Anda di halaman 1dari 11

 Contoh Toleransi dan Intoleransi :

A. Toleransi

1. Kampung Bali di Bekasi di sebut sebagai Kampung Pancasilla

Kampung Pancasilla yakni sebuah kampung yang berbasis Pluralisme atau banyak menyimpan
Keberagaman pada Masing-masing penghuni Rumah yang ada, sebenarnya pada kampung ini
memang pada awal nya merupakan Perkampungan yang dihuni oleh warga Mayoritas dari
keturunan Bali, tetapi meskipun begitu semua tampak baik-baik saja dan tidak ada sedikitpun
gesekan intoleransi yang ada pada kampung ini terdapat 3 Agama yang tersebar yakni Muslim ,
Hindu dan Nasrani. Kampung ini terletak di Jalan Merpati Bali No.49, RT 11/RW 9, Harapan
Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi

"Kami dihuni oleh tiga kepercayaan, yaitu Muslim, Hindu, dan Kristen. Kami hidup
berdampingan, rukun," ujar Ketua RT Kampung Bali, Puji Lestari Sementara itu, Ketua
Pokdarwis Kampung Bali, I Wayan Widana, menjelaskan nama Kampung Pancasila disematkan
oleh Panglima Komando Daerah Militer setempat.
"Kampung Pancasila itu dinamai dari Kodim. Saat itu datanglah Pangdam. Jadi, memberi nama
kami menjadi kampung Pancasila bernuansa Bali," kata Wayan Widana.
https://travel.detik.com/travel-news/d-6930094/kampung-bali-di-bekasi-disebut-juga-kampung-
pancasila-wujud-toleransi
2. Toleransi Beragama Di Kampung Sawah Bekasi, Saling Bantu Menjelang Hari Raya

Kampung Sawah di Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, dikenal sebagai area sarat toleransi
antar-umat beragama, Ini karena area tersebut memiliki tiga rumah ibadah dari tiga agama yang
berbeda. Masing-masing bangunan hanya berjarak 50-100 meter saja.

Adapun tiga rumah ibadah tersebut adalah Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen
Pasundan (GKP) Kampung Sawah, dan Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi. Pegiat Kemasyarakatan
di Kampung Sawah, Ricardus Jaobus Napiun, mengatakan bahwa warga Kampung Sawah sering
saling membantu persiapan Hari Raya dari masing-masing agama yang dianut.
Gereja Santo Servatius sendiri, warga Muslim hanya membantu persiapan non-liturgis saja, atau
hal-hal yang tidak menyangkut kewajiban agamis.
“Ada persiapan yang sifatnya non-liturgis, misalnya pelayanan seperti penyediaan sarana dan
prasarana,” terangnya di kediamannya di Kampung Sawah, Kecamatan Pondok Melati, Kota
Bekasi, Senin (26/12/2022).
Dalam persiapan non-liturgis, imbuh pria yang akrab disapa Jacob, teman-teman Muslim kerap
membantu mengatur kursi yang akan digunakan para jemaat untuk beribadah. Mereka pun
membantu dalam membawa kursi dari tempat lain ke area gereja, menawarkan mobil untuk
mengangkut barang, dan lain sebagainya.
“Itu enggak ada istilah ditanya agamanya apa. Semuanya sama. Selesai itu (persiapan), makan
sama-samak, ngopi sama-sama,” ujar Jacob.
Umumnya warga Muslim di Kampung Sawah dipercayakan untuk membantu pengamanan
Terlihat beberapa anggota banser, termasuk seorang wanita berhijab, membantu mengamankan
pintu gerbang gereja.
“Ada begitu banyak bantuan yang diberikan dalam upaya keamanan. Banser yang kemarin
dilihat, mereka sukarela tanpa diminta dan diundang datang. Mereka merasa bersaudara. Bukan
sebatas ikut bersukacita, tapi ingin membantu kita,” tutur dia. Menurut Jacob,
sifat saling membantu di kalangan warga Kampung Sawah merupakan kesadaran diri masing-
masing karena sudah turun-temurun
“Saya bilang (ke mereka), harus ikut salat. Tinggalin aja parkir dan lain-lain, itu kami yang atur.
Ini selalu terjadi dari tahun ke tahun. Enggak ada istilahnya haram untuk mereka. Kolaborasi
kami di sini seperti itu,” tutup Jacob
Dalam hal ini kita dapat menilai bahwa Toleransi tertinggi yakni dapat Memanusiakan sesama
Manusia tanpa adanya pandangan Perbedaan yang ada, Memang perbedaan dalam sebuah
Kepercayaan pasti terjadi namun hal ini kembali Kepada Respon kita masing-masing sebagai
bagian dari NKRI
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/27/09085781/toleransi-beragama-di-kampung-
sawah-bekasi-saling-bantu-persiapan-hari
3. Merawat Toleransi, Kisah dari Pulau Bali

