Studi Fiqh
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
2021/2022
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Agama yang diwahyukan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul melalui Malaikat Jibril AS untuk
disampaikan kepada umat manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali ‘Imran ayat
19 :
ِّٰللا
ت ه ِ ب ا َِّْل مِ ْۢنْ بَ ْع ِد َما ج َۤا َءهُ ُم ا ْل ِع ْل ُم بَ ْغيً ْۢا بَ ْينَ ُه ْم َۗو َمنْ يَّ ْكفُ ْر بِ ٰا ٰي
َ ف الَّ ِذيْنَ ا ُْوت ُوا ا ْل ِك ٰت
َ َاختَل
ْ اْلس ََْل ُم ۗ َو َما ِ الديْنَ ِع ْن َد ه
ِ ْ ّٰللا ِ َّاِن
ب
ِ سا ْ
َ ِس ِر ْي ُع الح َ فَاِنَّ ه
َ ّٰللا
Artinya : “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-
orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena
kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka
sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Oleh karena itu, Islam memiliki hukum-hukum (fiqh) yang mengatur kehidupan
manusia agar hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat. Hukum tersebut mencakup
kemanusiaan, tauhid, sosial, alam semesta, moral dan masih banyak lagi.
Fiqh memiliki beberapa karakter dan keistimewaan yang membedakan dari peraturan
perundang-undangan lainnya bahkan tidak sedikit pun sama dengan peraturan
perundang-undangan yang lainnya.
1. Takamul
Fiqh membentuk umat manusia dalam satu kesatuan yang bulat walaupun
berbeda-beda. Yang dimaksud dengan takamul ialah lengkap, sempurna, dan
bulat, berkumpul padanya aeka pandangan hidup. Fiqh menghimpun segala sudut
dan segi yang berbeda-beda dalam satu kesatuan, karena fiqh tidak menghendaki
adanya pertentangan antara ushul dan furu’. Satu sama lain saling melengkapi,
saling menguatkan, dapat diibaratkan dengan batang pohon yang semakin banyak
cabang dan rantingnya, ia semakin kokoh dan teguh, semakin subur
pertumbuhannya,semakin segar kehidupannya.
Fiqh bersifat syumul, dapat melayani secara menyeluruh terhadap
golongan yang tetap bertahan pada apasudah usang da dapat melayani golongan
yang ingin mendatangkan pembaruan.
2. Bersifat universal
1
Fiqh bersifat universal, mencakup seluruh manusia di dunia tidak dibatasi
oleh faktor geografis atau batasan teritori. Hal ini terlihat dalam sumber fiqh
dalam konteks sejarah Rasul dengan memfokuskan dakwah mengenai tauhid
seperti pamgilan ya ayyuha an-nas, walaupun pada persoalan hokum khusus
umat Islam saja.1 Seperti dalm firman-Nya :
َّٰللا ِب َما تَ ْع َملُ ْون ِ سكُ ْم ِمنْ َخي ٍْر ت َِجد ُْوهُ ِع ْن َد ه
َ ّٰللا ۗ اِنَّ ه ٰ َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰات ُوا
ِ ُالزَّكوةَ ۗ َو َما تُقَ ِد ُم ْوا ِ َْل ْنف
ب َِصيْر
Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanah zakat. Dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada
sisi Allah SWT. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.” (Al Baqarah : 110)
3. Moralitas (akhlaqi)
Moral dan akhlaq sangat penting dalam pergaulan hidup di dunia ini. Oleh
karena itu, Allah SWT sengaja mengutus Nabi untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia.sebagaimana Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk
mengambil contoh teladan dari moral Nabi dalam surat al-Ahzab ayat 21:
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan ang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
4. Sempurna
Syariat Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dan garis besra
permasalahan. Oleh karena itu, hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak berubah-
ubah sebab perubahan masa dan tempat. Untuk hukum yang lebih rinci, syriat
Islam hanya menetapkan kaidah dan memberikan patokan umum.
