, terorganisir dan terpantau.15
Islam adalah satu-satunya agama yang mendorong kepada umatnya untuk memperbesar tradisi
sekolah dan Al quran selalu menuntut kepada pembacanya untuk melakukan safar intelektual, masalah
orang Islam yang bodoh! Hal ini dikembalikan kepada pribadi orang Islam itu sendiri dan bukanlah
ajaran Islam dan kebodohan orang-orang Islam itu tidak ada kaitannya sedikitpun dengan ajaran Islam,
kebodohan adalah tanaman yang: berbenih kekafiran; berlahan kemunafikan; cabangnya berupa
kesombongan; daunnya berupa kesesatan; buahnya dikutuk dan berada di neraka selama-lamanya,
perlu kita ketahui, siapa memiliki kebodohan berarti: dia telah menanam benih kekafiran; mengelola
tanah kemunafikan; dan dia pasti memetik buahnya yaitu berakhir bersama iblis di neraka. 16
Pendidikan agama Islam di sekolah mengajarkan berbagai jenis pelajaran yang mencakup
beberapa mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik, bahkan seorang peserta didik harus

15
Musli Musli, Transformasi Ilmu Pengetahuan Melalui Madrasah, Al-Ulum 1 (2012): 49.
16
Achmad Chudhori, Al Quran Dan Ilmu Pengetahuan, Jurnal Pemikiran Keislaman 19, no. 2 (2013): .
7
mampu memahami ataupun menyerap pelajaran yang diberikan pendidik.17 Pendidikan merupakan
suatu kebutuhan yang sangat urgen yang harus dipenuhi oleh seluruh umat manusia. Dengan adanya
pendidikan akan menjadikan umat manusia sebagai individu yang memiliki sopan santun, akhlak dan
moral yang baik dan berketuhanan Yang Maha Esa.18 Terlepas dari itu semua tetapi tetap bahwa
pendidikan dalam keluarga adalah pendiddikan yang utama dan terutama, proses pendidikan anak
dalam keluarga adalah membentuk karakter anak, membentuk akidah anak, karena pada darnya anak
terlahir dalam keadaan suci fitrah).19 Maka orang tualah yang menjadikan dia yahudi atau nasrani,
maka dari itu keluarga tidak kalah pentingnya dari lembaga pendidikan lainya.Keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan biasa dikatakan bahwa keluarga yang membentuk karekter anak,
disini peran penting orang tua dalam membentuk karakter anaknya. Karena anak lahir bagai selembar
ketas putih, tegantung orang tua akan mengukir ketas itu dengn tinta emas.
Hal ini adalah bukti yang sangat nyata bahwa islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan bahkan islampun mengangkat derajat orang-orang yang memiliki ilmu hal ini
sebagai mana firmana Allah Swt:


Artnya: Hai orang orang yang beriman jika dikatakan kepadamu berlapanglah di majlis, maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan bagimu, Dan apa bila dikatakan Berdililah
kamu maka niscaya berdirilah, Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman
dan berilmu diantara kamu beberapa derajat, Dan Allah maha mngetahui apa yang kamu kerjakan
(AlMujadalah 11)
Dalam ayat tersebut jelas-jelas disebutkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan berilmu beberapa derajat, Iman disandingkan dengan ilmu maksudnya jika orang
hanya memeiliki ilmu saja tanpa beriman maka sama saja bohong. Artinya ilmu tanpa pengamalan
sama saja dengan pohon tanpa buah, karena iman dan taqwa adalah buah dari ilmu, maka dari itu iman
dalah pemberian Allah dan sekaligus buah dari pengalaman ilmu tersebut.
Islam juga memberikan perhatian yang luar biasa terhadap orang yang berilmu pengetahuan,
bahkan ada istilah Al ulama warosatul Ambia yang artinya ulama adalah pewaris nabi. Yang
dimaksud ulama disini adalah orang yang berilmu dan mengamalakan ilmunya. Jika orang hanya
memeiliki ilmu tetapi tidak mengamalkan ilmunya maka bukan di sebut ulama, memang begitu berat
dan sulit untuk mencapai kriteria ulama, maka dari itu ulama adalah pewaris nabi jadi tidak semua rang
yang pandai di katagorikan sebagai ulama.
Biasa kita lihat pada era modern ini Negara yang banyak maju dan berkembang pesat adalah
negra yang memiliki ilmu pengetahuan yang maju. Tidak biasa pungkiri bahwa negar-negara seperti
Amerika, Jepang, dan Cina lebih maju dari Indonesia. Memang benar hadis nabi yang menjelaskan
tentang tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Dan sekarang Negara Cina menjadi pusat peradaban hal
itu dikarenakan cina memiliki perkembngan ilmu pengetahuan yang pesat.

17
Dedi Wahyudi And Tuti Alafiah, Studi Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Dalam
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam 8, No. 2 (2016): 257.
18
Dedi Wahyudi And Habibatul Azizah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Konsep Learning
Revolution, Attarbiyah 26 (2016): 3.
19
Anna Firdaus, Proses Pendidikan Anak Untuk Mengenal Allah, At-Talim 4 (2013): 55.
8
Maka dari itu islam sangat menekankan menuntut ilmu, karena ilmu pengetahuan adalah kunci
untuk meraih kebahagiaan dunia dan Akhirat, bagimana tidak, ketika orang bekerja atau beramal tanpa
ilmu maka amalnya akan sia-sia, ada pendapat ulama yang mengatakan banyak dari amalan-amalan
Akhirat yang menjadi amalan dunia karena salahnya niat, dan banyak sekali amalan-amalan dunia yang
menjadi amalan akhirat akarena bagusnya niat untuk mengetahui apakah niat di hati kita sudahkan
benar itu juga kita harus menggunakan ilmu. Maka dari itulah ilmu dikatakan sebagai kunci dari
kebahagian dunia akhirat hal ini sebagai mana hadis nabi Muhammad Saw:

