Anda di halaman 1dari 52

 
Kutipan Ceramah
Master Ren Shan

Dikutip Dari :

Ceramah Master Ren Shan

Judul :

阿弥陀佛四十八愿 

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Untuk kalangan sendiri, disebarluaskan secara gratis,


dilarang memperjualbelikan.

 
Daftar Isi
Hal
 

Ajaran Buddha Maitreya………………………………… 4


Buddha Ada Dimana…………………………………….. 7
Kemampuan Gaib………………………………………...13
Ksatria Berperisai………………………………………...17
Memfoto Cahaya Buddha……………………………..… 19
Mengapa Buddha Tidak Melindungiku…………………..22
Pandai Besi……………………………………………….27
Penolong Atau Penculik…………………………………..31
Semangkok Nasi………………………………………….35
Semua Buddha Melafal Amituofo………………………..39
Surat Dari Raja Yama…………………………………….42
Ternyata Anda Juga Adalah Buddha Amitabha…………..47

 
Ajaran Buddha Maitreya

Master Shan Dao demi untuk melindungi keyakinan praktisi


pelafal Amituofo, telah membuat banyak perumpamaan,
master berkata, jika anda sedang melatih metode melafal
Amituofo, tiba-tiba muncul Bodhidharma yang
menganjurkan dirimu agar jangan melafal Amituofo lagi,
beliau akan mengajarimu metode Dhyana yang langsung
mencapai KeBuddhaan. Bagaimana reaksi anda setelah
mendengar ucapan ini?

Jujur saja, sebagian praktisi pasti akan langsung goyah.


Master Shan Dao menasehati kita harus berpendirian teguh
jangan sampai terpengaruh, bukan hanya itu, bahkan
walaupun yang muncul itu adalah Bodhisattva atau bahkan
Buddha, datang menghampiri dan berkata : “Anda tak perlu
melafal Amituofo lagi, saya memiliki metode yang lebih
bagus, asalkan anda bersedia melepaskan metode melafal
Amituofo, saya akan segera mengajarimu”. Master Shan Dao
berkata lagi : “Jangan terpengaruh!”

Ini hanyalah perumpamaan, kenyataannya jika memang ada


Buddha yang menganjurkan kita jangan melafal Amituofo,
maka itu pasti bukan Buddha tulen, jika bukan Buddha maka
itu adalah Mara. Maka itu Master Shan Dao berkata bahwa

 
jika yang datang itu adalah Buddha atau Bodhisattva asli,
maka ajaranNya pasti sama dengan ajaran Buddha
Sakyamuni, takkan ada perbedaan. Mengapa demikian?
Karena ajaran semua Buddha adalah sama.

Ucapan satu Buddha adalah ucapan seluruh Buddha, ucapan


seluruh Buddha takkan beda dengan ucapan satu Buddha.
Maka itu ketika Bodhisattva Maitreya mencapai
KeBuddhaan di dunia, Beliau segera membabarkan ajaran
yang sama dengan Buddha Sakyamuni, juga menasehati para
makhluk untuk melafal Amituofo dan bertekad lahir ke Alam
Sukhavati.

 
Di dalam Sutra Usia Tanpa Batas telah tertera bahwa
Bodhisattva Maitreya menerima tanggung jawab dari Buddha
Sakyamuni untuk meneruskan membabarkan Ajaran
Sukhavati. Maka itu keyakinan kita harus dibangun dari sini,
jangan ada keraguan sedikitpun, jangan sampai terpengaruh
dan goyah, jadikan keyakinan ini sebagai pengamalan
seumur hidup, ini adalah syarat pertama untuk terlahir ke
Alam Sukhavati yakni membangkitkan keyakinan dengan
sukacita.

  

 
Buddha ada di mana?

Kita sering melihat butir pertama dari “Tiga Berkah Karma


Suci”, yakni berbakti pada ayahbunda. Demikianlah sabda
Buddha di dalam sutra bahwa walaupun Buddha sudah tidak
berada di dunia, namun manusia masih memiliki kesempatan
untuk memberi persembahan kepada Buddha, bagaimana
caranya? Yakni dengan memberi persembahan kepada
ayahbunda, Buddha berkata bahwa jasa kebajikan dari
memberi persembahan kepada ayahbunda, setara dengan jasa
kebajikan memberi persembahan kepada calon Buddha.

Dahulu kala ada seorang pemuda yang bernama Yang Pu,


penduduk provinsi Anhui, sangat serius dalam mempelajari
Ajaran Buddha. Dalam usia yang masih muda, dia berpikir :
“Saya tidak bisa terus menerus tinggal di rumah, saya harus
pergi ke tempat lain untuk memperdalam Buddha Dharma,
menuju ke seluruh pelosok negeri untuk mencari guru yang
hebat dan tersohor”. Namun di rumahnya masih ada seorang
ibunda yang telah berusia 80 tahun, dia berpikir lagi, saya
hendak memperdalam Ajaran Buddha, jadi bagusnya saya
harus meninggalkan rumah.

Kabarnya di provinsi Sichuan, Master Wu Ji adalah seorang


Bhiksu senior yang telah mencapai pencerahan, maka itu dia

 
memulai perjalanannya dari Anhui ke Sichuan, orang jaman
dahulu bepergian dengan jalan kaki, ini menunjukkan
kesungguhan hatinya dalam mempelajari Ajaran Buddha.

Setelah bersusah payah akhirnya dia sampai di Sichuan, baru


saja menapakkan kakinya di sana, dia langsung bertemu
dengan seorang Bhiksu tua yang memang sengaja menanti
kedatangannya. Bhiksu tua itu bertanya : ”Anak muda, mengapa
datang kemari?” Yang Pu menjawab : “Saya mendengar
bahwa di Sichuan ada Master Wu Ji yang merupakan Bhiksu
senior yang telah mencapai pencerahan, maka itu saya ke sini
hendak mengikutinya untuk belajar Buddha Dharma”.

8
Bhiksu tua itu menjawab : “Saya adalah murid Master Wu Ji,
beliau yang mengutus saya untuk menjemput kamu, beliau
meminta saya menyampaikan pesan untukmu, daripada
menemui Master Wu Ji, lebih baik pergi menemui Buddha”.

