Anda di halaman 1dari 14

Erosi Mental, Distorsi Pikiran

SERI 01: Budak Hasrat Strata Sosial

“Kau membeli Iphone bukan karena fitur yang disajikan dalam barang tersebut, kau hanya ingin
membeli gengsi yang ada dibaliknya.”

“Kau berlibur ke tempat yang populer bukan karena kau mendambakan suasana yang ada di
tempat itu, melainkan kau hanya ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain.”

“Memaksakan diri membeli sesuatu yang terlihat mewah dan glamour demi mendapatkan
perhatian tidak lah membuat hidupmu semakin membaik. Kau hanya membuat penderitaan yang
seharusnya tidak ada.”

Padahal hidup tak seindah feedstory orang liburan di instagram.

tak seromantis drama korea.

tak selucu prank di youtube.

tak seperti itu yang sebenarnya terjadi kawan.

Tapi mungkin kau memang sudah jadi pecandu yang selalu sakau dengan kebahagian dan
pencapaian yang semu.

Maka tak heran apabila selalu yang instan membuat kita jadi tak sabaran, tak fokus,
selalu merasa jenuh, tak pernah puas atau terlalu menjadi gampang puas, bersyukur hanya pada
medsos untuk sekedar pembuktian, malas untuk hal yang lebih penting untuk hidup, dan kelewat
rajin untuk melakukan hal yang tak berguna.

Takut ketinggalan sesuatu yang sedang hits, tetapi malah meninggalkan mimpi kita sendiri.

*****
SERI 02: Mahluk Super Duper Tidak Berguna

"Penemuan terbesar generasi manusia adalah seorang manusia dapat mengubah kehidupannya
hanya dengan mengubah kebiasaanya." - William James

Sebuah ‘Klik’ merupakan jalan tikus menuju suatu adiksi, akses untuk mendapatkan
kesenangan instan, pemenuh hasrat, dan pembunuh waktu.

Kita membanjiri otak dengan dopamin setiap kali kita bermain game, bersosial media,
browsing tanpa tujuan yang jelas, buka youtube tak tentu arah, atau membuka pornografi melalui
sentuhan jari di handpohne, dan itu adalah eskapisme kita.

Memang tidak ada yang salah dari hal-hal diatas, bahkan untuk beberapa orang semua itu
merupakan ladang penghasilan mereka. Tapi jika kamu bukan bagian dari lingkaran tersebut,
saya punya beberapa pertanyaan;

kapan terakhir kali kamu nongkrong tanpanya?


kapan terakhir kali kamu bersenang-senang tanpanya?
kapan terakhir kali kamu berlibur tanpanya?
Kapan terakhir kali kamu sanggup tanpanya?
Apapun alasanmu, aku bisa mengetahui jawaban yang sebenarnya.
Sekarang bayangkan suatu hari kamu tidak dapat mengaskes internet atau menggunakan
handphone kesayanganmu lalu apa yang akan terjadi padamu?

Kau akan mati, padahal masih hidup.

*****

“Mempeluas pertemanan memanglah membuka peluang dengan kemungkinan tak terbatas, ada
peluang yang membuat mu semakin pandai di kehidupan, ada pula peluang untuk hancurnya dirimu
karena pertemanan tersebut. Jadi apa kau yakin untuk mengambil resiko yang tidak pernah kamu
bayangkan?”
SERI 03: Terleka Arus Masa Lampau

Semua orang sepakat bila kita memang sangat suka bernostalgia dengan masa lalu yang
menghantui sekaligus memanjakan. Ada yang mengenangnya karena ingin menertawakannya
kembali, ada juga yang mengenang karena masih terlarut sedih karena momen itu terlewat begitu
saja.

Momen-momen yang pudar termakan oleh waktu seketika terputar jelas saat kita
mengingatnya dengan perasaan yang mendalam, entah mengapa semua orang selalu
menginginkan hal indah tersebut berputar kembali layaknya film tiada akhir. Mungkin reka
ulang adegan dapat dilakukan tapi masalahnya suasana hati dan experience-nya tidak akan kita
dapatkan kembali.

Oke kita boleh mencoba merenungkannya lebih dalam lagi, resapi secara menyeluruh,
hayati sampai tidak ada yang tersisa lagi. Namun setelahnya kita harus sadar dan mengakui
bahwa memang itulah masa lalu yang kita rasakan,

jangan pernah melupakannya, tapi tidak menjadikan dirimu sosok yang penyesal.

jangan pergi menghindarinya, tapi tidak harus melekat terus menerus dengannya.