) (


Artinya: Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia maka harus dengan ilmu, dan
barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang
menghendaki kebahagiaan keduanya (dunia dan akhirat) maka harus dengan ilmu (H.R. Thabrani)
Memang Orang yang paling bahagia adalah orang yang mendapatkan rido Allah, tapi bagai mana
akan mendapat Rido Allah jika orang tersebut tidak memiliki Ilmu. Jadi secara tidak langsung ilmu
adalah kunci dari kebahagian dunia akhirat. Hal ini seperti sebuah qaidah usuliyah yang berbunyi
Manla yatimu wajibun fahua wajibun ( sesuatu yang menyempurnakan kewajiban maka di anggap
suatu kewajiban pula. Sesuai qoidah tersebut ilmu adalah sesuatu yang menyempurnakan seorang
hamba agar mendapat rido Allah, jadi untuk memperoleh rido Allah maka memiliki ilmu juga
hukumnya wajib.
Dalam hadis itu dijelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa menuntut Ilmu itu hukumnya Wajib,
karena Ilmu pengetahuan adalah kunci untuk bahagia. Maka dari itu kita sebagai seorang muslim kita
harus meningkankatkan Intelektual kita, hal ini sudah menjadi kewajiban semua pihak dan harus di
utamakan dalam rangka membanguh peradaban dan kebutuhan asasi yang bersifat kemanusiawian. 20
Kewajiban menuntut lmu ditakankan dalam islam karena islam adalah agama yang sesuai dengan
fitrah manusia, karena manusia dilahirkan dena akal fikiran yang sempurna maka manusia
membutuhkan ilmu pengetahan uantuk mendaya gunakan akal fikiran manusia tersebut, manusia
diakatakan sebagai pemimpin dibumi, bakan ketika itu malaikat sempat bertanya kepada Allah SWT,
hal ini sebagai ma fuirman Allah yang artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.". Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!".Mmereka menjawab: "Maha suci Engkau,
tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-baqoroh 30-32).
Pada ayat tersebut di jelaskan bahwa seoraang manusia adalah khalifah dibumi, dan malaikatpun
bersujud kepada nabi Adam as, karena Allah mengajarkan ilmu pengatahuan kepada nabi Adam dan
ketika itu malaikat bersujud kepada nabi Adam as. Dari ayat itu dapat ditarik pemhaman bahwa
Malaikat bersujud kepada Nabi Adam karena ke hendak Allah dan karena nabi Adal memiliki ilmu
pengetahuan. Manusia sebagai khalifah di muka bumi seharusnya manusia bias memngolah bumi ini
menjadi lebih sejahtera, dengan ilmu pengetahuan seyogyanya manusia dapat mengatur apa yang ada di
laut, gunung sungai, mengatur hewan, dan lain sebagainya, Manusia diberikan Akal jika tidak di
20
Chudhori, Al Quran Dan Ilmu Pengetahuan, 2.
9
dampingi dengan ilmu dan iman maka akal tersebut hanya akan memnjadikan kerusakan, Karena
sesungguhnya kerusakan di bumi ini karena tingkahlaku manusia juga. Maka dari itu ilmu pengetahuan
sangat urgen adanya pada kehiduan manusia, dan manusia diwajibkan untuk menuntu ilmu.
Dunia ini tidak akan aman apabila manusia telah melalaikan iman dan menjadikan rasio atau
akal sebagai tolak ukurnya. Kita yang memegang posisi khalifah dan wahyu terakhir, telah diberi tugas
dan tanggung jawab untuk melaksanakan misi mulia ini. Apabila generasi bangsa ini berpisah dari
ilmu, atau dengan absennya ilmu, maka anak-anak bangsa ini akan kehilangan esensi hidupnya.
Musuh-musuh orang Islam sekarang ini bukan lagi orang-orang yang bersenjata, bukan pula yang
berpakaian penjajah, akan tetapi musuh-musuh itu berupa kebodohah dan kemalasan serta ngantuk-
ngantuk. Tidak ada kesesatan yang tiada taranya di dunia manapun, kecuali kebodohan. Islam datang
untuk mewujudkan cita-cita luhur membuat kesadaran masyarakat yang lebih tajam dalam menatap era
baru dengan ilmu dan moral guna membersihkan jaman dari bisul-bisuk kejahatan dan perseteruan di
antara sesama manusia dengan tema: Cinta terhadap pencerahan menuju cita-cita kemanusiaan
universal sekaligus membimbing langkah manusia di atas harapan dunia yang pengendali utamanya
adalah hati yang mendapat mediasi dari shalat yang khusyu.Ilmu dan pemikiran merupakan
komponen dari pribadi seorang muslim.21
Dan setiap orang yang menganalisa Al quran akan tahu bahwa Islam itu mewajibkan setiap
Muslim agar menggunakan akal dan menggunakan berfikir. Cita-cita Al quran itu hanya bisa
membumi bila di dukung oleh manusia-manusia yang bermutu. Dan musuh bebuyutan kebenaran itu
adalah kebodohan. Cita-cita Al quran hanya mungkin membumi bila di dukung manusia yang memliki
kapasitas ilmu. Dan Al quran selalu menuntut dari umatnya untuk selalu begairah dan berprestasi
dalammengelola atribut-atribut akal yang kemudian diwujudkan dalam kehidupan yang nyata dalam
bentuk kerja keras, belajar tekun dan tidak pernah puas. Untuk itu, marilah kita mencari ilmu!. Karena
dalam kenyataannya, ilmu merupakan induk peradaban manusia. Dan sudah merupakan satu keharusan
bagi setiap muslim untuk menghidupkan dan membangun visi tentang intelektual.Ilmu adalah dasar itu
sendiri yang dimensinya bersifat pribadi. Dan setiap pribadi harus merasa insaf dan bertanggung jawab
untuk mempelajarinya, yaitu dalam rangka memperbaiki nilai kualitas amal itu sendiri
Subjek dan objek ilmu pengetauan menurut Al quran dan Hadis sebagai berikut, Allah
berfirman dalam sura Ar- rahman:

