Anda di halaman 1dari 189

SI JUPLE

CATATANKU
CATATANKU

CATATANKU

Penulis: SI JUPLE
Editor: Guepedia
Tata Letak: Guepedia
Sampul: SI JUPLE

Diterbitkan Oleh:
Guepedia

E-mail: guepedia@gmail.com
Fb. Guepedia
Twitter. @guepedia

Website: www.guepedia.com

ISBN : 978-623-7909-06-4

Cetakan, 2020

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


All right reserved

2
CATATANKU

KATA PENGANTAR
Masa SMA merupakan masa-masa yang
menentukan bagaimana kehidupan kita di waktu yang
akan datang. Di dalamnya terkandung potongan-
potongan kisah yang tidak akan kita temui di lain waktu,
masa dimana anak manusia akan menemukan jati
dirinya, menemukan siapa dirinya, untuk apa ia
ditiupkan ruh oleh Tuhannya, apakah hanya akan
menjadi seonggok daging yang mempunyai nama, atau
akan menjadi sosok manusia yang bermanfaat bagi
manusia lainnya.
Selain berperan sebagai media untuk mencari jati
diri, masa SMA selalu dihiasi dengan beragam kisah
yang akan dikenang di masa yang akan datang.
Persahabatan, persaudaraan, kekeluargaan, juga
percintaan pasti menghiasi masa-masa itu. Dalam novel
ini berisi catatan-catatan seorang anak manusia ketika
kembali merasakan suatu rasa yang sukar dijelaskan,
sulit digambarkan, namun hanya bisa dirasakan;
getarannya ketika rasa itu hadir. Setelah beberapa tahun
ia tidak merasakan hal itu, kemudian iapun menuliskan
apa yang ia rasakan kedalam tulisan ini.
Ucapan pujian dan syukur tidak lelah kami
ucapkan kepada Allah Subhanahu wa ta‟ala. Atas
limpahan rahmat dan karunia Tuhan semesta alam,
kami mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan
novel yang berisikan catatan-catatan seorang anak
manusia yang kembali mengenal cinta, setelah sekian
lama tidak merasakannya. Tidak terlupa, shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada nabi kita semua
Nabi Muhammad shalallahu „alaihi wasallam. Sebaik-
baik manusia yang berahlak mulia, karena nur darinya
kita semua tidak lagi ada di zaman yang jahil, karena

3
CATATANKU

perjuangannya kita semua dapat merasakan ketenangan


dan keindahan islam.
Didalam menulis novel ini, kami sadar bahwa
kami tidak akan bisa menyelesaikannya tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak. Teruntuk mereka yang
terlibat dengan sudi menyumbangkan energi dan
pikirannya di dalam penyusunan novel sehingga
memiliki alur seperti sekarang ini, kami ucapkan terima
kasih.
Walaupun demikian, masih terdapat banyak
sekali kekurangan dalam penulisan novel yang membuat
kami masih belum pantas jika disebut sebuah karya
yang sempurna. Secara sadar kami merasa banyak
memiliki kekurangan dan kesalahan, baik dari tata
bahasa maupun teknik penulisan itu sendiri. Maka dari
itu kami meminta adanya masukan yang membangun
agar kami semakin termotivasi untuk menjadi lebih baik
dan lebih memperbaiki kualitas novel kami selanjutnya.
Akhir kata, salam hormat dan ucapan kasih
untuk kamu yang telah sudi meluangkan mata, hati dan
waktu untuk membaca novel yang jauh dari kata
sempurna ini. tetaplah membaca, membaca adalah cara
untuk melawan ketidaktahuan.

Si Juple.

4
CATATANKU

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................... 3
DAFTAR ISI .......................................................... 5
APA ITU CINTA? .................................................... 7
AGUSTUS .............................................................. 11
SEPTEMBER ......................................................... 49
OKTOBER ............................................................. 145
PAMUNGKAS ......................................................... 185
TENTANG PENULIS .............................................. 187

5
CATATANKU

6
CATATANKU

APA ITU CINTA?

Apa yang terbesit di dalam benak kalian, ketika


mendengar kata cinta? Apakah sesuatu yang tak kasat
mata tapi dapat membuat dua anak manusia bahagia?
Atau mereka hanya saling menyakiti satu sama lain atas
nama cinta? Apakah datangnya cinta semudah kita
melihat suatu tayangan ftv di salah satu saluran televisi?
Apakah kalian pernah jatuh cinta? Merasakan ada
getaran nadi ketika berdekatan dengan seseorang yang
kalian suka? Aliran darah terasa berdesir dengan cepat,
juga detakan jantung yang seakan terpacu ketika kalian
hendak memulai pembicaraan dengan orang yang kalian
suka? Apakah kalian pernah merasakan hal itu?
Bagaimana rasanya? Terasa indah? Atau kalian malah
merasa aneh akan hal itu? Aku tengah merasakannya.
Disini melalui novel ini akan kuceritakan bagaimana
caraku mencintai dia. Iya, dia yang menjadi alasan dan
menjadi pusat inspirasiku menulis catatan ini.
Pada umumnya jatuh cinta bisa terjadi
dikarenakan hal yang sangat sederhana, yaitu
7
CATATANKU

pertemuan. Dimana, ketika dua insan dipertemukan lalu


mereka saling menyapa, kemudian saling mencari.
Karena, saat pertama kali kedua insan itu bertemu
terdapat resonansi rasa yang kuat, maka akan muncul
suatu rasa yang baru yaitu rasa penasaran. Ketika rasa
penasaran sudah membumbung, yaitu rasa ingin tahu
lebih jauh terhadap pribadi seseorang, kita akan
melakukan segala cara hanya untuk dapat berhubungan
kontak secara langsung maupun tidak, atau untuk
sekadar bertemu dengannya, menyapanya, berdialog
dengannya, atau hanya sekedar menatapnya dari
kejauhan. Tanpa kita sadari mengapa kita rela
melakukannya? Yaaaaa.. karena kita sedang jatuh cinta.
Perkenalkan namaku Dimas kisahku berawal dari
kenaikan kelas, aku naik ke kelas 12. Dimana saat
pertama aku dipertemukan dengannya, dimana aku
mulai jatuh cinta lagi setelah sekian lama sendiri.
berawal dari pesan singkat di whatsapp, dia yang
mengawali dialog, dia yang mengirimiku pesan dia
memintaku menyimpan kontaknya di ponselku. Tidak
ada perasaan apapun kala itu, karena suatu kewajaran
jika ia melakukan itu, karena kita adalah teman satu
kelas.aku pun tidak terlalu menanggapinya. Siapa sih
dia? Nanti akan kuberi tahu.
Sejak malam itu, aku mulai berbalas kabar
dengannya, belum ada perasaan apa-apa terhadapnya,
karena yang aku tau dia sudah dipunyai orang lain, dia
pacar. Lagi pula aku tidak mau mudah menaruh hati
pada siapapun, aku terlalu takut alan pengalamanku,
kejadian dulu terjadi kembali, dimana kecerobohanku
yang terlalu mudah menafsirkan sebuah perhatian kecil
dari seseorang yang akhirnya aku yang patah hati,
karena aku mencinta sendiri tidak ada balasan atas rasa
darinya. lebih baik sabar dulu, pokoknya jangan mudah
menaruh hati pada siapapun, pikirku.