Dengan menetapkan patokan tersebut, syariat Islam dapat benar-benar
menjadi petunjuk universal, dapat diterima di semua tempat dan saat. Setiap saat
umat manusia dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan garis kebijakan al-
Qur’an, sehingga mereka tidak melenceng. Dan fiqh diharapkan dapat berlaku
sepanjang masa.
1 Ismail Muhammad Syah, dkk, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Depag & Bumi)
2
Fiqh bersifat elastis (luwes), ia meliputi segala bidang dan lapangan
kehidupan manusia. Permasalahan kemanusiaan, kehidupan jasmani dan rohani,
hubungan sesame makhluk, hubungan makhluk dengan khalik serta tuntutan
hidup dunia akhirat terkandung dalam ajarannya. Fiqh memperhatikan berbagai
segi kehidupan, baik muamalah, ibadah, jinayah, dan lain sebagainya. Meski
demikian, ia tidaklah kaku, keras dan memaksa. Ia hanya memberikan kaidah
umum yang seharusnya dijalankan oleh umat manusia.
Fiqh juga bersifat sistematis. Dalam arti bahwa fiqh mencerminkan
sejumlah aturan yang bertalian secara logis. Beberapa lembaganya saling
berhubungan satu dengan yang lain. Karena fiqh tidak akan bisa dilaksanakan
apabila diterapkan sebagian dan ditinggalkan sebagian yang lainnya. 2
6. Harakah (bergerak)
Dari segi harakah, fiqh mempunyai kemampuan bergerak dan
berkembang, mempunyai daya hidup, dapat membentuk diri sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan. Fiqh terpancar dari sumber yang luas dan dalam,
yaitu Islam yang memberikan sejumlah aturan hukum yang dapat dipergunakan
dalam setiap masa dan tempat oleh manusia. Fiqh dalam gerakannya menyertai
perkembangan mausia, mempunyai qaidah asasiyah, yaitu ijtihad.
Fiqh tidak memungkiri kenyataan segala sesuatu yang terjadi seiring
perkembangan zaman, baik kenyataan pada diri pribadi seseorang, kehidupan
suatu masyarakat, maupun keadaan yang tetap memelihara pendirian
pokok.untuk menanggulangi perkembangan tersebut fiqh menempuh jalan-jalan
berikut:
a) Sistem istidlal dalam fiqh ialah sistem istiqarab yakni mencari sesuatu
yang kulliy dari juz’iy dan mencari ‘illat dari ma’lul.
b) Islam senantiasa menghendaki kesempurnaan, keseimbangan dan
senantiasa memberi kesempatan bagi perkembangan dan perubahan
menuju lebih baik. Fiqh selalu menyatukan ilmu dengan amal. Ilmu
sendiri tidaklah berguna apabila tiada disertai dengan amal, begitu pula
sebaliknya. Al-Ghazali berkata,”Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, sedang
amal tanpa ilmu tidak nisa terjadi.”
c) Fiqh selalu pula mempertemukam antara syara’ yang manqul dengan
hakikat yan ma’qul. Seorang muslim tidak diperbolehkan hanya
berpegang kepada harfiah nash saja, sebagaimana juga tidak boleh terlalu
bebas menggunakan akal.
d) Fiqh mempersatukan antara ilmu pengetahuan dengan unsur kejiwaan.
2 M. Hasbi as-Shiddiqie, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta:PT. Bulan Bintang,1990), hlm. 122.
3
e) Fiqh tidak menghendaki materialism yang terlepas bebas sebagaimana
tidak menghendaki idealism yang tidak terwujud dalam kenyataan.
f) Fiqh tidak membenarkan kutub ekstrem baik marxisme maupun
kapitalisme. Fiqh menolak kaum kapitalis yang mengorbankan
kepentingan sosial demi kepentingan pribadi.
g) Fiqh tidak mengenal sebuah pertentangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan masyarakat. Pola pemikiran Islam mencakup realita
da idealita, dan selalu mempertemukan keduanya, Islam tidak
memisahkan yang satu dengan yang lain, dalam menghadapi kenyataan-
kenyataan yang tumbuh dalam masyarakat, kaum ideal adalah penggaris,
pembuka jalan untuk memperbarui hal-hal yang telah usang.