Artinya: (Tuhan) yang Maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al quran. Dia menciptakan
manusia.mengajarnya pandai berbicara. (Ar- Rahaman 1-4)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa subjek dari ilmu pengetahuan yaitu Allah, karean Allah
yang mengajarkan kepada manusia tentang ilmu pengetahun, jadi Mudaris adalah subjek dari ilmu
pengetahuan tersebut. Jadi seorang guru adalah objek dari ilmu pengetahuan, Sedangkan objek dari
ilmu penegtahuan adalah manusia itu sendri, maksudnya objek adalah suatu yang di kenai pekjaan,
ilmu pengetahuan ada karena agar manusia mencarnya untuk kemudahan hidupnya.
Islam yang mempunyai perbedaan signifikan tentang pemerolehan ilmu dengan epistemologi
Barat. Jikalau Barat hanya mengakui indra dan rasio, spekulasi filosofis dalam epistemologinya, maka
dalam pandangan filsuf Muslim, ilmu yang datang dari Tuhan dapat diperoleh melalui 3 cara: indra
yang sehat, laporan yang benar, dan intelek.
Pertama, indra yang sehat (hawas salimah) terdiri dari dua bagian, yaitu panca indra eksternal
dan internal. Panca indra eksternal terdiri dari peraba (touch), perasa (taste), pencium (smell),

21
Latief, Islam Dan Ilmu Pengetahuan, 9.
10
pendengaran (hearing), dan penglihatan (sight). Sedangkan panca indra internal adalah akal sehat
(common sense/ al-hiss al-musytarak),indra representatif (al-khayaliyyah), indra estimatif (al-
wahmiyyah),indra retentif rekolektif (al-hafiah al-sadiq), dan indra imajinatif (al-mutakhayyilah).22
Kedua, laporan yang benar (al-khabar al-sadiq) berdasarkan otoritas yang terbagi menjadi dua,
yaitu otoritas mutlak, yaitu yangdibawa oleh Nabi SAW berdasarkan wahyu dari al-Quran dan Hadis
Rasulullah SAW. Contoh dari otoritas mutlak adalah seperti oritas ketuhanan, al-Quran, otoritas
kenabian, serta otoritas nisbi, yaitu kesepakatan alim ulama dan kabar dari orang-orang yang terpercaya
secara umum. Yang kedua, intelek, yang terdiri dari dua bagian, yaitu akal sehat (sound reason/ ratio),
dan ilham (intuition). Sebagai penjelasan bahwa Islam tidak pernah mengecilkan peranan indra, yang
dasarnya merupakan saluran yang sangat penting dalam pencapaian ilmu pengetahuan mengenai
realitas empiris. Dalam hal ini metode yang bersangkutan dengan indra disebut dengan tajribi
(eksperimen atau observasi) bagi objekobjek fisik (mahsusat). Metode observasi ini biasanya
menggunakan sumber pengetahuan panca indra, namun, terkadang indra tidak akurat dalam
memperoleh pengetahuan. Demikian pula pikiran, sebagai aspek intelek manusia, ia merupakan saluran
penting yang dengannya diperoleh ilmu pengetahuan mengenai sesuatu yang jelas, yaitu perkara-
perkara yang bisa dipahami dan dikuasai oleh akal, dan mengenai sesuatu yang bisa diserap dengan
indra. Akal bukan hanya rasio, ia adalah mental logika.23
Sedangkan metode ketiga adalah intuisi atau yang disebut dengan irfani atau dzauqi. Metode ini
adalah langsung dari Tuhan tidak melalui perantara, sehingga disebut dengan mukasyafah langsung
oleh Tuhan ke dalam hati manusia tentang rahasia-rahasia dari realitas yang ada. Dalam hal ini, para
filsuf dan sufi menyebut metode ini dengan ilm huduri. Di sini objek yang diteliti dikatakan hadir
dalam diri atau jiwa seseorang sehingga telah terjadi kesatuan antara subjek dan objek. Metode ini
dipengaruhi oleh pemikiran cendekiawan sufi. Muhamad Iqbal menganggap bahwa intuisi sebagai
pengalaman yang unik, lebih tinggi daripada persepsi dan pikiran, yang menghasilkan ilmu
pengetahuan tertinggi. Menurut al-Attas, meskipun pengalaman intuitif ini tidak bisa dikomunikasikan,
tetapi pemahaman mengenai kandungannya atau ilmu pengetahuan yang dihasilkannya bisa
ditransformasikan. Intuisi ini terdiri dari berbagai tingkat, yang terendah adalah yang dialami oleh para
ilmuwan dan sarjana dalam penemuan-penemuan mereka dan yang tertinggi dialami oleh para nabi.
Menurut Iqbal, dari intuisi mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya, akhirnya bisa mengalami intuisi
mengenai Allah. Sebuah pandangan yang disepakati oleh al-Attas karena kesesuaiannya dengan hadis
Nabi SAW: Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengetahui Tuhannya.24
Cara petama dan kedua adalah cara yang sering terjadi dalam proses pemmerolehan ilmu, tetapi
cara yang ke tiga ini memeiliki ke unikan, dan tidak semua orang dapat mennempuh cara yang ke tiga.
Biasanya cara ini dikenal dalam pesantren dengan istilah ilmu laduni. Mukasyafah adalah cara yang
paling tinggi tentang bagai mana seorang hamba dapat memeperoleh ilmu dari sang kholiq. Sebenarnya
konsep ilmu ini sudah ada sejak dahu, yaitu Barang siapa mengamalkan ilmu yang ia tau maka Allah
akan mengajarkan ilmu yang ia tidak tau. Teori itu sepintas mudah tetapi sesungguhnya sangat sulit ,
karena ada umumnya manusia hanyalah tau, tetapi belum mengamalkan, diakui atau tidak kenyataanya
seperti itu. Masih banyak dari kaita yang tahu bahwa itu adalah perbuatan dosa tapi kita masih saja
melakukanya. Maka dari itu jarang sekali orang memperoleh ilmu dengan cara yang ketiga. Umumnya
pada zaman sekarang orang memeperoleh ilmu dengan cara yang pertama dan kedua, melalui lembaga
pendidikan yaitu sekolah, dan sekolah menjadi tempat transformasi ilmu pengetahuan.