8
CATATANKU

Namun, seiring jam memutarkan jarumnya, detik


ke detik, menit menemui menit, jam ke jam silih
berganti, dan seterusnya begitu, aku sadar aku sudah
mengkhianati pemikiranku, keteguhanku, janjiku.
Seorang anak manusia sudah menentukan nasibnya;
Aku Menaruh Rasa Suka Padanya.
*

9
CATATANKU

10
CATATANKU

AGUSTUS

Hari ini, adalah hari pertamaku kembali


menginjakkan kaki disekolah sebagai kelas 12, tidak
terasa waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin
aku masuk ke SMA, tanpa di sadari hari ini, aku sudah
menjadi kakak kelas, dan 8 bulan kedepan akan menjadi
waktu yang singkat.
Di ruangan kelas baru ini, aku merasa seperti
orang asing, tak banyak orang yang ku kenal Mungkin
hanya beberapa orang. Salah satunya yaitu Riyandi dia
adalah temanku saat kelas 10 dulu. Aku duduk di
bangku paling belakang, sendirian karena Riyandi absen
hari ini. Sebenarnya aku dan teman-teman kelas 12
sekarang sudah satu kelas sejak kelas 11 hanya saja
karena sekolahku sedang melakukan renovasi di
beberapa ruangan kelas, terpaksa aku dan teman-
temanku di pisahkan. Sebenarnya kami sudah
berinteraksi hanya saja dalam via layar ponsel, tidak ada
pertemuan yang dapat membuat kami saling mengenal
satu sama lain. Hal itu berdampak pada kelas ini karena
11
CATATANKU

di perlukannya adaptasi lagi pada saat di kumpulkan


dan di satukan di kelas 12. Karena itu aku merasa asing
disini, aku bukan tipe orang yang mudah beradaptasi,
perlu waktu yang tidak sedikit disertai interaksi yang
sering untuk aku dapat berkontribusi secara aktif
dengan lingkungan baru ini.

Satu minggu berlalu, untuk mencoba


beradaptasi. Hasilnya nihil, aku tetap saja merasa asing,
aku tidak dapat banyak bicara hanya duduk dan
memasang earphone lalu menulis catatan ini. Begitulah
hari-hariku sebelum aku mengenal dia, nanti akan
kuceritakan. Sekarang aku lanjutkan dulu bagaimana
aku saat baru satu minggu diruangan kelas baru.
Sedangkan teman-temanku, ada yang bercengkrama,
bercanda, bahkan ada yang bercinta. Aneh, pikirku.
Baru seminggu sudah ada yang saling menyukai bahkan
mencintai teman satu kelasnya, bagaimana bisa? Cinta
tumbuh dan berkembang secepat itu? Mungkin itulah
yang namanya cinta pandangan pertama, tapi masa
bodoh bagiku. Setelah sekian lama kukubur perasaan
yang dapat mematahkan itu, aku seperti tidak ingin lagi
mengenalnya, sudah berapa kali hatiku patah hanya
karena cinta, cinta yang kukira dapat membahagiakan,
cinta yang kukira dapat membuat diriku lebih merasa
hidup, adalah cinta yang menyakitkan. Seperti traumatis,
selama satu tahun aku tak lagi mengenal cinta karena
sering merasa juangku tidak dihargai, peduliku tidak
dibalas, ekspetasiku tidak terindahkan, sepertinya lebih
banyak sisi negatifnya dibanding sisi positifnya bagiku.
Selama satu tahun tidak bercengkrama dengan cinta,
aku mengisi hari-hariku dengan memperbanyak
berkumpul dengan teman-teman lama, membaca buku,

12
CATATANKU

sesekali bermain game, bermusik, banyak sekali


kegiatan yang produktif sebenarnya, terlebih aku tidak
terganggu dengan pemikiran-pemikiran mengenai
perasaan, tidak dihantui kegalauan. Tapi tetap saja
hasrat seorang anak manusia tidak dapat ditimbun,
dihilangkan, hasrat ingin diperhatikan, ingin dicintai,
ingin dihargai, ingin bahagia.
Mengenai cinta diperlukan pembahasan secara
berkala, tidak semudah apa yang kita kira, tidak seperti
dua insan manusia yang bahagia, saling memberi, saling
memperhatikan, lalu bisa disebut cinta. Tidak! Cinta
tidak sesimpel itu, cinta itu kompleks, bahkan cinta bisa
hadir ketika kita merelakan orang yang kita sayang
bahagia denga orang lain, itu juga cinta kan? Aku tidak
ingin membahas perihal cinta, betapa kompleksnya
permasalahan mengenai kata cinta. Pada novel ini hanya
berisi sedikit curahan hati yang kutuangkan kedalam
bentuk catatan, bahwa pernah ada seseorang yang hadir
dalam kehidupanku, merubah segalanya dariku,
membuatku merasa lebih hidup, layaknya kertas kanvas
putih polos dialah kuas dan cat warnanya, yang mampu
memberi warna.

09/08/2019
22.00
Malam ini, teman-temanku dikolom grup
percakapan whatsapp sedang sibuk saling balas
membahas tugas untuk besok. perasaanku ingin sekali
ikut terlibat dengan mereka. Hingga, aku mengetik pesan
meminta mereka menyimpan kontakku di ponsel
mereka. Tidak ada yang merespon, kenapa? Kenapa aku
diabaikan? Apakah aku diakui? Yang pada akhirnya

13
CATATANKU

pesan dariku menjadi pesan terakhir didalam


percakapan malam itu.
Hingga pada pukul 22:50 malam, ponselku
berbunyi. Kulihat ada notifikasi whatsapp dari orang
yang tidak aku kenal, karena hanya tercantum nomor di
atasnya. Dia mengirimiku pesan berupa permintaan. Dia
memintaku untuk menyimpan kembali kontaknya di
ponselku. Sebelumnya aku ketuk profil kontaknya untuk
melihat info kontaknya penasaran siapa dia? Darisana
tercantum nama Nadifa Andini. Sepertinya aku tidak
asing dengan nama itu, Oh aku tau dia yang kegilaan
terhadap oppa korea ternyata, yang sering joget-joget
engga jelas kalau dikelas, memang terlihat juga pada foto
profil yang ia gunakan sih hahaha, terpampang sebuah
foto yang setelah aku telusuri aku browsing aku tau
kalau seorang dalam foto itu salah satu member dari
boyband grup asal korea kalau tidak salah namanya
jungkook, hahaha. Setelah aku menyimpan kontaknya,
aku berbincang sedikit dengannya, sekadar basa-basi
kiranya. Ternyata dia baik juga, lucu juga, pikirku.
“Kenapa suka sama plastik?” tanyaku, yang
mengundang murka darinya.
“Emangnya kenapa sih? Apa salah mereka coba?
Banyak yang nyinyir gitu..” balasnya.
“Hehehe, iya sorry-sorry.. becanda kok.”
“Ah dasar...” ujarnya, mengakhiri percakapan
malam ini. Karena aku tidak tahu mau membalas apa
lagi terhadap balasan pesan darinya itu.

11/08/2019
Malam ini, aku menghubungi Difa. Karena besok
ada kegiatan kurban disekolah, dan kelasku akan
mengadakan acara makan bersama disekolah, katanya

14
CATATANKU

untuk menambah kemesraan, keterikatan,


persaudaraan. Alasanku menghubunginya, karena
alasanku juga yang sedang mencoba beradaptasi ingin
ikut terlibat dalam kegiatan kelas ini. Aku bertanya,

Aku
“Dif, barang-barang buat besok udah komplit semua?”

Difa
“Engga tahu, aku cuma disuruh bawa pepaya, mending
kamu nanya gih di grup.”

Aku
“Males ah, waktu itu aja engga ada yang bales.”

Difa
“Yaudah, scroll aja lagi kan ada tuh listnya barang apa
aja yang belum.”

Aku
“Banyak banget, males.”

Difa
“Dasar pemalas.”

Aku
“Hehehe.”

Aku memang terlalu kaku, untuk mencoba


beradaptasi dengan teman-temanku. Membuatku harus
berpikir keras bagaimana caranya untuk dapat
menyesuaikan diri dengan mereka, membiasakan diri
dapat nyaman bercengkrama dengan mereka, tidak ada
lagi rasa canggung, seringkali aku merasa heran dan
penasaran kepada orang yang mudah sekali bergaul,

15
CATATANKU

seperti tidak ada keraguan, orang itu dapat menerima


dan memberikan timbal balik dengan dengan nyaman,
dapat langsung menjalin hubungan dengan orang yang
baru ia kenal, bagaimana itu bisa terjadi? Karena bagiku
rasanya sulit sekali, seperti ada keraguan untuk
memulai obrolan, ada rasa tidak enak takut
menyinggung perasaan mereka dengan perkataanku,
takut dibilang sok tau, kebanyakan takutnya.

