Akhirnya mimpi yang dulu aku kira jauh, ternyata sekarang sedekat isi kepala dan
imajinasinya. Kesempatan luar biasa yang dulu aku tunggu dan mungkin sudah ditunggu
banyak manusia, kini akhirnya hadir. Dan sekarang, aku bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
manusia tenang, "Kapan nih kamu bikin buku?"
Terima kasih, untuk Allah SWT atas semua kesempatan berharga yang diberikan. Untuk
bapakku, semoga engkau tenang di alam sana, kini aku dewasa tanpa seorang Ayah. Untuk
ibuku, Siti Maesaroh, ibu yang selalu mengerti apa mauku, yang aku sayangi dari kecil sampai
tiada nanti. Untuk kakak-kakak ku, Usep Saepullah, Enduy Muhyiddin, Siti Nur'aiidah, Mukhtar
Perwira, dan adikku, Siti Fauziah, dan keluarga-keluargaku, Terimakasih sudah percaya pada
impian-impian saya.
Untuk admin Guepedia Penerbitan, Kak Kiara, dan para pengurus Guepedia yang lainnya,
yang banyak andil sampai akhirnya buku ini sampai ke pemiliknya, maaf kalau dibuku
pertamaku ini terlalu banyak revisi yang memusingkan kalian, dan semua yang sudah
mempercayai dan bekerjasama untuk membuat buku ini terbit (Semoga nanti saya kenal semua
nama-namanya). Terima kasih.
Untuk yang menemani dan membantuku sejauh ini, admin Rhyme Zetara Home, admin
Kahfi, juga pengurus Sadulur Sukabumi, Mohammad Evan. Untuk teman-teman kecilku, Dil
Fadhil, Arya Dillah, Robi Albary, Tari Rahayu, Wulan, dan Wike Lestari. Untuk teman
sepengertian yang seperti keluarga, Dira Noviyanti, Erni Daraihana, Puput Saputri, Siti Julaeha,
Dewi, dan Sakofa Maida. Untuk teman SMA yang seperti keluarga, Farhan, Muhsin & Muksin,
Lena, Nabila, Silvia, Resti, dan Ayu Wulandari. Untuk kalian, teman baru kuliahku yang
sekaligus menjadi rumah disaat saya sedang butuh tempat untuk rehat, Panji Watugunung,
Arya, Rio, Zein, Eriyawan, Nurdin, Zahra, Meilani, Ayu, Maya, dan yang lainnya.
Dan untuk kamu yang pernah datang dan singgah sebentar. Terima kasih, telah menjadi
manusia-manusia baik untukku. Untuk kalian teman-teman SD, Yudi, Deri, Reza, Firman, Lela,
Salma, Juga teman-teman saya yang di Facebook, Instagram, YouTube dan Twitter, Terima
Kasih, yang selalu menanti tulisan-tulisanku, ini buat kalian. Terima kasih sudah support saya
sampai sejauh ini.
Dan terakhir, untuk diriku sendiri, terima kasih mau diajak berjuang sampai sejauh ini.
Kuat-kuat, ya.
Salam,
Alfarezeel Firman.
Pengantar Perasaan
Kenangan adalah sesuatu yang terkadang menjelma jadi pisau, menusuk jantung yang
paling dalam. Aku seorang introvert !, Seseorang yang hanya suka bermain dengan kesendirian,
sendiri bukan berarti aku tak suka dengan keramaian, hanya saja aku lebih suka menikmati
kesunyian. Walaupun kadang banyak masalah yang datang bergantian, aku lebih suka
menanggung sendiri dan mencoba untuk bisa menyelesaikan masalah itu sendirian. Memang
terasa sangat berat, namun aku selalu bersyukur karena Allah SWT selalu membuka jalan
untukku.
Terkadang aku berpikir, sampai kapan aku harus menjadi penyendiri ?, Merasa hidup
sendirian, padahal ada banyak teman dan keluarga yang bisa menjadi tempat untuk bercerita,
bercengkerama dan bermain bersama. Tapi apalah daya, setiap kali aku mencoba untuk berbaur
dengan mereka, setiap itu pula aku merasa berbeda, dan akhirnya memilih untuk menyendiri.
Mereka bilang aku kesepian, duniaku mungkin berbeda dalam menentukan kebahagiaan. Dalam
sunyi aku menikmati ketenangan, dalam kesendirian aku mengenal diriku dan menghargai orang
lain. Mereka mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya hidupmu, bagaimana kesulitanmu, apa
saja yang sudah kau lewati, sebab yang mereka mampu hanyalah menilaimu.
Perjalanan hidup si introvert tak sesunyi apa yang orang lain katakan. Mereka punya cara
tersendiri dalam menciptakan bahagia dan mewarnai hidup. Introvert bukanlah orang yang
pendiam, juga bukan orang yang banyak bicara. Mereka hanya lebih suka menepatkan kapan
harus bicara dan kapan harus diam. Biasanya mereka lebih bisa ngomong banyak sama orang
yang mereka nyaman.
Buku ini bercerita tentang catatan-catatan kaum introvert, pembaca diajak menyelami
alam pikiran dan kejiwaan seorang introvert yang senantiasa gelisah, resah, dan ganduh, juga
konflik batin yang menyiksa dan bagaimana ia menemukan "teman" untuk mengisi
kesendiriannya dan membuat kehidupannya menjadi bermakna. Tak hanya itu, dalam buku ini,
sang introvert seolah curhat bernada menggugat atas dunia kaum ekstrovert yang dianggap sia-
sia, membuang waktu, tak bermutu dan tidak efektif.
Alfarezeel Firman.
DAFTAR ISI :
Ini bukan tentang kopi, senja ataupun asmara. Ini tentang pribadi yang sering kali disalahkan
arti. Beberapa orang menganggap saya pasif, karena memilih diam dari obrolan yang kurang
menarik. Padahal saya akan sangat aktif, bila membicarakan perihal yang menarik, bukan
obrolan yang lagi-lagi tentang gosip.
Mereka bilang, saya anti sosial karena sering kali menyendiri juga menyukai sepi. Sepi bagi saya
tempat berimajinasi, memikirkan perihal yang telah terjadi dengan membuat ruang diskusi
dalam pikiran sendiri. Dan menyendiri adalah tempat menjadi diri sendiri, tanpa harus ada yang
ditutup-tutupi.
Menyukai sepi dan menyendiri bukan berarti antipati, saya selalu menyempatkan diri untuk
bersosialisasi. Dengan memilih diksi yang berisi, bukan basa-basi tak ada isi yang seringkali
menyakiti hati. Bahkan ketika saya menilai suatu hal dari sudut pandang yang tak sama, kenapa
kalian harus marah ?
Kata itu seringkali ku ucapkan dalam hati, setiap kali aku berada diantara kerumunan orang.
Menyendiri didalam kamar, adalah salah satu hal yang paling nyaman untukku.
Tak meski berinteraksi, atau berbasa-basi tanpa isi. Berimajinasi dan berdiskusi dalam pikiran
sendiri. Bahkan, menyendiri menjadi waktu dimana aku ingin mengisi energi. Karena entah
kenapa, aku merasa begitu cepat lelah setiap kali aku bersosialisasi. Namun, aku bukanlah
antisosial.
Karena aku pun manusia biasa, yang seringkali membutuhkan orang lain. Bahkan, tak jarang
pula aku merasa sepi. Karena itu, aku pun seringkali menyempatkan diri untuk bersosialisasi.
Aku pun sering bermain, ikut bercanda tawa, dan berusaha untuk banyak berbicara.
Dan lalu, aku membutuhkan waktu untuk menyendiri kembali setelah Itu, untuk beristirahat,
dan memulihkan kembali energiku, sambil berdiskusi tentang apa yang telah terjadi hari itu.
Aku begitu menikmati waktuku ketika sendiri, atau hanya bersama beberapa orang yang bisa
saling menghargai. Disaat sendiri atau hanya dengan beberapa orang, aku bisa menjadi
pribadiku yang ceria dan gembira, pun apa adanya, tanpa harus berpura-pura.
Namun sebaliknya, bersama banyak orang malah seringkali membuatku merasa tidak baik-baik
saja. Sepi didalam keramaian, begitulah rasanya. Aku tak bisa mengemukakan apa yang ada
dalam pikiranku dengan mudah. Aku senang kala bertemu seseorang yang bisa memahami ku,
mendengarkan apa yang aku pikirkan, lalu jika aku salah ia membenarkan, tanpa cacian.
Dalam sebuah chattingan, aku bisa menjadi atraktif, namun disaat pertemuan seringkali aku
merasa canggung. Aku menjadi sangat pendiam pada orang-orang yang menurutku asing, dan
aku bisa banyak berbicara pada orang yang membuatku nyaman. Aku cenderung mengamati
kepribadian lawan bicaraku dan berhati-hati sebelum bersosialisasi.
