Anda di halaman 1dari 6

Nikmatilah Hidup Ini sebelum terlambat.....

Seberapa luas dunia yang kita "ciptakan"?


Banyak orang hanya memiliki dunia seluas meja tulisnya. Atau
sepetak ruang kerjanya. Atau mungkin sebesar gedung
kantornya saja.
Pandanglah keluar dan tebarkan pandangan
Carilah ujung cakrawala. Nikmatilah cahaya matahari sore
menemani perjalanan pulang ke rumah.
Dunia jauh lebih luas dari yang kita sangka.
Ruang yang tersedia bukan hanya antara rumah dan ruang
kerja kita.
Manusia dianugerahi lautan, pegunungan, hutan, mata air dan
berbagai keindahan alam lainnya.
Sadarilah bahwa semua ini tak kalah berharganya.
Karena itu, jangan sia-siakan waktu kita untuk tidak melebur
dengan keindahan yang tiada tara.
Jangan ragu untuk meninggalkan pekerjaan kita untuk rehat
sejenak.
Esok masih ada.
Kecuali mau menyesal karena di saat pandangan kita telah
lamur, kita baru tersadar akan keelokan alam ini.
Pekerjaan kita bisa menunggu.
Namun umur dan waktu kita takkan kembali.
Waktu adalah anak panah yang melesat kencang.
Kita tak mungkin mampu menghentikan atau melambatkannya.
Selama waktu masih tersisa, tak perlu ragu untuk menikmati
kehadiran kita di bumi ini.
Ketika menyadari betapa berharganya itu semua, kitapun
menyadari betapa berharganya kita yang kecil dan mungil ini di
alam semesta yang maha luas ini.
Kehadiran kita bagian dari alam ini.
Maka hiduplah penuh keseimbangan......
Selamat istirahat........
Mengapa Orang Selalu Merasa Tidak Bahagia

Semua orang ingin kehidupan yang bahagia seperti cerita dongeng, tetapi dalam kehidupan nyata,
tampaknya sebagian besar orang hidup tidak bahagia, cemas, takut ini dan itu, serta di dalam hati
terakumlasi banyak keluhan dan mengeluh tidak tahu bagaimana untuk melampiaskan. Apa yang
menyebabkan orang tidak bahagia? Apa yang harus kita lakukan untuk menjadi bahagia?

Sebuah survei dari sebuah lembaga Amerika Serikat yang dilakukan 22 negara di seluruh dunia terhadap
indeks kebahagiaan. Akhirnya ditemukan bahwa indeks kebahagiaan orang AS tertinggi, sebanyak 46%
orang AS berbahagia dengan kehidupan mereka. Di AS, banyak kehidupan orang bergantung kepada
lembaga sosial, dan bahkan di jalan-jalan bersedekah untuk bertahan hidup, tapi setiap hari seolah hidup
dengan gembira. Sesungguhnya apakah faktor yang memengaruhi kehidupan menjadi bahagia atau tidak?

Terlalu banyak permintaan

Kita sepertinya sejak kecil sampai dewasa selalu dalam pengejaran: siswa mengejar nilai yang baik,
pekerja kantor menginginkan promosi dan kenaikan gaji, sang bos berharap bisnisnya semakin lama
semakin sukses, orang tua ingin anaknya berhasil……. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga senantiasa
mencari, mencari uang, meminta imbalan, mencari kesempurnaan, mencari pengakuan dan sebagainya.
Apabila yang diinginkan tidak tercapai, lantas menjadi tidak bahagia dan galau.

Tidak pernah puas

Orang hidup di dunia, yang dibutuhkan tidak banyak, tapi apa yang diinginkan terlalu banyak, sehingga
sulit untuk terpuaskan. Telah punya seribu, menginginkan sejuta; sudah punya mobil Kijang, ingin BMW;
sudah punya rumah kecil, ingin villa; sudah punya istri, ingin kawin lagi.

