Anda di halaman 1dari 1

Larangan Meludah ke Depan dan ke Kanan Saat Shalat

Hadits #245
‫ َفال َ يَبْ ُزق ّـ َََّن‬،‫الَصال َ ِة فَإَن ّـ َّ ُه يُنَاجِ ي َرَبّـَّ ُه‬
َّ‫ّـ‬ ‫َان أ َ َح ُدك ُْم في‬َ ‫ «إذَا ك‬:‫عل َي ْ ِه َو َسَل ّـ َّ َم‬
َ ‫الله‬
ُ ‫الله َصَل ّـَّى‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫َال َر ُس‬
َ ‫ ق‬:‫َال‬
َ ‫عن ْ ُه ق‬
َ ‫الله‬
ُ ‫أَن َ ٍس َر ِض َي‬ ‫ع ْن‬
َ ‫َو‬
‫عل َي ْ ِه‬ َ ‫ق‬ٌ ‫ف‬َّ
َّ ُ‫ـ‬
‫َت‬ ‫م‬ » ‫ه‬ ِ ِ
‫م‬ ‫َد‬
‫ق‬ ‫ت‬ ‫ح‬
َ َ ْ َ ‫ت‬ ‫؛‬ ‫ه‬ِ ِ ‫ل‬ ‫ما‬‫ش‬ِ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ن‬
ْ َ ْ َِ
‫ك‬ ‫ل‬ ‫و‬ ، ِ
‫ه‬ ِ
‫ن‬ ‫ي‬ ‫م‬ِ ‫ي‬ ‫ن‬
َ َ َ‫ع‬ َ ‫ال‬‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬ ‫د‬
َ ََْ َ َْ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ .
‫ت ق ََد ِم ِه‬ َ ‫ح‬ ْ َ‫ « أ َ ْو ت‬:ٍ‫»وفي ِروايَة‬.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Apabila seseorang di antara kamu shalat sebenarnya ia sedang bermunajat
kepada Rabbnya. Maka janganlah sekali-kali ia meludah ke hadapannya dan ke samping
kanannya, tetapi ke samping kirinya di bawah telapak kakinya.” (Muttafaqun ‘alaih).
[HR. Bukhari, no. 1214 dan Muslim, no. 551]

Dalam suatu riwayat disebutkan, “Atau di bawah telapak kakinya.” [HR. Bukhari, no.
413]

Faedah hadits
Bermunajat itu berarti menghadap Allah dengan dzikir, berdoa, dan tilawah ayat.
Yang dilakukan saat bermunajat adalah khusyuk dan menghadap Allah.
Hadits ini adalah dalil larangan bagi orang yang shalat agar menghindari meludah ke
depan dan ke kanan. Larangan ini berlaku bagi yang shalat di dalam atau di luar
masjid.
Alasan terlarang meludah ke depan karena yang melaksanakan shalat sedang menghadap
Allah dan bermunajat kepada-Nya. Dalam hadits Ibnu ‘Umar disebutkan, “Karena Allah
sedang berada di hadapannya saat ia shalat.” Sedangkan, larangan meludah ke kanan
karena samping kanannya adalah malaikat, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari (no. 416).
Secara eksplisit (zhahir), larangan dalam hadits menunjukkan haram karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan kemurkaannya ketika melihat ada yang
meludah ke arah kiblat saat shalat.
Jika memang darurat ingin meludah saat shalat, hendaklah meludah ke sebelah kiri
atau meludah ke samping kiri di bawah telapak kakinya. Hal ini dilakukan ketika
shalat di tempat terbuka atau di rumah yang lantainya tanah. Sedangkan meludah di
dalam masjid, ada pembahasannya sendiri di pembahasan “Ahkamul Masaajid” (hukum-
hukum seputar masjid) dari Bulughul Maram insya Allah. Yang jelas, kalau meludah di
dalam masjid, lebih aman meludah di tisu atau sapu tangan.
Seseorang yang sedang shalat berarti sedang bermunajat menghadap Allah, hendaklah
khusyuk dalam shalatnya dengan mengikhlaskan hati dan menghadirkannya. Dalam
shalat, hendaklah mengingat dan mengagungkan Allah, membaca Al-Qur’an dan
mentadaburinya.
Allah Ta’ala tetap berada di atas langit, beristiwa’ di atas ‘Arsy-Nya, walaupun
kita katakan Allah di hadapan kita.

Baca juga: Allah itu Mahatinggi, Tidak Seperti Diyakini Jahmiyah

Referensi:
Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan ketiga, Tahun 1431 H. Syaikh
‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:445-448.

Anda mungkin juga menyukai