Karena hari demi hari, tak jarang kutemui mereka yang sering berkata-kata sesuka hati, namun
tak pandai berkaca dari. Orang-orang bermuka dua dan pandai berdusta, pun mengadu domba.
Dari pada mendekati lalu tersakiti, lebih baik menghindari dan menyendiri, lalu berteman
dengan sepi. Aku tahu, bukan hanya aku yang seperti ini.
Aku tidak pernah memilih menjadi titik semesta paling asing. Aku tidak pernah mau menjadi
sendu yang paling sepi. Aku hanya kehilangan rasa yakin akan hidupku sendiri, aku terlanjur
kecewa dengan segala hal tentang manusia.
Jika kalau mereka bilang aku lemah, tidak masalah, memang beginilah aku, sosok manusia
paling lemah, yang hanya bisa menangisi hidupnya. Aku yang kata orang tidak mau keluar dari
bentengku sendiri, aku yang kata orang tidak pernah mau masuk ke dalam setiap perbincangan
orang-orang.
Tapi nyatanya aku hanya takut, rasa takut yang tidak pernah mampu aku atasi sendirian. Yang
berjuta kali aku sampaikan pada pemilik semesta, tapi nyatanya bukan itu jawabannya.
Aku yang tidak pernah mempunyai kesempatan untuk bercerita, tanganku yang tidak pernah
mendapatkan genggaman, pundakku yang masih terus berteriak meminta dekapan hangat. Aku
hanya diam karena aku tidak pernah tau harus apa, aku seorang paling tidak asik pun, karena
aku tidak tau harus bagaimana.
Mungkin hatiku sudah ikhlas dengan kata orang yang mencaci ku. Namun belum mampu aku
lepas dari bekasnya.
Jujur, aku marah dengan diriku. Tapi aku sadar, bahwa kemarahan ku tidak pernah lebih dari
rasa sayangku terhadap diriku sendiri, diri yang terus berusaha menyelesaikan segala masalah
sendiri tanpa tumpukan pesanan di telepon, juga tanpa balasan semangat dari kesedihan yang
ku ungkapkan lewat cerita sosial media. Diriku yang menahan tangis sendirian setiap saat,
diriku yang berhasil menyembunyikan segala luka dan berakhir dibenci semua orang.
Pada akhirnya aku jadi tahu, bahwasanya aku hanya belum sanggup untuk selesai dengan rasa
sakitku dimasa lalu tentang manusia, aku masih belum sekuat itu untuk dapat berdamai dengan
segala luka yang menghantamku dan berubah penuh hidupku.
AKU SI INTROVERT, BUKAN PEMALU DAN PENAKUT.
Bukan takut akan keramaian, hanya saja tidak suka kebisingan. Sendiri lebih tenang.
Aku bukan si pemalu. Aku berani bercengkerama dengan dunia luar, tapi aku malas berdebat.
Malas meladeni ocehan orang, malas ikut campur masalah sekitar, dan aku menyukai duniaku
sendiri.
Si pemalu susah menatap orang banyak, tapi si introvert bisa maju paling depan. Bukan
penakut, dia memilih segala hal, melakukan apa yang harus diselesaikan, dan tidak perduli
dengan apa yang bukan urusan pribadi. Sedikit bicara, banyak berfikir. Bahkan yang sudah
diucapkan masih terus dipikirkan.
Hanya saja, jika itu bukan urusanku, tidak akan berniat untuk membuang waktu
menanggapinya. Aku menyukai heningnya malam, berbincang dengan diriku sendiri. Sering
salah diartikan, introvert disamakan dengan pemalu, padahal tidak ada kaitannya sama sekali.
Pemalu cenderung gusar dan cemas saat berada di tempat ramai. Introvert akan tetap baik-baik
saja, tetapi bukan berarti dia menyukai keramaian, Lebih sering memikirkan kesalahan diri
sendiri dari pada repot memikirkan kesalahan orang lain.
Tidak menyukai berteman dengan banyak orang, memilih sedikit teman, tapi berkualitas.
Sebelum melakukan sesuatu, akan memilih menelusurinya terlebih dulu, tidak serta merta
melakukan hal baru.
Bukan aku sombong, aku cuman seorang introvert. Bukan aku anti sosial, aku juga bukan orang
yang sombong, dan aku pun bukan orang yang kaku. Hanya saja, untuk menjadi orang yang
mengawali percakapan, itu yang berat bagiku. It’s easy for me because i’m an introvert.
Bukan aku pilih-pilih teman. Bagiku berbicara terlalu lebar dengan orang yang belum terlalu
dekat itu perbuatan yang asing. Aku butuh mengenal lebih dalam seseorang yang benar-benar
ingin aku kenal.
Bukan aku enggak mau gaul, tapi aku butuh waktu untuk menikmati suasana kedamaian dalam
kesendirian. Because, i’m an introvert.
Ketika kamu benar-benar mengenalku, dan aku mengenalmu, karakter yang kau anggap kaku,
anti sosial, dan sombong ini, akan berbicara :
Memotivasimu dengan rangkaian kata yang penuh dengan makna, nasihat-nasihat eksklusif
akan kamu dengar dengan hikmah dan sejuta kejutan lain yang akan kamu temukan dalam
diriku.
Aku hanya butuh waktu untuk benar-benar asik, aku butuh mengenal lebih dalam untuk aku
jadikan sebagai partner ternyaman.
Menjadi seorang introver bukan berarti enggak bisa berkembang, banyak hal yang bisa
diperjuangkan.
Salah satunya...
Maaf ya, aku orangnya memang seperti ini, tidak mudah berbaur dengan yang lain.
Bercerita dan bercanda, aku memang kurang ahli dalam hal itu, aku lebih senang menjadi
seorang pendengar.
Tapi ceritaku adanya cuman begini-begini saja, tidak ada yang menarik, aku yakin mereka tidak
akan tertarik.
Untuk itu, aku lebih sering memendam semuanya sendiri, mencari solusi, dan menemukan jalan
keluar sendiri. Entah itu tepat atau kurang tepat, setidaknya aku tidak salah tempat untuk
bercerita.
Ada ku, sering dianggap tidak ada, dan lebih ku juga sering ditiadakan.
Semakin lama...
Semakin kesini...
Semakin membingungkan...
Aku bersyukur atas seluruh hal yang telah Allah titipkan kepadaku, beserta kurang dan lebihnya
keadaanku sekarang. Tidak masalah bila aku tak terlalu tinggi, tidak masalah bila aku tak
terlalu rupawan, tidak masalah jika mataku berbeda dari orang-orang.
Itu semuanya adalah mahakarya terbaik dari pencipta atas penciptaan diriku.
Begitupun kamu...
Saat fisikmu terlihat tidak sempurna, kau seharusnya tetap bersyukur. Mungkin kakimu
memiliki kelainan, matamu sedikit berbeda, telingamu bentuknya lebih besar dari kebanyakan
orang. Tak mengapa, untuk apa kau bersedih, disaat Allah memberikan mu nafas, agar kau bisa
hidup di dunia ini.
Mulut manusia memang sesekali menyiksa telinga, saat mereka mempertanyakan fisikmu :
Hari ini, telah banyak kita temui, orang-orang yang terus membahas segala sesuatu yang tak
seharusnya dibahas. Tidak ada orang yang ingin terlihat cacat, tidak ada orang yang ingin punya
fisik yang buruk.
Dunia ini terlalu kejam untuk orang-orang yang punya kekurangan. Tapi Allah selalu adil untuk
para hamba-Nya. Mungkin fisikmu tidak sempurna hari ini, tapi Allah menakdirkanmu dari
keluarga yang hampir sempurna cintanya kepadaku.
Karena pada akhirnya aku mengerti, apa yang ada pada diriku hari ini adalah mahakarya terbaik
darinya.
SANDIWARA
Melelahkan bukan?
Saat kembali,
Lantas bagaimana dengan rasa ini, apakah bisa ditutup dengan kata ‘ iya santai saja’?
Aku tertunduk.
MEMBINGUNGKAN
Membingungkan,
Hai...
Julukanku memang berbeda disetiap kepala, bukan karena sifatku yang berubah-ubah. Tapi,
karena keegoisan mereka, yang dengan lantang meneriakkan opininya. Hingga fakta dari diriku
yang sebenarnya, tak pernah terdengar.
Bagi mereka, aku adalah sosok yang berbeda. Aku begitu kurang suka keramaian. Aku lebih
suka menghabiskan waktuku diruangan redup, bersama dengan keheningan.
Membaca buku, menonton film, dan mendengarkan musik. Atau terkadang, berbicara dengan
diriku sendiri ketika merasa kesepian. Sebab itulah, tak begitu banyak bibir manusia yang
menyebutku “Teman” ataupun “Kawan”.
Karena menurut mereka, aku berbeda. Hobiku terlalu membosankan, dan keseharianku, tak
sedikitpun terlihat menyenangkan. Padahal, aku tak pernah menuntut orang lain untuk
menyukai duniaku. Ketika dia ingin aku sebut teman, dan aku tak pernah menyuruh orang lain
duduk diruangan redup, lalu menghabiskan waktunya bersamaku seharian, hanya untuk bisa
ku panggil kawan.