22
Al-Faruqi, Konsep Ilmu Dalam Islam, 229.
23
Ibid., 230.
24
Ibid.
11
Iman seorang muslim terkadang murni pemberian Allah, tetapi pada umumnya oranng beriman
karena ia mengetahui, menurut imam al-ghozali Hidayah dan Taqwa adalah buah dari Ilmu. Imam al-
Ghazali menulis kitab berjudul Bidayah al-Hidayah (awal tumbuhnya hidayah). Secara umum, kitab ini
berisi etika (adab) sehari-hari dalam kehidupan seorang muslim, sejak bangun tidur sampai tidur
kembali. Dalam muqaddimah kitab tersebut, beliau menyatakan bahwa hidyah adalah tsamrah al-ilm
(buah dari ilmu).Dengan kata lain, hidayah tidak akan tercapai tanpa landasan ilmu,dan niat mencari
ilmu haruslah demi meraih hidayah Allah. Dalam pembukaan Bidayah al-Hidayah, Imam Al Ghazali
menulis,Sesungguhnya hidayah yang merupakan buah dari ilmumempunyaipangkal (bidayah) dan
ujung (nihayah), yang tampak (zhahir)dan yang tersembunyi (bathin). Tidak mungkin sampai ke
ujungnya sebelum memantapkan pangkalnya. Tidak akan mengerti bathin-nyasebelum menyaksikan
(musyahadah) terhadap zhahir-nya.25

D. Konsep Menuntut Ilmu dalam Islam


Konsep menuntut ilmu dalam islam adalah menntut ilmu sesua denga perintah Al quran dan
hadis, karena Al quran dan hadis adalah sumber dasarhukum islam. Islam mengajarkan konsep
menuntut Ilmu sepanjang hayat (Long Live Education), sesuai dengan hadis nabi Muhammad SAW,
Utlubul Ilma Minal Mahdi Ilal lahdi( tuntutlaArtinya:h ilmu dari buayan ibu sampai ke liang lahat).
Ternyata para ilmuan melakukan riset dan menemukan banyak ke utamaan dari pendidikan sepanjang
hayat.
Karena sangat pentingnya ilmu pengetahuan bahkan dalam Al quan di jelaskan pada surat At-
taubah ayat 122, menjelaskan tidaklah kaum musli pergi untuk berperang semua, mengapa tidak diatara
kalian untu pergi menuntut ilmu agam untuk memberi tau pada mereka setelah mereka kembali, dan
agar mereka dapat menjaga dirinya. Pada ayat itu di jelaskan dengan tega bahwa menutut ilmu ssanagat
penting, bahkan derajatnya sama dengan jihad.
Hal ini sebagaimna firman Allah yang artinya:Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(At-
tubah : 122)
Dari ayat itu sudah dijelaskan dengan jelas bahwa menuntut ilmu sangatlah wajib bagi umat
islam, Karena agar sebagian diantara umat islam menuntut ilmu tidak pergi jihad semunya, agar ada
orang yang pandai dan faham dalam ilmu agamana dan bisa membimbing kaumnya agar tidak tersesat
dalam kebodohan. kebodahan dalam islam di artikan sebagai tempat yang tercela. Kebodohan adalah
tanaman yang: berbenih kekafiran; berlahan kemunafikan; cabangnya berupa kesombongan; daunnya
berupa kesesatan; buahnya dikutuk dan berada di neraka selama-lamanya. Perlu kita ketahui, siapa
memiliki kebodohan berarti: dia telah menanam benih kekafiran; mengelola tanah kemunafikan; dan
dia pasti memetik buahnya yaitu berakhir bersama iblis di neraka.26
Drs H Fuad Ihsan dalam buku Dasar-dasar Kependidikan, menulis beberapa dasar pemikiran
ditinjau dari beberapa aspek tentang urgensi pendidikan seumur hidup, antara lain: Aspek ideologis,
setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan,
meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka
jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

