Ceramah
Asyhadu allaa ilaha illalloh wahdahu laa syariika lahu wa asyhadu anna
Muhammadan ‘abduhu warosuluhu laa nabiya ba’dah. Allohumma sholli wasallim
wa baarik ‘ala rosuulillaahi wa’alaa alihi wa ashhabihi waman walaahu. ammaa
ba’du.
Jemaah yang dirahmati Allal SWT, dalam kesempatan kali ini, izinkan saya
menyampaikan ceramah singkat tentang ikhlas yang menjadi syarat diterimanya
amal.
Seperti diketahui, umat Islam dituntun oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW untuk
senantiasa memperbanyak perbuatan baik.
Berbuat baik sebenarnya adalah inti dari tujuan diturunkannya Islam ke dunia
melalui Nabi Muhammad SAW.
Sebagai inti ajaran Islam, tentu sikap baik ini juga harus termasuk dalam
pandangan Allah SWT, bukan hanya manusia.
Jika dipelajari secara mendalam, semua ayat dalam Al-Qur'an dan tuntunan Nabi
Muhammad SAW dalam sunah-sunahnya adalah berisi kebaikan.
Dalam salah satu ayat Al-Qur'an, Allah SWT dengan jelas memerintahkan umat
Islam untuk berbuat baik.
ْ ٱل ب
ُّ حِ ُي ه َّ ِإ ۛ و ۟ا
َ َّ ٱلل ن ٓ س ُن ْ وَ َأ ۛ َة
ِ ح ِ ٱلت ْه لُك
َّ ِإ لَى م
ْ يك
ُ دِ بِ َأ ْي وا
۟ ُت ْل ُق وَاَل ه
ِ َّ ٱلل يل
ِ ِس ب
َ فِ ى وا ِ وَ َأ
۟ نف ُق
ين
َ ِس ن ِ ح ْ م ُ
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan;
ن َٰ ح
ُ س ْ ٱ ِإْل ِإ اَّل ن َٰ ح
ِ س ْ ٱ ِإْل َٓاء
ُ جز َ ل
ْ ه
َ
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula),” (QS Ar Rahman:
60)
Namun, Islam mensyaratkan standar yang tinggi dalam perbuatan baik yang
dilakukan.
Maksudnya, kebaikan saja tidak akan cukup karena belum tentu menjadi amal
yang diterima oleh Allah SWT.
Jika tidak cukup dengan kebaikan, lalu apa lagi? Islam tidak hanya menuntut
untuk berbuat baik, tapi juga harus diiringi dengan rasa ikhlas.
Ini menjadi syarat utama diterimanya perbuatan baik yang dilakukan oleh
manusia.
Orang yang ikhlas tidak mengharapkan pujian dari manusia dan tidak pamer
karena sudah merasa cukup amal perbuatannya hanya ditujukan kepada Allah
SWT.
ٱلد ي
ِّ َه
ُ ل ين
َ ص ِ ِم خْ ل ُ وه
ُ ع ُ َٱد
ْ و د
ٍ َِس ج
ْ م ل
ِّ ك
ُ َع ند
ِ م
ْ ك
ُ وه
َ جُ ُو وا ُ ِ وَ َأ ق ۖ ط
۟ يم ِ س ْ ِ ب رَبِ ّ ى َ َأ مَر ل
ْ ٱل ِق ْ ُق
ون
َ ود ُ َع
ُ ت م
ْ ك
ُ َأ َد
َ ب َا
َم ك ۚ ن
َ
(Qul amara rabbī bil-qisṭ, wa aqīmụ wujụhakum ‘inda kulli masjidiw wad’ụhu
mukhliṣīna lahud-dīn, kamā bada`akum ta’ụdụn)
Demikian ceramah singkat tentang ikhlas ini saya sampaikan. Atas perhatiannya
saya sampaikan terima kasih.
Tidak dapat kita pungkiri, bahwa ikhlas adalah salah satu amal hati yang sangat
sulit, tingkatannya pun sudah tinggi.
Dalam hal ini, Imam Al Ghazali pernah mengatakan, 'hakikat ikhlas ialah
kemurnian niat dari hal-hal yang bisa mengotorinya'.
Dan biasanya, para ulama sering menganalogikan ikhlas layaknya surah al-Ikhlas
dalam Al-Qur'an.
Umat Islam diperintahkan untuk selalu ikhlas atas ketetapan-Nya, termasuk atas
ibadah salat yang telah diperintahkan Nya.
dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS Al Bayyinah: 5)
Dalam ayat tersebut mengandung beberapa hal penting yang harus dicermati.
Pertama, kita hanya boleh beribadah kepada Allah SWT saja, tanpa
menyekutukannya.
Kemudian, setiap ibadah yang dilaksanakan meski ikhlas, yakni harus bersih dari
segala hal yang akan membuatnya rusak seperti ria, sum'ah, atau yang lainnya.