Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

MASALAH SHOLAT DAN PUASA PADA ZONA WAKTU ABNORMAL


Diajukan sebagai salah satu tugas Tekstruktur pada mata kuliah
Masail Fiqhiyah
Dosen Pengampu :
Dr. H. Asis Saefuddin, M. Si
Hamdan Hambali, M. Ag

Oleh Kelompok 7 PAI 6B :

Dhandy Bhima S H 1182020055


Fahmudin Sidiq 1182020067
Farah Istianah. W 1182020070

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
A. Pendahuluan
Sholat diartikan secara bahasa sebagai berdoa. Sedangkan secara terminologi sholat
artinya ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Sholat merupakan tihangnya agama, artinya sholat merupakan ibadah terpenting dalam
ajaran agama Islam dan yang membedakan antara orang islam dan yang non muslim.
Dikatakan dalam sebuah hadits bahwa siapa yang sengaja melalaikan sholat maka ia telah
keluar dari agama Islam. Hadits ini menyatakan betapa pentingnya ibadah sholat. Sehingga
bagaimanapun keadaannya seorang muslim wajib melaksanakan sholat.
Puasa memiliki arti menahan. Secara terminologi puasa adalah menahan diri dari segala
sesuatu yang dapat membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Hukum berpuasa adalah wajib, hal ini sudah sangat jelas tergamblang dalam al-Quran surat
al-Baqarah ayat 185. Puasa merupakan ibadah wajib yang dilakukan selama satu bulan
dalam satu tahun. Dengan berpuasa seorang muslim dapat mengontrol dirinya agar tidak
terjerumus dalam perbuatan dosa dan senantiasa memperbanyak amal ibadah. Sehingga
puasa merupakan praktek ibadah yang sangat penting dan tidak bisa untuk ditinggalkan.
Kedua ibadah diatas (sholat dan puasa) hukumnya adalah wajib, yang berarti harus
dilakukan dan jangan ditinggalkan. Kedua ibadah ini juga merupakan ibadah mahdhoh
artinya ibadah murni yang dibuktikan untuk mendapat ridho Allah Swt.
Dalam pelaksaannya pun ibadah sholat dan puasa ini islam telah mengatur waktunya.
Sholat dilaksanakan sebanyak lima kali dalam sehari, sedangkan puasa dilakukan satu
bulan dalam satu tahun. Normalnya pelaksanaan kedua ibadah ini melihat dari peredaran
matahari. Sebagai contoh sholat magrib sudah bisa dilaksanakan ketika matahari telah
terbenam dan sudah terlihat mega merah di sebelah barat. Sedangkan puasa sudah bisa
dilaksanakan setelah terbitnya fajar dan berakhir setelah terbenamnya matahari.
Namun dibeberapa negara ada yang memiliki waktu yang tidak biasa (abnormal).
Negara-negara sebelah utara seperti Norwegia, Finlandia, Denmark dan lain-lain pada
waktu siang akan lebih lama di musim panas, dan jika musim dingin waktu siang akan lebih
singkat dari waktu malam. Ada juga dalam suatu tempat meskipun sudah masuk waktu
malam tetapi matahari masih terus menyinari.
Jika yang terjadi seperti itu, lalu bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah sholat dan
puasanya? Apa jadinya sebuah tempat yang waktunya tidak biasa sementara sholat dan
puasa tidak bisa ditinggalkan? Bagaimana seorang muslim yang hendak mendirikan sholat
tetapi waktu di tempat yang abnormal?
B. Pembahasan
1. Sholat dan Puasa

Shalat dan puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap umat muslim.
Sholat dan puasa termasuk kedalam rukun Islam yang lima, artinya sholat dan puasa
merupakan pondasi bagi keislaman seseorang. Maka sudah menjadi keharusan bagi
setiap umat muslim untuk mengerjakannya. Jika seorang muslim tidak melaksanakan
sholat dan puasa maka tidak sempurna keislamannya.