Ya ini memang benar, andaikata pada saat ini tersiar kabar


bahwa Buddha Amitabha sedang berada di sebuah tempat di
bumi ini, kita juga akan berbondong-bondong ke tempat
tersebut untuk menemui Buddha Amitabha, walau hanya bisa
berpose denganNya untuk dijadikan kenang-kenangan,
demikian juga dengan sikap Yang Pu, yang kenyataannya
tidak banyak berbeda dengan pemikiran kebanyakan umat
Buddha di masa kini.

Ini sudah seperti mengidolakan bintang film, Yang Pu yang


mendengar bahwa Master Wu Ji sungguh hebat, maka dia
segera pergi menemui beliau untuk memuaskan keinginan
hatinya. Apakah belajar Dharma harus sedemikian? Ini sudah
tidak betul.

Maka itu Master Wu Ji yang mengetahui keinginan hati


Yang Pu, menasehatinya bahwa daripada menemui Master
Wu Ji lebih baik pergi menemui Buddha. Begitu mendengar
ucapan ini, Yang Pu segera berubah pendirian, ingin segera
pergi menemui Buddha.

 
Tetapi Buddha ada di mana? Bhiksu tua itu memberitahukan
Yang Pu, pertama-tama ikuti jalur jalan pulang kembali ke
rumahnya, kemudian akan bertemu dengan seseorang,
dengan ciri-ciri sebagai berikut, mengenakan selimut warna
kuning dengan terbalik dan memakai sandal juga terbalik,
ingatlah dengan seksama, jika anda bertemu dengan orang
yang berdandan sedemikian rupa, maka janganlah sampai
terlewatkan, dia adalah Buddha.

Maka itu Yang Pu sangat berhati-hati, sepanjang perjalanan


pulang kembali ke rumah, dia mengamati setiap sosok orang
yang dijumpainya, apakah memiliki dandanan seperti yang
dikatakan oleh Bhiksu tua. Akhirnya dia sangat kecewa,
karena dirinya sudah sampai di depan rumahnya, dan pada
saat itu sudah tengah malam.

Dia mengetuk pintu, pada jaman dahulu kala terutama di


daerah dusun yang terpencil, jika ada suara ketukan pintu,
siapa yang sudi membukakan pintu di tengah malam? Namun
lain halnya dengan ayahbunda yang setiap hari senantiasa
menanti kepulangan anak kesayangannya, mereka akan
selalu menantikan suara ketukan pintu tersebut.

10 

 
Demikianlah dengan ibunda Yang Pu yang begitu mendengar
ketukan pintu yang dikenalinya itu segera melompat dari
tempat tidurnya, dengan tergesa-gesa ingin segera
membukakan pintu untuk anaknya, sehingga melupakan
udara dingin yang menusuk di musim dingin, juga
melupakan harus mengenakan baju hangat, kerinduannya
yang setiap hari dipendam mengharapkan kepulangan sang
anak.

Kini akibat luapan kegembiraan telah membuatnya panik


sehingga tidak sempat lagi mengenakan baju dingin dan
karena ingin cepat-cepat membukakan pintu, maka dia
memakai selimut kuning untuk melindunginya dari hawa
dingin. Sandal yang dipakai juga jadi terbalik.

Begitu pintu terbuka, Yang Pu jadi terkejut dan jadi mengerti,


dia teringat akan ucapan Bhiksu tua, ternyata Buddha yang
dimaksud adalah sang bunda.

Kita jadi berpikir, hanya ibunda yang akan memperlakukan


anaknya seperti Buddha yang mengasihi para makhluk,
mendidik tanpa jenuh, walaupun anaknya berkelakuan buruk,
namun ayahbunda tak pernah mengabaikannya. Ayahbunda
akan menanti anaknya bertobat dan menerimanya kembali.

11 

 
Kini Yang Pu memahami ucapan Bhiksu tua yang
menasehatinya agar belajar pada Buddha yang artinya berbakti
pada ayahbunda, sejak itu dia tinggal di rumah berbakti pada
ibundanya, juga menulis penjelasan yang panjang pada “Sutra
Bakti”, ini sungguh sebuah teladan yang baik bagi semua
praktisi.

12
Kemampuan Gaib

Di dalam sutra tertera, kemampuan gaib tidak dapat


menaklukkan kekuatan karma, berapapun besarnya
kemampuan gaib yang dimiliki, takkan mampu menaklukkan
kekuatan karma. Yang Ariya Maudgalyayana terkenal
memiliki kemampuan gaib terunggul, Arahat Besar, namun
ketika ajalnya tiba, saat kekuatan karma muncul, kemampuan
gaibnya tidak mampu berfungsi.

Yang Ariya Maudgalyayana meninggal dunia karena


dibunuh oleh para penganut aliran sesat. Mengapa siswa
utama dengan kemampuan gaib terunggul dapat dibunuh? Ya,
ketika dipukul orang, beliau berniat memasuki samadhi
untuk mengeluarkan kemampuan gaibnya, namun sayangnya
tidak dapat berfungsi, kekuatan karma yang muncul, karena
pada masa kehidupan lampaunya, beliau pernah memukul
orang.
 
Maka itu tidak boleh beranggapan bahwa karena saya
memiliki kemampuan gaib maka ketika dipukul orang, saya
segera dapat melarikan diri, ini tidak mungkin, ketika
kekuatan karma muncul, kemampuan gaib akan hilang untuk
sementara waktu. Setelah pemukulan selesai, kemampuan
13 

 
gaibnya baru berfungsi kembali, menampilkan memasuki
Parinirvana, menampilkan kemampuan gaib yang agung.

Dapat kita lihat bahwa terhadap praktisi yang melatih diri


dengan benar, kemampuan gaib bukanlah tujuan utama kita,
apalagi pada jaman berakhirnya Dharma ini. Walaupun dalam
melafal Amituofo tidak ditujukan untuk mencapai kondisi batin
yang istimewa, namun banyak praktisi yang tidak tulus dalam
melafal Amituofo, tiap hari mengharapkan kemampuan gaib
dan mukjizat.