Tapi, orang lain serasa menuntutku harus sama, ketika ingin masuk circle mereka. Aku pernah
berpura-pura suka, hanya untuk bisa diajak bicara, dan aku pernah berpura-pura mengerti,
hanya untuk bisa diajak bercerita.
Aku selalu diam, bukan berarti tak bisa bercerita. Aku hanya lebih memilih mendengarkan.
Karena untuk berbicara, kisahku terlalu membosankan untuk diceritakan.
Meski sesekali aku juga ingin bercerita.
Membicarakan hobiku, atau bahkan keluh kesahku kepada mereka. Tapi, aku tak ingin merusak
suasana, dan lebih memilih diam, sembari mengubur keinginan itu dalam-dalam.
Tapi, aku juga punya sisi yang sama, yaitu manusia. Dan seperti manusia lainnya, aku juga
punya hak untuk mendapatkan pengakuan. Perhatian, ditemani, atau setidaknya, dihargai.
Sesekali, aku juga suka keluar. Sembari memastikan, siapa saja yang masih sudi melempar
sapaan. Atau hanya sekedar mengukir senyuman, ketika bertatap muka denganku dijalan.
Aku juga suka mencoba untuk berbaur dengan orang-orang. Sekedar mencari kenalan, atau
mungkin kawan. Karena aku juga tak ingin ditemani, hanya karena rasa kasihan. Meski hanya
beberapa dari mereka yang perduli. Setidaknya, aku tak mengemis perihal perhatian ataupun
pertemanan.
Tapi, aku bisa terbuka pada siapa saja. Aku bisa menerima mereka yang berbeda denganku. Aku
juga suka mendengarkan cerita mereka yang jarang bermain bersamaku.
Jika mereka menganggapku, dengan senang hati aku menerimanya. Dan jika mereka hanya
memanfaatkanku, dengan lapang dada aku memaafkannya.
Terimakasih...
Untuk siapapun yang bisa mengerti aku, memahami kepribadianku, bahkan bisa menerima
perbedaanku. Dan terimakasih untuk siapapun, yang senang berkenalan denganku.
Si pribadi yang tertutup, si pribadi yang membosankan.
INTROVERT DAN PERJALANAN HIDUPNYA
Aku tidak bisa mengingkari fakta jika aku tidak mudah bergaul dengan banyak orang. Cuman,
aku yang sekarang lebih baik dari aku yang dulu.
Mengapa ?
Sebab, aku yang sekarang memiliki banyak teman ketimbang aku yang dulu.
Iya, dulu aku sangat tertutup dan enggak ke sembarang orang aku mau bicara. Sekarang sifat
tertutup ku masih ada, bedanya mulai ada keterbukaan.
Ketika aku bertemu dengan teman ku, paling aku senyum, itupun jika dia lihat aku dan aku
lihat dia. Karena dibangku kuliah kursinya berdempet-dempetan, kadang aku juga ikut respon
kalau teman ngajak bicara.
Ya, enggak banyak sih responku, tapi itu jauh lebih baik dari responku yang dulu. Perubahan itu
ada, entah terlihat atau tidak, tapi aku merasakannya.
PERIHAL MIMPI
Perihal mimpi,
Dan baginya,
Mimpinya adalah.. menjadi manusia baik yang bisa meninggalkan jejak wangi untuk orang-orang
yang mengenalnya.
SEPI
Walau rasanya ingin meluapkan tetapi aku lebih memilih untuk membisu
Benar-benar ditinggalkan,
Aku belajar untuk tidak lagi menyalahkan hidup, menyalahkan setiap hal yang tak pernah bisa
kugapai. Sampai dimana pun aku nanti, aku yakin perjalanan itulah yang telah tertulis didalam
takdirku.
Aku sadar bahwa akan ada waktu dimana mereka akan pergi dari hidupku.
Bukan, Tapi tentang aku yang memaknai hidup ku lebih dari kata mampu
Memaknai seberapa berarti nya aku di antara orang-orang hebat di sekeliling ku.
SEBUAH PERJALANAN HIDUP
Aku selalu berpikir, bahwa menjadi dirimu itu menyenangkan. Kau punya orang tua yang
membesarkanmu dengan baik, apapun yang kau minta, mereka akan memberinya, beserta
potongan kecil kebahagiaan yang selalu membuatmu tersenyum.
Namun, takdir telah menyeretku sejauh ini untuk terus melanjutkan hidup, dan aku melihat
kehidupan demi kehidupan yang lebih hancur dariku. Aku telah membuang semua keinginanku
untuk bermimpi hidup seperti orang lain, dan bersyukur atas kehidupanku.
Sampai hari ini, tidak ada yang jauh lebih membanggakan dari yang lain, selain terus menjadi
pribadi yang lebih baik.
Aku berhenti membuat target utama dalam hidup, untuk mengalahkan orang lain, dan aku ingin
mengalahkan diriku sendiri.
AKU TELAH MENEMUKAN BANYAK JURANG DIDALAM HIDUP
Berkali-kali aku terjebak disana dan berkali-kali aku terpeleset hingga jatuh. Berharap ada yang
menolong, aku hanya semakin tersiksa, tidak ada yang mendengar teriakanku, tidak ada yang
melihatku didalam kebut segelap itu. Sejak hari ini aku mengerti, bahwa aku tidak bisa berharap
pada siapapun kecuali dengan diriku sendiri.
Dimasa-masa sulitku, aku berjuang sendiri untuk menyembuhkannya. Aku menarik diriku
keluar dari jurang yang paling berbahaya didalam hidup dan jurang itu bernama “DEPRESI”.
Hari itu aku berharap ada seseorang yang mampu menarikku dari sana, namun tidak ada
satupun dari mereka yang menemukanku.
Hari itu aku mencari rumah, untuk menampung semua rasa sakitku, mencari telinga yang siap
mendengar apa yang tengah aku rasakan, lagi-lagi tidak ada satu orangpun yang
membukakanku pintu.
Sejak hari itu aku menyadari, bahwa aku tidak bisa mengandalkan siapapun, kecuali diriku
sendiri, apa lagi disaat semua manusia sedang sibuk dengan urusannya.
MENYEDERHANAKAN HIDUP
Aku tidak bisa memastikan bagaimana keadaanku dimasa yang akan datang, sebagaimana aku
tak bisa merubah keadaanku dimasa lalu.
Jika memang esok hari, aku ditakdirkan menjadi orang yang kaya, aku sungguh bersyukur akan
karunia yang ada. Kalaupun tidak, aku akan jauh lebih bersyukur karena hisab ku tak akan
lama.
Sungguh, seluruh hidup ini, adalah kehendak Allah. Baik hidayah, kefakiran, kekayaan, dan
kebahagiaan. Tugasmu sebagai manusia hanya menjalankan bagian yang telah ia berikan, dan
menjalankannya dengan sebaik-baik pertanggung jawaban.
AKU MEMANG SEPERTI INI, SELALU INGIN MENYENDIRI KETIKA MASALAHKU TERLALU
RUMIT.
Dengan kesendirianku,
Inilah kehidupan...
Kita tak pernah tau bagaimana takdir di tuliskan.
Aku. . .
Yang tak tau apa yang harus aku lakukan dan kemana aku pergi, meski tersedia tempat yang
bagus dengan segala sesuatu yang ada. Tapi, aku terpenjara sunyi dan terbelenggu sepi.
Entah. . .
Hanya itu. . .
AKU PERNAH INSECURE DENGAN DIRIKU SENDIRI
Melihat keberhasilan orang lain, membuatku semakin terlihat menyedihkan. Aku yang biasa-
biasa saja seakan-akan tak terlihat.
Tanpa sadar, apa yang aku lakukan ini justru menunjukkan ke tidak mampuanku mencapai
sesuatu.
MENGURUNG DIRI DALAM KESEDIHAN YANG TAK BERUJUNG
Pada akhirnya,
Tak ada yang mendengarnya, tak peduli seberapa keras dia bersuara.
Dengan harapan akan ada yang mendengarkan suaranya meski hanya sekali,
Hidup itu bukan di nilai dari seberapa besarnya ujian yang menimpa mu,
Dan di lihat dari seberapa luas nya hati yang kamu miliki.
Kamu tahu?
Sebab jika ikhlas menjalankan maka kita tak akan pernah berharap imbalan apalagi pujian.
Sendirian,
Ialah senja,
Kaulah senja,
Sebenarnya banyak sekali yang ingin aku keluhkan, tapi gak tahu mau ngeluh ke siapa. Saat
seorang teman mengira bahwa aku terlihat baik-baik saja, dan mengatakan bahwa aku orang
yang selalu bahagia, maka di situ aku hanya bisa berkata.
