Anda di halaman 1dari 25

MEMILIH PEMIMPIN DALAM

PERSPEKTIF TARJIH MUHAMMADIYAH

DISAMPAIKAN PADA HALAQAH MAJELIS TARJIH DAN TAJDID


MUHAMMADIYAH PROVINSI LAMPUNG, 20 JANUARI 2024
OLEH PRABOWO ADI WIDAYAT
ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI PEMIMPIN

• Pemimpin etimologi pemimpin yang berasal dari kata pimpin yang dipadukan melalui awalan pe- yang
memiliki makna kepemilikan atau pengguna pada sesuatu. Sedangkan kata pimpin diartikan sebagai
membimbing, menuntun, atau mengarahkan. Jadi perpaduan antara awalan pe- dan pimpin
menghasilkan sebuah makna yakni seseorang yang memegang peranan atau tugas untuk membimbing
atau mengarahkan. Dalam konteks yang lebih luas, pemimpin adalah individu yang memiliki tanggung
jawab untuk memimpin, mengelola, atau membimbing suatu kelompok atau organisasi.
• Sedangkan secara terminologi pemimpin adalah seorang anggota kelompok yang paling berpengaruh
memainkan peranan penting dalam merumuskan berbagai tujuan atau capaian suatu kelompok atau
organisasi. Selain itu juga, pemimpin adalah transmiter pemikiran dalam suatu tindakan melalui
mempengaruhi atau bahkan memotivasi (Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta:
Rajawali Press, 2003, hlm. 27)
• Pemimpin menurut Imam Ghazali pemimpin adalah ia yang memiliki akhlak al-karimah, integritas,
menguasai cakrawala keilmuan bidang kenegaraan dan yang relevan dengannya, bijaksana dalam
bertindak tutur, senantiasa berpijak pada keadilan, dan cerdas dalam mengatur strategi dalam
berbangsa dan bernegara (Ade Afriansyah, Pemimpin Ideal Menurut Ghazali, tesis Program Studi Agama
dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga 2014, hlm. 15) .
KRITERIA PEMIMPIN MENURUT ULAMA
• Menurut Syaikh Mawardi, terdapat beberapa kriteria pemimpin yakni 1). memiliki sikap adil bagi kaum
yang dipimpinnya, 2). memiliki cakrawala keilmuan sehingga ia bersama timnya dapat berijtihad dalam
mengatur atau mengelola negara atau wilayah yang dipimpinnya, 3). sehat jasmani dan rohani, 4).
senantiasa memiliki produktivitas gagasan untuk merespons setiap keadaan yang berubah mengikuti
ruang dan waktu sehingga dengan gagasan yang disusunnya mampu mengakomodasi berbagai
penyelesaian persoalan yang muncul secara dinamis, 5). memiliki jiwa kesatria yang membuatnya
mampu melindungi negara dan melawan musuh (Abi Al Hasan ‘Ali bin Muhammad ibn Habib Al-Bashari
Al-Mawardi, Al-Ahkām As-Sultāniyyah, Kairo: Dār Al-Hadīs, 2006, hlm. 19-20).
• Ibnu Khaldun menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
yakni 1). Memiliki jiwa solidaritas dan soliditas dalam sebuah kelompok atau komunitas, 2). Memiliki
sikap adil dan bijaksana, 3). Memiliki kompetensi yang diindikasikan dengan keilmuan yang dipelajari
dan dari setiap pengalaman yang diperoleh, 4). Memiliki kesehatan jasmani dan rohani (Inayatul
Mas’adah, “kepemimpinan dalam filsuf Arab: Studi Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun)”, Ilmu Ushuluddin,
Vol. 20 No, 2, hlm. 183-184)
KRITERIA PEMIMPIN MENURUT AL-QURAN PART 1

• Pemimpin hendaknya adalah seorang yang beriman, sebagaimana yang dinyatakan dalam
Q.S. Al-Anbiya’ 73