Jangan pernah mengacuhkannya, tapi tidak merembah masuk jauh ke dalamnya.

Bagaimanapun indahnya suatu kenangan, ia hanya akan tetap menjadi kenangan bukan?

Lagipula kehidupan sifatnya sistematis dan akumulatif. Kita adalah produksi


berkelanjutan dari seluruh masa lalu kita, semua orang-orang yang pernah kita kenal dan menjadi
bagian kisah kita adalah orang-orang yang memiliki kontribusi terhadap hidup kita juga.

Pointnya adalah, kamu tidak akan pernah berada di titik sekarang jika kamu tidak
melewati masa lalu atau terhambat karenanya. Cukup simpan memori itu baik-baik dan gunakan
sebagai landasan pacu hidupmu agar menjadi lebih baik.

Masa lalu milikmu hanya lah milik mu seorang.

*****
SERI 04: Sebuah Pohon Permulaan

“Jika seorang manusia dinilai harus taat beragama, baik tutur katanya, dan sopan tingkah
lakunya. Maka aku bukan seorang manusia menurut sudut pandang kacamata tersebut.”

-Ienza Farazika

Apa arti dari kata-kata motivasi, “Jadilah dirimu sendiri!”

Memberi jarak dengan orang lain dan tidak membiarkan mereka memasuki ruang lingkupmu?

Apakah membuat suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh orang lain?

Atau menjadi pribadi yang berbeda dari orang lain?

Mungkin menjadi diri sendiri berarti kita jujur terhadap diri kita sendiri dan melakukan
hal yang sesuai dengan kapasitas dan kemauan kita. Tapi disaat aku menjadi pribadi yang
menyebalkan, tidak mengindahkan tutur kata, atau bertingkah tidak seperti orang pada umumnya
yang dimana itu semua merupakan diri ku sendiri, aku malah di-cap kurang baik.

Dimana kesimpulan kata-kata yang awal tadi disebut?

Apakah hanya kata-kata pemanis? Atau bisa juga aku salah mengartikannya.

Para ilmuwan cendikiawan, orang-orang revolusioner, dan berbagai macam pegiat seni
lainnya bisa terkenal karena diri mereka berbeda dari orang lain secara pola pikir, sudut pandang,
dan ide-ide briliantnya. Bahkan sebagian besar dari mereka dianggap gila sebelum mereka
dikenal luas.

“Jenius itu hanya satu tingkat di atas gila” -Dari orang yang tidak ingin disebut namanya.

Sebab itu, aku akan menjadi diriku sendiri dan kau harus menjadi diri mu sendiri juga.
Karena sedari awal kita memang bukan berlomba mencari siapa yang terbaik dan siapa yang
lebih mulia.

Bisakah kita bergandengan tangan dan menempuh hidup yang lebih damai?

*****
SERI 05: Amunisi Mumpuni

Cara paling mudah untuk gagal adalah menjadi orang yang cepat bosan lalu menunda
yang sedang dikerjakan, melompat dari satu hal ke hal yang lain, berlari dari satu kebosanan ke
kebosanan lainnya.Dan cara paling gampang mencapai apapun yang kita inginkan adalah dengan
mengerjakannya, nikmati perkembangannya, lalu temukan pemicunya, dan jangan pernah bosan
untuk melakukannya.

“Aku takut merasa bosan, Aku tidak ingin merasa bosan”. HAHAHA, sebuah alasan
klasik untuk menunda, bermalas-malasan, atau kabur dari sebuah keadaan yang sulit dan tidak
menyenangkan. Orang yang cepat bosan adalah mereka yang paling mudah digoda oleh hiburan
berbagai jenis recehan serta segala macam cara instan yang sesungguhnya tidak pernah ada.

Belajar, berlatih, dan mencoba menjalani serangkaian rutinitas dan senantiasa


menghormati proses panjang sebelum mencapai apa yang pada akhirnya kita raih.

Otot tak dapat dibentuk dengan hanya latihan dalam waktu satu bulan saja.

Keahlian tidak didapat dari sekolah paling hebat atau mengikuti kursus paling terkenal.

Iman tidak dibangun dengan pergi ke tempat ibadah hanya pada saat hari raya.