25
Mulyono, Kedudukan Ilmu Dan Belajar Dalam Islam, 214.
26
Latief, Islam Dan Ilmu Pengetahuan, 7.
12
Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk mengeluarkan manusia
dari kebodohan.27 pendidikan seumur hidup membirikan peluang bagi manusia untuk meningkatkan
SDM, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang
menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga
pendidikan keluarga menjadi penting. Dengan pendidikan pula manusia mampu menghasilkan produk-
produk yang bias membantu memenuhi kebutuhan sehari hari. Tidak bias dipungkiri bahwa seorang
bekerja dipengaruhi oleh ilmunya, maksudnya perkerjaan orang yang berilmu dengan tidak tentu saja
berbeda, jika orang berilmu kerja satujm sama dengan kerjanya rang yangtidak berilmu satuhari, orang
yang berilmu dicari oleh pekerjaan, bukanya susah mencari pekerjaan. Maka dari itu ilmu penting bagi
kehidupan manusia pada aspek ekonomis, dan bekerja dengan otak itu lebih mudah daripada bekerja
dengan otot. kerja dengan otot semakin lama semakin berkurang kualitasnya dan jarang dipakai,
berbeda bekerja dengan otak, semakin banyak jamterbang atau pengalamanya maka semakain banya
pekerjaan yang mencarinya.
Aspek sosiologis, di negara yang berkembang ini banyak sekali orang tua yang kurang menyadari
pentingnya pndidikan seumur hidup, padahal sangat pentingnya pendidikan seumur hidup dalam aspek
sosiologis.28 Manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi pasti memiliki jiwa social yang
berbeda dari orang yang tidak memeliki ilmu penegtahuan. Manusia yang berilmu pasti akan pandai
berbaur, beradaptasi dengan lingkunganya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh
manusia yang memeiliki jiwa sosial yang baik. Manusia adalah mahluk social mshluk ysng tidak
dapay hidup sendiri, saling bergantung antara satu sama lain dan tidak biasa jika di pisahkan dari
kelompoknya, maka manusia membutuhkan jiwa social yang baik agar di lingkunganya ia dapat
bergaul dan ber kumpul dengan baik. Kaena tidak dapat dipungkiri orang yang kurang dalam ilmu
pengetahuan terkadang egois dalam pergaulan, ingin menang sendiri, walaupun oang yang memiliki
ilmu juga seperti itu, tapi kebanyakan orang yang tidak memelikin ilmu.
Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya. 29 pendidikan
seumur hidup akan membuka jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Setia ,anusia memiliki potensi yang berbeda-beda, dan potensi-potensi itu akan
berkembang jika manusia memngetahuai cara untuk mengembangkanya, dalam rangka inilah ilmu
sanagat berperan penting untu membuka potensi potensi tersembunyi manusia yang terkadan ia sendiri
saja tidak mengetabhui hak tersebut.
Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan
pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti
dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan
kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas
pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan
motivasi yang kuat untuk terus-meneru maka belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara
cepat dan mengembangkan daya adaptasi, untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu
diciptakan suasana yang kondusif.30
Islam mengajarkan pendidkan seumur hidup bagi manusia karena pada dasarnya pengetahuan
Allah sangatlah luas dan tak terhingga. Hal ini dibuktikanya bahwa ilmu penetahuan dari awal
penciptaan manausia tidak berhenti perkembanganya. Bukan karena manusia yang bertambah pandai,

27
Haryanto Haryanto, Pendidikan Seumur Hidup, Al-Qalam 11, No. 2 (2016): 99.
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid., 100.
13
tetapi karena Ilmu Allah yang tidak ada habisnya digali oleh manusia. Jika di ibaratkan dalam
pribahasa Ilmu Allah di bumi ini ibarat jarum yang di tenggelamkan ke lautan lalu dianggkat, maka air
yang tersisa di jarum itulah ibarat ilmu Allah yang di bumi, sedangkan air yang tersisa dilaut itu adalah
ilmu Allah yang belum digali oleh manusai. Sanagat banyak sekali ilmu Allah yang belum digali oleh
manusia. Tujuan Pendidikan yang paling utama adalah agar membuat manusinya meneyembah Allah
hal ini sebagaimana firman Allah pada surat Az-zariat ayat 56


Arrtinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (Adz-zariyat 59)
Tujuank itu, utama pendidikan yaitu agar mnusia menyembah Allah, krena manusia di ciptakan
untuk itu, dan dalam menyembah Allah adasekali banyak ilmu yang harus digunakan, maka dari itu
manusia di perintah menuntut ilmu agar mememperoleh rido darinya untuk melaksanakan ibadah.dan
tujuan lainya antara lain:
Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia), dengan adanya Pendidikan sepanjang hayat
maka manusia dituntuk untuk selalu belajar tanpa mengenal batas usia, jadi secar otomatis SDM akan
bertambah, Untuk meningkatkan kemahiran penegetahuan dan pekerjaan, Mengembangkan potensi-
potensi yang ada pada diri manusia, Agar manusia tidak lupa dengan ilmu yang telah dipelajari,
Membuka wawasan, karna semakin majunya zaman semakin berkembang ilmu pengetahuan.
Selain itu, belajar sepanjang hayat juga bertujuan untuk mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya yakni seluruh aspek pembaurannya secara optimal
mungkin dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia yang
dinamis.Penerapan belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar sangat memberikan
kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan peningkatan tersebut, harkat dan martabat
masyarakat dapat terangkat dimata dunia. Oleh sebab itu perlu adanya kemerataan pendidikan yang
tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga dapat terwujud dalam perpustakaan umum untuk
meningkatkan minat baca masyarakat. Dalam hal ini, Islam mendambakan umatnya betul-betul tidak
berhenti belajar dan memulainya sedini mungkin. Menurut Islam pendidikan sepanjang hayat bukan
sekedar pendidikan orang dewasa atau pendidikan yang berulang,melainkan merupakan
kesinambungan dalam hal pengembangan pribadi muslim menghadapi setiap lingkngan dan
pengalaman baru dalam ranka pengabdian kepada yang Pecipta.

E. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan


Klasifikasi ilmu dimulai di akhir masa kuno, terutama abad ke-5 dan ke-6 di Alexandria.
Meskipun pengelompokan ini tujuan awalnya bersifat deskriptif dan pedagogis, hal tersebut
memperoleh penerimaan universal dari generasi selanjutnya di seluruh belahan dunia yang dipe-
ngaruhi budaya Yunani.Dalam karyanya Nicomachean Ethics, Aristoteles sudah meng-gariskan
perbedaan antara seni (techne) dan sains (epistme). Aristoteles juga sains yang spekulatif yang berbeda
dari yang praktis dan yang produktif. Menurutnya sains spekulatif, juga dikenal sebagai filsafatteoritis
dapat dibagi menjadi matematika (kemudian dibagi lagi oleh Ammonius menjadi aritmatika, geometri,
astronomi dan musik-yaitu quadrivium yang terkenal), fisika (ilmu alam) dan teologi, sementara sains
praktis menjadi etika, ekonomi dan pilitik. Namun dari semua sains teoritis hanya filsafat utama atau
metafisika yang dianggap universal dan unggul.
Pengelompokan ini diteruskan ke abad pertengahan, diadopsi oleh kaum filsuf Nasrani, Muslim
dan Yahudi, walau dengan penam-bahan dan perubahan yang penting dan menjadi program acuan
14
disiplin ilmu kemanusiaan (humaniora). Struktur keilmuan Islam tentunya bisa dilihat dari klasifikasi
ilmu yang dibuat oleh para ilmuwan atau sarjana Muslim. Pada umumnya mereka membagi ilmu ke
dalam dua kelompok utama: ilmu agama dan non-agama. Al-Farabi menyebutnya filosofis dan non
filosofis, al-Ghazali menyebut kedua kelompok tersebut sebagai ilmu-ilmu syariyyah dan ghayr
syariyyah. Ibn Khaldun menyebutnya al-ulum al-naqliyyah (transmitted sciences) dan al-ulum
al-aqliyyah (rational sciences). Sementara Quthb al-Din Syirazi menyebutnya ulum hikmi
(philosophical sciences) dan ulum ghayr hikmi (non-philosophical sciences).
Sebagaimana dikemukakan Nash, berbagai cabang ilmu dan ben-tuk-bentuk ilmu pengetahuan
dipandang dari perspektif Islam pada akhirnya adalah satu. Dalam Islam sebenarnya tidak dikenal
pemisahan esensial antara ilmu agama dengan ilmu umum. Berbagai disiplin ilmu dan perspektif
intelektual yang dikembangkan dalam Islam memang mengandung hierarki tertentu, tetapi hierarki itu
pada akhirnya bermuara pada pengetahuan tentang hakikat Yang Maha Tunggal yang merupakan
substansi dari segenap ilmu. Inilah yang menjadi alasan kenapa para pemikir dan ilmuwan muslim
berusaha mengintegrasikan ilmu-ilmu yang dikembangkan peradaban-peradaban non-Muslim ke dalam
hierarki ilmu pengetahuan menurut Islam. Dan ini pulalah alasan kenapa para ulama, pemikir, filosof,
dan ilmuwan Muslim sejak dari al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, sampai al-Ghazali, Nashir al-Din al-
Thusi, dan Mulla Shadra sangat peduli dengan klasifikasi ilmu-ilmu.
Menurut Imam Ghazali, ilmu ada yang menjadi fardhu ain untuk dipelajari ada juga fardhu
kifayah. Selain itu, ilmu juga terbagi menjadi ilmu muamalah dan ilmu mukasyafah. Dalam ilmu
muamalah ini ada yang disyariatkan dan ada juga tidak disyariatkan. Yang disyariatkan dibagi
menjadi 2, ilmu yang terpuji (ilmu mahmudah) dan ilmu yang tercela (ilmu madzmumah). Imam
Ghazali menjelaskan bahwa ilmu itu menjadi mahmudah karena bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Masuk dalam kelompok ini adalah Ushul, Furu, Muqoddimat, dan Mutammimat. Ushul seperti
Kitabullah al-Quran, al-Sunnah, Ijmaul ummah, dan atsar al-shohabah.Furu merupakan ilmu
penunjang yang bisa membantu untuk memahami ushul, bukan dari aspek lafaznya tapi dari aspek
maknanya. Ini pun dibagi menjadi dua; pertama, penunjang kebaikan dunia (mashlahat duniawi)
seperti, ilmu fiqh, ilmu aqaid, kedokteran, hisab, falak, politik, ekonomi dsb; dan kedua, penunjang
kebaikan akhirat (mashlahat ukhrowi) seperti, ilm ahwalul qolb dan, ilm akhlaqul mahmudah wal
madzmumah.
Muqoddimaah adalah sebagai alat yang membantu untuk bisa memahami ilmu ushul, seperti
Nahwu, Shorf, Balaghoh dsb. Mutammi-mat adalah yang menyempurnakan, seperti di dalam al-Quran
mempelajari talimul qiroat, makharijul huruf. Kalau yang berkaitan dengan maknanya seperti ilmu
tafsir. Yang berkaitan dengan hukum-hukumnya seperti mengetahui nasikh dan mansukh, am dan
khosh, atau nash dan dzohir.Sedangkan Ilmu madzmumah (tidak terpuji) dicontohkan al-Gazali seperti
Sihr, Talbis, Jimat (Tholsimaat) dan Ilm Asy-Syaidzah. Imam Ghazali menyebutkan juga bahwa Ilmu
yang tidak disyariatkan adalah ilmu yang tidak dimanfaatkan oleh para anbiya seperti al-hisab, atau
yang berkaitan dengan eksperimen (tajribah) seperti kedokteran, dan pendengaran (sima ) seperti
bahasa.Dalam pembagian ilmu di atas, Imam Ghazali menjelaskan bahwa kedua ilmu itu (ilmu
muamalah dan ilmu mukasyafah) tidak akan dapat dipahami jika ada dua sifat dalam hatinya, yaitu
bidah dan kibr.
Imam Ghazali menerangkan lagi bahwa ilmu muamalah ini sangat berkaitan erat dengan
keadaan hati (ahwalil qolbi). Artinya dengan ilmu manusia itu bisa menjadi terpuji ataupun tercela.
Oleh karena itu, tidak akan bermanfaat ilmu seseorang bila dia mempunyai sifat-sifat yang tidak
terpuji.Dalam ilmu mukasyafah, Imam Ghazali menjelaskan bahwa ilmu ini adalah ghayah dari semua
ilmu karena dia yang berkaitan dengan hati, jiwa, ruh dan pensucian jiwa (purification of soul). Dia
diibaratkan seperti cahaya yang menerangi hati seseorang dan yang mensucikan dari sifat-sifat tercela.