16/08/2019
Pukul 17:00 aku melihat Difa memposting
sesuatu di bilah status whatsapp, aku melihat gambar
itu terdapat beberapa orang dalam foto itu, Difa
membuat caption “find me” tidak sadar aku mencarinya,
dan tak lama aku dapat menemukannya lalu aku
membalas postingan Difa.

Aku
“I find you,” aku kirimi jepretan layar yang aku tandai
bahwa itu dia, aku menemukannya.

Difa
“Yeeeeaaayyy, kok bisa? Padahal aku nyempil gitu.”

Aku
“Gampang, kamu kan kecil mukanya hehehe.”

Difa
“Dasar hehe.”

*
17/08/2019

16
CATATANKU

Hari ini, lagi-lagi aku melihat Difa memposting


sesuatu gambar, aku lihat gambar itu, terlihat Difa
sedang memotret sesuatu menggunakan kamera digital,
dia tengah berada dilapangan upacara bendera, dia
mengenakan pakaian seragam hijau. Tak dapat
kupungkiri Difa terlihat keren mengenakan seragam itu.
Aku membalas postingan itu,

Aku
“Kamu upacara bendera?”
Difa
“Iya dong dari jam 6 aku udah dilapangan.”
Aku
“Wih keren, semangat ya!!!”
Difa
“Tapi aku engga jadi pasukan.”
Aku
“Kenapa?”
Difa
“Kan udah tahun kemaren, jadi tahun sekarang engga.”
Aku
“Oh hehehe, gatau. Yaudah semangatnya engga jadi.”
Difa
“Eh dasar.”

20/08/2019
Hari ini, sekolahku mengadakan beberapa
rangkaian kegiatan untuk menyambut perayaan hari
kemerdekaan. Diantara beberapa perlombaan yang
umum dilaksanakan, seperti lomba tarik tambang, lomba
galah, lomba estafet air, lomba kebersihan kelas, dan
banyak lagi. Aku mengikuti lomba tarik tambang,

17
CATATANKU

kelasku hanya bisa sampai babak perempat final. Aku


yang jadi korban, tanganku memar, bengkak.

Difa
“Dimassssss,”

Difa
“Kata google yang barusan aku baca, buat ngeringanin
bengkak tangan ngeredain sakitnya bisa dikompres pake
es batu, tapi jangan langsung harus pake handuk dulu
es nya, terus jangan lama-lama kurang lebih 10-15
menit, juga harus sering-sering ngompresnya.”

Tak disangka, pada malam hari. Difa


mengirimiku pesan. Dia memberikan sebuah perhatian
kecil, karena dia melihat tanganku yang memar akibat
perlombaan tadi siang. Dia memberitahuku agar cepat
mengompres tanganku menggunakan es batu katanya.
Aku senang, sekian lama aku tidak mendapatkan
perhatian semacam itu. Tapi momen itu tidak
berlangsung lama sebab ada aku yang lain pada diriku
berkata “Jangan terlalu menanggapi perhatian sekecil
apapun itu, jangan mudah menaruh hati, jangan sampai
hatimu patah lagi.” Ada apa ini? Aku bingung. Kenapa
tiba-tiba aku memikirkannya? Aneh.

21/08/2019
Hari ini, pada pukul 19:26 malam. Aku
penasaran, atas apa yang akhir-akhir ini terjadi tentang
aku dan Difa. Entah kenapa, aku mengiriminya pesan.
Menanyakan sedang apa dia, apa yang sedang dia
lakukan. Dia meresponku dengan baik. Dengan basa-
basi, aku sekadar bertanya mengenai tugas untuk besok.

18
CATATANKU

Hingga tidak kusadari obrolan ini berlangsung lebih lama


dari biasanya beberapa topik sudah kita bahas, dari
tugas sekolah, hobi kita masing-masing, genre musik
yang kita sukai, dia yang sangat menggilai boyband asal
Korea yaitu BTS, dia yang sangat mengagumi salah satu
member BTS yang bernama Jungkook itu, dan kita juga
sempat membahas tentang mau jadi apa nanti? Setelah
lulus mau ngapain? Kita membahas status kita masing-
masing, Lalu aku yang sudah mulai terbuka padanya,
aku yang mengakui bahwa aku adalah seorang pecandu
rokok.
Obrolan malam itupun ditutup dengan rasa
penasaran, karena Difa bilang, kalau besok dia mau
bercerita padaku, entah apa yang mau ia ceritakan.
Sebelum dia pamit, dia sempat memberikanku perhatian
kecil lainnya.

Difa
“Udah malem nih Dim, aku ngantuk. Engga apa-apa aku
tinggal tidur?”
Aku
“Oh yaudah, iya gapapa.”
Difa
“Beneran engga apa-apa?”
Aku
“Iya, selamat malam Difa.”
Difa
“Yaudah iya Dim, selamat malam juga. Kamu jangan
begadang, nanti sakit, mau?”
Aku
“Enggak lah, udah gih katanya ngantuk.”
Difa
“Eh iya, hehehe. Dadah.”

19
CATATANKU

Jujur saja, aku yang sudah lama tidak


mendapatkan perhatian-perhatian semacam ucapan
selamat malam, atau perhatian yang menunjukan orang
itu seakan peduli padaku, pada malam ini aku kembali
mendapatkannya, seperti merasakan adanya perasaan
yang membingungkan, hanya karena percakapan yang
sudah berkelanjutan, atau entah karena apa, berjuta
tanya hinggap dikepalaku, Ada apa ini? Mengapa ada
perhatian kecil lagi? Apakah ia? Jangan-jangan ia? ahhh
sudah, jangan mudah menaruh hati, pikirku.

22/08/2019
Hari ini, aku kembali kepada rutinitasku
diruangan kelas baru. Namun kini aku mulai
mengenalnya. Iya, Difa. Kini aku lebih sering
memperhatikannya mataku seringkali terfokuskan pada
gerak-geriknya, tingkah lakunya, pun bagaimana cara ia
duduk, cara dia minum dari tumbler berwarna kusam
dengan tutup pinknya tidak luput dari mataku. Hingga
suatu waktu aku melihat dia meringis, memegangi
perutnya. Tidak pikir panjang aku menghampirinya, dan
bertanya “Kamu kenapa?” tanyaku. Seperti perempuan
pada umumnya dia sedang mengalami mules karena
menstruasi. Aku menyarankannya untuk ke UKS saja.
Dia bilang, “Aku engga kuat jalan.” Kasihan, pikirku.
Entah rangsangan apa yang menggerakkan kakiku
hingga tiba di depan ruangan UKS, entah pula
rangsangan apa yang membuat mulutku berkata,
“Permisi, apa ada alat kompres? Temenku mules,
dia lagi pms.” Tanyaku kepada seorang siswi penjaga
uks. Ada katanya, aku bilang boleh pinjam sebentar? Dia
mengiyakan dan aku mendapatkannya, lalu aku kembali
ke kelas. Tapi aku tidak menemukan Difa, dia

20
CATATANKU

menghilang di titik koordinat dimana dia meringis tadi.