Semua itu didapatkan bukan dari waktu yang sedikit, melainkan dari kajian yang panjang
dan disiplin secara terus-menerus. Di pandangan umum, kesuksesan memang terlihat sebagai
sesuatu yang glamor, mewah, dan bahagia.

Hanya saja ia tidak diciptakan dalam satu malam. Ada jalan-jalan panjang nan
menyakitkan sebelum sukses itu datang. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, dan
bertahun-tahun yang penuh disiplin, komitmen, rutinitas, repetisi, persistensi, dan konsistensi
yang sudah pasti pada suatu titik akan terasa sangat membosankan.

Ketika membuat tulisan ini saya sendiri sedang belajar untuk mengahadapi rasa bosan,
bahkan dengan metode yang paling membosankan.

Tapi mengapa aku bisa menghadapi kebosanan ini?

Jawabannya mudah, Aku ingin melindungi hari-hari damai ku dari pada nanti harus
menggantungkan hidup pada pilihan yang super tidak aman.
SERI 06: Jangan Seperti Lemming

“Ada arah tetapi tidak memiliki tujuan hidup” -Carl R.Rogers

Lemming adalah hewan pengerat kecil, yang biasanya ditemukan di dekat kutub utara
dalam biomasa tundra. Lemmings membentuk subfamili Arvicolinae bersama dengan voles dan
muskrat, yang membentuk bagian dari superfamili Muroidea, yang juga termasuk tikus, hamster,
dan gebril. (Wikipedia)

Salah satu keunikan hewan ini adalah perilaku mereka yang dikenal sering melakukan
bunuh diri dengan melompati tebing dan terjun ke laut. Umumnya akan ada satu ekor lemming
yang melompat dari tebing lalu kawanan yang lainnya akan mengikuti beriringan.

Ada sebuah pengaruh psikologis yang dikenal sebagai “efek lemming”, seperti perilaku
kawanan lemming itu sendiri yang cenderung “ikut-ikutan” tanpa sebab hanya karena melihat
yang di depan mereka melompat dari tebing dan terjun, akhirnya mereka juga ikut melompat.

Efek ini seringkali menggejala di internet atau media sosial. Orang-orang yang terkena
sindrom ini punya kecenderungan untuk menyangkal suatu argumen sekiranya panutan atau bias
mereka tidak sependapat dengan hal yang dibicarakan.

“Manusia Lemming” sesungguhnya tidak mampu memikul tanggung jawab atau tekanan
sosial. Soal betul atau tidaknya suatu argumen, mereka selalu meyakini apa yang dikatakan oleh
tokoh panutan mereka. Pikiran mereka selalu tertutup, tak pernah mau merubah keyakinan
mereka yang keliru, dan cenderung melawan jika diberi nasihat dan arahan yang baik.

“Manusia Lemming” amat rentan untuk jadi sasaran dis-informasi dan dengan mudah
menelan begitu saja fakta-fakta berita yang kalau diverifikasi lebih lanjut, sebetulnya tak lebih
dari dongeng atau cerita fiksi belaka.

Cara berpikir yang logis, terbuka dan bebas, kurasa merupakan langkah awal untuk
melepaskan diri dari belenggu yang mengikat orang-orang yang telah menjadi “Manusia
Lemming”.

Menurutku boleh saja jika kita mengidolakan seseorang dan mencontoh perilaku dari
orang yang kita idolakan adalah sebuah hal yang wajar.

Tapi jika sampai hal itu membuat dirimu menutup sebelah mata dan membiarkan suatu
kebenaran dipelintir habis, kurasa ada yang salah dengan mindset cara mengidolakan seseorang
di pikiran mu.
SERI 07: Pemalas atau Tak Punya Tekad?

Orang pemalas selalu dianggap sama dengan mereka yang tidak punya tekad. Padahal
jika dipikir-pikir lagi, mereka adalah dua cabang yang berbeda. Para pemalas selalu menemukan
cara pintar nan unik agar mereka bisa bermalas-malasan tanpa harus mmengabaikan pekerjaan
mereka. Sedangkan mereka yang tidak punya tekad kebanyakan tidak melakukan apa-apa untuk
hidup mereka dan cenderung selalu menyalahkan keadaan.

Pemalas yang cerdas sangat berbanding jauh dengan mereka yang tidak punya tekad.
Mereka yang pemalas selalu menemukan cara mudah untuk mengerjakan hal yangt sulit,
mempunyai pikiran yang berstruktur unik nan revolusioner,dan selalu mencari tahu bagaimana
trik untuk memintas suatu permasalahan.

Bahkan Bill Gates pernah berkata, “Saya selalu memilih orang malas untuk melakukan
pekerjaan berat karena orang malas akan menemukan cara mudah untuk melakukannya.”

Lalu setelah itu kamu masih berpikiran bahwa orang pemalas dan orang yang tidak punya
tekad adalah satu kesatuan yang sama?

Aku bisa mengkategorikan diriku sebagai seorang pemalas, malas untuk bersosialisasi
terlalu lama, malas untuk berpergian ke luar, malas untuk melakukan kegiatan eksternal yang
berat, dan masih banyak lagi kemalasan ku yang lain.

Bukan tanpa sebab aku malas melakukan hal-hal diatas, aku malas untuk bersosialiasi
karena berdasarkan pengalaman pribadiku hal itu malah membuat kebahagian yang ada di dalam
diri lenyap entah kemana. Aku malas berpergian ke luar karena menurutku hanya akan membuat
ide-ide cemerlang yang ada di otak akan tertumpuk begitu saja kemudian menjadi sampah. Aku
malas melakukan aktivitas ekseternal yang berat karena itu akan membuat diriku kelelahan dan
mengakibatkan diriku tidak bisa berpikir dengan baik.

Aku sering menghabiskan waktu dengan duduk dan merenung di depan layar komputer
atau hanya sekedar bermain game yang menurut orang lain itu adalah hal yang sia-sia, tapi justru
karena hal tersebut ide-ide yang ada di otak semakin melimpah.

Aku semakin tidak mengerti dengan pemikiran orang-orang yang seperti itu, mungkin
menurut mereka diriku adalah sosok yang tidak memiliki tekad dan hanya menunggu
keberuntungan datang menjemput. Tapi yang sebenarnya terjadi mungkin sebaliknya, apakah
benar begitu? Hahahaha~~~

Jadi jika kamu sekarang sedang berada di atas kasur sambil bermalas-malasan, jangan
merasa bersalah atas apa yang kamu lakukan, keep it on yourself...
SERI 08: Tidak ada yang paling benar saat berproses menjadi benar

“Sejatinya kebenaran dan kebaikan hanya akan jadi benalu jika disampaikan dengan cara-
cara yang buruk. Pula sebaliknya, kejahatan dan kebohongan akan dipandang sebagai suatu
keabsahan jika disampaikan dengan cara-cara yang elok” –Robi Aulia Abdi

Sebenarnya apa dasar mutlak manusia bisa dikatakan sebagai orang benar?

Apa dengan cara selalu menyampaikan kebenaran terus-menerus?

Apa selalu berlaku baik pada semua orang tanpa harus pandang bulu?

Berdasarkan pengalaman pribadi ku, sebuah kebenaran sejati seorang manusia berada
jauh di dalam hati nurani. Ia merupakan akar muasal dan sumber yang sudah ada sejak mansuia
dilahirkan. Lalu mengapa kebanyakan manusia tidak menyadari secara penuh keberadaan hati
nuraninya sendiri?

Oh mungkin cara hidup kita yang salah membuatnya tertutup, mungkin saja kita sedang
berjalan menuju ke arah yang benar, mungkin juga kita sadar itu adalah hal yang salah namun
kita tidak tahu harus berbuat apa.

Yang jelas kita para manusia tidak akan pernah selalu benar di berbagai kondisi. Sebagai
contoh, salah satu tokoh agama sepatutnya disenangi dan dicintai oleh masyarakat, namun ada
saja yang membencinya karena beberapa alasan dan kepentingan.

Intinya adalah suatu kebenaran sampai akhir akan tetap menjadi kebenaran, hanya saja
terkadang beberapa orang salah mengartikan sehingga muncul berbagai spekulasi melenceng
lainnya.
SERI 09: Siratan Kata Rahasia

Aku sangat suka merangkai kata-kata apapun jenisnya, sebab aku memang menyukai
kata-kata indah bernuansa elok nan estetika. Alasan pertama ku ingin menulis pun karena perihal
tersebut.

Sebuah kata-kata mempunyai kekuatannya tersendiri, aku percaya hal ini setengah mati.
Untuk sekedar contoh saja, coba kamu bayangkan jika sebuah lirik lagu dimuat dengan kata yang
biasa-biasa saja, akan membosankan bukan?