15
Al-Attas mengklasifikasikan ilmu menjadi dua bagian, yaitu fardu `ain yang memahaminya pemberian
Allah, yang mencakup di dalamnya ilmu-ilmu agama, dan fardu kifayah yang memahaminya ilmu
capaian manusia yang meliputi ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis. Secara lengkap ilmu-ilmu
itu dibagi menjadi :
Ilmu-ilmu agama antara lain Al-Quran: pembacaan dan penafsirannya (tafsir dan takwil), Al-
Sunnah: kehidupan Nabi, sejarah dan pesan para rasul sebe-lumnya, hadits dan riwayat-riwayat
otoritatifnya., Al-Syariah: undang-undang dan hukum prinsip-prinsip dan praktik-praktik islam ( islam,
iman dan ihsan), Teologi: Tuhan, esensinya, sifat-sifat dan nama-namanya serta tindakan-tindakan-Nya
(al-tauhid), Metafisika islam (al-tasawuf) psikologi, kosmologi, dan ontologi: unsur-unsur yang sah
dalam filsafat islam (doktrin-doktrin kosmologis yang benar, berkenaan dengan tingkatan-tingkatan
wujud). Yang kedua Ilmu-ilmu linguistik: bahasa arab, tata bahasa, leksikografi dan kesusasteraan
diantaranya Ilmu-ilmu Rasional, intelektual dan filosofis, Ilmu-ilmu kemanusiaan, Ilmu-ilmu alam,
Ilmu-ilmu terapan
Selanjutnya Ilmu-ilmu teknologi Berikut ini akan dipaparkan pandangannya tentang klasifikasi
ilmu menurut Murtadha Muthahhari sebagai ketidaksepakatannya ter-hadap klasifikasi ilmu dari al-
Ghazali. Menurut Muthahhari, pembedaan ilmu semacam itu dapat melahirkan kesalahan konsepsi,
bahwa ilmu non-agama terpisah dari Islam (dalam istilah al-Ghazali ilmu yang tidak disyariatkan) dan
tidak sesuai dengan keuniversalan Islam. Penolakan Muthahari atas dikotomi ini bersendikan pada
pandangan bahwa konsep ilmu dalam al-Quran dan hadits hadir dalam maknanya yang umum.
melaksanakan sebuah kewajiban dan tujuan Islam. Dalam konteks ini, Muthahhari telah memberikan
contoh riil. Yang termasuk ke dalam ilmu tujuan ini, menurutnya, adalah semua ilmu tentang
Ketuhanan dan semua ilmu yang berkaitan erat dengan ilmu-ilmu tentang ketuhanan tersebut seperti
ilmu tentang alam akhirat. Karena itu, ilmu-ilmu seperti inilah yang menjadi tujuan dalam mempelajari
ilmu dalam agama Islam. Sehingga semua ilmu yang lain hanyalah sebagai alat untuk mencapai ilmu
tujuan ini. Sedangkan contoh ilmu alat adalah seluruh ilmu selain dari ilmu-ilmu Ketuhanan tersebut.
Karena itulah, Muthahhari menya-takan bahwa semua ilmu selain ilmu tujuan di atas adalah alat, bukan
tujuan. Semua ilmu selain ilmu-ilmu Ketuhanan tersebut dikatakan sebagai ilmu alat disebabkan karena
ilmu tersebut berkedudukan sebagai muqaddimah dan alat untuk bisa melaksanakan sebuah kewajiban
dan tujuan agama Islam. Tokoh ini pun memisalkan bahwa semua ilmu agama Islam, selain ilmu-ilmu
tentang Ketuhanan, misalnya ilmu fiqh, ilmu akhlak, ilmu hadits, dan lainnya adalah ilmu alat,
sehingga ilmu-ilmu itu bukan ilmu tujuan. Termasuk contoh dari ilmu-ilmu alat adalah semua ilmu
yang menjadi pengantar untuk memahami semua ilmu agama Islam tersebut, selain ilmu-ilmu tentang
Ketuhanan tersebut, misalnya ilmu tata bahasa Arab dan ilmu logika
Pertama, ilmu ditinjau dari sumbernya. Dalam konteks sumber-nya, maka ilmu secara
keseluruhan terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah ilmu naqli (wahyu). Sementara kedua adalah
ilmu aqli (akal). Kedua, ditinjau dari sudut kewajiban agama. Di sini, Muthahhari membagi ilmu
menjadi dua jenis, yaitu ilmu wajib `aini dan ilmu wajib kifayah. Ilmu wajib `aini mencakup ilmu-ilmu
yang membahas seputar agama Islam, baik ilmu ushuluddin maupun ilmu furuuddin; dan setiap ilmu
yang menjadi pendahuluan bagi ilmu-ilmu tersebut. Setiap pribadi Muslim wajib mempelajari ilmu-
ilmu wajib `aini ini. Sedangkan ilmu wajib kifayah mencakup segala ilmu yang dibutuhkan oleh
masyarakat Islam atau pun segala macam ilmu yang menjadi syarat atas tersele-saikannya setiap tujuan
dan kebutuhan masyarakat Islam. Segala ilmu yang dibutuhkan oleh sebuah masyarakat Islam akan
menjadi wajib kifayah bagi masyarakat Islam untuk menuntutnya. Termasuk ke dalam ilmu wajib
kifayah ini, ilmu-ilmu yang tercakup ke dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu matematika. Ketiga,
ditinjau dari sudut apakah ilmu itu sebagai perantara (wasilah) atau sebagai tujuan (hadaf). Dalam
konteks ini, Muthahhari menyatakan bahwa semua ilmu Islam tersebut dibagi menjadi dua macam.