‫ن‬ َّ ‫ٱلصلَوة ِ و َِإيت َ ٓا ء‬


َ ‫ٱلزك َٰو ِۖة ِ وَك َانُوا ْ لَنَا عََٰبِدِي‬ َّ َ ‫َٰت و َِإقَام‬
ِ َ ‫ل ٱلۡخ َيۡر‬ َ ‫جعَل ۡنََٰه ُ ۡم أَ ئ َِّمة ٗ يَهۡد ُونَ ب ِأَ ۡمر ِن َا و َأَ ۡو‬
َ ۡ‫حي ۡن َ ٓا ِإلَيۡه ِ ۡم فِع‬ َ َ‫و‬
َ ٰ

Artinya; Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,
Bahwa ayat ini menjelaskan bahwa para pemimpin tersebut senantiasa memimpin berdasarkan risalah
nubuwwah yang didasarkan pada kalam ilahi, sehingga kaum yang dipimpinnya senantiasa berperilaku baik dan
benar dengan bersumber dari ibadah vertikal (shalat) dan horizontal atau sosial (zakat) (Taisīr al-karīm ar-rahmān
fi tafsīri kalāmi al-mannān, hlm. 615)
KRITERIA PEMIMPIN MENURUT AL-QURAN PART 2

• Pemimpin itu harus amanah, sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. An-Nisa’: 58

‫ه‬ ‫ٱلل‬
َّ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ِ ِۚ ‫ل‬
ِ ‫د‬
ۡ َ ‫ع‬ۡ ‫ِٱل‬ ‫ب‬ ْ ‫ا‬ ‫ُو‬ ‫م‬ُ ‫ك‬ۡ ‫ح‬ ‫ت‬
َ ‫ن‬ َ‫أ‬ ‫س‬
ِ ‫ا‬ َّ
‫ٱلن‬ َ ‫ن‬ۡ ‫ي‬
َ ‫ب‬ ‫م‬
ُ ‫ۡت‬ ‫م‬َ ‫ك‬َ ‫ح‬ ‫َا‬ ‫ذ‬‫َإ‬ ‫و‬ ‫َا‬ ‫ه‬ِ ‫ۡل‬ ‫ه‬ َ‫أ‬ ‫ى‬
ٓ َ ‫ل‬ ‫إ‬ِ ‫َٰت‬
ِ َ ‫َٰن‬َ ‫م‬ ‫ۡأ‬
َ ‫ل‬‫ٱ‬ ْ ‫ا‬ ‫و‬ ُّ
‫َد‬ ‫ؤ‬
ُ ‫ت‬ ‫ن‬ َ‫أ‬ ‫م‬
ۡ ُ ‫ك‬ ‫ُر‬ ‫م‬ۡ ‫ٱلله ي َأ‬
َّ َّ ‫ِإ‬
‫ن‬
َ ِ ٰ ُ َ
‫ٱلله َ ك َانَ سَم ِيعََۢا بَصِ ير ٗا‬ َّ ‫ن ِع َِّما يَعِظُك ُم بِه ٓ ِۗٓۦ ِإ َّن‬
Artinya; Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat
Ayat ini mengisyaratkan bahwa membangun kepercayaan dalam diri pemimpin adalah dasar pokok yang harus
diinisiasi oleh seorang pemimpin dihadapan dan di tengah-tengah masyarakat. Karena ketika amanah atau
kepercayaan yang diberikan telah dijalankan sebaik-baiknya oleh seorang pemimpin maka, warga masyarakat
akan merasa yakin bahwa keputusan dan tindakan yang diambilnya tentunya didasarkan pada prinsip-prinsip
kebenaran dan keadilan (Tafsīr At-Thabari Min Kitābihi Jāmi’a Al-Bayān ‘an Ta’wī li ayyi Al-Qurān, hlm. 492)
KRITERIA PEMIMPIN MENURUT AL-QURAN PART 3

• Pemimpin Harus Bersikap Adil dan Menjalankan keadilan, sebagaimana dinyatakan dalam
Q.S. Shad: 26