Jadi aku simpan saja alat kompres itu di kolong
bangkunya, mungkin dia sedang ke air, pikirku. Aku pun
berlalu ke kantin.
Malam harinya, aku kembali mengiriminya pesan.
Menagih janjinya kemarin malam, yang katanya mau
bercerita padaku. Ternyata dia ingin bercerita tentang
pengalaman percintaan yang telah ia lalui yang harus
pupus dalam usia hubungan satu tahun, hahaha. Aku
melihat Difa sepertinya mulai terbuka padaku, Dia
menceritakan kisahnya yang pernah sangat sedih karena
hubungannya berakhir. Sempat terbesit dalam benak
beberapa pertanyaan, mengapa Difa jadi seperti ini
menjadi terbuka padaku, jangan-jangan.... Difa suka
padaku, dia nyaman denganku. Tapi ada hal yang
menyanggah itu, nuraniku. Dia bilang “Kamu jangan
mudah menaruh hati pada siapapun, tidakkah kamu
ingat berapa kali hatimu patah, berapa kali dirimu
ditinggalkan, berapa kali ragamu jatuh tersungkur demi
cinta yang semu.” Nuraniku seakan memaksaku
membuat argumen kalau aku tidak boleh mudah
menaruh hati, karena aku tidak mau hatiku patah
lagi.
Tapi setelah itu entah kenapa, dia begitu
penasaran pada statusku, dia yang tidak percaya bahwa
aku seoramg jomblo. Justru membuatku semakin
memperkuat pertanyaanku diatas, Mengapa dia
penasaran sekali akan statusku? Apakah dia memang
suka padaku? Atau hanya perasaanku saja? Aku tidak
tahu, kubiarkan jutaan tanya tadi menggeryangi langit-
langit kamarku.
Obrolan pun berlanjut hingga pukul 22:00. Kami
membahas hobi masing-masing, dia yang mempunyai
banyak sekali hobi, termasuk membaca buku, hobi yang
sama denganku. Dan aku yang memberitahunya kalau

21
CATATANKU

aku suka menulis, aku ingin jadi penulis. Bahkan aku


memberitahunya kalau aku sudah menulis di wattpad,
dia tampak begitu antusias. Dia yang mengutarakan rasa
kagumnya kepadaku karena tulisanku yang menggugah
hatinya, membuatku merasa ada rasa yang mulai
tumbuh padanya, perasaan yang telah lama aku kubur,
setelah sekian lama.
Malam itu, aku ditinggalnya tidur. Sayang sekali.

23/08/2019
Hari ini, pagi sekali. Ia mengirimiku pesan, dia
meminta maaf atas semalam yang meninggalkanku.
Katanya semalam dia ketiduran. Malam itu setelah
ditinggal tidur olehnya akupun menyusulnya. Dan aku
bermimpi tentangnya. Aku yang melihatnya sedang
berduaan dan seperti hendak pergi dengan seorang laki-
laki, aku tau itu adalah orang yang membuatnya sangat
sedih, laki-laki itu adalah mantannya. Aku terbangun
ketika mereka beranjak pergi dan motor yang
dikemudikan sang lelaki pada mimpi itu entah pergi
kemana, beberapa saat ketika terbangun aku merasakan
adanya rasa seperti cemburu melihat dia dengan
mantannya. Setelah aku benar-benar terbangun dari
tidurku muncul pertanyaan dibenakku Kenapa harus
cemburu? Ada apa denganku? Apakah aku memang
menyukainya? Aku tidak tahu, karena itu cuma mimpi.
Pikirku.
Sore harinya, aku menghubungi Difa. Entah
kenapa ingin sekali aku berpamitan padanya, karena
aku akan pergi untuk menghadiri acara pernikahan
saudaraku di Cimahi. Muncul lagi pertanyaan sepeti,
Kenapa harus pamit padanya? Keharusan apa yang
membuatku berpamitan padanya? Pikirku, bingung tapi

22
CATATANKU

senang karena dia menanggapinya dengan manis, dia


mewanti-wantiku agar aku berhati-hati dijalan. Aku
senang, mendapatkan perhatian darinya.
Malam harinya, aku mengabari dia. Bahwa aku
sudah sampai di Cimahi. Dia bilang “Alhamdulillah,
Syukurlah.” Aku bertanya, “Kamu sedang apa?” hanya
sekadar basa-basi untuk kembali memulai obrolan
dengannya. Dia sedang membaca buku, tapi tak lama dia
bilang dia bosan. Dia ingin menonton drakor, tapi sudah
kehabisan stok drakornya. Kasihan, malam yang
membosankan hahaha.
Beberapa menit berselanga kami tidak berbalas
pesan, aku membuka buku, melanjutkan bacaanku
mengenai sejarah kelam bangsa Indonesia. Aku
membaca buku mengenai pemberontakan PKI di madiun
pada tahun 1948. Tiba-tiba ia mengirimiku sebuah foto,
dan memberitahuku bahwa dia sedari tadi melanjutkan
bacaannya, hingga tamat. Aku membalas pesan itu
dengan sebuah foto juga, foto yang memperlihatkan
halaman yang sedang aku baca. Dia membalas pesanku,
“Sambil dengerin musik ya?” hah?! Kenapa dia tahu?
Tanyaku penasaran. Dia memberikan penjelasan “Ciri
khas kamu kan kalo lagi baca buku pasti sambil dengerin
musik.” Hah?! Kenapa dia tahu itu? Apakah selama ini
dia juga sering memperhatikan aku? Jika iya. Kenapa dia
melakukan itu? Pasti ada alasannya... toh aku juga
sama, kerap kali meliriknya sekadar untuk
memperhatikannya meski sebentar, tapi dilakukan
secara berkala. (hehehehe)
Aku tidak mau terlalu memikirkannya, aku cuma
takut kalau penalaranku berlebihan.
Larut malam jam menunjukan pukul 22:05, dia
ketiduran lagi, tak apa. Pikirku sudah malam juga. Aku
kembali melanjutkan bacaanku. Satu jam kemudian
ponselku menerima notifikasi, dari dia. Dia yang

23
CATATANKU

terbangun, karena kedinginan selimutnya tersingkap.


Tapi tidak lama kemudian, rasa kantuk menghampirinya
lagi. Dia pun pamit. Dan aku juga tidur tidak lama
kemudian.

24/08/2019
Kota Cimahi, Jawa Barat.
Pagi hari, di Cimahi. Aku bersiap untuk
membantu acara pernikahan saudaraku. Dari akad
nikah, hingga resepsi telah rampung dilaksanakan.
Hingga pukul 14:00, aku menghubunginya. Dia menolak
panggilan telepon dariku. Lalu mengirimiku pesan,
“Kaget, kamu nelfon.” Katanya. Aku tertawa. Aku
mengirim gambar padanya, gambar yang isinya beberapa
mangkuk eskrim, sengaja membuatnya kesal, karena
aku tahu setiap perempuan pasti suka eskrim. Aku
berhasil. Dia bilang, “Aaaaaa eksrim, mauuuuu.” Aku
jawab “Kesini aja, aku tungguin kok.” Ujarku, “Cimahi
kan jauh, dasar!” jawabnya kesal. Hahaha aku merasa
senang, sepulang dari sini aku ingin memberinya eskrim.
Malam harinya, dia yang menghubungiku.
Menanyakan mengapa PKI dianggap sangat berbahaya di
Indonesia. Dengan senang hati, aku menjawab setiap
pertanyaannya. Senang dia juga menyukai hal-hal
mengenai sejarah, sama denganku. Tapi dari
penjelasanku tidak ada yang ia mengerti, dan pada
akhirnya sejarah singkat yang kuceritakan padanya
seperti dongeng penghantar ngantuk penjemput tidur,
yang membuat dia mengantuk, aku bilang yasudah
segeralah menaiki kasurmu. Sedangkan aku mau keluar,
mau lihat-lihat kota cimahi kataku. Dia membalas, lagi-
lagi dengan perhatian kecilnya, dia mengingatkanku
untuk berhati-hati dijalan. Oke jawabku.

24
CATATANKU

Larut malam sekitar jam 23:00 aku memposting


status whatsapp, yang isinya pemberitahuan mengenai
keberadaanku yang sedang berada di sebuah cafe daerah
jalan Sangkuriang No. 2 Kota Cimahi. Aku mendapatkan
pesan dari dia, iya dia yang tadi sudah pamit untuk
tidur. Dia susah tidur katanya, ya sudah aku temani
saja sampai nanti kantuk mulai menyerangnya lagi,
hehehe. Kepadanya aku bercerita, tentang cafe yang aku
singgahi, kopi esspresso yang kucicipi. Dimulai dari
desain interior nya, makanannya, dan lainnya. Aku
bercerita, bagaimana aku yang tidak tahu tentang kopi
esspresso, yang ternyata pahit, tidak cocok untuk
lidahku. Dia tertawa, dia bilang kalau aku itu konyol,
dasar aku. Lalu dia pamit, tapi bukan mau tidur. Dia
mau menonton pacarnya, iya si Jungkook itu. Member
BTS yang sangat ia kagumi. Aku menyilahkan, yasudah.
Selamat malam, kataku menutup obrolan malam itu.
Sedikit cerita mengapa dia begitu menggilai BTS,
atau salah satu membernya... Difa bercerita, jika BTS
mampu menjadi penghilang stress seketika, perubah
mood secara drastis dari yang bad menjadi good, rasa-
rasanya ada yang kurang kalau sehari saja tidak
menonton BTS, katanya. Oh iya, dia juga senang
menonton drama korea, seperti kebanyakan kaum hawa,
dia memang menyukai hal-hal yang berbau Korea, aku
bisa menyebutnya sudah terkena KoreanAddict atau rasa
ketergantungan kepada hal-hal yang berbau Korea.
(Teori itu dariku, hahaha.)

25/08/2019
Kota Cimahi, Jawa Barat
Hari ini, aku masih berada di Cimahi. Masih ada
lagi satu rangkaian acara pernikahan. Yaitu resepsi yang

25
CATATANKU

kedua. Namun ditempat yang berbeda. Saudaraku ini


menagadakan acaranya di sebuah tempat rekreasi
keluarga disekitaran daerah jalan Cipangeran. Aku
mengecek ponselku, tidak ada notifikasi. Membuka
whatsapp mengetuk bilah status, dan kulihat satu per
satu postingan status dari teman-temanku, ada yang
sedang jalan-jalan bersama keluarga, hunting bersama
pacar, ada juga yang keliatan dari statusnya kalau ia
sedang galau, atau yang hanya sekadar memberi kode
keras untuk gebetannya, lucu. Pikirku. Dari sekian
banyak teman yang memposting, ada dia, iya dia. Dia
sedang berada ditempat untuk olahraga, semacam kalau
dijakarta JF atau Jakarta Fair. Iya tempat orang-orang
jogging, bermain bulu tangkis, senam, dan banyak lagi.
Tapi tidak sedikit juga mereka yang hanya sekadar
menikmati hari libur bersama keluarga disana, eh ada
juga yang suka berpacaran disana, merangkai kisah
cinta disana. Memang, cinta itu jorok ya, ditemukan
dimana saja, bahkan ditempat yang tidak kita kira
sebelumnya.
Dia jogging, sambil mengerjakan tugas penjaskes,
sambungnya. Aku mengerti, lalu sengaja aku mengirim
fotoku bersama kedua orang tuaku, seakan aku yang
mau menikah. Dia mendoakan kelancaran untukku.
Lalu dia pamit, mau cari makan katanya. Yasudah aku
mempersilahkannya, dan aku melanjutkan kegiatanku,
yaitu menjadi pagar bagus.
Siang harinya, ia menghubungiku. Sekadar
bertanya bagaimana nikahannya? Apakah lancar? Dasar
menyebalkan, kataku. Lalu dia menghilang,
whatsappnya offline. Tertera diatasnya terakhir dilihat
dua menit yang lalu, dia sangat menyebalkan.
Rangkaian kegiatan hari itu pun, selesai. Aku dan
segenap keluarga pulang ke rumah saudara. Beristirahat

26
CATATANKU

sebentar sebelum pulang ke kerumahku. Rencananya


aku dan keluargaku mau pulang malam habis solat isya.
Habis solat isya, kami bersiap untuk pulang.
Ponselku bergetar, mendapat notifikasi. Dia menjelaskan
mengapa tadi siang ia menghilang begitu saja. Aku
mengerti, lalu aku pamit, mau jalan dulu mau pulang.
Lagi-lagi dia memberikan sebuah perhatian kecil, yang
membuatku merasa aneh, benakku bertanya-tanya, ada
apa? Ada apa dengannya? Kenapa? Kenapa dia selalu
memberikan perhatian padaku? Dan lagi-lagi aku tidak
tahu, ada apa dan kenapa pertanyaan-pertanyaan itu
muncul di benakku.
Setengah perjalanan, aku menepi di sebuah
supermarket di daerah jalan Soekarno-Hatta, sekadar
membeli kopi, dan menyundut rokok. Capek juga
rasanya. Setelah seharian beraktifitas, lalu berkendara
pada malam harinya. Aku membuka ponselku, aku
membuka whatsapp, aku hubungi dia, sekadar bertanya.
Sedang apa dirinya? Lagi-lagi dia merespon dengan baik,
aku juga berani menanyakan apakah aku
mengganggunya selama ini? Engga katanya, biasa aja,
sambungnya. Aku lega, seakan ada rasa yang
tersampaikan. Meski aku tidak tahu rasa macam apakah
itu.
Lalu aku menutup ponselku, setelah pamit
padanya, untuk melanjutkan sisa perjalananku. Dua jam
sudah kuhabiskan waktu untuk sampai di rumah.
Malam itu, Persib Bandung sedang berlaga. Aku
langsung diam dihadapan layar televisi, aku yang sangat
antusias apabila Persib Bandung bertanding, aku yang
pernah berharap, lebih tepatnya bermimpi bisa menjadi
pemain Persib. Hahaha, tapi malah ngerokok, dasar aku.
Setelah laga Persib melawan Arema selesai. Aku
menghubungi dia lagi, mengabari bahwa aku sudah
sampai dirumah. Tidak banyak yang kami bahas, Cuma

27
CATATANKU

mengenai tugas biologi besok, kami satu kelompok,


besok itu praktikum yang mengaharuskan setiap
kelompok membawa beberapa alat dan bahan-bahan
praktikum, seperti toples kaca, kawat, corong kaca, dan
tanaman air seperti tanaman hidrilla. Difa bertanya,
Apakah aku punya tanaman Hydrilla? Untuk praktikum
besok. Tapi aku tidak memiliki semua itu, tapi aku
berjanji padanya besok tanaman itu ada. Malamnya
sekitar jam 22:30 dia pamit untuk tidur, sudah menjadi
rutinitasku apabila di mau tidur selalu mengiriminya
pesan suara, yang isinya sudah tentu ucapan selamat
tidur, hehehe. Yang tidak disangka setiap kali habis
mendengarkan pesan suara dariku, dia selalu tertawa,
lucu katanya, suaraku seperti anak kecil, gemas,
katanya. Malam ini pun ditutup dengan keberhasilanku
membuat dia tertawa untuk pertama kalinya.

26/08/2019
Pagi sekali, aku yang sudah berniat untuk
mencari tananam hydrilla untuk bahan praktikum yang
ku janjikan padanya semalam. Membuatku membolos
upacara bendera, untuk pertama kalinya. Tapi aku
senang, aku mendapatkan tanaman itu. Pukul 08:30
sehabis upacara aku masuk ke sekolah lewat jalan
belakang, yang biasa digunakan oleh teman-temanku
yang kesiangan. Pagi yang mendebarkan, aku yang tidak
pernah melakukan hal yang menurutku sebagai
penyimpangan yang sering dilakukan oleh para pemalas.
Tapi hari ini aku melakukannya. Aku pun masuk ke
kelas, tapi aku tidak melihat keberadaan dia yang biasa
duduk di bangku paling depan, hanya da tas merah dan
tas jinjing berwarna hitam miliknya, tidak apa, aku
simpan tanaman itu di kolong bangkunya. Guru biologi

28
CATATANKU

memasuki kelas, dia tak kunjung hadir di dalam kelas.


Kenapa dia tidak kunjung masuk kelas? Apakah dia
sakit? Apakah dia sedang berada di UKS? Benakku
dipenuhi pertanyaan kekhawatiran. Hingga aku bertanya
kepada teman satu kelompok, dan ternyata dia sedang
berkumpul dengan panitia kemah terpadu. Rutinitas
setiap tahun ajaran baru, sekolah kami akan
melaksanakan kemah terpadu sebagai bentuk selamat
datang di lingkungan sekolah katanya, sebenarnya
sebuah rangkaian dari MPLS atau Masa Pengenalan
Sekolah sih. Mendengar hal itu, aku sedikit kecewa
padanya, aku yang mengorbankan upacara bendera
hanya untuk mendapatkan tanaman yang aku janjikan
padanya semalam, tapi dia malah tidak mengikuti
praktikum pagi ini. Ah yasudahlah. Aku tetap
memusatkan fokus ku terhadap praktikum.
Hingga jam pelajaran terakhir, dia tidak
mengikuti kegiatan pembelajaran, hanya sesekali masuk
ke kelas untuk mengambil beberapa barang, lalu pergi
lagi. Kenapa aku begitu memperhatikanya? Ada apa
denganku? Kembali benakku mempertanyakan hal
semacam itu. Sore hari, setelah aku pulang dan mampir
ke kantin di luar sekolah, aku kembali ke sekolah,
dengan niatan untuk mengantarnya pulang, tapi dia
sudah pulang duluan. Aneh tidak seperti biasanya, dia
yang selalu pulang lebih lama dariku, lebih lama dari
siswa-siswi lain hari ini malah pulang lebih dulu.
Aku menghubunginya, dan benar dia pulang
sebelum aku.
Pukul 17:00, ponselku bergetar, aku menduga
pasti dia. Benar saja, dia menghubungiku. Meminta maaf
karena tadi dia tidak mengikuti praktikum, dia mengerti,
aku yang sudah bersusah payah mendapatkan tanaman
hidrilla itu, untuknya. Tapi dia malah tidak ada.

29
CATATANKU

Sepertinya, aku suka dia, dia pengertian. Pikirku secara


spontan,
Dia bercerita padaku, bahwa dia ditunjuk sebagai
koordinator bagian konsumsi. Dia juga menceritakan,
bagaimana pusingnya mengurusi hal yang berkaitan
dengan perut manusia. Penuturannya lucu, hatiku
tergelitik.
Dan aku membalasnya dengan bertanya, apakah
dia pernah merasa tidak punya teman? Dari jawabannya
aku menyimpulkan dia tidak sama denganku, dia lebih
bisa dengan mudah bergaul dengan semua orang, lebih
mudah beradaptasi pada lingkungan baru, tidak
sepertiku. Aku juga bercerita kalau aku mau sekali
menjadi seperti dia, aku ingin mempunyai kisah hidup
seperti di film 5cm, tapi katanya itu cuma film. Dia
menambahkan kalau aku harus lebih terbuka kepada
siapapun, untuk mendapatkan banyak teman. Aku
mengerti, tapi aku tidak bisa seperti itu. Obrolan kita
berlanjut sampai satu jam, setelah dia pamit, mau
bantuin ibu, katanya. Anak yang baik, pikirku.
Tidak berselang lama, sehabis solat magrib, dia
kembali menghubungiku. Katanya setelah beres bantuin
ibu, dia lanjut solat. Obrolan kita berlanjut dia
memintaku untuk mencari inspirasi untuk kegiatan
Pekan Kreatifitas Siswa (PKS) yang di selenggarakan
untuk menyambut hari ulang tahun sekolah. Setelah
aku beri dia beberapa ideku, dia menghilang. Dasar,
menyebalkan.
Pukul 20:03 dia datang lagi, dengan kata maaf,
dia menghilang dengan alasan ponselnya diambil sama
adiknya dan di pakai untuk membuat video. Entah video
apa. yasudah tidak apa, kataku. Untuk memalingkan
rasa kesalku, aku menanyakan apakah dia sudah
menyelesaikan tugas PKN minggu lalu? Dia bilang

30
CATATANKU

sudah, dan mengirimiku beberapa gambar, tentunya


materi tugas PKN.
Dia bertanya, kenapa kalau di sekolah aku suka
tidur, dari pada menulis materi. Sebelum aku
menjawabnya, dia bertanya lagi, Bagaimana mau
ulangan nanti? Kalo materinya saja tidak dicatat di dalam
buku. Sebelum aku menjawab lagi, dia bertanya lagi,
Jangan bilang searching? Aduh, dia menyudutkanku.
Karena kesal, aku jawab saja, Kalo iya kenapa? Dia
membalasnya, Aku paling engga suka sama orang yang
suka searching saat ulangan, kasian sama yang bela-
belain belajar semaleman, tapi pas pembagian nilai
ulangan, malah lebih gede orang yang searching, licik.
Sambungnya. Sebenarnya aku bukan jenis orang yang
suka searching saat ulangan, aku lebih mengedepankan
kejujuran. Maka dari itu, aku membalas pesannya,
memberitahu kalau hanya bercanda tadi. Lalu aku
bilang, “Jadi, kamu suka kan sama aku?” entah dari
mana datangnya ide ini, balasan itu terketik secara
spontan. “Apaan sih kamuuuu.” Jawabnya heran, siapa
yang tidak heran jika orang yang belum lama dikenal,
bilang seperti itu. Aku menyalahkan diriku sendiri.
Karena sudah tanggung, aku jelaskan saja
maksudku, yaitu hanya mengutip pernyataannya, kalau
dia paling engga suka sama orang yang searching saat
ulangan. Setelah menunggu beberapa lama, dia
membalasnya, dia bilang “Mau tau aja atau mau tau
banget?” apa yang dia maksud, aku heran. Apakah ini
hanya sebuah bercandaan, atau hal yang lain, mungkin
perasaan? Dalan keheranan, aku jawab saja, “iyaaa mau
aja sih, dia membalas, Engga ada pilhan iyaaaa mau aja
sih, gimana? Kepalang tanggung yaudah aku bilang aku
mau tau banget, apa jawabnya?

31
CATATANKU

Difa
“Mau tau aja apa mau tau banget?” jawabnya
membuatku heran.
Aku
“Mau tau aja sih,”
jawabku tanggung.
Difa
“Ih enggak ada pilihan mau tau aja sih, gimana dong?”
Aku
“Iya iya, Mau tau banget!!!”
jawabku kian penasaran.
Difa
“Iya, aku suka sama kamu,”
Difa
“Tapi enggak boleh nyebelin:v” sambungnya.

Malam ini ditutup dengan perasaanku yang di


bawanya terbang, oleh perhatian kecil darinya. Katanya,
aku gaboleh tidur larut malam, engga baik buat
kesehatan. Mungkin memang benar, dia suka padaku.
Akankah aku melakukan kesalahan lagi karena dengan
mudahnya terbawa perasaan oleh perhatian-perhatian
kecil darinya, obrolan yang semakin hangat, perubahan
perilaku dari dia terhadapku, mungkin saja.. tapi, saat
ini aku diterpa kegalauan, kebingungan, yang sangat
hebat. Hingga akhirnya aku tertidur lelap sekali...

27/08/2019
Pagi ini, hari selasa. Aku tidak sesiap hari-hari
sebelum aku mengetahui perasaan darinya, seolah
tingkat kepercayaan diriku meningkat. Dengan kepedean
itu aku langkahkan kaki memasuki ruangan kelas, aku
melihatnya, menatapnya, matanya yang bulat,

32
CATATANKU

lengkungan manis dari bibirnya terpampang membalas


senyumanku padanya. Semakin mempertegas bahwa
kejadian semalam benar-benar nyata.
Siang hari, selepas istirahat, memasuki jam
pelajaran TIK, kelasku diminta untuk belajar di lab
komputer. Ketika memasuki ruangan lab komputer hawa
dingin menyeruak, dari ac yang menunjukan suhu 25
derajat celcius. Aku duduk di kursi barisan kedua, aku
tak melihat dia. Kuputuskan untuk menghubunginya,
menanyakan kenapa dia tidak masuk pelajaran. Dia
sedang mengurusi tugasnya sebagai panitia kemah
terpadu. Sibuk sekali. Selepas jam pelajaran berakhir,
aku dan teman sekelas bergegas untuk kembali ke
ruangan kelas, diperjalanan aku bertemu dengannya,
terpampang wajah yang pening, tubuh yang lemas, aku
khawatir. “Kamu kenapa?” tanyaku. Pusing katanya kalo
menyoal hal yang berhubungan dengan perut manusia,
aku tertawa. Ku pastikan apakah dia baik-baik saja.
“Engga apa-apa kok. Aku kan kuat.” Aku membalasnya
dengan senyuman, aku tahu Difa sedang berbohong, dia
bukan pembohong yang hebat, karena aku tahu betapa
berat beban yang dia tanggung. Kasihan, andai saja aku
bisa membantunya, sebisaku pasti akan ku lakukan.
Aku tidak bertemu lagi dengannya, sampai
pulang sekolah. Sore hari, kuhubungi dia, menanyakan
sudah seberapa siap dia untuk besok. Iya besok adalah
kegiatan kemah terpadu selama tiga hari, dan selama itu
pun aku tidak akan bertemu dengannya. Aku akan
merindukannya, kalimat itu ku katakan tanpa sadar.
Malam ini dia kembali bercerita padaku, mengenai beban
pikiran yang ia tanggung yang membuat berat badannya
turun hingga 4kg, kasihan. Dia juga bilang padaku,
“Jangan kangen loh, tiga hari kedepan aku engga akan
ada di kelas.” Idih, kok dia geeran yaaa, hihihi. Tapi aku
tidak bisa bohong pada hatiku, aku akan

33
CATATANKU

merindukannya. Lalu dia juga bilang, kalo besok dia


akan memberiku hadiah agar aku tidak rindu padanya.
Bagaimana bisa sebuah hadiah menggantikan
kehadiranmu, pikirku.

Difa
“Dim, tiga hari aku enggak ada disekolah kamu jangan
kangen loh hehehe.”
Aku
“Idih, apaan sih hahaha,”
Aku
Kan ada media komunikasi, wle.”
Difa
“Iya sih, tapi gimana kalo disana enggak ada sinyal
hayoohhh.”
Aku
“Yaaaa, enggak berbalas kabar.”
Difa
“Iya, jadi jangan kangen. Besok aku kasih hadiah ya,
buat bikin kamu engga kangen hehehe.”

Malam ini, sebelum ia pamit tidur. Aku masih


penasaran pada kata-kata yang ia lontarkan semalam,
bahwa dia suka padaku. Aku memastikannya, aku
bertanya padanya mengenai perasaannya padaku yang
sebenarnya. Dia malah membuat rasa penasaranku
semakin menjadi, pasalnya dia akan memberitahu
perasaannya melalui hadiah yang ingin ia berikan besok.
Dasar nyebelin.

Aku
“Dif.. boleh nanya enggak?”
Difa
“Nanya apaan nih..”

34
CATATANKU

Aku
“Mau mastiin deng..”
Difa
“Iya sok, mau mastiin apa?”
Aku
“Mengenai persoalan kemarin malam nih. Kamu bilang
suka sama aku dalam konteks cuma karena aku yang
sebenernya enggak suka nyontek kalo ujian, atau ada
hal lain?”
Difa
“Hehehe, Enggak akan dikasih tau, wleee.”
Aku
“Aku cuma takut, terbawa perasaan gitu.. karena jujur
nih aku suka sama kamu.”
Difa
“Aku engga bisa ngasih tau sekarang kayaknya Dim..”
Difa
“Susah buat diutarainya...”
Difa
“Dim.. aku mau istirahat, duluan ya.. gapapa?”
Aku
“Oh iya gapapa, besok sama dua hari kedepankan mesti
fit tuh badan.”
Aku
“Gini, aku bukan nembak nih.. cuma pengen mastiin
aja.. kalo soal rasa emang ribet, jadi harus dipastiin
hehehe.”
Difa
“Hehehe, iya gapapa Dim.. ngerti kok.”
Aku
“Emang kayak yang belum waktunya yah, kita kan baru
aja kenal..”
Aku
“Kamu engga terganggu, „kan?

35
CATATANKU

Difa
“Engga kok, gapapa.”
Aku
“Maaf..”
Difa
“Iya Dimaaaassss...”
Aku
“Persoalan malam ini enggak akan ngaruh sama keadaan
kelas kan? Bisa aja kamu cuek setelah ini, atau gimana
lah...”
Difa
“Enggak Dim! Enggak akan ngerubah apapun..”
Difa
“Gini aja deh, pertanyaan kamu mengenai perasaan ini,
aku jawab besok lewat hadiah yang bakalan aku kasih,
gimana?”
Aku
“Boleh hehehe..”

Aku yang merasa


tidak enak hati, karena takut kalau dia malah
menjauhiku karena tau perasaanku terhadapnya,
beberapa lama aku menunggu balasan aku kira dia
sudah tidur, tapi tidak setelah dia membalas pesanku..
akupun tidur dengan penuh penasaran setelah Difa
pamit,

28/08/2019
Hari ini, pagi sekali pukul 04:00 subuh aku
sudah bangun, aku menghubungi Difa, hendak
membangunkannya takut dia kesiangan, karena panitia
kemah terpadu harus sudah ada disekolah jam 05:00.
Dia tidak menjawab teleponku, hanya saja lewat pesan

36
CATATANKU

whatsapp dia berterima kasih karena aku sudah


membangunkannya. Karena aku punya kuota malam,
aku bertanya padanya, apakah ada film yang mau dia
download. Ada katanya, dia mau nonton drakor (drama
korea) yang judulnya, “Love Alarm”. Dia bilang cuma 8
episode Yasudah aku download saja. Seberes
mendownload aku lekas mandi, lalu bersiap untuk ke
sekolah.
Sesampainya di sekolah, pertama kali yang
kulihat adalah barisan manusia berpakain putih-hitam,
dengan gaya rambut yang sama yaitu cepak, iya mereka
peserta kemah terpadu. Aku melihat Difa, dia tersenyum
padaku. Dia bilang hadiahnya ada di kolong mejaku.
Sesegera mungkin aku ke kelas, aku penasaran apa yang
mau dia berikan untukku yang katanya obat penahan
rasa rindu itu. Ternyata sebuah susu ultramilk rasa
strawberry, lucu pikirku.
Tapi pemberian ini adalah yang pertama lagi
setelah beberapa lamanya waktu yang kuhabiskan tanpa
memikirkan cinta, dan Difa memberiku sebuah hadiah,
yang sangat berkesan, sangat istimewa pikirku. Setelah
ku ingat, katanya dia mau menjawab pertanyaanku
mengenai perasaaanku padanya melalui hadiah yang ia
berikan, aku lalu melihat dimana letak jawabannya.
Ternyata ada di depan bungkusnya, di sebelah kiri logo
ultramilk, tertera disana ”I fell the same” yang ku
tafsirkan kata itu mengandung arti, aku juga
merasakan hal yang sama. Apa maksudnya? Apa yang
sama? Perasaannya? Hatiku berdebar. Aku menemuinya
aku tersenyum padanya, seraya berterima kasih karena
sudah membalas rasaku terhadapnya. Iya aku memang
sudah menyukainya.
Tapi sebenarnya aku sudah tau itu, dari status
whatsapp yang ia pasang semalam. Disana dia
memposting fotonya dan menuliskan caption, dalam

37
CATATANKU

bahasa korea. Lalu iseng, kuterjemahkan, isi dari


captionnya, adalah hal sama dengan tulisan yang tertera
di hadiah itu. Bahwa dia juga merasakan hal yang sama,
dia juga suka padaku. Aku senang. Rasaku terbalaskan
kali ini.
Pukul 08:00 rombongan kemah terpadu pun
berangkat. Sebelumnya Difa mengahampiriku menagih
film yang sudah ku download untuknya tadi pagi,
ternyata aku salah paham yang aku kira Difa meminta
film yang berjudul “Love Alarm” hanya episode 8 nya
saja, ternyata tidak. Difa memintaku untuk
mendownload semua episodenya yang semuanya 8
episode. Malu aku, tapi Difa tidak apa-apa meski kutahu
hatinya kecewa, tidak lupa aku mewanti-wantinya agar
senantiasa berhati-hati disana, dia tersenyum, dan
berkata “Siap bosss”. Gemas, ingin rasanya aku
mencubit pipinya yang kemerahan itu.
Pukul 10:00 dia menghubungiku, mengabari
bahwa ia sudah sampai di tempat ia akan berkemah.
Tapi obrolan kami terganggu sinyal. Gangguan sinyal itu
pun membuat dia salah paham, aku yang tadinya ingin
tau bagaimana keadaan atau bagaimana suasana tempat
berkemahnya, ia malah mengirimiku foto dirinya, tidak
apa pikirku, ini juga pertama kalinya ia mengirimiku foto
dirinya.
Aku tak berbalas kabar hingga malam hari
dengannya, mungkin lagi sibuk, mungkin gangguan
sinyal, mungkin mungkin mungkin, segala kemungkinan
yang membuatku mengantuk..