Sebenarnya aku bukanlah seseorang yang selalu tabah, seseorang yang kamu lihat pada diriku
ialah seseorang yang berkali kali memilih putus asa. Tawa yang kamu lihat di raut wajahku
adalah tawa yang menyimpan banyak luka. Tapi aku selalu sadar, bahwa dunia memang
seharusnya tempat uji coba, tempat segala keluh kesah, tempatnya pahit.
Hal yang membuatku masih bertahan hingga sekuat ini, adalah karena aku melihat orang-orang
di sekelilingku bahagia, itu seakan-akan membuatku lebih dari cukup, seperti memberikanku
kekuatan, karena kuatku untuk orang lain, dan kekuatan ku juga dari orang lain.
Bahkan sehari saja aku tidak tertawa, di situ mereka selalu punya cara untuk membuatku agar
bisa tertawa. Karena secara tidak sadar mereka juga mengajarkanku untuk selalu terlihat
bahagia meskipun saat kondisi sedang terluka.
Namun mereka juga sadar, bahwa mereka tidak bisa menggantikan tempat keluhku.
HATI YANG BERISIK
Sebagai makhluk sosial tidak bisa dipungkiri, kita hidup di kelilingi begitu banyak orang.
Entah itu keluarga yang kita kenal sejak di lahirkan, atau mereka yang asing namun semakin
dekat dan menjadi tersayang.
Mungkin kita sering heran mengapa dari sekian banyak manusia di bumi harus dia yang kita
temui?
Namun, itu semua adalah jalan takdir yang tak akan dapat di perkirakan atau di atur sesuai
keinginan. Bertemu dan kenal dengan orang baru banyak kemungkinan yang terjadi. Entah
perkenalan itu berbuah kehangatan atau justru berakhir kebencian.
Ketika kehangatan mulai terasa timbul rasa tak ingin kehilangan namun ketika takdir berkata
lain maka perpisahan itu akan tetap terjadi. Tapi walaupun begitu tetaplah percaya ada hikmah
di balik sebuah kejadian. Jika dulu di pertemukan lalu sekarang di pisahkan bukankah ada
peluang di pertemukan kembali suatu saat nanti.
HARUS AKU KEMANAKAN HIDUP INI ?
Lagi di fase di mana aku bingung menentukan pilihan. Banyak sekali pertimbangan yang masih
aku perdebatkan. Dan masalahnya aku bukan orang yang pandai mengambil keputusan secara
cepat. Sekalipun aku telah mengambil salah satu pilihan, ada sedikit rasa cemas.
Namun, mau atau tidak, aku harus percaya setiap keputusan yang aku ambil. Sudah melewati
pemikiran yang panjang dan aku berharap itu pilihan yang terbaik.
KAPAN BERAKHIR
Selalu sendiri
Sangat menyakitkan,
Disisa tenaga, kadang aku ingin bersembunyi di pulau terjauh. Menghindar dari dunia penuh
manusia digital.
Merenungi nasib, atau menangis sejadi-jadinya, atau mungkin tertawa tanpa siapa pun peduli,
tanpa siapa pun mengomentari.
Aku tidak perlu membuat orang lain tertawa, aku tak perlu menghibur orang lain dengan hal-hal
yang mereka suka.
Masa lalu dan apa pun yang ku bicarakan, tak perlu dikomentari siapa pun.
Aku pernah berjuang dengan sangat keras untuk semua mimpi-mimpi yang telah ku bangun,
tapi tuhan malah memberikan jalan lain, dan ku pikir tidak ada salahnya menerima kegagalan
dalam.
Kembali aku revisi lembaran-lembaran lama yang telah usang, dan aku mengerti bahwa ada
beberapa bagian yang kurang. Aku yakin didalam hidup, jika kita terus berusaha untuk
berprasangka baik dengan takdir yang telah Allah tetapkan, maka jalan penuh kebaikan akan
menghampiri mereka yang ikhlas dengan segala kenyataan.
Walau ku tahu, kecewa akan tetap ada, tangis tetap akan mendera, yakinlah didalam hidup tidak
ada takdir yang tak memiliki hikmah dan pesan.
KEHIDUPAN ADA BATAS KEMATIAN.
Ini jauh lebih menyakitkan dari sebuah perpisahan. Takdir tak terduga yang akan menimbulkan
banyak duka. Kesedihan tak berkesudahan. Serta lara yang abadi dalam jiwa.
Namun kembalilah berfikir hidupmu harus terus berjalan. Dia memang telah pergi kesisi tuhan.
Tapi dirimu masih punya banyak tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
JATI DIRI
Haru ku membisu
Dan terima kasih juga atas pemahamanmu yang engkau berikan padaku
Ya Robb...
Begitulah hidup
Lelah. . .
Aku lelah. . .
Ini tidak adil, kenapa hanya aku yang seperti ini? kenapa hanya aku yang mengalami? apa tak
ada satu pun kebahagiaan yang bisa aku dapatkan dalam hidupku? kenapa?
Tuhan...
bisakah Kau mendengarkanku? tak bisakah Kau memberiku sedikit kebahagiaan? jika hidupku
hanya penuh dengan ketidak bahagiaan, lantas kenapa kau menakdirkanku untuk ada di dunia
ini? kenapa aku ada di sini? untuk apa dan untuk siapa aku ada? rasanya aku ingin tiada.
Aku lelah setiap kali berada dalam situasi ini, hati dan pikiran yang tak sejalan sangat
menyiksaku, isi kepala yang perlahan membuatku mati rasa, aku depresi, ya aku depresi dengan
kehidupanku, hatiku sangat lelah, mentalku jatuh, aku menyerah, jika tak ada kebahagiaan aku
ingin pergi, sekali lagi aku ingin tiada.
Aku hanya ingin terlelap dalam tidurku tepat pada waktunya, aku tak ingin menangis lagi, aku
ingin makan dengan lahap tanpa tersisa, aku ingin tertawa tanpa berpura-pura, dan aku ingin
sekali melihat rambut panjangku kembali. hanya itu, kenapa sangat sulit? kenapa Tuhan? apa
Kau tak melihat penderitaan ku? tak adakah sedikit saja belas kasih-Mu untukku?
Menyedihkan...
tidak, aku tak butuh belas kasihan, aku hanya perlu tersenyum seperti biasanya, aku hanya
perlu kuat seperti biasanya, aku hanya perlu ramah seperti biasanya, ya semuanya pasti akan
membaik jika aku terus berpura-pura. namun, bukankah terlalu munafik jika harus terus
seperti ini?.
Tuhan...
sekali lagi, kenapa harus aku? apa yang Kau siapkan untukku? apa yang kau rencanakan
hidupku, hingga aku harus semenderita ini? bisakah aku tau takdirku? bisakah aku tau apa
rencana mu ?
AKU BAIK-BAIK SAJA
Sebab bagaimana luka itu tercipta oleh manusia yang masih berada dalam kehidupanku,
Dia..
Dan dia..
Yang membuatku tak pernah bisa mencintai diriku sendiri tak peduli seberapa keras aku
mencoba,
Sosok yang aku harap tak pernah menjadi bagian dari semesta mana pun,
Aku membencinya,
Dan aku harap, Tuhan tak akan pernah mempertemukan aku dengannya kembali,
Karena hadirnya adalah luka terhebatku di masa lalu yang bahkan tak pernah sembuh bahkan
hingga kehidupanku di detik ini.
KENAPA HARUS AKU ?
Tak melihatku tumbuh, dan tak tahu seberapa berat aku menjalani hari-hariku.
Kala itu,
Hati yang merasa iri, melihat kebersamaan yang tak pernah aku temui.
Mengapa?
Tanya yang tak pernah berhenti,
Ingin ku sudahi tapi tak sanggup menahan kenangan yang telah di buat.
Sudahlah jangan berharap lagi aku hanya ingin tenang dan bahagia.
Membosankan bukan?
Aku. . .
Di tengah-tengah segerombolan kawan yang tak punya akhlak, bahkan muka mesum otak licik
bermuka dua itu tak menjadikan aku takut untuk ikut tertawa.
Setidaknya sudah pernah mengukir cerita hidup bersamaku, dan terima kasih karna dengan
singkat pernah membuatku bahagia walaupun akhirnya aku kecewa.
Yaaa..
Bahagia dalam paksaan suasana karna hanya ingin tertawa, dan teruntuk diriku sendiri
bahagialah selagi bisa tidak harus dengan siapa aku bahagia karna bahagia dengan siapa pun
itu asalkan tak bermuka dua.
Aku pernah, merasa hidupku tak lebih baik dari mereka yang ada diluar sana. Tak terhitung
sudah banyak sekali, keluhanku pada takdir yang seharusnya aku syukuri. Setiap hari aku
menggeser beranda dunia mayaku, kutemukan fenomena ambigu, di setiap bahagia yang orang
lain dapatkan. Hatiku berdegup iri, meringkuh benci pada posisi diri yang tak pernah bisa
sehebat mereka.