Dengan adanya pemikiran demikian maka akan mengundang


datangnya rintangan, seperti kita sering mendengar adanya
kabar di tempat mana ada praktisi yang kerasukan Mara,
14
kerasukan rintangan Mara, darimana datangnya rintangan
Mara, bukanlah tanpa sebab.

Yang pertama adalah niat pikiran yang tidak benar, barulah bisa
mengundang munculnya banyak rintangan Mara, dan sebab
utama yang paling sering mengundang munculnya rintangan
Mara adalah suka pada kemampuan gaib dan mukjizat, sehingga
para musuh kerabat penagih hutang, baru memiliki kesempatan
untuk masuk.

Jika anda adalah seorang praktisi pelafal Amituofo, namun


anda tidak baik-baik melafal Amituofo, malah siang malam
memikirkan ingin melihat rupa Buddha Amitabha seperti apa,
jika anda berpikir demikian, lama kelamaan walaupun pelatihan
diri anda belum mencapai tingkatan apapun, tibatiba suatu
hari anda melihat Buddha Amitabha, sejak itu Dia tiap hari
mengikuti anda.

Walaupun ada teori yang mengatakan bahwa praktisi pelafal


Amituofo senantiasa dilindungi oleh para dewa pelindung
Dharma, namun masalahnya adalah “apakah anda adalah praktisi
tulen?”. Anda tidak sungguh-sungguh melafal Amituofo dengan
tulus, pikiran ditujukan memikirkan halhal lainnya.

15
Praktisi yang melafal Amituofo dengan tulus ketika
pikirannya telah suci, tingkatan kesucian akan muncul
dengan sendirinya, namun semua kondisi batin yang muncul
tak perlu dipedulikan. Jangan menganggap kondisi yang
muncul itu adalah sesuatu yang luar biasa, misalnya ketika
sedang melafal Amituofo tiba-tiba melihat bunga teratai
muncul dan anda merasa sangat kegirangan dan
membanggakan diri di hadapan praktisi lainnya.
Sesungguhnya ini adalah hal yang celaka karena kondisi
maya ini muncul dan pikiran anda tidak suci lagi.

Maka itu tak peduli kondisi batin apapun yang muncul ketika
sedang melatih diri, tak perlu dipedulikan. Para Bodhisattva
Alam Sukhavati dilengkapi dengan kemampuan gaib
sempurna adalah untuk memudahkan Mereka dalam misi
menyebarkan Buddha Dharma dan memberi manfaat bagi
semua makhluk, bukan untuk dipamerkan.

16 

 
Ksatria Berperisai

Ada sekelompok “bodhisattva” yang mengatakan andaikata


praktisi pelafal Amituofo pergi mencapai KeBuddhaan, siapa
lagi yang akan menolong para makhluk? Maka itu mereka
menyimpulkan bahwa praktisi pelafal Amituofo itu tidak
bermaitri karuna, sendirian lari ke Alam Sukhavati, padahal di
dunia ini masih banyak makhluk yang kesusahan, kalian malah
tak peduli.

Sesungguhnya pandangan mereka itu sangat salah,


ketahuilah bahwa Bodhisattva membangkitkan tekad dengan
tujuan ke atas mencapai KeBuddhaan dan ke bawah
menyelamatkan para makhluk.

Dalam satu kelahiran mencapai KeBuddhaan,


menyempurnakan karir melatih diri, sementara di dunia ini
menuruti jodoh mengajari para makhluk adalah tekad agung
para Bodhisattva dalam menyelamatkan semua makhluk.

Maka itu jika ingin membantu lebih banyak makhluk yang


kesusahan, seharusnya bagaimana? Buddha memberitahukan
kita, cara yang paling baik adalah bertekad lahir ke Alam
17 

 
Sukhavati, sampai di Alam Sukhavati telah memperoleh jaminan
keselamatan, sehingga ketika kita kembali ke alam saha untuk
mengajari para makhluk, jika bertemu hambatan, kita takkan
goyah dan tersesat.

Mereka para ksatria yang mengenakan perisai, perisai di sini


adalah pelindung keselamatan, sehingga mereka dapat kembali
ke alam saha tanpa gentar. Bodhisattva Alam Sukhavati masuk
ke dalam lautan tumimbal lahir untuk menyelamatkan para
makhluk, gigih tanpa gentar, karena mereka telah mengenakan
perisai, Dia memiliki pelindung yang baik, sedangkan diri kita,
begitu masuk ke dalam lautan tumimbal lahir langsung
dihanyutkan ombak sampai hilang tak berjejak.
 

18 

 
 

Memfoto Cahaya Buddha

Kita sering menjumpai para praktisi yang berhasil memfoto


cahaya Buddha. Beberapa hari yang lalu ada seorang praktisi
memperlihatkan pada saya hasil fotonya yang di dalamnya ada
cahaya Buddha, maka itu pada kesempatan ini saya harus
menjelaskan pada anda semuanya.

Setelah melihat foto hasil jepretnya, saya bertanya padanya :


“Anda ingin saya berkata jujur atau tidak. Jika harus berkata
jujur, maka saya katakan ini cuma hal biasa saja, lagipula
banyak orang yang setiap saat membawa kamera, misalnya anda
memfoto dari dalam mobil, cahaya lampu kamera akan
mengenai kaca mobil dan memberi pantulan, bukankah hasil
foto anda nanti setiap lembarnya ada cahayanya?”

Atau saat memfoto, kamera anda berhadapan dengan


mentari, pelangi yang indah, bukankah setiap lembarnya juga
akan ada cahayanya, dan andaikata anda memfoto di saat
mendung, hujan dan petir, hasil fotonya juga sedemikian. Ini
adalah ucapanku yang sejujurnya.

19 

 
Namun jika anda ingin mendengar kata-kata muluk, maka
saya akan berkata : “Wah anda hebat sekali telah melihat cahaya
Buddha, ini amat langka”.