Dalam berbangsa dan bernegara Adapun Sikap toleransi yang bersifat Wajib atau Mutlak dalam
hal ini dapat kita ambil contoh yang mudah saja yaitu kenyataan dan realita yang terjadi pada
Pulau Dewata, pada pulau ini sifat dan martabat toleransi sangat dijunjung tinggi, Masyarakat
Hindu di Bali memiliki keyakinan bahwa Manusia harus hidup damai dengan Tuhan, alam, dan
sesamanya. Keyakinan ini dikenal dalam istilah Tri Hita Karana. Pengamalannya sangat
melekat diajarkan kepada pemeluk agama Hindu sejak kecil di Bali. Sebenarnya di semua agama
memang mengajarkan hal yang sama. Namun harus kita akui, masyarakat Hindu berhasil
mempraktikkannya dengan baik.

Sebagai contoh: para pendatang yang mayoritas adalah Muslim memiliki tempat yang baik
dalam hal pekerjaan mereka di Bali. Pasar, kantor, dan tempat-tempat dilangsungkannya roda
perekonomian lainnya hampir seluruhnya lebih dikuasai Muslim pendatang dari pada masyarakat
asli Bali. Mereka yang beragama Hindu dan asli penduduk Bali tidak merasa terganggu apalagi
terjajah.
Hubungan Harmonis antara masyarakat Muslim dan Hindu ini sebetulnya perlu banyak
diberitakan melaui media-media nasional sehingga semua kalangan tidak melihat apa yang
terjadi di Ibu Kota beberapa waktu yang lalu sebagai sebuah kegagalan pemerintah dalam
membina toleransi beragama yang egaliter dan adil, Muslim pendatang di Bali tidak merasa
terkucilkan oleh masyarakat Hindu. Begitu pula sebaliknya umat Hindu di Bali tidak merasa
lahan mereka telah diambil dan dikuasai para pendatang Muslim tersebut. Keduanya justru bahu-
membahu dan melakukan hubungan saling ketergantungan, Inilah keunggulan pulau Bali.
https://www.cnnindonesia.com/inspirasi/20180219105959-454-277089/merawat-toleransi-
kisah-dari-pulau-bali
4. Sikap Toleransi Tertinggi Kota Singkawang

Bhineka Tunggal Ika Terlukis di kota Singkawang, dapat kita lihat bahwa umat dari Vihara Tri
Dharma Bumi Raya dapat beribadah dengan damai dan tenang dengan bauran Asap Dupa Hio
sebagai Liturgi etnis Tionghoa dalam beribadah seperti yang kita tahu Lokasi vihara ini sangat
dekat dengan Masjid Raya Agung Singkawang yang kurang lebih hanya berjarak sekitar 100m
saja,

Dalam hal ini kita dapat menarik kesimpulan yaitu Toleransi adalah hal yang tidak perlu di
perdebatkan / diributkan karena rasa Toleran dapat berasal dari masing-masing Individu dengan
kesadaran diri masing-masing terhadap paradigma Perbedaan Etnis maupun Agama.
Bila seorang individu tersebut sudah dewasa maka rasa Iba dan Toleran akan muncul secara
Otomatis dalam Jiwa masing-masing pribadi

https://koran.tempo.co/read/urban/485149/singkawang-kota-paling-toleransi
5. Kolaborasi Multikultural jadi cara SMP Taruna Bakti terapkan Toleransi

SMP Taruna Bakti Bandung mengusung visi menjadi lembaga pendidikan yang memberikan
lingkungan belajar kolaboratif multikultural dan berketuhanan YME dengan reputasi tinggi di
bidang akademik & non-akademi, Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk orang tua siswa,
dinas pendidikan, lembaga terkait, alumni, perguruan tinggi dan kemitraan lainnya juga dinilai
sangat penting, dan menjadi salah satu kunci. Kepala SMP Taruna Bakti Bandung, Detty
Nurwendah, pun mengungkapkan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi tantangan
Perubahan Ideologi yang begitu Liar

Kepala SMP Taruna Bakti Bandung, Detty Nurwendah "Kolaborasi merupakan kunci untuk
mewujudkan visi misi sekolah. Jejaring dan kemitraan sangat diperlukan agar sekolah menjadi
unggul. Kami bermitra dengan orang tua siswa, dinas pendidikan, lembaga terkait, alumni,
perguruan tinggi, dan jejaring lainnya untuk saling mendukung dalam program-program
sekolah," kata Detty dalam keterangan tertulis, Kamis (12/10/2023).