Suka membandingkan

Manusia senantiasa suka membandingkan: membandingkan nilai anak-anak, membandingkan ponsel siapa
yang lebih keren, membandingkan kondisi siapa yang lebih baik dan membandingkan siapa lebih terkenal.
Jika kebiasaan membandingkan itu sudah menjadi kebiasaan, tentu tidak akan bahagia. Jika orang lain
punya sedangkan diri sendiri tidak punya, maka ngotot mengejarnya. Ketika berhasil mengejar ternyata
orang itu berhasil naik setingkat lagi, maka mau tak mau merangkak lagi ke atas, dan tak ada habisnya.
Ketika yang dikejar itu bukan kebahagiaan, melainkan lebih bahagia ketimbang orang lain, maka disaat itu
kebahagiaan semakin menjauhi kita.

Terlalu khawatir terhadap pandangan orang lain

Jika Anda selalu mengkhawatirkan pandangan dan pikiran orang lain terhadap Anda, maka Anda tidak
mungkin bisa hidup dengan nyaman, maka sama saja dengan hidup demi orang lain dan telah kehilangan
jati diri. Nilai pelajaran tidak baik, akankah orang tua kecewa? Gaji tidak naik, akankah sang pacar akan
sewot? Bicara ceplas ceplos, akankah teman-teman marah? Kehidupan yang seperti ini pasti capek karena
“tekanannya sangat besar”, bagaimana bisa bahagia?

Tidak tertarik terhadap hal-hal yang indah

Kehidupan manusia zaman sekarang amat sibuk, selalu saja terburu-buru, tiada lagi waktu untuk
menikmati keindahan lingkungan. Keindahan alam, keindahan artis¬tik, kecantikan spiritual dan
keindahan hidup, kita sering menutup mata dan cenderung mengabaikannya. Ladang yang hijau, gemericik
air, Matahari terbenam yang indah, daun terbang melayang-layang, lukisan yang cantik dan bayi
tersenyum polos. Melihat hal-hal seperti itu, tidak timbul sukacita dalam hati dan tidak tersentuh haru.

Tidak tahu bagaimana berkorban

Jika seseorang selalu takut kehilangan akan kepentingan dirinya sendiri, membabi buta mengejar tapi tidak
mau berkorban, ia pasti tidak akan bahagia. Semua orang tentu tidak ingin mendekati orang yang egois
malah akan menjauhinya, karena ia hanya ingin mendapatkan manfaat dari orang lain dan tidak pernah
mau mengeluarkan sesuatu (berkorban).

Monoton dan keteraturan

Setiap hari sibuk hingga stres dalam perusahaan, sesampainya di rumah makan dan tidur, pada akhir pekan
tenggelam dalam game daring. Hidup dengan monoton, hari demi hari dilalui dengan membosankan,
keteraturan hidup yang terlalu monoton akan membuat orang kehilangan kebahagiaan mereka.

Pikiran yang tertutup

Dalam psikologi ada istilah yang disebut “gaya atribusi negatif”, ini adalah cara berpikir pesimis yang
sering digunakan orang yang tidak bahagia. Mereka terbiasa berpikir hal-hal buruk, semakin dipikirkan
hati semakin tertekan, hati dipenuhi oleh masalah ini. Mereka selalu ingin membuat diri sendiri dapat
memenuhi harapan orang lain, tetapi menyadari tidak akan berhasil. Hal ini membuat mereka merasakan
tekanan dan rasa bersalah dalam menghadapi kepedulian yang bermaksud baik. Itu sebabnya, mereka
berusaha mengurangi interaksi sosial, demi menghindari kepedulian. Mereka terlalu banyak mengeluh
dalam hidup, menuntut berlebihan terhadap ketergantungan emosional, terlalu sensitif dalam hubungan
interpersonal, yang mungkin membuat orang yang awalnya mendu-kung lantas merasa bosan dan mulai
menghindari mereka. Mereka akan segera menyadari perubahan seperti itu, sehingga mereka mulai
menutup diri sendiri. Begitulah “depresi” terbentuk.