Tentu saja kita juga tidak memungkiri bahwa memang ada


juga yang berhasil memfoto cahaya Buddha, ini memang ada,
saya juga pernah memfotonya, tapi dalam Ajaran Buddha, ini
merupakan hal yang amat biasa, Buddha berkata bahwa segala
yang memiliki rupa itu adalah palsu. Tak perlu ditaruh di hati!

Jadi ini merupakan hal yang biasa, tak perlu melekat padanya.
Jika bertemu dengan kejadian-kejadian, tak peduli ini adalah
gejala biasa atau istimewa, maka ketahuilah, jangan melekat

20 

 
padanya, jika melekat maka akan menjadi hambatan bagi
kemajuan batin kita.

21 

 
Mengapa Buddha Tidak
Melindungiku?

Tahun lalu di kota WuXi provinsi Jiangsu, saya bertemu


dengan seorang praktisi wanita yang mengaku telah
menguasai Ajaran Buddha dengan bagus, orangnya lumayan
baik. Pada suatu hari dia bertemu dengan masalah yang
membuatnya sangat terpukul, sejak itu dia sangat kecewa dan
menentang Ajaran Buddha, apa yang telah terjadi?

Suaminya adalah deputi bagian keamanan kota WuXi,


termasuk orang yang memiliki kekuasaan, kehidupan
keluarganya juga sangat lumayan, putrinya bersekolah di
Inggris, dan merupakan anak yang sangat berprestasi, saat
liburan tiba dia pulang menjenguk ayahbundanya. Ayahnya
tentu saja sangat bersukacita, menaiki mobil pergi
menjemput sang buah hati.

Kota WuXi berdekatan dengan Danau TaiHu, maka mobil


pun berkeliling di sekitar Danau TaiHu, di sinilah mobil
berkeliling-keliling sampai akhirnya masuk ke dalam danau,
hanya supir yang sempat keluar dari mobil, sementara ayah
dan putrinya terkubur di dasar danau.
22 

 
Ketika praktisi wanita ini mendengar kejadian tragis yang
menimpa suami dan putrinya, bagaikan sambaran petir di
siang bolong, kita juga dapat memahami bagaimana
perasaannya saat itu, ini memang merupakan pukulan yang
amat menyakitkan. Jika hanya belajar Buddha Dharma
namun tidak memahami Hukum Karma, dalam menghadapi
masalah ini pasti hatinya akan mundur.

Maka itu dia bertanya dalam hati, mengapa Buddha tidak


melindungi diriku? Setiap hari saya begitu tulus menyalakan
dupa, berdana pada vihara, masih banyak kebajikan yang
telah saya perbuat, mengapa peristiwa yang begitu tragis
masih menimpa diriku.

23 

 
Kebetulan ketika dirinya masih dilanda kebingungan, saya
tiba di kota WuXi, ada seorang praktisi lainnya yang
memperkenalkan dia datang menjumpai diriku, untuk apa?
Untuk mendengar keluhannya, praktisi wanita ini tidak
berhenti mengeluh bahwa dirinya sudah begitu banyak
berbuat kebajikan, namun mengapa harus bertemu dengan
peristiwa yang begitu menyayat hati.

Pada saat itu saya terpikir Master Yin Guang yang menulis
sepucuk surat yang panjang isinya untuk Wei Jin-zhou.
Master Yin Guang juga pernah bertemu dengan peristiwa
sedemikian dimana ada seorang praktisi yang sudah begitu
lama belajar Buddha Dharma, yang juga merasa dirinya
sudah cukup handal, praktisi ini bernama Wei Jin-zhou. Pada
suatu hari rumah tetangganya dibakar si jago merah, api
menjalar hingga rumahnya juga ikut ludes tak bersisa, sejak
itu keluarganya jatuh miskin dan dia sendiri bimbang
kehilangan arah.

Setelah mendengar kondisi Wei Jin-zhou, Master Yin Guang


menuliskan sepucuk surat yang isinya sangat panjang
kepadanya. Surat tersebut menjelaskan pada Wei Jin-zhou
tentang Hukum Karma dan ketidakkekalan. Setiap manusia
pasti akan menghadapi ketidakkekalan.

24 

 
Bukan saja manusia awam yang harus menghadapi masalah,
bahkan Buddha Sakyamuni sendiri juga harus menghadapi
Devadatta yang ingin mencelakaiNya, di dalam Sangha harus
menghadapi “Kelompok Enam Bhikkhu” yang sering membuat
kekacauan.

Kejadian ini memberitahukan pada kita, setiap benih perbuatan


yang kita tanam pasti akan membuahkan akibat, dan kejadian
yang kita hadapi saat kini merupakan hasil perbuatan kita
pada kehidupan lampau. Bila dalam kehidupan ini kita giat
berbuat kebajikan, kelak juga akan menerima buah akibatnya,
ini ibaratnya kita menabur benih dulu kemudian menikmati
hasilnya kelak.

Maka itu saya menasehati praktisi wanita ini bahwa Hukum


Karma menembusi tiga periode kelahiran (lampau, sekarang
dan masa yang akan datang). Pada umumnya orang suka
mengatakan buat apa berbuat baik, lihat saja si XX yang
banyak berbuat baik namun akhirnya malah jadi susah, jika
anda berpikir demikian maka logikanya para tahanan di penjara
adalah orang-orang yang berbuat baik, menurut anda teori ini
masuk akal tidak?

Tentunya ini tidak masuk akal, maka itu jangan karena


kejadian tak menyenangkan terjadi di depan mata maka segera
meragukan kebenaran hukum sebab akibat, para
25
praktisi jika tidak memahami bahwa Hukum Karma
menembusi tiga periode kelahiran, maka jika dalam
kehidupan keseharian bertemu dengan masalah,
keyakinannya akan jadi goyah.
 

26 

 
Pandai Besi Melatih
Diri

Di dalam kehidupan keseharian kita harus membiasakan diri


melafal Amituofo, menerapkan tiga bekal yakni keyakinan,
tekad dan pengamalan, dengan demikian dapat memastikan
setiap insan dapat terlahir ke Alam Sukhavati.