Tentu saja, berselancar di dunia maya, sama seperti berselancar ditepian samudra, akan kau
temukan luka jika kau semakin lama beranda didalamnya. Tapi, bahagia tetap akan kau dapat,
ketika kau mampu mengendalikan gulungan ombak, yang kerap menghilangkan banyak nyawa.
Setiap perjalanan yang kau lalui, kadang tak selalu pada akhir yang bahagia.
Tidak ada yang salah dengan semua harapan, itu adalah bukti dimana semangat hidupmu untuk
berada di arah yang lebih baik.
Bermimpilah setinggi mungkin, berusahalah menjadi yang terbaik disetiap pilihan yang kau
buat. Lalu serahkan bagian akhirnya kepada Allah. Jika rencanmu gagal, artinya jalan itu
memang tak pantas untukmu, dan bisa jadi, karena kegagalan itu, kau bisa bertemu dengan
bahagiamu. Tidak perlu menyalahkan siapapun, tidak perlu mengutuk diri, bahkan sampai
stress. Mimpi bisa terus ditulis, harapan bisa terus dilangitkan, dan untuk menjadi manusia kau
harus melewati fase yang rumit dan sulit. Tidak ada gunanya terus merenungi nasib. Kau punya
banyak waktu, untuk memperbaiki apa yang salah. Teruslah melanjutkan hidup, dan jangan
pernah menyesal atas pilihan yang kau tentukan.
BERSYUKURLAH ATAS KEHIDUPANMU SENDIRI
Pelan-pelan kau akan menyadari, bahwa apa yang kau pandang dari diriku saat ini hanyalah hal
yang tersurat dari pandangan mata. Saat kau menilai kehidupanku lebih baik darimu, tentu kau
sangat keliru. Aku hanyalah manusia biasa yang tak lebih sepertimu, banyak kekurangan.
Sudah lama sekali, aku melihat sebagian orang-orang merasa kehidupannya sia-sia, sebab
terlalu sibuk dengan kehidupan orang lain. Setiap kali orang lain mendapat nikmat, ia malah
menghujat dirinya sendiri, padahal ia tahu, itu tidak akan mendatangkan apapun dan hanya
berdampak buruk pada dirinya.
Tidak hanya kerugian waktu yang didapatkan, sibuk dengan kebahagiaan orang lain, nyatanya
akan membuat hatimu membatu, hingga kau tak bisa melihat kebahagiaan yang Allah berikan
untukmu.
Padahal kita sudah punya bagian tersendiri, yang sudah ditakdirkan untuk kita. Berhentilah
hidup dengan cara seperti ini, kau tidak akan pernah bisa menikmati perjalananmu, jika hanya
rumput tetangga yang selalu menghijaui matamu.
Mungkin, kau menilai orang itu bahagia, tapi kau tak pernah tahu, berapa banyak Allah
mengambil apa yang ada darinya, sebelum mencapai kebahagiaan itu. Andai saja kau tahu,
perjalanan yang mereka lalui, kau pasti akan bersyukur akan kehidupanmu sendiri.
KEPALSUAN
Tersenyum manis.
Tertawa riang.
Agar mereka tak melihat dan tahu apa yang sedang ku alami dan selami.
Meski sesungguhnya mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang aku alami.
Aku hanya ingin semua tau bahwa aku bukanlah insan lemah, yang meminta belas kasihnya.
Ragaku sakit tapi semangatku tidak,
Tidak karena aku akan selalu berusaha untuk bersuara didunia ini. Lewat udara suara hatiku
terbaca.
Dan aku biarkan angin malam membawa suara hatiku pada sang pembawa arah angin.
LEPAS, IKHLAS, TUNTAS.
Ada saatnya,
Ada saatnya,
Atau dirimu sendiri yang selama ini sangat ingin kamu bahagiakan.
Diharuskan memilih dari dua pilihan, entah kiri atau kanan, langkah kaki berhenti diruang
keraguan.
Terperangkap bimbang,
Menyebalkan!
Suara-suara berisik itu masih terus bersahutan, hingga kepalaku rasanya ingin meledak. Ingin
ku membungkam setiap ocehan yang memenuhi setiap sudut ruang pikiran, agar aku mampu
berpikir dengan tenang,
Aku tahu,
Aku harap,
Telah tiba,
Tatapan kosong,
Dan kini,
Tatapan nanar,
Aku rapuh,
Dalam berbagai rangkaian kata, rasa yang hanya bisa ‘ku kenang.
Aku lelah,
Aku menyerah,
Tunggu,
Mungkinkah itu bayangan ku?
Sebuah cahaya di dalam kehidupan, yang selalu diimpikan oleh setiap insan, dan tak luput dari
diriku juga. Masih kuingat dengan kuat sewaktu kecil, diriku yang menganggap kegelapan
sebagai ketakutan. Namun, saat ini aku sangat menyukai kegelapan sebagai ketenangan jiwa.
Tidak ada lagi cahaya di dalam diriku ini, dan seketika aku termenung dalam lamunan yang
menghampiri ku.
Dan aku pun buyar dari ketermenungan seraya berkata dengan lantang “Bukankah sudah
engkau ambil jiwaku wahai iblis?”.
Di dalam kehidupanku sebelumnya, atau pun sesudahnya akan ada penyesalan yang sangat
mendalam. Lalu kubuat seribu pertanyaan yang selalu kutanyakan jauh di dalam diriku.
Apakah akan tetap begini selalu di selimuti oleh kegelapan yang akan membawaku ke dalam
kesesatan tanpa akhir?
Jujur . .
Karena percuma,
Rintik demi rintik bermunculan, tercipta sedikit demi sedikit genangan, suara cipratan air
perlahan terdengar, merenung, tertunduk lesu tanpa sadar.
Aku terkapar,
Airnya menetes,
Rasa sakitku,
Rasa kecewaku,
Dengan suara gemuruh air hujan,
Aku menjerit,
Berusaha bangkit,
Walaupun sulit.
Aku menangis,
Aku sesegukan,
Nafasku tercekat,
Entah mengapa yang ku rasakan hanyalah hampa, apa-apa yang ku lakukan rasanya tak
bermakna, segalanya hanya menjadi pelarian.
Malam...
Banyak orang yang mengatakan bahwa malam waktu yang tepat untuk mengekspresikan
perasaan saat seseorang dalam kesendirian.
Mungkin benar begitu, namun ada hal lain yang mereka tak mengetahuinya
Kosong
Yah, kosong
Dimana tidak ada gelisah, tidak ada kegundahan, bahagia, senang dan banyak perasaan lainnya,
karena jarang orang yang bisa menghilangkan perasaan tersebut saat itu
Kosong tanpa perasaan apapun, dengan itu kita bisa mengenal diri kita, menemukan jati diri,
mampu memahami diri sendiri saat dalam situasi apapun
Ingin rasanya menjelaskan kepada semesta tentang keadaannya yang tidak baik baik saja, dan
ada juga yang kehidupannya sangat bahagia, tentulah ada yang ingin mengutarakan itu semua
Penderitaan itu bukan siapa yang menyakiti, bukan siapa yang paling terluka, ataukah kita ini
hanya korban dari orang orang yang mengutamakan egonya. Akan tetapi, penderitaan itu hadir
karena kita belum mengenal siapa kita, belum menemukan jati diri kita yang sebenarnya,
bahkan ada yang belum mampu memahami hati sendiri.
Namun, kebahagiaan itu di mulai bukan dengan orang lain bukan dengan dia siapa yang awal
bukan juga siapa yang datang terakhir, akan tetapi, bahagia itu di mulai dengan dirimu dan
Allah saja.
Aku tak tahu, seperti apa beban dalam hidupmu. Yang telah memenuhi ruang didalam, kepala
dan isi hatimu. Kau merasa, takdir, bertolak belakang dengan inginmu. Disatu sisi, kau mencoba
bersyukur akan ketetapan hidup yang telah ditetapkan untukmu, dan disisi lain, kau
memberontak pada jiwamu, akan lemahnya usahamu dalam memperjuangkan kebahagiaanmu.
Kau memilih untuk menyerah pada depresimu, yang telah mengambil senyum tulus wajahmu,
sehingga sampai detik ini, dikeramaian kau merasa bahwa kau menjadi manusia yang paling
bahagia, sedangkan ketika pintu kamarmu ditutup, lalu lampu dimatikan, kau menangis, kau
tersiksa, kau ingin berteriak pada semesta, akan dimana keadilan duniamu.
SILENT
Tuhan..
Terlalu hampa,
Terlalu sepi,
Diam ku tak membuat mereka puas dengan apa yang terjadi di dunia,
Bahkan aku sendiri pun tak bisa diam dan menerima.
Hambamu ini masih tidak percaya dengan apa apa yang ia dapatkan,
Ragamu terpaku,
Matamu membeku,
Hatimu remuk,
Menangis, meratapi,
Runtuhnya hidupmu,
Kamu bisa,
Kamu mampu,
Petir menyambar,
Guntur bergemuruh,
Pasrah,
Masa pendewasaan,
Di luar sana tidak hanya baik tapi juga buruk bahkan kejahatan mengintaimu.