h) Fiqh layaknya sebuah pohaon memiliki akar yang sangat kuat, sehingga
ranting dan batangnya terus berkembang. Sifat tersebut membuat Islam
memiliki karakter yang konstan dan stabil.
i) Fiqh tidak menceraikan antara agama dan kehidupan.
j) Fiqh tidak meletakkan individu di bawah tekanan masyarakat, sebagai
budak masyarakat, melainkan dalam Islam terdapat unsur pembalasan
sebagai bentuk tanggung jawab moral.
k) Fiqh merupakan titik temu antara materialism dengan idealisme.
Sebagaimana sabda Nabi SAW., “Beramallah untuk duniamu seolah-
olah kamu hidup selama-lamanya, dan beramallah untuk akhiratmu
seolah-olah kamu mati besok pagi.”
l) Keistimewaan pola pemikirannya tampak dalam tawazun (perimbangan)
antara akal dan ruh.
m) Fiqh dengan pola pemikirannya dapat membentuk dirinya sesuai dengan
kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, karena pola pemikiran Islam
berdiri atas dasar perimbangan sesuai dengan mafhum fitrah.
n) Terdapat hubungan erat antara ilmu, kebudayaan, dan falsafah dalam
hukum Islam.
4
َ َِي َواثَقَكُ ْم ِبهٖٓ ۙاِذْ قُ ْلت ُ ْم سَمِ ْعنَا َوا
َ ط ْعنَا َۖواتَّقُوا ه
َّّٰللا ۗاِن ْ علَ ْيكُ ْم َومِ ْيثَاقَهُ الَّذ ِ َواذْك ُُر ْوا نِ ْع َمةَ ه
َ ّٰللا
صد ُْو ِرُّ ت ال ِ ع ِليْم ْۢ ِبذَا
َ ّٰللا
َه
ُّ ِٰيبَن ِْٖٓي ٰا َد َم ُخذُ ْوا ِز ْينَتَكُ ْم ِع ْن َد ك ُِل َمس ِْج ٍد َّوكُلُ ْوا َواش َْربُ ْوا َو َْل تُس ِْرفُ ْو ۚا اِنَّ ٗه َْل يُح
َب ا ْل ُمس ِْرفِيْن
ِي ِللَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا فِى
َ ق قُ ْل ه ِ ۗ الر ْزِ َت مِ ن َّ ج ِل ِعبَادِه َوال
ِ طيِ ٰب ِ قُ ْل َمنْ ح ََّر َم ِز ْينَةَ ه
َ ّٰللا الَّت ِْٖٓي اَ ْخ َر
َت ِلقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْون
ِ اْل ٰي ۗ
ٰ ْ ا ْل َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا َخا ِلصَةً ي َّْو َم ا ْل ِق ٰي َم ِة ك َٰذ ِلكَ نُفَ ِص ُل
C. Kesimpulan
5
Fiqh memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Takamul
2. Bersifat universal
3. Moralitas (akhlaqi)
4. Sempurna
5. Elastis dan sistematis
6. Harakah (bergerak)
Dan fiqh juga memilik beberapa keistimewaan yang membedakan dari peraturan
perundang-undangan lainnya, yaitu :
1. Hukum Islam mudah
2. Tujuan hukum Islam adalah untuk mewujudkan kemaslahatan dunia akhirat.
3. Membolehkan memakan makanan yang baik sebagai rezeki Allah SWT dan
memakai pakaian serta berhias diri selama tidak berlebihan dan tidak untuk
membanggakan diri.
4. Keseimbangan hak rohani dan jasmani dalam diri manusia.
5. Kaum wanita dilepaskan dari kezaliman yang membelenggu hak-hak asasi
mereka di zaman jahiliah.
D. Referensi
https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Pengantar-Hukum-Islam-buku-ajar-
rohidin-fh-uii.pdf.pdf