‫ٱلل ِۚه ِ ِإ َّن‬


َّ ‫ل‬ِ ‫ك ع َن سَب ِي‬ ِ ‫ق وَل َا ت ََّتب‬
َ ‫ِِع ٱل ۡه َو َى فَي ُضِ َّل‬ ِ َ ‫س ب ِٱلۡح‬ َّ َ‫ض ف َٱحۡك ُم بَي ۡن‬
ِ ‫ٱلنا‬ ِ ‫ك خ َلِيف َة ٗ فِي ٱل َۡأ ۡر‬ َ ‫يََٰد َاو ُۥد ُ ِإ َّنا‬
َ ََٰ‫جعَل ۡن‬
ٰ
َ ٞ‫ٱلله ِ لَه ُ ۡم عَذ َاب‬
ِ َِ‫شدِيد َُۢ ب ِمَا ََُ ُوا ْ يَوۡم َ ٱلۡح‬
‫َاب‬ َّ ‫ل‬ِ ‫ن يَضِ ُّلونَ ع َن سَب ِي‬ َ ‫ٱلَّذِي‬
Artinya; Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Pada potongan ayat ( ‫ق‬ ِ َ ‫س ب ِٱلۡح‬ َّ َ‫ )ف َٱحۡك ُم بَيۡن‬ditafsirkan sebagai bersikap adil dalam mengadili atau
ِ ‫ٱلنا‬
memutuskan sesuatu. Maka dalam hal bersikap adil ini seorang pemimpin hendak memiliki keluasan ilmu
mengenai tata kelola pemerintahan atau bernegara, sosial budaya, agama, atau lainnya yang relevan serta
kemampuan dalam menunaikan setiap hak warga yang dipimpinnya (Tafsīr As-Sa’di: Taisīr al-karīm ar-rahmān fi
tafsīri kalāmi al-mannān, hlm. 837)
KRITERIA PEMIMPIN MENURUT RASULULLAH SAW PART 1
• Kriteria pemimpin menurut Rasulullah Saw tentunya didasarkan pada tiga sifat nabi yang terkemuka
yakni sifat siddīq (jujur), amānah (dipercaya), fathānah (cerdas/kompeten). Sebagaimana dinyatakan
dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut

‫ك ِإ ْن ُّأ ْعط ِيتَهَا‬


َ ‫ن سَم ُرَة َ ل َا تَُْأَ لْ ال ِْإم َارَة َ ف َِإ َّن‬
َ ْ‫ن ب‬ َّ َ ‫النب ِ ُّي صَلَّى ال َّله ُ عَلَيْه ِ وَس ََّلم َ ي َا عَبْد‬
ِ َ ‫الرحْم‬ َّ ‫ل ل ِي‬
َ ‫ل قَا‬
َ ‫ن ب ْ ِن سَم ُرَة َ قَا‬ َّ ِ‫ع َنْ عَبْد‬
ِ َ ‫الرحْم‬
ْ‫ع َنْ مََْأَ لَة وُكِل ْتَ ِإلَيْهَا و َِإ ْن ُّأ ْعط ِيتَهَا ع َنْ غَيْرِ مََْأَ لَة ُّأعِن ْتَ عَلَيْهَا و َِإذ َا ح َلَفْتَ عَلَى يَمِين ف َرأَ َ ي ْتَ غَيْر َه َا خَيْر ًا مِنْهَا فَكَفِر ْ ع َن‬
)‫ت الَّذ ِي ه ُو َ خَي ْر (رواه بخاري‬
ِ ‫ك و َْأ‬
َ ِ ‫يَمِين‬

Artinya Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Minhal] telah menceritakan kepada kami [Jarir bin
Hazim] dari [Al Hasan] dari [Abdurrahman bin Samurah] mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berkata kepadaku: "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu
diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta,
maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik,
maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.
“ (https://ilmuislam.id/hadits/15003/hadits-bukhari-nomor-6613)
KRITERIA PEMIMPIN MENURUT RASULULLAH SAW PART 2

• Pemimpin hendaknya memiliki kecakapan hidup, keluasan ilmu, memiliki keahlian dalam tata
kelola pemerintahan yang baik dan benar sebagaimana dinyatakan dalam Hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari

َّ ْ ‫ل ِإذ َا و ُِسد َ ال َْأمْر ِإلَى غَي ْرِ أَ ه ْلِه ِ فَان ْتَظِر‬


‫الَاع َة َ (رواه‬ َ ‫كي َْف ِإضَاعَتُهَا قَا‬
َ ‫ل‬ َّ ْ ‫َت ال َْأم َانَة ُ فَان ْتَظِر‬
َ ‫الَاع َة َ قَا‬ ْ ‫• ف َِإذ َا ضُيِع‬
ُ
)‫البخاري‬
Artinya; “Apabila sifat Amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya,
“Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika urusan
diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat”.
(https://ilmuislam.id/hadits/8781/hadits-bukhari-nomor-57)
TERDAPAT TIGA JENIS KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN PART 1

Kepemimpinan alamiah (al-mulk at-thabi’i) yakni sebuah Kepemimpinan politik (al-mulk as-siyāsi) yaitu sebuah
kepemimpinan yang terbentuk dari hasil interaksi antar kepemimpinan yang dibangun melalui mekanisme
manusia dalam suatu kaum atau bangsa melalui manajerial yang baik dengan tujuan untuk
mekanisme ekspansi, sehingga hasil kepemimpinan ini memperbaiki dan mengelola masyarakat sehingga
berorientasi pada nafsu kekuasaan dan berimplikasi pada diharapkan selalu memperoleh kemaslahatan dalam
kekuasaan otoriter (Yūsuf Al-Quraisyi, ‘An Nadzariyyah kehidupan.
As-Sultah Fī Al-Islām: Dirāsah Fī Mafhūm As-Sultah As- Maka, dalam kepemimpinan ini menghendaki
Siyāsah wa Mashādiriha wa Al-Quyūd Al-Wāridah ‘Alaihā pentingnya pertimbangan rasionalitas-empiris dalam
fi Al-Fikr Al-Islāmi”, Bairut: Markazu Namā Li Al-Buhūtsi mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara serta
wa Ad-Dirāsah, 2019, hlm. 66) . menghindarkan dari bencana atau kekacauan (chaos)
dalam dinamika komunikasi regional, nasional, dan
global.
Namun, kekurangan dari kepemimpinan ini adalah
kemaslahatan dalam beragama tidak berbanding lurus
dengan pencapaian kemaslahatan duniawi atau materi
(Yūsuf Al-Quraisyi, ‘An Nadzariyyah, hlm. 67).
TIGA JENIS KEPEMIMPINAN MENURUT IBNU KHALDUN PART 2

• Kepemimpinan Khilafah, yakni potret kesempurnaan dalam kepemimpinan karena dalam hal ini
konstruksinya didasarkan pada pengamalan syariat yang proporsional dengan mengakomodasi
dinamika kehidupan duniawi dan orientasi eskatologis (ukhrawi). Maka, konsepsi khalifah dalam
pandangan Ibnu Khaldun adalah seperti seorang Imam Shalat berjamaah, ia adalah pemimpin
sekaligus pelaku syariat yang tentunya dapat membawa kaum yang dipimpinnya memperoleh
maslahat dunawiyyah dan ukhrawiyyah (Yūsuf Al-Quraisyi, ‘An Nadzariyyah, hlm. 67).
BAGAIMANA MEMILIH PEMIMPIN
MENURUT TARJIH MUHAMMADIYAH
PEMIMPIN MENURUT PANDANGAN MUHAMMADIYAH