Jernihkan pikiranmu,
Perbaiki friendzonemu.
Tapi lagi, dan lagi hanya derai air mata yang dihasilkan.
Kadang di atas,
Kadang di bawah,
Duka, luka dan air mata, sudah menjadi bagian dari keseharianku,
Senyum, tawa dan bahagia itu, entah sejak kapan perlahan hilang,
Kegiatanku tak ada bedanya dengan jarum jam yang berdetak konstan,
Luka yang awal nya sudah membaik kini terbuka lebih lebar.
Karna kalimat itu aku harus terjebak dengan sebuah kata trauma.
Karna trauma.
HITAM ATAU PUTIH ?
Dan mengapa,
Menuntunku,
Mencoba kuatkan diri bahwa esok hari tak akan ada luka baru lagi.
Kebohongan, kekecewaan.
Sederhana saja,
Sepertinya waktuku untuk menyusulnya belum tiba, entah aku diberi sebuah kesempatan atau
memperpanjang masa untuk merasakan sengsara ?.
Hari ini adalah ke sekian kalinya aku merasa gagal ditampar oleh kenyataan yang pahit, dan
diriku mulai runtuh.
Entah karena tekanan akan kehidupan yang kejam, jelas aku merasa gagal.
Aku tak memiliki siapa pun saat ini untuk memberikan dorongan penyemangat dalam hidupku.
Aku ingin mengakhiri semua ini namun aku tau bahwa itu bukanlah akhir.
Kini aku kembali kepada mu memeluk mu dengan rasa pahit yang menyelimuti.
Aku sudah muak dan jenuh dengan semua penderitaan yang kurasakan.
Sedikit saja supaya aku bisa tetap hidup didunia yang fana ini.
Aku sudah berusaha keras untuk mencapai sebuah titik terang didunia yang gelap.
Tolonglah aku tariklah aku dari rasa bersalah yang selama ini menghantuiku.
YANG TERMILIKI SUATU HARI NANTI AKAN HILANG DAN PERGI.
Tentunya apa yang kita miliki tak akan abadi. Roda kehidupan terus berjalan. Harta akan ada
saatnya habis juga. Tahta akan turun pada generasi yang lebih muda. Orang tercinta juga
berbatas usia seperti manusia biasa.
DARI SEGALA KEMUNGKINAN KEHILANGAN.
Walau tak mengurangi rasa sakit yang timbul nanti. Namun setidaknya ada sisi positif yang
menghindarkan kita dari akibat negatif sebuah kehilangan.
Persiapan mental akan membantu dalam proses bangkit dari kesedihan. Persiapan rasa agar kita
tak merasa memiliki sesuatu secara berlebihan. Persiapan akal pikiran penting untuk mengontrol
diri agar tak hilang kendali saat duka dan kesedihan sedang berkuasa.
Dan janganlah takut akan kehilangan untuk mereka yang kini sedang memiliki segalan.
DINGIN MALAM YANG SEPI
Raga terbaring,
Jiwa berlari,
Keadaan hening,
Marah, keluarkanlah.
Meski perlahan.
BINGUNG
Ingin berlari
Sunyi..
Sepi..
Hampa..
Tak berwarna..
Tertatih,
Terluka,
Apakah mungkin,
Juga kesadaran penuh bahwa akan selalu ada datang dan pergi
Seperti “Wahai diriku sudahi tangisan juga ratapan mu, dunia akan terus berjalan sebagaimana
mestinya ia, tangisan tidak menyelesaikan semuanya, apalagi membuat kesakitan mu mereda,
dengan harapan kembalinya keutuhan keluarga”
Buktikan bahwa broken home bukanlah hal yang harus disesali kemudian
Tetapi kita tahu banyak pelajaran yang kita ambil dari kisah-kisah
Kamu tak akan pernah merasakan bagaimana hebatnya saat kamu dalam keadaan normal,
tetapi kamu akan merasakan hebatnya dirimu saat dalam keadaan sulit.
Dimana orang lain tak kan mampu menghadapi saat dalam situasi tertentu.
Jangan pernah berkecil hati bahwa kamu itu mampu menerima dengan sepenuh hati.
Menangis lah,
Sebab air mata adalah do’a saat kau tak mampu berbicara
Karena rasanya sulit ketika teringat kala tiap makian dari mereka,
Karena merasa tidak pernah diberi kasih yang setimpal dengan asa,
Ayah, ibu. . .
Namun, kalian tidak pernah bertanya, dan tidak pernah ingin tau apa yang aku inginkan.
Dan bahagia.
Wajah-wajah bahagia terpatri dari raut wajah mereka, bimbingan, kasih sayang, dan perhatian.
Sedangkan aku,
Mereka yang bahagia, dan hidup bersama orang tua yang utuh.
Karena mereka ditakdirkan untuk memiliki keluarga yang utuh, dan bahagia.
Ayah...
aku kembali
tapi di hati kecilku aku masih ingin meminta itu dari mu,
ayah...
dan mengapa?
Ayah,
Anak laki-laki yang kau anggap manja ini kini mengetahui banyak hal,
Ayah,
Bagaimana kehidupanmu?
Ayah,
Kau tahu?
Tak apa,
Seperti sekarang.
Sekali lagi,
Yang berlutut di waktu-waktu kelam mengulum Do’a pada Pencipta di sepertiga malam.
Seperti aku kecil dulu sebelum akhirnya hanya bisa menangis di atas Pusaramu.
Pantaslah aku berterima kasih pada Tuhan
Karena mu kau ajarkan banyak hal dan perkara dengan atau tanpamu
Dan dengan sungguh-sungguh kau bekali dengan pelukan saat tiba di rumah.
Agar aku bisa taklukan dunia yang bahkan tak pernah ramah.
Bapak.....
Pergilah denganku
Tentang berbagai elegi ketika ada yang menyakiti sebentuk hati yang kau jaga Aku ingin
bersandar pada bahumu
Tumbuh menjadi dewasa, bahkan kasih sayangnya melebihi layaknya seorang ayah.
Terimakasih Ayah,
Tetapi ayah selalu saja menerima semua ini dengan lembut dengan senyuman, kesabaran, dan
mau memaafkan semua kesalahanku.
Ayah. . .
Terimakasih ayah. . .
Maafkan anakmu ini yang sampai saat ini masih merepotkan juga menyusahkanmu ayah.
KASIH IBU SEPANJANG WAKTU
Untukmu....
Maafkan aku...
Terima kasih....
Pak, Bu...
Apalagi memeluknya ketika sedih Menenangkan nya kala dunia tak bisa di ajak kompromi
Lagi-lagi ia terluka
Seolah tertimpa kenyataan bahwa dunia tak pernah berpihak pada nya
Pak, Bu ...
Ma...
Pa...
Ma ... Pa ...
Lihatlah aku, bukan lagi bayi kecil yang menangis setiap malam
Tanpa peluang,
Merasa terkekang,
Hal sepele yang harus diluapkan dengan nada keras memekakkan telinga,
Kadang membisu,
Seakan terintimidasi,
Setiap hari,
Aku,
Iya benar aku, aku yang berusaha membutakan mataku untuk tak melihat kalian saling
menikam,
Aku, yang menulikan telinga ‘ku untuk tak mendengarkan lontaran cacian bersautan kalian yang
menghujam,
Aku, yang membisukan mulut ‘ku, agar tak ikut berteriak, dan membuat semuanya semakin
runyam,
‘Ku mohon,
Untuk berpulang,
Melepaskan segala resah,
Sebuah Penyakit?
Begitulah sebutan yang tepat untuk seorang anak yang menyakiti hati orang tuanya
Maka cara yang tepat ialah menyatukan racun dengan racun hingga bisa di bilang sama-sama
mematikan Namun dengan jenis racun yang berbeda
Hal ini disebabkan oleh dua sifat yang berbeda namun dengan jenis yang sama
Cobalah untuk memahami, maka itulah yang akan di alami kedua orang tua
Perbuatan, perkataan yang menyakitkan dari seorang anak adalah racun bagi orang tua
Sedangkan balasan Allah atas rasa sakit yang di terima orang tua adalah racun bagi anaknya.
ANTARA HADIR DAN TAKDIR
Awalnya, aku tak pernah berfikir bahwa akan ada seseorang yang hadir di hidup ku
Semuanya aku bagi dengan mereka kebahagiaan bahkan kesedihan dan itu pun semau ku.
Aku diam diam memahami seseorang semuanya itu karena aku mengenal saudara saudara ku
dengan lekatnya,
Semua orang yang ku kenal memiliki jiwa dan kepribadian yang hampir sama dengan saudara
ku
Itulah saudara ku yang aku sendiri tak pernah merasakan kesepian ketika bersamanya.