Dalam “Catatan Kisah-kisah Insan yang Terlahir ke Alam


Sukhavati” tertera sebuah kisah yang menceritakan pada masa
Dinasti Song, ada seorang pandai besi bermarga Huang,
caranya melafal Amituofo adalah sedemikian, tidak ada jadwal
waktu yang tetap, pekerjaannya adalah menempa besi,
kehidupannya begitu susah.

Jalinan jodohnya melafal Amituofo dimulai dari pada suatu


hari dia bertemu dengan seorang Bhiksu yang kemudian
mengajarinya melafal Amituofo. Bhiksu itu bertanya : “Anda
begitu menderita, mengapa tidak melatih diri?” Pandai besi
menjawab : “Anda juga melihat pekerjaan saya begitu sibuk,
mana ada waktu untuk melatih diri”.

27 

 
Bhiksu kembali berkata : “Justru anda begitu sibuk dan
banyak kerisauan, makanya harus melatih diri untuk mengurangi
beban pikiran anda. Saya akan mengajarkan anda sebuah metode
yakni melafal Amituofo. Setiap anda memukul besi satu kali
maka lafallah Amituofo satu kali, tidak perlu mencari waktu
luang”.

Pandai besi mendengar metode yang begitu mudah, mengapa


tidak dicoba. Sejak itu pandai besi setiap hari memukul besi
sambil melafal Amituofo, deretan suara pukulan besi tanpa henti,
Amituofo juga dilafal berkesinambungan.

Istrinya melihat kondisi pandai besi jadi mengeluh : “Waktu


dulu anda hanya menempa besi saja sudah begitu lelah, kini
ditambah harus melafal Amituofo, bukankah lebih susah?”
Pandai besi menjawab : “Kamu tidak mengetahui bahwa
waktu dulu walaupun hanya menempa besi saja, namun
tenagaku tertumpu di kepala palu. Sekarang ditambah dengan
melafal Amituofo, perhatianku tertumpu pada Amituofo, maka
itu tidak merasa lelah, makin menempa makin terasa nyaman,
malah kini menjadi sebuah kesenangan”.

Tahun demi tahun ketrampilannya dalam melafal Amituofo


telah berhasil, pada suatu hari pandai besi berkata pada istrinya :

28 

 
“Saya hendak pulang ke rumah”. Istrinya merasa aneh berkata :
“Bukankah rumahmu di sini?”

Pandai besi berkata : “Alam Sukhavati barulah rumahku!”.


Istrinya mengira suaminya sudah kurang waras, sehingga tidak
mempedulikannya.

Kemudian pandai besi berpamitan dengan para tetangganya


bahwa dia akan segera pulang ke kampung halamannya, juga
karena tidak mengenal huruf, maka dia meminta salah satu
tetangganya untuk membantunya menulis syair sebagai kenang-
kenangan untuk para kerabatnya.

29 

 
Syair ini dikemudian hari menjadi begitu terkenal, bunyinya :
“Ting ting tang tang, setelah lama menempa akhirnya jadi baja,
kedamaian semakin dekat, saya terlahir ke Alam Sukhavati”.
Selesai mengucapkan syair ini, dia menghembuskan nafas
terakhir dalam posisi berdiri.

Ini adalah bukti nyata dari penerapan Ajaran Sukhavati


dalam kehidupan keseharian, semuanya tergantung pada niat,
bukan pada mampu atau tidak untuk melakukannya, jika ada niat
maka semua orang dapat melakukannya.

Bahkan saat menjelang ajal hanya sempat melafal Amituofo


sepuluh kali, namun asalkan dia sudi melafalnya, juga memiliki
kesempatan untuk terlahir ke Alam Sukhavati. Kecuali jika tidak
memiliki niat maka juga tak berdaya.
      
 

 
30 

 
Penolong atau Penculik?

Kadang kala kita ini baik hati, ingin membantu orang lain,
namun jika tidak bijaksana malah akan menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan, kebaikan justru berbalik menjadi
kejahatan, peristiwa sedemikian amat banyak.

Misalnya pada tahun lalu, saya bersama beberapa umat


berkesempatan mengunjungi Shandong di kampung halaman
Kongzi. Suatu hari ketika kami mengunjungi Kuil Zhou-gong,
kebetulan bertemu dengan seorang lansia, dia bertamasya dan
tinggal sendirian saja.

Beberapa umat yang melihat kondisi lansia ini amat


bersimpati, kebetulan mereka ini sedang mengikuti seminar Di
Zi Gui, jadi ilmunya langsung dipraktekkan, baguslah. Mereka
langsung memberikan simpati dan perhatian kepada si lansia,
kemudian mengobrol sejenak dengannya, mengajukan banyak
pertanyaan kepada lansia tersebut, mengapa tinggal sendirian,
darimana asalnya.

31 

 
Lansia itu berasal dari Mongolia, jauh jaraknya, bertamasya
seorang diri, anak-anaknya tidak berbakti, makanya dia keluar
menghibur diri, usianya lebih dari 70 tahun.

Para umat ini merasa amat bersukacita, berkata pada lansia


itu : “Anggap saja kami sebagai putra putrimu, kami bisa
menjaga dirimu”. Mendengar ucapan ini lansia itu tampak
gembira, mengira ini hanya basa-basi, tak diduga bahwa para
umat itu ternyata sangat serius.

Setelah puas berkeliling kuil, mereka mengajak lansia itu


untuk pulang bersama dan mereka bersedia merawat si lansia,
sambil membujuk : “Anda tinggal sendirian sungguh tak

32 

 
nyaman, ikutlah dengan kami, beberapa hari ini kami sedang
bertamasya di sini, kami akan membawamu serta”.

Kemudian mereka menyuruh lansia itu untuk membatalkan


kamar hotelnya dan tinggal di hotel lain bersama mereka.

Melihat semua ini saya menasehati para umat ini bahwa apa
yang mereka lakukan sudah terlalu banyak, orang lain akan
ketakutan. Ternyata ucapanku benar, lansia itu membatalkan
sewa hotelnya dan dengan terpaksa mengikuti ajakan para umat,
seolah-olah diculik, setelah sampai di hotel kami, kamar kami
yang terbaik diperuntukkan padanya.