Tafsir At-Tanwir menggunakan beberapa konsep dalam mendefinisikan seorang pemimpin yakni sebagai berikut ;
▪ Ulil Amri, yang dimaknai sebagai seseorang yang diamanahi atau diberikan wewenang oleh sebuah sistem
untuk memerintah atau menjalankan sebuah kekuasaan tertentu. Maka, lebih bersifat umum dan dapat
dijalankan oleh seseorang berdasarkan kompetensi dan kualifikasi untuk menjalankan roda kepemimpinan
tersebut. Oleh karena itu, dalam tafsir at-tanwir Ulil amri tidak hanya mereka yang mendapat amanah
memegang kekuasaan pemerintahan. Namun, mencakup semua orang yang mendapat amanah, baik
amanah di bidang pemerintahan, legislatif, yudikatif, maupun kemasyarakatan (Tafsir at-Tanwir, Volume 1
hlm. 440)
▪ Khalīfah, yang dimaknai dalam dua hal yakni berdasarkan Q.S. Al-Baqarah : 30 bahwa manusia menjadi
khalifah yang memiliki tugas untuk memakmurkan dan mengembangkan bumi sesuai dengan aturan
dan tugas yang diberikan oleh Allah SWT. Kedua berdasarkan Q.S. Shad: 26 bahwa kepemimpinan manusia
hanya terbatas pada urusan tata kelola hajat hidup keseharian. Oleh karena itu, dalam tafsir At-Tanwir kata
Khalīfah dimaknai sebagai wakil Allah di bumi, yang diberikan oleh Allah SWT suatu kekuasaan sebagai
sebuah amanah atau tanggung jawab untuk mewujudkan perdamaian, kesejahteraan, dan kemaslahatan di
muka bumi ini (Tafsir at-Tanwir, Volume 1 hlm. 212-213).
PEMIMPIN MENURUT PANDANGAN MUHAMMADIYAH PART 2

• Imām, yang dimaknai sebagai sosok pribadi yang menjadi panutan atau role model bagi setiap
individu dalam keseharian. Maka dalam pandangan tafsir at-tanwir, imam dapat dimaknai sebagai
Pengertian kata ima>m pemimpin sosial dan politik. Pangkat imam, nabi, dan rasul adalah
anugerah Allah swt. Dia sendiri yang menetapkan risalah dan kenabian itu kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Kenabian dan kerasulan bukan capaian usaha manusia (Tafsir at-Tanwir,
Volume 1 hlm. 438).
• Adapun dalam konteks keindonesiaan hari ini, memilih pemimpin tentunya berawal dari seorang
anak bangsa yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang mumpuni serta harus ditinjau dari
beragam aspek yang melingkupinya, sehingga dalam memilih pemimpin tersebut tentunya tidak
hanya pada kesamaan suku, agama, golongan, atau hal lainnya yang menjadi kesamaan jati diri,
melainkan kapabilitas, integritas, religiositas, dan intelektualitas perlu menjadi perhatian utama.
Oleh karena itu dalam memilih pemimpin hendaknya berpijak pada Q.S. An-Nisa’: 59 (Tafsir at-
Tanwir, Volume 1 hlm.439 ).
PANDANGAN TARJIH DALAM MEMILIH PEMIMPIN

Bahwa dalam memilih pemimpin adalah perkara ijtihadiyah-


mu’amalah dan hal tersebut dikembalikan kepada setiap
individu masing-masing dengan tetap berpijak pada kriteria
pemimpin yang dijelaskan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Hal ini
didasarkan pada kaidah bahwa ( ‫ل فِي اْلمُع َام َلَة ِ ا ْ ِلإ ب َاح َة ُ حَت َي‬
ُ ْ‫الأَ ص‬
ُ ْ ‫ )يَد َُّل الدَلِي‬yang artinya bahwa Hukum asal
‫ل عَلَي الت َحْ رِ ْي ِم‬
muamalah adalah boleh, sampai ditemukan dalil yang
menunjukkan keharamannya.
Memilih pemimpin hendaknya mengacu pada prinsip amar
ma’ruf nahi munkar dan selalu melakukan perubahan dan
peningkatan sehingga berimplikasi pada peradaban manusia
yang berkualitas
NILAI DASAR DALAM BERPOLITIK
MENURUT AL-QURAN

❑ Keadilan (al-‘adalah), dalil: QS. al-A‘raf, 7 : 29, QS. an-


Nisa’, 4 : 58, 135, dan al-Ma’idah, 5 : 8.
❑ Persaudaraan (al-ukhuwwah), dalil: al-Hujurat, 49 : 10,
11, 12.
❑ Persamaan (al-musawah), dalil: an-Nisa’, 4 : 7, QS. an-
Nahl, 16 : 97,
❑ Musyawarah (asy-syura), dalil: QS. asy-Syura, 42 : 38, QS.
al-Baqarah, 2 : 233, dan Ali ‘Imran, 3 : 159.
❑ Perdamaian (as-silm), dalil: QS. al-Anfal, 8 : 61, QS. al-
Hujurat, 49 : 9, 10.
❑ Pertanggungjawaban (al-mas’uliyyah), dalil: QS. al-
Mu’minun, 23 : 115,
❑ Otokritik (an-naqd adz-dzatiy), dalil: QS. al-Isra’, 17 : 14.
SYARAT-SYARAT PENERAPAN
GOOD GOVERNANCE
GOOD GOVERNANCE