Sholat dan puasa juga merupakan ibadah mahdhoh, artinya ibadah murni yang
dibuktikan untuk mendapatkan ridha Allah Swt. karena itu ibadah shalat dan puasa
harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Seperti
kewajiban sholat yang sudah ditetapkan dengan waktunya masing-masing dan ibadah
puasa yang harus dilaksanakan selama sebulan di bulan Ramadhan dari terbitnya fajar
shadiq sampai terbenamnya matahari

Dalil al-Quran yang menunjukan waktu sholat adalah qs. Al-Isra [17] ayat 78 :

﴾٧٨﴿ِ‫نِقُ ْر َءانَِِ ْٱلفَجْ ِِرِكَانَِِ َم ْش ُهودًا‬


َِّ ِ‫لِ َوقُ ْر َءانَِِ ْٱلفَجْ ِِرِإ‬
ِِ ‫قِٱلَّ ْي‬
ِِ ‫س‬
َ ‫غ‬ ِٰ َ‫سِإِل‬
َ ِ‫ى‬ َّ ‫وكِٱل‬
ِ ِ ‫ش ْم‬ َّ ‫أَقِ ِِمِٱل‬
ِِ ُ‫صلَ ٰو ِة َِ ِلدُل‬

“Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan


(laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”

Dalil al-Quran yang menunjukan waktu puasa adalah qs. Al-Baqarah [2] ayat 187 :

ِ ‫ِاْلَس َْود‬
ِ َ‫ِِمن‬ ْ َ‫ِمن‬
ْ ‫ِال َخي ِْط‬ ِ ‫ض‬ُ ‫ِاْل َ ْب َي‬
ْ ‫ط‬ ْ ‫واِوا ْش َربُواِ َحتَّىِ َيت َ َبيَّنَ ِلَ ُك ُم‬
ُ ‫ِال َخ ْي‬ َ ُ‫ِو ُكل‬
َ ‫َِّللاُِلَ ُك ْم‬
َّ ‫َب‬ َ ‫فَ ْاْلَنَ ِ َبا ِش ُروه َُّن‬
َ ‫ِوا ْبتَغُواِ َماِ َكت‬
ُِ‫َِّللا‬ َِّ ‫اجدِِتِ ْلكَ ِ ُح ِد ُود‬
َّ ُ‫َُِّللاِِفَ ََلِتَ ْق َربُوهَاِ َكذَلِكَ ِيُبَيِن‬ ِ ‫س‬ ْ ِ‫ِوأ َ ْنت ُ ْمِ َعا ِكفُونَ ِف‬
َ ‫يِال َم‬ َ ‫امِإِلَىِاللَّ ْي ِل‬
َ ‫ِو ََلِتُبَا ِش ُروه َُّن‬ َ َ‫واِالصي‬
ِ ‫ْالفَجْ ِرِث ُ َّمِأَتِ ُّم‬
َِ‫اسِلَعَلَّ ُه ْمِيَتَّقُون‬ ِ َّ‫آَيَاتِ ِهِ ِللن‬

“Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid.
Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”

2. Zona Abnormal

Ketetapan hukum Islam yang diperoleh dari al-Quran dan as-Sunnah bersifat
universal, artinya berlaku bagi seluruh umat manusia sepanjang masa. Namun agama
Islam sebagai rahmatan lil alamin tidak akan menyulitkan umatnya untuk
melaksanakan ibadah. Hukum islam pun jadi praktis, fleksibel, dalam batas jangkauan
kemampuan manusia, sejalan dengan kemaslahatan umum dan kemajuan zaman, dan
sesuai dengan rasa keadilan.

Qs. Al-Baqarah [2] : 286

ِ َّ ‫ساِ ِإ‬
.... ‫َلِ ُو ْس َع َها‬ ً ‫ٱّللُِنَ ْف‬
َِّ ِ‫ف‬ َِ
ُِ ‫َلِيُك َِل‬

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

Hadits Nabi riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah ra.

ُ ‫ِالديْنَ ِأَ َحدٌاَِلَّ َغلَبَ ِه‬


ِ ‫ي‬ ُ ‫اَلَّ ِذيْنَ ِيُس ٌْر َولَ ْنِيُغَا ِل‬

“Agama (Islam) itu mudah. Tiada seorang pun yang bisa mengalahkan atau
menguasai agama, bahkan agama lah yang mengalahkan ia.”

Maka ketentuan waktu sholat dan puasa yang sudah ditetapkan dalam surat al-Isra
ayat 78 dan al-Baqarah ayat 187 tidak berlaku pada seluruh daerah, melainkan hana
berlaku pada daerah bumi yang normal, yang perbedaan waktu siang dan malamnya
relatif kecil. Yaitu pada daerah-daerah sekitar garis khatulistiwa (equator) dan tropis.