Lansia itu berkata bahwa dia tidak ingin tidur di kasur namun
ingin tidur di lantai, sepertinya ada sesuatu masalah. Kemudian
siangnya keluar makan, para umat juga mengajak lansia untuk
ikut bersama, namun ditolak dengan alasan dia ada membawa
biskuit. Para umat tidak menanggapinya dengan serius.

Selesai makan kami pulang kembali ke hotel, kami terkejut


melihat ada mobil polisi di depan hotel. Ternyata si lansia benar-
benar melapor ke polisi. Polisi segera mendatangi kami, dan
berkata : “Lansia ini melapor bahwa kalian menculiknya,

33 

 
mungkin hendak dijual, kami ingin memahami kejadian yang
sebenarnya”.

Para umat tidak tahu harus menangis tersedu-sedu atau


tertawa terbahak-bahak pada detik itu, saya segera berkata pada
mereka : “Kalian sudah berbuat kebajikan besar, makanya cepat
pergi buat penjelasan pada pak polisi”.

Lansia itu masih tampak ketakutan, kami mendekatinya dan


meminta maaf, sebelum pergi kami khawatir uang perjalanannya
tidak cukup sehingga berniat menyerahkan sedikit uang
kepadanya namun ditolak, beliau berkata : “Saya tidak
memerlukan uang kalian, hanya ingin kalian tidak menimbulkan
kecemasan lagi”.

Kadang kala kita ini memang baik hati, namun sudah


terlampau baik, tidak memahami bahwa belas kasih (karuna)
dan kebijaksanaan (prajna) itu harus sejalan, diwujudkan keluar
dalam bentuk upaya kausalya.
 
 

 
34 

 
Semangkok Nasi

Di dalam sutra Buddha ada tertera bahwa ketika Buddha


Sakyamuni berada di dunia, suatu ketika di India terjadi bencana
kekeringan dan kelaparan, tidak ada bahan makanan, dan
kondisi ini tentu saja menyulitkan para Bhikkhu yang
melakukan pindapatta, maka itu seringkali mereka tidak
memperoleh dana makanan dari para penderma, demikian pula
halnya dengan Buddha Sakyamuni sendiri.

Suatu hari, Buddha keluar untuk berpindapatta, setelah


berkeliling juga tidak memperoleh dana makanan, kebetulan ada
seorang Bhikkhu yang juga dalam perjalanan pulang, melihat
patta (mangkok makanan) Buddha yang kosong, segera bertanya
apakah Buddha ada memperoleh dana makanan? Buddha
menjawab: “Tidak ada, kalian para Bhikkhu saja tidak
mendapatkan makanan, bagaimana mungkin Saya bisa
memperolehnya?”.

Mendengar ucapan ini, Bhikkhu merasa sangat bersedih hati,


kemudian berpikir, Buddha memiliki berkah yang sungguh besar,
guru pembimbing bagi para dewa dan manusia, mengapa tidak
ada orang yang sudi memberi persembahan, menimbun berkah,
ah, sungguh disayangkan. Namun bila dipikirkan kembali, saya
sungguh beruntung, kesempatan ini ada di hadapanku, kini saya
35 

 
dapat memberi persembahan kepada Buddha, maka itu dengan
cara apapun saya harus bisa memperoleh dana makanan untuk
memberi persembahan kepada Buddha, tetapi semua Bhikkhu
juga tidak berhasil memperoleh makanan, di mana saya harus
mendapatkannya.

Maka itu dia jadi terpikir pada jubahnya, kemudian dia


menjual jubahnya, pada jaman dahulu kain sangat berharga,
maka itu uang hasil penjualan jubah dapat dibeli semangkok
nasi, setelah memperoleh satu mangkok nasi, dia segera
mempersembahkannya pada Buddha, Buddha yang maha tahu
memberinya kesempatan, namun sengaja bertanya pada
Bhikkhu tersebut : “Oh Bhikkhu, dalam kondisi yang serba
susah ini, dimana semua Bhikkhu tidak berhasil memperoleh
persembahan makanan, semangkok nasi ini berasal dari mana?”

36 

 
Bhikkhu menjawab : “Saya menukarnya dengan jubahku,
untuk memberi persembahan kepada Buddha”. Setelah
mendengar ucapan ini, dengan tegas Buddha memberitahukan
Bhikkhu, “Saya tidak dapat menerima semangkok nasi ini,
karena jubah Bhikkhu dikenakan oleh para Buddha, merupakan
citra anggota Sangha, seluruh jasa kebajikan tiga mustika ada
dalam citra ini, kini anda menggunakan jubah ini untuk ditukar
dengan semangkok nasi, Saya tidak memiliki jasa kebajikan
yang besar untuk menerima semangkok nasi ini”.

Bhikkhu menjadi sangat bersedih hati, berpikir Buddha saja


tidak bisa menerima semangkok nasi ini, siapa lagi yang dapat
menerimanya?

Kemudian Buddha bertanya lagi kepada Bhikkhu : “Apakah


ayahbundamu masih hidup?” Bhikkhu menjawab :”Masih
hidup”. Buddha melanjutkan lagi : “Jika demikian bawalah
semangkok nasi ini pulang ke rumah untuk dipersembahkan
kepada ayahbundamu, ayahbundamu dapat menerimanya”.

Bhikkhu jadi tidak mengerti : “Buddha saja tidak bisa


menerima semangkok nasi ini, bagaimana mungkin
ayahbundaku dapat menerimanya?” Buddha menjawab : “Ini
dikarenakan ayahbundamu yang melahirkan dirimu, maka itu
37 

 
dia dapat menerima persembahan darimu, semua milikmu
berasal dari ayahbundamu, tentu saja semangkok nasi dari anda,
juga memiliki jalinan hubungan dengan ayahbundamu, anda
menggunakan tubuh jasmani yang diberikan ayahbundamu
untuk digantikan dengan semangkok nasi, maka itu
ayahbundamu dapat menerima persembahan semangkok nasi
ini”.

