Anda di halaman 1dari 2

Saya Introvert

Ya, aku introvert. Sejak kecil aku tidak suka berada pada keramaian walaupun dikeramaian
aku sering melihat raut wajah orang – orang yang bahagia, senang. Tapi tidak dengan aku,
sering sekali aku mendang kata “KUPER” aka kurang pergaulan ditelingaku. Kata itu berasal
dari saudara – saudaraku sendiri ya mungkin karena memang aku tidak suka bergaul, aku susah
berkenalan dengan orang baru,susah berbaur dengan lingkungan yang baru. Aku lebih sering
menghabiskan waktuku sendiri dirumah, mengurung diri sendiri di kamar melakukan
pekerjaan yang memang aku senangi.

Sering kali saudaraku bahkan orang tuaku memaksaku untuk keluar dan mencoba berbaur
dengan anak – anak sebayaku. Kadang aku menuruti keinginan mereka ya walaupun susah sih,
untuk memulai percakapan dengan orang lain saja mulutku terasa gagu. Banyak sekali yang
aku pikirkan saat aku ingin menyapa seseorang. Takut dicuekkin lah, takut salah omong lah
apalah semua yang ada dipikiranku hanyalah takut...takut...dan takut. Kadang malah
orangtuaku yang mengenalkan ku duluan pada anak – anak seusiaku, kadang juga ibuku yang
menyuruh mereka memulai percakapan dulu atau menyuruh mereka mengajakku bermain.

Tidak selalu aku menunjukan sikap introvert. Aku bisa bersifat ekstrofert kepada orang – orang
yang memang aku nyaman untuk berbicara, dilingkungan yang nyaman, dan disituasi yang
nyaman juga. Aku selalu bertanya kepada sahabat – sahabat ku tentang pandangan mereka
sebelum mengenalku. Katanya sih sifatku beda jauh sebelum mengenalku kebanyakan mereka
mengira kalau aku pendiam dan freak. Freak ! mungkin aku terlihat se freak itu tapi ketahuilah
disitu aku mencoba untuk memulai berkenalan dan menanyakan nama aja susah banget, mesti
gemeteran dulu, tangan dingin semua, bibir rasanya kaku nggak bisa ngomong cuman buat
nanya nama doang seheboh itu. Bahkan untuk bertanya dengan nada tegas aja aku nggak
berani, suara yang terlontar selalu dengan nada gemetar. Ya jadi begitulah menjadi anak
introvert untuk berani mengungkapkan pendapat aja mungkin membutuhkan waktu berhari –
hari untuk mengumpulkan keberanian.

Kisah sedih si anak intovert itu yaa kalian taulah kalimat yang diatas untuk mengungkapkan
pendapat aja butuh waktu berhari - hari untuk mengumpulkan keberanian. Seringkali disekolah
tiba – tiba ditunjuk untuk mengungkapkan pendapat dan tubuhku seketika kaku, apalagi kalau
berbicara didepan forum aku takut sekali aku takut perkataanku tidak logis, aku takut ditentang,
aku takut perkataanku diperdebatkan. Belum lagi kalau punya masalah, aku nggak tau harus
berbicara kepada siapa, mau meluapkan segala emosi kepada siapa, sering kali aku hanya
bercerita kepada Tuhan apa yang terjadi, sering kali aku menangis kepada Tuhan mengeluh
tentang apa yang aku rasakan. Mungkin juga dengan aku menulis seperti ini aku bisa
meluapkan apa yang ada dihati dan pikiranku. Mungkin dengan aku menulis aku bisa
meluapakan semua emosiku. Mungkin dengan menulis aku bisa mempunyai kenangan yang
indah yang telah terjadi . Mungkin dengan menulis aku bisa bercerita kepada dunia tentang apa
yang sudah terjadi.

Aku tidak pandai dalam mengungkapkan apa yang ada dihati dan pikiranku dengan kata – kata.
Ini adalah caraku untuk membentuk kenangan. Ini adalah caraku untuk menuangkan emosiku.

Anda mungkin juga menyukai