Sedangkan untuk daerah zona abnormal terletak pada daerah yang jauh dari garis
khatulistiwa dan sub tropis. Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam lumayan
lama, yaitu 6 bulan terus menerus siang dan 6 bulan terus menerus malam. Daerah yang
termasuk zona abnormal seperti Finlandia, Swedia, Norwegia, Denmmark, Kutub utara
(Antartika) dan kutub selatan (Arktik).

Daerah sekitar kutub, ada siang yang panjangnya sampai 20 jam atau malamnya
sampai 24 jam. Bahkan ada siang yang terjadi secara terus menerus selama berminggu-
minggu dan berbulan-bulan. Selama waktu itu matahari terus berputar tanpa terbit dan
terbenam menurut garis yang hampir sejajar denagn letaknya lingkaran ufuk.
Sebaliknya ada daerah yang tidak terlihat matahari pada bulan-bulan tertentu. Seluruh
daerah itu mengalami malam terus menerus.

3. Pelaksanaan Sholat dan Puasa pada Zona Abnormal

Untuk melaksanakan ibadah seperti shalat dan puasa, daerah-daerah yang abnormal
sering mengalami suatu masalah. Yang mana di daerah tersebut sulit atau bahkan tidak
bisa menentukan waktu shalat dan puasa di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan
daerahnya mengalami pergantian siang dan malam yang tidak seimbang. Terbit dan
terbenamnya matahari tidak dapat dibedakan.

Karena sulitnya menentukan waktu shalat dan puasa di daerah abnormal, dan
dikaitkan dengan bahwa pada dasarnya Islam tidak memberatkan serta untuk
kemaslahatan umat, maka Jumhur Ulama berpendapat bahwa cara pelaksanaan shalat
dan puasa di daerah tersebut adalah dengan mengikuti waktu hijaz (Mekkah, Madinah
dan sekitarnya). Karena wilayah ini dianggap tempat terbut dan muncul Islam sejak
pertama kali. Lalu diambil waktu siang yang paling lama di wilayah itu untuk dijadikan
patokan mereka yang ada di kutub utara dan selatan, atau mengikuti waktu Negara
Islam terdekat.

Ada beberapa kemungkinan melaksanakan ibadah sholat dan puasa di zona


abnormal. Yaitu sebagai berikut :

a. Ada wilayah yang pada bulan-bulan tertentu mengalami siang selama 24 jam
dalam sehari. Ada pula yang pada bulan-bulan tertentu akan mengalami
sebaliknya, yaitu mengalami malam selama 24 jam dalam sehari. Dalam kondisi
ini, waktu puasanya disesuaikan dengan waktu puasa wilayah yang terdekat
dengannya dimana masih ada pergantian siang dan malam setiap harinya.
b. Ada wilayah yang pada bulan-bulan tertentu tidak mengalami hilangnya mega
merah (syafaqul ahmar) sampai datangnya waktu subuh. Sehingga tidak bisa
dibedakan antara mega merah saat magrib dengan mega merah saat subuh.
Dalam kondisi ini, maka yang dilakukan adalah menyesuaikan waktu puasanya
saja dengan waktu puasa di wilayah lain yang terekat yang masih mengalami
hilangnya mega merah magrib.
c. Ada wilayah yang masih mengalami pergantian malam dan siang dalam satu
hari, meski pajangnya siang sangat singkat sekali atau sebaliknya. Dalam
kondisi ini, maka waktu puasanya tetap sesuai dengan aturan baku dalam syariat
Islam. Puasa tetap dimulai sejak masuk waktu subuh meski misalkan baru jam
02.00 dini hari. Dan waktu berbuka tetap pada saat matahari tenggelam meski
waktu sudah menunjukan pukul 22.00 malam.

Jika di suatu daerah yang ketika musim panas mereka berpuasa selama 23 jam atau
pada musim dingin mereka berpuasa selama 2 jam saja maka mereka boleh mengikuti
waktu hijaz (waktu mekah, madinah, dan sekitarnya). Karena wilayah ini dianggap
sebagai tempat munculnya pertama kali ajaran agama Islam. Lalu diambil waktu siang
yang paling lama.