Kemudian Buddha bertanya lagi : “Apakah ayahbundamu


memiliki keyakinan pada Ajaran Buddha?” Bhikkhu menjawab :
“Tidak ada”. Buddha berkata lagi : “Kalau begitu bawalah
semangkok nasi ini pulang ke rumah dan persembahkanlah
kepada ayahbundamu kemudian berilah ceramah Dharma
kepada mereka, ayahbundamu akan timbul keyakinan pada
Buddha Dharma”.

Buddha berkata budi kebajikan ayahbunda tiada taranya,


maka itu dengan jalinan jodoh ini memberikan persembahan
kepada ayahbunda. Buddha tidak mengatakan agar nasi yang
terbaik diberikan kepadaNya, atau berilah persembahan
kepadaKu, namun mengajarkan para makhluk untuk
menempatkan persembahan kepada ayahbunda sebagai yang
terutama. Ini menjelaskan pada kita bahwa Buddha Dharma
sangat menitikberatkan pada kehidupan keseharian, hal ini
banyak orang yang telah salah paham, mengira bahwa Agama
Buddha itu sangat pesimis dan jauh dari kehidupan keseharian.
 
38 

 
Semua Buddha Melafal
Amituofo

Seluruh Buddha memuji Buddha Amitabha, juga memuji para


praktisi yang melafal Amituofo, masih ada makna yang sangat
penting, yakni semua Buddha juga sedang melafal Amituofo.

Bagaimana cara para Buddha memuji Buddha Amitabha? Yakni


dengan melafal Amituofo. Kebenaran ini diungkap di dalam
Buddha-dhyana-samadhi-sagara-sutra, Buddha Sakyamuni
berkata bahwa diriNya bersama dengan para Buddha dari
Bhadrakalpa dan seluruh Buddha di sepuluh penjuru. Kalimat
“Saya bersama dengan semua Buddha di sepuluh penjuru serta
seribu Buddha dari Bhadrakalpa”, mencakup semua praktisi
yang dari status orang awam hingga mencapai KeBuddhaan,
oleh karena kekuatan samadhi pelafalan nama Buddha, maka
akan memperoleh keberhasilan.

Kalimat ini telah menjelaskan bahwa semua Buddha sedang


melafal Amituofo, maka Master Ou Yi lebih memperjelas pada
kita bahwa sepatah Amituofo ini adalah metode yang

39
digunakan oleh Buddha Sakyamuni untuk mencapai
KeBuddhaan di alam saha ini.

Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan di bawah Pohon


Bodhi, dengan metode apa Beliau mencapai KeBuddhaan?
Di dalam Amitabha Sutra, Buddha Sakyamuni sendiri yang
memberitahukan kita, yakni dengan cara melafal Amituofo.

Master Ou Yi memperjelas pernyataan ini kepada kita. Maka


itu kita harus meneladani para Buddha, menyebarkan tekad
Buddha Amitabha, kita harus membalas budi Buddha,
bagaimana caranya? Yakni dengan menyempurnakan tekad
agung para Buddha.

 
40 

 
 

Catatan Tambahan :

 Bhadrakalpa adalah kalpa yang penuh keberuntungan


dimana akan muncul seribu Buddha. Saat kini kita tinggal pada
masa Bhadrakalpa. Dari seribu Buddha yang telah muncul di
dunia adalah :
1. Krakucchanda
2. Kanakamuni
3. Kasyapa
4. Sakyamuni

Sedangkan Buddha yang akan muncul di dunia kelak adalah


5. Maitreya
dan masih ada 995 Buddha lainnya yang akan muncul di dunia.
 

 
41 

 
Surat Dari Raja Yama

Orang Tionghua sering membicarakan tentang “lima pahala”,


dimana salah satunya adalah panjang umur. Semua orang
mengharapkan panjang umur, hanya sedikit yang merasa
sudah bosan hidup di dunia ini.

Usia panjang serta kesehatan yang memadai adalah harapan


setiap insan, namun hal ini senantiasa berbalikan dengan
kenyataan. Ingin berusia panjang namun tubuh semakin
menua dan melemah, ingin sehat, namun sekujur tubuh
dipenuhi penyakit.

Saat jatuh sakit, apakah pernah terlintas di pikiran kita bahwa


mungkin hari ini saya akan meninggal dunia? Namun hari
kematian kita tidak bisa kita putuskan sendiri karena kita
tidak memiliki kontrak tentang kesepakatan ini dengan Raja
Yama.

Namun Raja Yama amat bermaitri karuna karena sebelum


hari kematian kita tiba, beliau akan mengirim surat
pemberitahuan terlebih dahulu kepada kita. Raja Yama
selalu menulis surat kepada umat manusia di dunia ini, dulu
42 

 
memakai surat pos, sekarang dengan email, kadang kala
malah menggunakan telepon untuk menghubungi dirimu,
namun sayangnya kita masih tidak paham.

Ada seorang kakek yang ajalnya telah tiba, Raja Yama


mengutus orang untuk menangkapnya, setelah ditangkap, kakek
ini sungguh tidak senang dan langsung bertanya pada Raja
Yama : “Anda ini jika hendak mengundangku kemari, harus
memberitahuku terlebih dahulu agar saya bisa menyelesaikan
urusan di rumah dan menyampaikan pesan terakhir. Anda
begitu mendadak memanggilku kemari sehingga saya tidak
memiliki persiapan”.

43
Raja Yama berkata : “Sejak awal saya sudah melayangkan
banyak surat pemberitahuan kepada dirimu, namun kamu tak
pernah mempedulikannya, mana boleh menyalahkan saya?”

Kakek itu bertanya lagi : “Tapi saya tidak pernah menerima


surat dari anda”.

Raja Yama menjawab : “Beberapa tahun yang lalu bukankah


anda telah menyadari gigimu mulai goyang?” Kakek itu
menjawab:”Ya”.

Raja Yama melanjutkan lagi : “Beberapa waktu kemudian


anda mulai menyadari telinga anda mulai tidak berfungsi
dengan baik, mata mulai kabur, selanjutnya jalan pun mulai
kesulitan”.

Semua surat ini telah diterima oleh para lansia, hanya saja
mereka tidak berani membacanya.