Lantas bagaimana jika ada orang lain yang akan menggantikan saudara ku
Aku mempunyai banyak mimpi yang mungkin tidak akan lagi bisa aku gapai, hal-hal yang dulu
selalu kalian tentang juga remehkan, secara tak sadar atau mungkin pura-pura tidak tahu,
hatiku patah berulangkali. Namun, hanya senyum yang mampu kutampilkan, menyembunyikan
seluruh sendu pada manik mata yang tak pernah orang-orang perdulikan.
Jika memang bisa aku memilih kepada takdir Tuhan. Izinkan aku memilih untuk tidak pernah
hadir ke dunia, tetapi rupanya; aku memilih ‘ada’ dengan segala konsekuensi yang kini harus
kuterima.
Berulangkali aku meyakinkan diri, memeluk diriku sendiri, berharap angin malam yang dingin
tidak menusuk tubuhku hingga ke dasar, melindunginya dari terpaan badai yang bisa
menenggelamkanku kapan saja. Mencoba waras atas riuhnya isi kepala.
Luka ini entah kapan akan sembuh, aku yakin dia akan pulih tetapi entah kapan. Sebab, ada
banyak hal yang memicu traumaku kambuh. Selain isak tangis juga tubuh yang bergemetar
hebat, aku tak bisa melakukan apa-apa.
Ingin rasanya aku marah terhadap-Nya, atas seluruh garis takdir yang Dia tetapkan untukku.
Pada bumi yang luasnya tak bisa kujelajahi, Dia membiarkan aku sendiri menghadang hebatnya
cobaan. Pundakku ditimbun beribu beban, hingga rasanya kerap sekali aku ingin menyerah.
Namun, apalah artinya aku hidup bila mengakhiri dengan cara yang hina. Biarlah Dia yang
membawaku pulang saat waktunya tiba.
Semoga saja kelak lukaku akan pulih, sembuh hingga aku tersenyum saat mengingatnya
kembali
Semoga saja ikhlas dapat kuraih hingga saat menatap kalian bukan lagi sorot benci yang
kutampilkan.
Tak mengapa, aku akan baik-baik saja sekalipun tak pernah diinginkan. Tuhan selalu
mendekapku dengan hangat, hanya saja aku terlalu berlarut dalam sedih yang tak pernah ingin
kutemui ujungnya.
Aku berdoa semoga hati kalian terbuka hingga dapat melihat putri kecil yang dahulu kalian
harap telah tumbuh menjadi perempuan hebat meski hadirnya kerap kalian inginkan hirap.
ORANG TUA
Dan mampu menyembunyikan tiap tetesan dari air mata yang mana seorang anak tak mampu
untuk menahannya.
Sampai seorang anak tak akan pernah bisa membayar keringat mereka,
Tak akan ada seorang anak yang bisa membayar jasa mereka,
Kebaikan yang kita berikan pada mereka, tak akan pernah bisa melebihi kebaikan mereka
terhadap kita.
KAKAK
Membawa diri ini tumbuh dengan kerinduan yang sudah lama terperangah
Sungguh ini menjadi sebuah pertanyaan yang pastinya tak akan kudapati sebagai jawaban.
Kakak..,
Atau engkau tidak mengenali siapa sosok yang selalu menyebut namamu disetiap do’a?
Maaf...
Bukannya aku tidak ingin datang mehampiri rumah yang telah abadi untuk mu,
Seolah – olah tak ada celah untuk ku agar bisa selalu dekat bersama mu.
Maaf...
Kakak., apakah aku boleh meminta pada Sang Pencipta agar aku bisa bersama, lalu bertemu
Diriku putramu
Ibu,
Ibu, ayah,
Apa itu sebuah perpisahan, dan aku juga tak ingin membuat mereka menyesal karena terlahir
dari orang tua yang egois seperti kita.”
Ibu, ayah,
Aku buah hati kalian yang tak akan pernah menjadi dewasa dimata kalian, itulah sebabnya aku
hanya mampu menangis.
Ibu, ayah,
Ibu, ayah,
Semua karena sudah terlalu sering membuat hati kalian sedih dengan semua kata-kata dan
perbuatanku.
Tajam kehidupan.
SEGURAT CORETAN UNTUK AYAH DAN IBU
Ibu . .
Dengan caraku.
Tak mendengarkan,
Ayah . .
Tanpa diminta,
Dalam dinginnya sepi, seseorang membutuhkan penghangat hati. Dalam renung bayang-bayang,
seseorang membutuhkan tempat untuk pulang. Itulah peran keluarga, pemberi rasa damai yang
nyata.
Membantu melupakan lelahnya dunia, memberi semangat pada hati yang terluka. Kehangatan
yang diberi, tak akan ada yang bisa menyamai. Keluarga adalah segalanya. Tak ada tempat
paling nyaman selain disana.
Terkadang memang ada pertikaian, tapi itu tidak menjadi sebuah pemutus ikatan. Justru
menambah keharmonisan. Keluarga adalah tempat yang tak mungkin terganti, meski dunia
menawarkan keindahan yang menggoyahk
DARIKU UNTUK KALIAN
Jujur. . .
Bukankah aku sudah menegaskan berulang kali padamu, hargai selagi ada.
Memanggil namanya,
Dan dihargai,
Bukan dicaci,
Bukan dimaki,
Dia memaklumi,
Hargai kehadirannya,
Hargai dia,
Jaga dia,
Lindungi dia,
Namun terkadang tergenang di ujung mata setiap kali mengingatnya, serasa sesak di dada setiap
kali mengingat kenangannya.
Pada akhirnya,
Selamanya dihatimu,
Kehilanganmu,
Tidak ragu untuk tidak memberi kesempatan kedua bagi yang telah melewatinya.
Tapi meski begitu, boleh kan aku meminta sedikit waktu mu?
Sebentar saja...
Sebentar saja untuk menyalurkan rasa rindu yang telah lama ku pendam.
Atau mungkin sebab diriku ini yang terlalu pengecut sampai tidak berani untuk menyampaikan
rindu ini sedari dulu?
Arghhh, sudahlah, intinya kurindu padamu dan ku resah pada waktu yang tidak
mempersatukan kita.
NAMAMU DAN NAMAKU
Dipersatukan
Menggapai dirimu
Ya Ilahi Rabbi...
Tersandung, merangkak
Bersuara ringkih
Kini...
Sorot matamu terlalu tenang hingga aku tak mampu melihat apa yang ada di dalamnya,
Kita..
Jika aku adalah buku yang terbuka dimana sekilas mampu kamu baca,
Maka kamu adalah buku yang tertutup yang tak pernah aku tahu apa yang ada di dalamnya.
AJARKAN AKU BAGAIMANA CARA UNTUK IKHLAS
Tapi menurutku tidak ada yang salah jika hanya aku sendiri yang berusaha, lagi pula tugasmu
cukup sederhana hanya menerima atau tidak uluran tanganku.
Aku tau jika kelak hatimu runtuh puing-puing reruntuhan ini tidak dapat disulap dan langsung
berdiri dengan sekejap walau aku berusaha, walau aku selalu ada.
Tapi bisakah kamu mengerti jika aku tidak memberimu pesan dan kabar itu artinya aku hanya
ingin menyendiri.
Memikirkan hatiku kemana harus melangkah untuk sekedar aku anggap rumah yang nyata.
Aku tau jika perasaan tidak dapat hilang dengan seketika, namun bisakah kamu memberiku
kesempatan jika ruang hatimu ada yang tersisa untuk aku isi dengan semua yang aku punya.
Aku tidak akan marah, jika pada akhirnya kamu lebih memilih dia.
Aku juga tidak akan marah, jika aku bukanlah pemeran utama.
Pertemuan kita,
Dan kita juga pernah melupakan Kewajiban kita sebagai seorang muslim..
Aku sungguh malu, apa kata mereka yang sangat mendukung kita.
Nyatanya justru kamu orang yang keras kepala yang ingin mengakhiri hubungan yang telah kita
bangun sejak dulu.
Karena untuk sampai di titik ini bukanlah hal yang mudah untukku.
AKU YANG SINGGAH TAPI TAK UTUH
Kau tertanam dalam hatiku hingga sulit kucabut dan memberikan tempat yang baru untukmu.
Padahal sudah jelas kau menginginkan dia bukan Aku. Tapi aku lebih dulu menanamkan benih
cinta yang tak seharusnya.
Tapi tenang saja itu tidak akan lama. Sebentar lagi akan ku petik bunga itu dan memberikannya
pada sahabat ku.
TENTANGMU, AKU, DAN RINTIK HUJAN.
Tak bisa lagi ‘ku lihat dirimu, yang memiliki tatapan tajam,
Aku selalu mengingat semua kebaikanmu lagi. Agar yang selesai itu masalah, dan bukan kita.
Karena bagiku,
Ketika kamu keliru, kamu hanya butuh untuk kumaafkan, bukan kutinggalkan.