Di Negara-negara yang sejajar dengan Belanda, Jerman, Rusia, atau yang lebih
utara seperti Finlandia, Denmark, dan Swedia pada waktu siang di musim panasnya
akan terjadi lebih lama. Sedangkan waktu siang di musim dinginnya terjadi lebih
sebentar. Maka untuk pelaksanaan ibadahnya menyesuaikan dengan waktu setempat.
Pada musim panas mereka berpuasa sekitar 18 jam lebih dan pada musim dingin mereka
berpuasa sekitar 7 jam.

Menurut pemikiran Saadoeddin Djambek, waktu sholat di daerah kutub jumlah


shalat wajib yang lima kali dalam sehari semalam tidak mungkin di kurangi hingga
empat atau tiga kali, perubahan syafaqul ahmar di langit bagian barat menjadi fajar di
langir bagian timur berlaku secara tiba-tiba. Boleh dikatakan tanpa suasana peralihan,
jadi tanpa disadari.

Keadaannya boleh diumpamakan seperti halnya seseorang yang tertidur di waktu


magrib lalu terbangun di waktu subuh. Atau seseorang yang pingsan di waktu magrib
setelalah mengerjakan shalat dan siuman kembali di waktu subuh sehingga adanya
waktu isya tidak disadarinya.

Ilmu fiqih mengajarkan dalam keadaan yang demikian orang yang bersangkutan
setelah bangun atau sadar kembali wajib segera melakukan shalat isya sesudah itu
shalat subuh.

Sedangkan waktu puasa di daerah kutub, puasa diwajibkan melakukannya dalam


bulan Ramadhan dan setiap hari puasa itu dilakukan dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari. Salah satu daerah selama empat bulan, yaitu dari bulan Mei
sampai bulan Agustus setiap tahun, tidak pernah mengalami terbitnya fajar. Salah satu
syarat untuk melakukan puasa yaitu terbitnya fajar jadi tidak terpenuhi. Oleh karena itu
selama bulan-bulan itu tidak dapat melakukan puasa. Itu berarti bahwa bila bulan
Ramadhan jatuh pada salah satu bulan tersebut orang tidak dapat berpuasa dalam bulan
amadhan. Dengan demikian jumlah hari-hari puasa yang ditinggalkan itu harus ada
pada bulan-bulan berikutnya, misalnya pada bulan September, Oktober, dan seterusnya.
Syaratanya ialah supaya qada itu sudah dibayar sebelum datangnya bulan Ramadhan
berikutnya.
C. Kesimpulan

Sholat dan puasa merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan dan haram untuk
ditinggalkan. Karena akan berpengaruh terhadap tingkat keislaman seseorang. Al-Qur’an
sudah menjelaskan waktu pelaksanaan sholat dan puasa dan hukum ini berlaku bagi setiap
umat muslim sepanjang masa. Namun Islam memberikan rukhshoh bagi seseorang yang
memiliki uzur atau dalam hal ini yang berada di daerah yang waktunya tidak biasa (zona
abnormal)

Untuk pelaksanaan ibadah sholat dan puasa di zona abnormal maka para ulama
menjelaskan dapat disesuaikan dengan waktu daerah terdekat yang waktunya tersebut
normal, dan boleh juga disesusaikan dengan waktu hijaz atau waktu Mekkah. Namun jika
dikira mampu untuk melaksanakan puasa mengikuti waktu di daerah tersebut maka
laksanakan saja sesuai waktu setempat.
D. Daftar Pustaka

Djambek, Saadoe’ddin. Shalat dan Puasa di Daerah Kutub. Jakarta, Bulan Bintang. 1974

H. Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. Sinar Baru Algensindo

Hasbiyallah. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung, Remaja Rosdakarya. 2013

Zein, Ma’shum. Menguasai Ilmu Ushul Fiqih. Yogyakarta, Pustaka Pesantren. 2013

Muhajir. Analisis Pemikiran Saadoe’ddin Djambek Tentang Waktu Shalat di Daerah


Abnormal (Kutub). Purworejo, STAI An-Nawawi. 2018. Jurnal

Sunarto. Perbedaan Waktu Puasa di Wilayah Abnormal dan Aplikasi Hukumnya. Jakarta,
Institut PTIQ. 2018. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai