Anda di halaman 1dari 8

ACARA LEPAS PISAH

TAHUN LAMA DAN TAHUN BARU


“YANG LAMA SUDAH BERLALU,
YANG BARU SUDAH DATANG”
________________________________________

01. Pembukaan :

* Hening
* Lagu Pembukaan
* Tanda Salib dan Salam

02. Kata pengantar : “Perpisahan”

Abba Tresnanto dalam salah satu karyanya tentang waktu


pernah mengilustrasikan kisah tentang perpisahan itu
demikian : “Seorang ibu berdiri di halte bis dengan anaknya.
Anak itu masih kecil. Hari masih amat pagi. Dan hari itu
adalah hari pertama anak itu mulai sekolah. Sementara
berdiri, ibu itu memegang tangan anaknya. Telapak tangannya
agak berkeringat. Sebentar-sebentar keduanya berbicara. Ibu
itu bertanya dan anaknya menjawab, ataupun sebaliknya.
Wajah ibu itu nampak tegang, walaupun tetap manis. Dalam
hatinya, ibu itu membayangkan masa depan anaknya. Baru
satu itulah anak mereka. Sekonyong-konyong bis kota pun
datang. Suasana hiruk-pikuk, semua orang berebutan naik.
Perlahan-lahan ibu itu juga melepaskan pegangannya pada
tangan anaknya. Akhirnya, setelah mencium pipi anaknya, ia
membiarkan anaknya pergi ke sekolah. Dengan hati berat
tentunya.

1|Page
Perpisahan seperti digambarkan secara dramatis ini,
merupakan suatu peristiwa yang menyakitkan. Anak itu ingin
dewasa dan pintar. Karena itu dia mau ke sekolah dan
mengalami hidupnya sendiri. Tapi itu berarti ia harus berpisah
dengan ibunya. Ia harus sendiri menghadapi kehidupannya.
Demikianpun si ibu. Ia ingin melihat anaknya berkembang
menjadi anak yang pintar, cerdas dan memberikan banyak
harapan. Tapi untuk itu juga berarti ia mesti membiarkan
anaknya ke sekolah dan mengalami sendiri dunia sekolah
tanpa kehadirannya.

Walaupun demikian, perpisahan merupakan suatu tahap yagn


harus dilewati dalam hidup. Bahkan, bukan hanya sekali saja
kita harus mengalami kejadian yang namanya perpisahan itu.
Ada orang mengatakan bahwa hidup kita terdiri dari
rangkaian pertemuan dan perpisahan, hanya untuk
menunjukkan betapa seringnya peristiwa semacam itu terjadi.

Seorang ahli filsafat pernah mengatakan, manusia tidak


pernah akan bertambah dewasa pribadinya bila ia tidak pernah
mengalami kesulitan. Sat perpisahan adalah saat sulit, penuh
resiko dan rawan. Tetapi kehidupan justru bertumbuh dalam
situasi seperti itu. Tidak heran Dr. Frederick F. Flack dalam
bukunya ‘The Secret Strength of Depression’ pernah
mengatakan bahwa ‘untuk bertambah dewasa, kita butuh
semacam penyerahan atau kerelaan untuk melepas pergi’.
Artinya bila kita masih berpegang teguh pada masa lampau
bila sudah waktunya ia harus maju, maka ia dapat menjadi
mandul bahkan lumpuh sama sekali dalam hidupnya. Ia akan
tetap berpikir dan bertindak seperti kanak-kanak.

Malam ini kita pun akan mengalami perpisahan. Kita kini


berada di penghujung tahun 2023 dan sebentar lagi kita akan
berlangkah meninggalkan tahun ini menuju tahun 2024.
2|Page
Pertanyaannya, apa yang harus kita buat pada malam
perpisahan ini, agar di tahun yang baru hidup kita sungguh
berarti ? Apakah hanya sekedar berlangkah meninggalkan
yang lama dan memasuki yang baru ?

03. Penyalaan lilin tahun lama (Salah seorang maju dan


menyalakan lilin tahun 2023).

04. Renungan Akhir Tahun : “Merenung tentang kualitas hidup”

Annete von Droste Hulshoff menulis sebagai berikut :


Tahun akan berlalu,
benang-benang kehidupan akan lenyap.
Kini tinggal sesaat lagi,
hari ini yang terakhir.
Setelah itu akan bergeser
perlahan masuk kubur
Segala-galanya yang pernah hidup …
dan aku bertekun bisu.

Tahun lama (2023) akan berakhir. Kita sudah menjalani tahun


ini selama 365 hari. Dan hari ini adalah hari terakhir, malah
detik-detik terakhir. Tidak berapa lama lagi tahun ini akan
berganti dengan yang baru.

Setiap perjalanan yang panjang selalu meninggalkan bekas;


bekas itu dapat jelas, samar-samar, atau bisa juga tidak
kelihatan sama sekali. Sebab itu, perpisahan dengan tahun
yang lama ini, mendorong kita untuk mengenang dan
merenung.

Kita mengenangkan semua orang yang kita jumpai dan yang


hidup bersama dengan kita sepanjang tahun 2023 : para
anggota keluarga, sahabat kenalan, rekan kerja, orang yang
3|Page
berpengaruh, para pemimpin, bawahan. Bersama mereka kita
sudah mengukir pelbagai pengalaman hidup : ada yang
menyenangkan, yang menyentuh hati, yang membawa
kegembiraan; atau juga pengalaman yang membawa
kegagalan, rasa kecewa dan putus asa, rasa jenuh dan bosan…

Kita mengenangkan tugas dan jabatan kita : apakah kita


menjalankan tugas dan jabatan yang dipercayakan kepada kita
dengan tekun, sungguh-sungguh, konsekuen, setia dan penuh
pengorbanan ?

Kita merenungkan usaha yang sudah kita laksanakan : berapa


banyak usaha yang sudah dilaksanakan ? Apakah usaha itu
membawa untung dan berkat baik bagi kepentingan banyak
orang maupun bagi diri sendiri ? Berapa jauh usaha kita
memperbesar kebahagiaan sesama kita ?

Perpisahan pada titik batas tahun lama dan tahun baru, juga
mendorong kita untuk bertanya. Pertanyaan yang lebih
penting dan yang menentukan hidup untuk direnungkan
adalah bukan di mana, berapa lama, dan berapa banyak;
melainkan bagaimana ! Yang lebih penting bukan bahwa kita
menjadi orang katolik selama 10 tahun dan tinggal di daerah
katolik, melainkan bagaimana kita hidup tiap hari menurut
ajaran dan tuntutan agama katolik itu. Yang lebih penting
bukan soal di mana dan selama berapa tahun kita hidup
bersama dengan seseorang, melainkan bagaimana kita
mencintai orang di sekitar kita setiap hari.

Inilah kualitas hidup kita. Tentang kualitas hidup, Wilhelm


Willms menulis kepada para orang tua, dalam hubungan
dengan seorang bayi yang baru lahir sebagai berikut :

4|Page
Kami tidak mau bahwa anak-anak kami dimandikan dengan
segala macam air. Kami mau supaya anak-anak kami
dimandikan dengan air keadilan, dengan air belas kasih dan
kelembutan, dengan air cinta kasih dan perdamaian, yang
membuat mereka murni.

Kami percaya bahwa masyarakat, di mana anak-anak hidup,


menjadi lingkungan yang memberi teladan, dalam soal
keadilan, belaskasih, cinta kasih, dan perdamaian secara
jelas dan konsekuen … Dalam lingkungan seperti ini mereka
dapat berkembang subur, menjadi pribadi yang sempurna.

Kami tidak mau bahwa anak-anak kami hidup dan dididik


dalam suasana yang keruh, penuh pertikaian dan tidak pasti.

Kualitas hidup itulah yang menentukan nilai kehidupan


seorang manusia. Manusia dinilai bukan semata-mata
berdasarkan jumlah tahun umurnya dan berapa banyak
bintang jasa yang disandangnya, melainkan berdasarkan
kualitas hidup yang ditampilkannya.

Sebelum kita beralih memasuki tahun yang baru 2013,


marilah kita bertanya kepada diri sendiri, untuk melihat
kualitas hidup kita dalam tahun yang silam :

 bagaimana saya sudah coba untuk hidup dan


menjalankan tugas, sehingga menjadi orang yang dapat
dipercayai ?
 Bagaimana saya sudah berusaha menjadi diriku sendiri,
dan bukan sekedar duplikat dari orang lain ? (karena
tidak ikut-ikutan dan terpengaruh dengan orang lain)
 bagaimana saya sudah menanamkan kebajikan-kebajikan
ke atas jaringan kehidupanku ?

5|Page
 bagaimana saya sudah memberi waktu untuk
kepentingan Tuhan dan agama, di tengah kesibukan
duniawi ?

Kita melihat diri kita sendiri apa adanya. Kita bertanya


kepada diri kita dan berusaha menjawabinya dengan jujur.
Ebiet G. Ade, penyanyi dan penyair kesayanganku pernah
menggugah kita dengan syairnya : “Kita mesti telanjang dan
benar-benar bersih, suci lahir dan di dalam bathin, singkirkan
debu yang masih melekat”.

05. Lagu “Kita Mesti Telanjang” (by Ebiet G. Ade) – suasana


hening, tenang dan semua merenung.

06. Renungan “Serahkan semuanya kepada Tuhan”

Apapun kualitas hidup yang kita tampilkan dalam hari-hari


tahun yang silam, kita harus bersyukur kepada Tuhan, karena
bagaimanapun, Tuhan tetap meng-anugerahkan hidup kepada
kita hingga saat ini.

Kita bersyukur kepada Tuhan atas pengalaman-pengalaman


yang membuat hidup kita ini terasa manis, karena dengan itu
membuat diri kita penuh bergairah. Terlebih kita bersyukur
atas pengalaman-pengalaman yang membuat hidup kita ini
terasa pahit, karena lewat pengalaman yang negatif ini hidup
kita berkembang menjadi matang dan sempurna.

Ada sebuah cerita :


Seorang pemuda pernah bermimpi. Ia bermimpi bahwa pada
suatu malam yang terang ia berjalan dengan Tuhan di
pinggir pantai. Sementara di langit, terbentanglah seluruh
riwayat hidup pemuda itu, bagaikan sebuah film. Pada setiap
penggal hidup, kelihatan jejak-jejak di atas pasir. Tetapi
6|Page
kadang-kadang ia melihat bahwa jejak-jejak itu hanya dari
satu orang, bukan dari dua orang. Dan ia terkenang bahwa
justru pada saat itu, dia mengalami hidup yang paling getir
dan tertekan. Ia lalu bertanya kepada Tuhan : “Tuhan, saya
lihat bahwa justru dalam masa-masa yang paling sulit dalam
hidup saya, hanya ada jejak dari satu orang. Padahal Tuhan
sudah berjanji untuk selalu menyertai saya dalam setiap
langkah hidup saya. Mengapa justru dalam kesulitan hidup,
ketika saya sangat membutuhkan Tuhan, Tuhan membiarkan
saya sendirian ? Saya tidak mengerti !”. Tuhan pun
menjawab : “Anak-Ku, saya mencintai engkau, dan tidak
pernah meninggalkan kamu sendirian Pada waktu kesulitan
itu, di mana kamu sangat membutuhkan Saya, justru waktu
itulah saya memikulmu di atas pundak-Ku. Karena itu maka
hanya ada jejak satu orang. Dan itulah jejak kaki-Ku !”.

Tuhan tidak pernah akan meninggalkan kita. Justru di tengah


kesulitan hidup, Dia semakin dekat dengan kita. Meski
kualitas hidup kita menurun dan suram, Tuhan tidak pernah
akan meninggalkan kita. Sebab, “Dia bukan datang mencari
orang yang sehat, tetapi orang yang sakit”.

Oleh karena itu, marilah kita mengucap syukur kepadaNya


dan menyerahkan kepadaNya semua beban hidup kita. Di
akhir tahun ini marilah kita serahkan segala yang pahit, yang
‘kurang’ yang ada pada diri kita : kurang sehat, kurang sabar,
kurang berhasil, kurang senang, kurang makan, kurang
makan, kurang pakaian, serta segala kekurangan lainnya. Kita
juga mau serahkan segala yang mungkin telah ‘hancur’ : masa
depan yang hancur, karena rencana gagal; hubungan dengan
sesama yang hancur, karena kata-kata atau perbuatan yang
jahat; nasib anak-anak yang hancur karena pengaruh buruk;
suasana aman dan damai yang hancur, karena tingkah laku
yang tidak sesuai dengan hokum Tuhan; hati yang luka dan
7|Page
hancur, karena tertekan; hubungan dengan Tuhan yang
hancur, karena dosa dan kesalahan.

Malam ini di penghujung tahun ini marilah kita melepaskan


semua beban kita, semua kegagalan kita, kita matikan semua
yang telah menghancurkan diri dn hidup kita (seseorang maju
dan memadamkan lilin tahun 2023). Malam ini kita serahkan
semuanya kepada Tuhan. Dia akan menambah yang kurang
dalam diri dan hidup kita; Dia akan memperbaiki dan
menyempurnakan yang hancur dan berantakan dalam diri dan
hidup kita. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang
berkenan pada Tuhan, sehingga dapat memasuki tahun yang
baru dengan hati dan diri yang baru. Bersama Tuhan kita akan
berlangkah memasuki tahun yang baru dengan langkah yang
pasti.

07. Penyalaan lilin tahun baru (Salah seorang menyalakan lilin


tahun 2024)

08. Lagu “Allah Maha Kuasa, Pencipta Alam Semesta”

09. Berkat untuk tahun yang baru

10. Lagu “Selamat Hari Natal dan Tahun Baru”

11. Jabat tangan.

@@@@@@@kus aliandu@@@@@@@@

8|Page

Anda mungkin juga menyukai