Kekuatan kata-kata bisa berbentuk positif dan juga negatif, bentuk output dari kata-kata
positif biasanya bersifat membangun, memotivasi, menguatkan dan menyentuh sanubari kita.
Output kata-kata negatif adalah kebalikannya, yaitu bersifat merusak, meruntuhkan,membunuh
dan melemahkan mental kita.

Kata-kata selalu berkaitan erat dengan sebuah perasaan. Sadarkah kamu bahwasanya kita
sering sekali melontarkan kata-kata rahasia yang dimana hanya kita sendiri yang mengetahui
artinya? Aku pun baru menyadari hal ini.

Diri ku sering melontarkan kata-kata seperti:

“Ayo lah pasti bisa, yakin aja.”

“Masa kayak gini doang gue gak bisa, kayak bukan gue aja”

“Haha, ngerasa kalah sama yang begini? Hell No!!”

Hmm, terdengar sombong dan terlalu optimis ya, padahal realitas yang sedang terjadi
amat sangat menyulitkan namun diriku di saat itu seakan-akan sudah menguasai medan
pertempuran yang sesungguhnya.Ini merupakan salah satu cara ku untuk menaklukan rasa takut
dan keraguan yang ada dalam diri.

Tanpa kata-kata tersebut, mungkin saja aku sudah menyerah sebelum menjalaninya.

Tanpa dorongan buatan tersebut, mungkin saja aku sudah mengehentikan langkahku.

Tanpa pacuan adrenalin tersebut, mungkin saja aku sudah jatuh terpukul oleh lawanku.

So listen guys, sebuah kata-kata mampu membuat kita mengubah perspektif situasi yang
sedang terjadi pada kita, dan kita dengan bebas bisa merubahnya semau kita sesuai dengan apa
yang kita butuhkan. Gunakan kata-kata dengan bijaksana pada setiap situasi agar kita selalu
dalam pilihan yang tepat.
SERI 10: Pekerjaan Yang Dicintai Sekaligus Dibenci

“Apa yang salah dengan pelacur? Adakah orang yang menulis di buku catatatannya, cita-
cita: pelacur. Mana yang lebih pantas dipertanyakan, takdir atau pelacur?” –Djenar Maesa Ayu

Untuk hidup di dunia ini kita perlu memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan,
tempat tinggal, dan pakaian. Yang dimana itu semua bisa dibeli dengan uang, cara mendapatkan
uang salah satunya ialah bekerja. Namun tidak semua orang bisa mendapatkan pekerjaan yang
layak dan sesuai dengan keinginan mereka.

Salah satu contoh pekerjaan yang tidak layak adalah PSK atau Pekerja Seks Komersial.
Banyak orang yang membencinya dan memandang mereka sebagai simbol keburukan yang
paling buruk. Tapi mengapa pekerjaan itu masih bisa eksis sampai sekarang? Sudah tentu
jawabannya karena mereka dicintai oleh lingkup peminatnya yang sangatlah banyak.

Bayangkan jika sekarang posisi mu saat ini adalah mereka, bagaimana hidup dengan
penuh kebencian sekaligus rasa cinta semu yang abadi. Sangat membingungkan bukan?

Aku yakin sebenarnya mereka awalnya enggan untuk bekerja sebagai wanita penghibur
dan jika mereka diberikan pekerjaan yang lebih layak mereka pasti mau.

Hanya saja kita para manusia selalu melihat orang lain melalui pandangan kita sendiri
tanpa memperdulikan pandangan dari orang lain. Mereka juga manusia kan, bahkan sebagian
dari mereka juga masih berdoa pada tuhan persis layaknya kita berdoa.

Lalu apa yang menjadi dasar mereka harus dibenci?

Apakah karena perbuatan mereka yang dianggap berdosa?

Apakah karena kita dianggap lebih mulia dan kita layak untuk menghakimi mereka?

Lantas jika mereka dianggap pantas masuk neraka, apakah ada jaminan dirimu pasti akan
ke surga?

Tidak ada bukan.


SERI 11: Bukan Masalah Serius
SERI 12: Menjadi Kuat Bukan untuk menghancurkan
SERI 13 : Setelah semua Pertanyaanmu terjawab, Lalu Apa?
SERI 14: Ujung Lembah Levania

Anda mungkin juga menyukai