Tidak tahu arti hidup

Manusia zaman sekarang kebanyakan tidak terlalu mengeksplorasi makna kehidupan dan tidak mengetahui
dengan jelas makna sesungguhnya dari kehidupan, membabi-buta mengejar materi, begitu kehidupan itu
agak berjalan tersendat, tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, maka di dalam hatinya akan
menyalahkan dan tidak bisa gembira.

Lalu apakah yang harus dilakukan untuk menjadi bahagia?

Profesor Martin Saligman pencipta ilmu Psikologi Positif dari University of Illinois AS menyarankan
beberapa cara agar dapat hidup bahagia:

1. Menciptakan kesenangan

Perbanyaklah memperhatikan hal-hal yang indah, misalnya Matahari pagi, seporsi kuliner lezat dan sebuah
lagu merdu. Ahli psikologi menyarankan, akan lebih baik untuk mencatat saat-saat bahagia, ketika Anda
tidak bahagia, Anda dapat mengeluarkan dan membacanya. Setiap minggu menulis 3-5 hal yang menurut
Anda adalah hal yang paling membahagiakan. Pertahankan nuansa menyegarkan, konten yang sering
berganti dan beragam semakin baik.

2. Pengabdian sepenuh hati (keterlibatan)

Senangi pekerjaan atau hobi Anda dengan sepenuh hati, dengan pencapaian mendasar maka Anda baru
akan merasa bahagia. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah hubungan interpersonal Anda. Menurut
penelitian ilmu psikologi, rasa keterhubungan antara manusia adalah alasan terpenting untuk membuat
orang merasa bahagia.

3. Makna hidup

Pikirkan dengan cermat dan temukan makna hidup Anda, selesaikanlah tujuan hidup yang Anda ingin
capai.