16
Pertama adalah ilmu tujuan (hadaf), yakni setiap ilmu yang memiliki hukum wajib yang berdiri
sendiri. Sedangkan kedua adalah ilmu perantara (wasilah), yakni setiap ilmu yang bermanfaat bagi
umat Islam karena kedudukannya sebagai muqaddimah dan alat untuk bias.
Bahwa dikhotomi ilmu ke dalam ilmu agama dan non-agama, sebenarnya bukan hal yang baru.
Islam telah mempunyai tradisi dikhotomi ini lebih dari seribu tahun silam. Tetapi, dikhotomi tersebut
tidak menimbulkan terlalu banyak problem dalam sistem pendidikan Islam, hingga sistem pendidikan
sekuler Barat diperkenalkan ke dunia Islam melalui imperialisme. Problematikanya adalah ketika
paradigma dikhotomi ilmu menjadi bagian dari sudut pandang umat Islam yang mengeliminir salah
satu ilmu dengan mengklasifikasikan antara high education dan low education atau suprioritas ilmu dan
inferior ilmu.
Tradisi dikhotomik ilmu dalam Islam tidak bisa diingkari, tetapi perlu diakui validasi dan status
ilmiah masing-masing kelompok keilmuan seperti yang terjadi di masa nabi Muhammad dan generasi
sesudahnya. Secara klasifikasi, memang mereka membedakan keduanya, akan tetapi secara prinsip
mereka memposisikan dalam status dan kedudukan yang sama, sehingga keduanya mendapat porsi
yang sama untuk dieksplorasi. Prinsip integrasi dalam diskursus ilmu masa nabi Muhammad
merupakan khazanah prinsip ilmu yang seharusnya dianut bahwa ada interaksi simbiosis-mutualisme
antara kedua ranah ilmu tersebut. Artinya, antara satu dengan lainnya bukan merupakan antitesis
terhadap yang lainnya, namun beriringan menjadi Dwi tunggal yang saling memberikan kontribusi.
Bahwa dikhotomi ilmu ke dalam ilmu agama dan non-agama, sebenarnya bukan hal yang baru.
Islam telah mempunyai tradisi dikhotomi ini lebih dari seribu tahun silam. Tetapi, dikhotomi tersebut
tidak menimbulkan terlalu banyak problem dalam sistem pendidikan Islam, hingga sistem pendidikan
sekuler Barat diperkenalkan ke dunia Islam melalui imperialisme. Problematikanya adalah ketika
paradigma dikhotomi ilmu menjadi bagian dari sudut pandang umat Islam yang mengeliminir salah
satu ilmu dengan mengklasifikasikan antara high education dan low education atau suprioritas ilmu dan
inferior ilmu.
Tradisi dikhotomik ilmu dalam Islam tidak bisa diingkari, tetapi perlu diakui validasi dan status
ilmiah masing-masing kelompok keilmuan seperti yang terjadi di masa nabi Muhammad dan generasi
sesudahnya. Secara klasifikasi, memang mereka membedakan keduanya, akan tetapi secara prinsip
mereka memposisikan dalam status dan kedudukan yang sama, sehingga keduanya mendapat porsi
yang sama untuk dieksplorasi. Prinsip integrasi dalam diskursus ilmu masa nabi Muhammad
merupakan khazanah prinsip ilmu yang seharusnya dianut bahwa ada interaksi simbiosis-mutualisme
antara kedua ranah ilmu tersebut. Artinya, antara satu dengan lainnya bukan merupakan antitesis
terhadap yang lainnya, namun beriringan menjadi dwi tunggal yang saling memberikan kontribusi.

F. SIMPULAN
Menuntut Ilmu hukumnya wajib ain bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, bahkan wahyu
yang pertama kali tutun adalah ayat tentang pendidikan, Islam sangat menjunjung tinggi Ilmu
pengetahuan. Allah SWT mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kenapa
demikian? Kareana orang yang beramal tanpa ilmu Amalnya akan sia-sia.
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat urgen bagi manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa
manusia hidup didunia ingin mendapatkan kebahagiaan, dan kunci kebahagiaan dunia dan adalah
dengan ilmu, islam sebagai agama yang sempurna, agama yang mengatur semua tatanan kehidupan
manusia, dan islam juga memiliki konsep tentang pendidikan. Yaitu pendidikan sepanjang hayat.
Dalam islam pendidkan tidak mengenal, usia, tidak mengenal ras, tidak mengenal golongan, Islam
mengajarkan Long Life Education

17
REFERENSI

Afwadzi, Benny. Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Hadis Nabi. Living Hadis 1, No. 1
(2016):
Chudhori, Achmad. Al Quran Dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Pemikiran Keislaman 19, No. 2
(2013). Faruqi, Achmad Reza Hutama Al-. Konsep Ilmu Dalam Islam. Kalimah 13, No. 2
(2015):
Firdaus, Anna. Proses Pendidikan Anak Untuk Mengenal Allah. At-Talim 4 (2013).
Haryanto, Haryanto. Pendidikan Seumur Hidup. Al-Qalam 11, No. 2 (2016).
Karim, Abdul. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi
Keagamaan 2, No. 2 (2015).
Http://Journal.Stainkudus.Ac.Id/Index.Php/Fikrah/Article/View/563.
Latief, Imam Zamroni. Islam Dan Ilmu Pengetahuan. Islamuna: Jurnal Studi Islam 1, No. 2 (2014).
Masruroh, Ninik. Dikhotomi Ilmu. Jurnal Studi Islam: Pancawahana 9, No. 1 (2014):
Mulyono, Mulyono. Kedudukan Ilmu Dan Belajar Dalam Islam. Jurnal Tadris Stain Pamekasan 4,
No. 2 (2013):
Musli, Musli. Transformasi Ilmu Pengetahuan Melalui Madrasah. Al-Ulum 1 (2012).
Wahyudi, Dedi, And Tuti Alafiah. Studi Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mudarrisa: Jurnal Kajian
Pendidikan Islam 8, No. 2 (2016):
Wahyudi, Dedi, And Habibatul Azizah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Konsep
Learning Revolution. Attarbiyah 26 (2016):

18

Anda mungkin juga menyukai