"Dengan demikian, siswa-siswi kami akan mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan yang
holistik, bukan hanya dari guru. Selain itu, lingkungan sekolah yang saling menghargai dan
toleran juga sangat penting. Kami harus menghormati perbedaan agama, ras, suku bangsa, dan
budaya sehingga tercipta lingkungan yang damai, nyaman, dan bahagia. Kesejahteraan siswa dan
guru menjadi tujuan utama yang kami harapkan," imbuhnya.

https://www.detik.com/jabar/berita/d-6977916/kolaborasi-multikultural-jadi-cara-smp-taruna-
bakti-terapkan-toleransi
B. Intoleransi

1. Setara Institute, Pancasilla masih bisa dikalahkan dalam kasus Intoleransi

Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan merefleksikan nilai-nilai Pancasila sering kali
dikalahkan dalam berbagai kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia belakangan ini.
"Pancasila sering dikalahkan dalam berbagai kasus intoleransi dan secara umum pelanggaran
kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB)," kata Halili dalam keterangannya, Kamis (1/6)
Halili mengatakan kasus intoleransi dan pelanggaran KBB di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Tak hanya itu, pemenuhan hak asasi manusia juga masih berada pada situasi belum
ideal, Halili mencatat sepanjang Mei 2023 terjadi beberapa peristiwa intoleransi dan pelanggaran
KBB di Indonesia.
Misalnya, aksi pembubaran ibadah yang dilakukan kelompok masyarakat terhadap jemaat Gereja
Mawar Sharon (GMS) Binjai, pembubaran ibadah di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Gihon di
Kelurahan Sidomulyo Timur, Kota Pekanbaru, Riau, pembubaran aktivitas pendidikan Agama
Kristen di Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Desa Cilame, Bandung Barat, Jawa Barat.

Halili juga menyinggung hasil riset Setara Institute menunjukkan intoleransi remaja berbasis
sekolah menengah atas semakin meningkat, Survei Setara Institute di lima kota terpilih pada
Januari-Februari 2023 menunjukkan jumlah pelajar intoleran aktif di SMA sederajat meningkat
menjadi 5 persen. Angka ini alami peningkatan ketimbang hasil survei isu sama pada 2016 lalu
2,4 persen, "Sementara yang terpapar ekstremisme kekerasan juga meningkat dari 0,3 persen
pada survei 2016, menjadi 0,6 persen pada survei tahun 2023”
Ia lantas mengecam keras, terjadinya berbagai peristiwa intoleransi dan pelanggaran KBB yang
terjadi selama ini. Terlebih ada dugaan proses pembiaran yang dilakukan oleh negara atas kasus
tersebut.
"Meningkatnya level intoleransi dan keterpaparan ekstremisme kekerasan generasi muda, dalam
pandangan SETARA Institute, menunjukkan masih rendahnya kinerja pembumian dan
aktualisasi nilai-nilai Pancasila," kata Halili.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230601230615-20-956807/setara-institute-pancasila-
sering-dikalahkan-dalam-kasus-intoleransi

2. Siswa penganut Agama Saksi Yehova tidak naik kelas 3 kali

Telah terjadi tiga siswa kakak-adik menganut Saksi-saksi Yehova di Tarakan, Kalimantan Utara,
dan berujung 3 kali tidak naik kelas Mereka merupakan kakak-adik bernama M (14) kelas V SD,
Y (13) kelas IV SD , dan YT (11) kelas II SD. Mereka tidak naik kelas pada tahun ajaran
2018/2019 lalu tahun ajaran 2019/2020 dan tahun ajaran 2020/2021. Pada mulanya mereka
menganut agama Kristen Protestan lalu pada suatu Ketika mereka sekeluarga berpindah menjadi
saksi Yehova, Namun respon dari pihak sekolah sangat berbeda 3 saudara ini terancam tidak
naik kelas, Pihak sekolah berdali bahwa penyebab 3 saudara ini tidak naik kelas ialah karena
Absensi yang tidak Tuntas serta adanya juga kekurangan dari Nilai Akademik yang ada namun
dari pihak Komisioner KPAI tetap melakukan penyelidikan terhadap kasus ini

https://news.detik.com/berita/d-5829694/kpai-ungkap-kabar-terbaru-3-siswa-penganut-saksi-
yehuwa-tak-naik-kelas-3-kali/1
3. Diusir dari Dusun karena Berbeda Kepercayaan yang Dianut