Raja Yama melanjutkan lagi : “Surat-surat ini telah saya


layangkan pada dirimu, surat ketidakkekalan, ditambah
dengan penyakit-penyakit yang mendera dirimu, apakah anda

44 

 
masih belum menyadari bahwa anda akan menghadapi
kematian? “

Orang jaman dahulu tidak dapat menyadarinya, orang jaman


sekarang di mana ilmu kedokteran berkembang pesat, juga
tidak dapat menyadarinya, apalagi orang jaman sekarang
begitu sibuk, sehingga semakin tidak mempedulikan surat-
surat ini.

Kakek itu tak berdaya setelah mendengar ucapan Raja Yama.


Ternyata di sampingnya ada seorang arwah anak muda,
usianya masih muda sudah ditangkap Raja Yama, sungguh di
Jalan Kematian tiada membedakan tua dan muda.

Anak muda ini mulai mengeluh : “Oh Raja Yama, surat-surat


yang anda layangkan tidak berkaitan dengan diriku, usiaku
masih begitu muda, anda menangkapku sekarang harus ada
alasannya bukan?”

Raja Yama menjawab : “Saya juga telah melayangkan surat


kepada dirimu dan kamu juga mengabaikan suratku, apakah
anda telah mendengar kabar bayi tetangga anda yang baru
lahir beberapa hari kemudian meninggal dunia?”

45 

 
Pemuda itu menjawab:”Saya pernah mendengarnya”.

Raja Yama melanjutkan lagi : “Masih ada anak yang baru


berusia belasan tahun sudah meninggal dunia?”

Pemuda itu menjawab lagi:”Ya, saya pernah mendengarnya”.

“Bukankah ini adalah surat ketidakkekalan?”

Pemuda ini tidak bisa berkomentar lagi, karena memang


sedemikian rupanya. Maka itu jika membaca koran, lihatlah
halaman yang terakhir yakni kabar dukacita, itulah surat
ketidakkekalan yang dikirim oleh Raja Yama kepada kita,
surat itu bukan hanya untuk orang lain, namun setiap insan
juga ada bagiannya.
 

46 

 
Ternyata Anda Juga
Adalah Buddha
Amitabha

Ajaran Sukhavati sangat menekankan untuk melatih diri


sendiri, namun juga sambil mengajak insan lain untuk
melafal Amituofo, dan ini bukanlah hal yang gampang. Di
dalam salah satu syair yang ditulis oleh Master Shandao,
beliau mengatakan bahwa bila diri sendiri dapat
membangkitkan keyakinan pada Buddha Amitabha serta juga
dapat mengajak insan lain untuk turut membangkitkan
keyakinan pada Buddha Amitabha, maka hal ini sungguh
tidak mudah terlaksana.

Namun bila dapat membangkitkan maha maitri maha karuna


menasehati insan lain untuk melafal Amituofo sehingga
memperoleh penyelamatan, maka inilah yang disebut
membalas budi Buddha.

Di dalam Naskah Tanah Suci karya Nagarjuna, tercantum


bahwa pada masa Dinasti Tang ada seorang yang bernama

47 

 
Fang Zhu, suatu hari tiba-tiba dia diundang Raja Yama, alias
mati mendadak.

Karena dia diundang bukan ditangkap Raja Yama, maka dia


diperlakukan dengan sangat ramah, kemudian Raja Yama
berkata padanya : “Anda pernah menasehati seseorang untuk
melafal Amituofo dan orang yang anda nasehati ini telah
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, atas dasar jasa kebajikan
ini seharusnya dirimu juga ikut terlahir ke Alam Sukhavati,
namun mengapa anda sendiri justru tidak sudi melafal
Amituofo?”

Orang tua ini berkata : “Saya tidak ingin menuju Alam


Sukhavati, mungkin waktu dulu secara tak sengaja mengajak
48 

 
orang lain melafal Amituofo, tak terduga orang itu benar-
benar serius dan telah berhasil terlahir ke Alam Sukhavati”.

Raja Yama kembali mendesak : “Anda seharusnya juga


melafal Amituofo, dengan jasa kebajikan ini anda pasti dapat
terlahir ke Alam Sukhavati”.

Namun orang tua itu tetap bersikeras : “Saya benar-benar


tidak ingin ke sana, saya masih ingin mendaki Gunung
WuTai, tolong lepaskanlah saya”.

Raja Yama merasa sungguh tak berdaya, namun tetap


memperlakukan orang tua ini dengan penuh hormat.

Maka itu Master Yin Guang berkata bahwa dengan


menasehati satu orang agar melafal Amituofo dan jika orang
ini memang berhasil terlahir ke Alam Sukhavati berarti anda
telah menghasilkan satu Buddha.

Jasa kebajikan yang sungguh tak terbayangkan ini, akhirnya


orang tua itu dibebaskan.

49 

 
Bodhisattva Maha Maitri mengatakan, jika menasehati 2
orang atau lebih melafal Amituofo selain diri sendiri juga
mengamalkan, maka jasa kebajikan ini melebihi ketekunan
jika anda hanya melatih diri sendiri.

Jika menasehati lebih dari 10 orang melafal Amituofo, jasa


kebajikan anda telah tak terbayangkan dan tak terhingga lagi.

Jika anda mampu menasehati ratusan atau bahkan ribuan orang


melafal Amituofo, maka anda adalah seorang Bodhisattva.

Jika anda bahkan bisa menasehati puluhan ribu orang lebih


untuk melafal Amituofo, maka anda adalah jelmaan Buddha
Amitabha.

Bayangkan, siapa yang bisa memiliki kharisma yang


sedemikian kuat? Hanya para Buddha yang mampu menasehati
puluhan ribu orang ke atas untuk melafal Amituofo.

50
Gatha Pelimpahan Jasa

51 

 
Daftar Pustaka  

阿弥陀佛四十八愿 
(仁山法师讲于新加坡南海普陀山) 
公元二千零七年九月五日 
 
http://club.fjdh.com/html/49/8749‐181637.html 

Arsip
http://smamituofo.blogspot.com/search/label/Master%20Ren%20Shan

52 

Anda mungkin juga menyukai