Sistem tata kelola pemerintahan yang baik dan benar, 1.Adanya partisipasi publik dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan.
sehingga memunculkan praktik yang bersih dalam
2.Semua unsur masyarakat memiliki komitmen untuk
penggunaan kewenangan di bidang politik, ekonomi menegakkan hukum.
dan administrasi untuk mengelola urusan negara dan 3.Adanya transparansi (keterbukaan) dan akuntabilitas
masyarakat pada setiap peringkat. (pertanggungjawaban) dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara.
Good Governance merupakan panggilan atau tugas
4.Adanya kepedulian dalam penyelesaian permasalahan umat
keagamaan yang dituntut oleh ajaran Islam untuk atau masyarakat
menegakkan prinsip-prinsip Tauhid (harasat ad-din) 5.Mengutamakan kepentingan umum, yaitu adanya orientasi
sebagai landasan bangunan kehidupan politik dan kepada konsensus untuk menciptakan kemaslahatan
penyelenggaraan negara. Selain itu, Good Governance masyarakat.
juga menjadi tugas kemanusiaan, dalam rangka 6.Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama/sederajat
di depan hukum.
mewujudkan keadilan, kemakmuran dan kemaslahatan
7.Adanya efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan SDA dan
(siyasat ad-dunya). SDM.
8.Adanya visi strategis tentang negara yang maju dan berdaulat.
“ Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati." -
Abu Hamid Al Ghazali

"Seorang pemimpin baik adalah ia yang harus terlebih


dahulu mau dipimpin." - Aristoteles

Sekian dan Terimakasih
SEJARAH

Sertakan teks yang menjelaskan aksi, atau latar belakang, yang mengarah ke peristiwa bersejarah.

Garis waktu aksi yang mengarah ke peristiwa terkenal

[TAHUN] [TAHUN] [TAHUN] [TAHUN] [TAHUN]


Aksi Aksi Aksi Aksi Peristiwa Terkenal
NAMA ORANG PENTING UNTUK
PERISTIWA BERSEJARAH
Jelaskan peran atau keterlibatan orang ini dalam peristiwa.
JUDUL UNTUK FOTO ADA DI
SINI
Sisipkan foto (dalam kotak di sebelah kanan)
yang mendukung tesis atau pernyataan klaim
Anda.
Jelaskan bagaimana foto ini mendukung tesis
atau pernyataan klaim Anda.
“ KUTIPAN TERKENAL DARI PERISTIWA, ATAU KUTIPAN
UMUM YANG MENDUKUNG TESIS ATAU PERNYATAAN
KLAIM ANDA.

Pembuat / Penulis

Bukti yang mendukung kutipan ini atau penjelasan mengapa kutipan ini penting.
JUDUL YANG MENGHUBUNGKAN
VISUAL DI BAWAH INI
Judul di sini untuk bagan, grafik, atau video yang Judul di sini untuk bagan, grafik, atau video yang
Anda sisipkan di bawah. Bagan, grafik, atau video Anda sisipkan di bawah. Bagan, grafik, atau video
mendukung tesis atau pernyataan klaim Anda. mendukung tesis atau pernyataan klaim Anda.
TAMBAHKAN TEMUAN ANDA DI SINI
• Jelaskan apa yang telah dipelajari dari peristiwa bersejarah ini dan bagaimana hal itu berdampak atau
terhubung dengan Anda.
PENGARUH & KESIMPULAN

• Jelaskan kepada audiens Anda tentang • Nyatakan kembali tesis atau pernyataan klaim
pengaruh peristiwa bersejarah ini terhadap Anda.
dunia
MENGUSTOMISASI TEMPLAT INI

Instruksi Pengeditan
Templat dan Umpan Balik

Anda mungkin juga menyukai