Slamet Jumiarto mengalami gesekan komunal karena Penolakan dari golongan tertentu hanya di
sebabkan oleh perbedaan keyakinan saja, Kejadian berada di Dusun Karet, Bantul.
Hal ini dapat terjadi karena adanya pemahaman yang terlalu fanatik atau terlalu keras sehingga
adanya Tindakan di bawah alam sadar yang secara tidak langsung menjadi habbits yang liar dan
merusak terhadap sesama Umat beragama

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47801818

4. Bentrokan antar Suku Nduga dan Lani Jaya di Papua

Dua suku Lany Jaya dan Nduga yang terlibat dalam bentrokan antarwarga di Kabupaten
Jayawijaya, Papua, pada 8 Januari 2022 Perang Suku, Proses perdamaian itu dilakukan di
Makodim 1702 Jayawijaya dan dihadiri oleh sejumlah pejabat forum koordinasi pimpinan daerah
(Forkompinda) setempat. Meliputi Bupati Jayawijaya, Lany Jaya, Nduga, Memberamo Tengah
dan Yahu

Meskipun pada awalnya Perang suku sudah memanas dan tak terkendali hanya di karenakan
perbedaan pendapat dan kudeta wilayah yang ada pada perbatasan 2 suku tersebut namun untung
nya kedua Persetruan ini masih bisa di damaikan dengan bantuan Petugas Berwajib di Makodim
kota Jayawijaya, Papua
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220116072405-20-747175/bentrok-suku-nduga-dan-
lani-jaya-di-papua-kedua-pihak-berdamai

5. Keganasan Bentrokan antar Suku di Nusa Tenggara Timur, Hingga 5 orang Tewas

Sejumlah warga Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, di Pulau Adonara, Kabupaten Flores
Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), disebut tewas dalam bentrok antara dua suku akibat
memperebutkan tanah.

Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, menyebut peristiwa itu terjadi pada Kamis
(5/3) pukul 10.00 WIT. Namun, itu baru diketahui karena lokasi kejadian tidak memiliki akses
komunikasi. Dia mengakui jenazah para korban konflik belum dievakuasi karena alasan
keamanan.

"Sampai saat ini jenazah belum dievakuasi, selain karena alasan keamanan juga karena lokasi
kejadian jauh dari pemukiman," katanya, dikutip dari Antara.

Dia mengatakan sejumlah personel TNI sudah berada di lokasi kejadian untuk mengamankan.
Sementara, personel kepolisian belum tiba.
"Personel kepolisian sudah dalam perjalanan ke Desa Sandosi. Mereka akan berada di desa untuk
menjaga keamanan, sebelum jenazah dievakuasi dari lokasi kejadian," katanya.

Langkah ini, kata Agustinus, dilakukan untuk menjaga situasi keamanan karena suku-suku ini
berada dalam satu desa.

Kepala Kepolisian Resor Flores Timur AKBP Deny Abraham juga membenarkan konflik
antarwarga tersebut.

"Iya betul ada konflik antarwarga di Desa Sandosi Kecamatan Witihama," katanya.

Menurutnya, konflik antarwarga tersebut terjadi akibat perebutan lahan. Namun, belum diketahui
kronologis kejadiannya, Akibat 'perang tanding' itu, ia menyebut ada korban jiwa meski belum
diketahui jumlahnya karena masih dilakukan identifikasi di lapangan.

"Para personel sudah saya kirim ke lapangan untuk melakukan identifikasi sekaligus berupaya
meredam konflik tersebut," katanya.

Sementara itu, seorang warga Kecamatan Witihama yang meminta tidak disebutkan identitasnya
ketika dihubungi secara terpisah, menyebutkan sebanyak 5 orang tewas dalam konflik
antarwarga tersebut.

"Sudah ada sekitar lima orang yang dikabarkan tewas, tadi kami juga melihat langsung para
personel Polisi menuju lokasi konflik," katanya.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200305175927-20-480869/bentrok-antar-suku-pecah-
di-ntt-warga-sebut-lima-tewas

Anda mungkin juga menyukai