Karna jika salah satu pergi maka tidak ada yang bisa diusahakan lagi.
Tapi dalam cerita cinta, mengalah atau diikuti, sudah biasa kita lalui.
Dan dari sanalah kita selalu berusaha untuk saling mengerti dan sejauh ini bisa kita lewati
Banyak masalah yang kita lewati bersama bahkan beberapa kali ingin memisahkan.
Kau adalah pelita yang selama ini ingin sekali ‘ku rasa.
Sangat sederhana,
Tanpa pernah peduli, sedalam apa luka yang kau tancapkan pada hatiku.
Kaulah penawarnya,
Meski sakit,
Sekalipun sulit,
Aku akan tetap disini,
Karena aku selalu menemanimu sampai kamu bingung harus meninggalkanku atau bertahan.
Aku sebagai orang biasa yang mempunyai lelah dan tawa, namun keinginanku hanya satu bisa
bersamamu hingga maut menjemput.
Bersama tulisan ini, aku menyerah, aku kalah, aku mundur, dan aku selesai.
Bukan sudah habis rasaku, bukan tak pernah lagi aku rindu, bukan hilang inginku, dan bukan
pudar dirimu dalam diriku. Hanya saja aku merasa cukup untuk berusaha membawamu
kembali, aku merasa selama ini yang aku lakukan hanyalah kesia-siaan belaka.
Nyatanya hingga hari ini dirimu tak pernah kembali, meski sudah berkali-kali ku kirim pesan,
sudah puluhan tulisan terangkai, di baliknya aku menyimpan debar, setiap kata menaruh harap,
semoga sampai mengetuk pintu hatimu.
Rasanya semakin aku mendekatimu, semakin aku berusaha menggapaimu, kamu semakin jauh,
dan semakin sukar untuk digapai. Lagi-lagi hanya luka lama yang tersisa, luka yang tak kunjung
sembuh, karena terus menerus kugores.
Kelak, bilamana hatimu tersentuh, entah kapanpun, di masa manapun. Dengan orang baru yang
akan menggantikan posisiku.
Maaf, mungkin aku bukan lagi sosok yang ada dalam benakmu, bukan lagi sosok yang pernah
mencintaimu dengan sangat, aku tidak akan pernah sama lagi, dan kita tidak akan pernah satu
lagi.
Aku pamit,
Walau lara dan sesak di dada, hanya pena yang aku punya
Tapi biarkan aku tetap berkarya mengungkapkan segala rasa dalam karya
Hai pena. . .
Satu bait yang dulu pernah ku tulis adalah penat dalam kekosongan
Hai pena. . .
Bukan hujan..
Tapi kesendrian
Hai pena. . .
Hai pena. . .
Berpadu nada melow lambang gegana, sampai terdengar kabar karya mu mendunia terus lah
berkarya...
KISAH DIATAS PENA
Tapi rasanya kurang, sebab yang kita inginkan bukan hanya sekedar meluapkan masalah, akan
tetapi butuh solusi untuk menyelesaikan semuanya,
Namun itu hanya asa kita padahal semuanya seperti sia sia.
Tak ingin berbagi kisah karena semuanya akan berakhir dengan pilu,
Dan itulah salah satu kesalahan terbesar ku sebab pernah menjadikan ia yang kedua padahal ia
adalah satu-satunya.
ANTARA PENA DAN RASA
Menulis,
Dengan kebebasan permainan tiap aksara kini menjadi dasar apa yang ku tuliskan rasanya
sedikit memuaskan.
Tidak mengapa,
Kegelisahan di hati menjadi tanda bahwa ada kalimat yang harus ku utarakan
Menjadi penenang hati saat tak mampu untuk menjelaskan tentang makna kehidupan.
MOTIVASI BERUJUNG SAJAK PUISI
Pernah terlintas bahwa motivasi itu tidaklah cukup untuk mewakili perasaan ku
Ada perasaan yang ingin ku ungkapkan tetapi tidak tahu cara menyusun dan menyempurnakan.
Keceriaan yang di bisukan oleh adanya penderitaan yang menikamku selama ini
Sehingga air mata, kesabaran, keikhlasan yang menjadi cahaya di balik gelapnya kisah hidup
yang ku alami bahkan sampai detik ini.
Tetapi keceriaan itu selalu ku nampakan meskipun banyak luka yang ku sembunyikan.
KISAH SEORANG PENULIS
Tetapi beda lagi dengan aksara yang mana hasilnya tak sesuai ekspektasi.
Sehingga tak pernah dalam lembaran kertas ku tak ada satu kata pun yang ku tuliskan
Aku menghitung Masalah ku dengan angka, kapan datangnya, waktu yang bersangkutan dengan
liku hidup, aku terjemahkan semuanya dalam angka.
Baik di dunia.
Dan itulah alasan kenapa banyak dari mereka yang berakhir sendirian.
Karena mereka adalah bagian dari hal kecil tak berguna itu.
TINTA MERAH
Atau dimana,
Dengan erangan kesakitan yang sangat menyayat jiwa siapapun yang mendengarkannya,
Perlahan tenggelam,
Tulisan itu,
Tak apa,
Aku ingat bagaimana saat itu aku menahan sesak dalam dada,
Mengapa?
Ingatan tentang bagaimana luka itu ada tak akan pernah hilang,
Sebab aku bisa melihat air di atas lembaran terakhir buku usang yang ‘ku pegang,
“Seseorang yang tengah membaca tulisan ini, kamu hebat mampu bertahan sampai hari ini,
kamu kuat mampu berdiri kokoh, sekalipun dunia menginginkanmu roboh”.
Tak mengapa. Karena kamu akan tetap berdiri sampai semuanya kembali sembuh.
Aku tau, saat ini bantalmu tengah basah dengan air mata,
Menangislah sejadi-jadinya,
Luapkan! Menangislah!
#Date : Unknown
MAAF UNTUK HATI YANG HANCUR OLEHKU
Aku tidaklah sesempurna yang kau kira. Dimasa lalu aku pernah menjadi pemeran antagonis
dari takdir yang telah ku jalani. Bohong, kalau aku tidak pernah mematahkan hati seseorang.
Mustahil, jika didalam hidup, aku tidak pernah mengecewakan manusia.
Mengingat-ingat kembali bagaimana hal yang telah terjadi dihari yang lalu rasanya, menyakitkan
sekali. Apalagi ketika aku telah membuang satu-dua manusia yang selama ini telah menjadi
rumah bagi hidupku.
Tapi itulah masa lalu, aku hanya bisa belajar dari sisa ingatan yang telah terjadi disana.
Berharap aku bisa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Meski kutahu, akan selalu ada
celah antara diriku dan keliru.
UNTUK KAMU PARA INTROVERT
Semangat ya, jangan ngeluh terus, jalani hidup ini dengan baik. Aku tau kok, banyak orang yang
ga bisa ngertiin kamu, tapi tetaplah tegar, percayalah kamu itu kuat, jalani harimu seperti
biasanya.
Yah, walaupun hidupmu gak berwarna, datar aja terus. Itu kata orang, padahal sebenarnya ada
sejuta imajinasi yang mewarnai hidupmu. Berbagai macam hal sudah kamu rancang dengan
hebatnya. Ayo sekarang, wujudkan biar orang tau kalo kamu itu sama dengan mereka.
Bisa ngelakuin apa yang mereka bisa, bahkan lebih hebat lagi !!!
Gue yakin deh, lu udah memulai nih ngewujutin apa yang lo pikirkan selama ini, atau udah ada
beberapa yang terwujud ?, Ya intinya semangat ya...
DEAR DIRI SENDIRI
Kamu jangan jadi orang sabar ya, jadilah orang yang ikhlas. Karena sabar belum tentu ikhlas.
Tapi ikhlas sudah tentu melebihi sabar...
Semangat, harus belajar lagi buat bersyukur dan jadi dewasa lagi dalam bertindak. Tetap rendah
hati yah, jangan ngeluh terus. Be your self...
Kalo cape, istirahat bentar, jangan lupa me time nya diatur juga. Makasih diriku udah kuat...
Salam,
Alfarezeel Firman
SINOPSIS
Buku ini bercerita tentang catatan-catatan kaum introvert, pembaca diajak menyelami
alam pikiran dan kejiwaan seorang introvert yang senantiasa gelisah, resah, dan ganduh, juga
konflik batin yang menyiksa dan bagaimana ia menemukan "teman" untuk mengisi
kesendiriannya dan membuat kehidupannya menjadi bermakna. Tak hanya itu, dalam buku ini,
sang introvert seolah curhat bernada menggugat atas dunia kaum ekstrovert yang dianggap sia-
sia, membuang waktu, tak bermutu dan tidak efektif.
TENTANG PENULIS
Ini adalah karya pertamanya, kalian bisa temukan sehari-hari di akun Facebook &
Youtube @AlfarezeelFirman, juga di Instagram @alfarezeelfirman. Semoga kalian suka dengan
karyanya.