Sesungguhnya, kebahagiaan atau menderita bukan karena hal itu sendiri, melainkan adalah konsep dan
sikap kita dalam melihat permasalahan, sebagai penyair dari Inggris John Milton mengatakan: “Kesadaran
itu sendiri dapat membuat neraka menjadi surga, tetapi juga dapat mengobrak-abrik surga menjadi neraka.”
Selama kita dengan hati yang biasa, melakukan hal yang seharusnya dilakukan, mengikuti arus, seperti
yang dikatakan orang suci: “Melakukan dengan tidak berharap, senentiasa sudah berada di dalam Tao”,
dengan sendirinya kebahagiaan akan muncul.
— bersamaPhoebe Veronica Vie.
"MENDINGAN MUMPUNG DARIPADA MENTANG-MENTANG"
"MENTANG-MENTANG kaya, lu kira bisa suka-suka menginjak-nginjak harga diri gue?
Emangnya gue peduli sama harta elo. Kirain gue takut sama elo...? Sekarang juga gue resign...",
seorang karyawati berteriak kepada anak pemilik perusahaan, sambil membanting map berisi
berkas penting di atas meja.
Kemarahan karyawati ini memuncak ketika anak boss menuduh dirinya mengambil barang milik
perusahaan. Bukan itu saja, cercaan dan hinaan terus menerus dilontarkan anak boss secara
bertubi-tubi, sehingga melukai perasaan dan martabatnya.
Sementara itu, di tempat terpisah, di sebuah panti asuhan, seorang boss perusahaan ternama,
menyampaikan bantuan bulanannya kepada para anak yatim piatu.
Beliau berkata : "MUMPUNG saya masih diberi kemudahan dan kelebihan dalam hidup ini, maka
saya akan selalu mengulurkan tangan untuk membantu orang yang berkesusahan. Semoga
saya tetap diberi usia yang panjang untuk melakukan semua kebaikan ini..."
Serempak seluruh orang berseru : "Aminnn...."
Dua contoh peristiwa di atas, mengingatkan kita untuk menghindari prinsip hidup mentang-
mentang dan sebaliknya menjunjung tinggi prinsip hidup mumpung. Karena dengan menerapkan
perilaku "mentang-mentang", kita bakal mendapat hujatan dan dimusuhi. Sebaliknya dengan
berprinsip hidup "mumpung", kita justru akan mendapat doa pengharapan yang baik dan
disenangi oleh banyak orang.
MENTANG-MENTANG sedang berkuasa dan menjabat, seorang pemimpin secara sewenang-
wenang menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan golongannya.
MUMPUNG sedang berkuasa, seorang pemimpin seharusnya dapat menggunakan
kewenangannya untuk memakmurkan orang-orang yang dipimpinnya.
MENTANG-MENTANG dikarunai kecantikan dan ketampanan, seseorang gemar
menyombongkan diri dan merendahkan orang lain yang memiliki bentuk fisik yang tidak
sempurna.
MUMPUNG memiliki fisik yang rupawan, seseorang seharusnya memelihara anugerah tersebut,
bersikap lebih rendah hati dan memanfaatkan kelebihannya untuk kegiatan kemanusiaan yang
lebih berguna bagi orang lain.
MENTANG-MENTANG memiliki kepintaran, seseorang suka menyepelekan dan menghina
orang lain, melakukan penipuan dan kejahatan serta melakukan tindakan yang merugikan orang
banyak.
MUMPUNG pintar, seseorang seharusnya mendedikasikan ilmu dan kepintarannya untuk
menciptakan sesuatu yang berguna untuk kepentingan umat manusia.
MENTANG-MENTANG memiliki pengetahuan agama yang tinggi, seseorang menyalahgunakan
kelebihannya untuk menghasut para umatnya melakukan tindakan melanggar hukum, membenci
umat agama lain, melanggar perintah Tuhan dan ajaran agama.
MUMPUNG memiliki pengetahuan agama yang tinggi, seorang pemimpin agama seharusnya
mampu menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia lain serta bersikap toleransi kepada sesama.
MENTANG-MENTANG mempunyai banyak teman dan follower di medsos, seseorang suka
membuat status "sembarangan", yang penting followernya senang meskipun isinya bernuansa
fitnah, permusuhan, penghinaan dan berita hoax yang dapat menimbulkan pertengkaran dan
perpecahan.
MUMPUNG memiliki banyak fans dan follower, seseorang seharusnya membuat status yang
"sejuk" dan bukan memanas-manasi, boleh mengkritik tapi bukan untuk merendahkan martabat
manusia, melakukan sharing berita yang akurat dari sumber yang kredibel dan menyediakan
ruang pembelajaran bagi para follower sehingga bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
MENTANG-MENTANG sedang berkelebihan, seseorang gemar untuk berfoya-foya, melebih-
lebihkan pemenuhan kebutuhan hidupnya, menghambur-hamburkan uang untuk barang yang
kurang berguna, memesan banyak makanan yang berujung pada ketidakmampuan
menghabiskannya dan bahkan suka memamerkan kelebihannya diantara orang-orang yang
kekurangan.
MUMPUNG berlebih, seseorang seharusnya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan wajar
sesuai kemanfaatannya, menyisihkan sebagian yang dimilikinya untuk berbagi dan sebagian lagi
untuk menabung, yang dapat digunakan pada saat kondisi kekurangan dan di masa tua kelak.
Sobatku yang budiman...
Lebih baik mumpung daripada mentang-mentang, namun bukan aji mumpung.
Manfaatkanlah semua kelebihan yang dimiliki untuk kebaikan semua orang, bukan justru untuk
merendahkan harga diri dan kehormatan umat manusia lain.
Sebab, di akhir perjalanan hidup, kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan Sang
Pencipta, atas semua yang pernah kita lakukan selama hidup.

Anda mungkin juga menyukai