29/08/2019
Pada hari ini, aku kembali terbangun pada pukul
04:00 subuh, aku mendapati ponselku di penuhi

38
CATATANKU

notifikasi darinya, kemarin Aku tidak berkomunikasi


dengannya cukup lama, selama beberapa jam. Pada
pukul 23:00 dia mengabariku, katanya dia baru beres
melaksanakan kegiatan di hari pertama kemah terpadu.
Katanya juga dia sulit tidur, kedinginan. Tapi aku sudah
tidur duluan, sayang sekali aku tidak bisa menemaninya
malam itu. Aku meminta maaf, karena semalam aku
sudah tertidur. Dia mengerti, tidak apa-apa katanya.
Hari ini, dia kembali menghilang, ditelan gangguan
sinyal.
Malam hari, pukul 21:30 aku menghubunginya,
dia sedang melakukan kegiatan api unggun, tapi
obrolanku dengannya tidak berlangsung lama. Aku
menerima sms dari seseorang yang menyebalkan,
seseorang itu mengabari bahwa pulsaku sudah tiada.
Aku mencoba menghubunginya lagi, bukan dia yang
mengangkat telepon dariku, wanita lain. Dia bilang,
“maaf pulsa anda sudah habis.” Tak kulanjutkan
mendengar celotehnya, itu sangat menyebalkan. Malam
ini tidak ada obrolan sampai larut malam, aku mengerti
dia sedang sibuk disana, aku juga tidak ingin
mengganggunya. Jadi kuputuskan untuk pergi tidur,
semoga dia hadir di mimpiku. Ucapku penuh harap.
Tapi malam ini, aku tidak bisa tidur. Jadi aku
keluar rumah, menaiki loteng rumah, dan berdiam diri
disana. Aku melihat tebaran bintang yang dengan
harmonis saling berkedip. Aku melihat satu bintang yang
lebih terang dari biasanya, aku pikir itu dia, dia yang
sedang berada jauh dariku, dia yang telah membuatku
jatuh cinta lagi, dia mempesona, dia terlihat lebih terang
dari yang lain, dia istimewa, pikirku.

39
CATATANKU

30/08/2019
Hari berganti dan aku tidak tidur, pada pukul
02:00, aku menghubunginya, siapa tau dia sedang tidak
bisa tidur seperti kemarin. Tapi nihil. Kali ini nampaknya
dia sudah tidur. Benar saja dugaanku, karena pukul
06:00 dia mengabariku, kalau kemarin itu sinyalnya
jelek, jadi dia tidak bisa mengabariku lalu dia tidur.
Melalui pesan suara aku ceritakan kejadian semalam,
dimana aku yang tidak bisa tidur, aku yang melihat
tebaran bintang, aku yang menyandingkannya dengan
ribuan bintang itu, dan kubilang kalau dia lebih cantik
dari mereka. Dia terharu mendengar itu, tapi ngakak
juga katanya. Setiap kali diputar pasti begitu ada haru
ada ngakaknya katanya.

Shine

Hai, malam ini pukul 23:55


aku tidak bisa tidur dan aku pergi ke atas loteng,
Menengadah ke atas, melihat tebaran bintang yang
bersemayam di hamparan langit malam.
Ketika itu, aku sedang menyandingkanmu dengan
bintang-bintang,
Tak bisa ku pungkiri kalau kamu yang menang,
Tak bisa kupungkiri, kamu lebih mempesona, kamu
jauh lebih cantik,
kamu terlihat lebih terang,
Bersinar dalam kelamnya relung hari yang paling
dalam.

Hari ini adalah hari dimana kegiatan kemah


terpadu rampung. Aku tak sabar untuk menemuinya,
melepas rindu dengannya, untuk menceritakan betapa

40
CATATANKU

aku tak bisa ditinggalnya pergi meski hanya tiga hari.


Dasar alay, pikirku.
Sehabis solat jumat, rombongan kemah terpadu
pun sampai di sekolah, aku yang antusias menanti dia,
akhirnya menemukan waktunya. Difa menghampiriku,
dia bertanya “Kangen ga sama aku?” aku jawab, enggak
lah masa cuma ditinggal tiga hari sudah rindu, alay.
Kataku. Padahal aku benar-benar merindukannya.
Obrolanku dan Difa sampai pada, tawaranku
untuk mengantarnya pulang. Dan dia pun mau, ini kali
pertama aku mengantarnya pulang, mengendarai honda
beat warna biru, aku merasa bahagia. Entah kenapa. Di
perjalanan aku tidak banyak bicara, lidahku kelu.
Padahal tadi, aku sudah menantikannya aku mau
menceritakan segala hal, mengenai kerinduan. Tapi tidak
bisa, tidak semudah itu. Sampai di rumahnya yang
berada di komplek perumahan, Difa menunjuk rumah
berwarna hijau muda, dihiasi asesoris gantungan dari
kayu yang jika terkena angin akan berbunyi, aku
mendekati rumah itu, motorku berhenti didepan
rumahnya, tidak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan,
sepi. Akupun pamit pulang, dia berterima kasih padaku
karena sudah mau mengantarnya pulang dan dia
menyempatkan waktu untuk mewanti-wanti agar aku
berhati-hati dijalan. Aku pulang dengan perasaan yang
terbang mengangkasa.
Sore harinya, aku ingat waktu aku di Cimahi, aku
sempat berjanji bahwa akan membelikannya eskrim.
Tidak pikir panjang aku kembali ke rumahnya,
membawa dua eskrim yang disimpan dalam kantong
kresek supermarket. Setibanya di rumah Difa. Nampak
sepi, tapi pintunya sedikit terbuka. Aku memanggilnya,
cukup lama aku menunggu. Mulai bosan aku hanya
duduk di sepeda motorku, melihat-lihat komplek
perumahan tempat dia menetap. Lalu dia memanggilku,

41
CATATANKU

hatiku berdegup, terperanjat kaget. Aku melihat sosok


bidadari dalam keadaan alami, dia yang baru bangun
tidur nampaknya, memakai atasan kaos putih bergaris
hitam, dengan bawahannya handuk yang dilingkarkan di
pinggangnya. Iya, serius. Dia mengenakan handuk untuk
menemuiku. Lucu, cantiknya alami, kataku padanya.
Dia hanya tersipu malu. Sembari menanyakan perihal
apa aku ke rumahnya, kenapa tidak mengubunginya
dulu, aku bilang sudah, tapi dia tidak aktif. Dia tertawa,
karena sadar kalau sedari tadi dia tidak mengaktifkan
data selulernya, dia juga menambahkan keterangan
kalau dia baru bangun tidur dan mau mandi. Lalu aku
berikan eskrim sebagai bentuk penunaian janjiku pada
waktu itu, dia menatapku tidak percaya, lalu berterima
kasih. Setelah itu aku langsung pamit, takut
mengganggu, hari sudah sore juga, kataku. Dia
mempersilahkanku.
Malam harinya, pukul 18:45, Difa
menghubungiku. Kukira hanya sekadar berterima kasih
atas eskrim tadi sore. Ternyata dia mau berdiskusi serius
mengenai hubungannya denganku karena mungkin Difa
beranggapan bahwa dia denganku sudah sangat dekat,
sering berbalas kabar, berbalas perhatian, bahkan sudah
berbalas rasa. Hatiku berdebar. Aku takut kalau dia
tidak mau melanjutkan hubungan ini, aku takut kalau
dia tidak benar-benar menyukaiku.
Tapi aku salah… Awalnya dia bercerita perihal
alasan mengapa hubungan dia dan mantannya bisa
berakhir, alasannya karena orang tuanya tidak mau
anaknya (dia) pacaran. Dari sana aku sudah tahu, kalau
harapanku yang ingin memiliki dia sepenuhnya tidak
akan pernah terjadi. Dia menambahkan kalau dia
benar-benar suka padaku, hanya saja dia tidak ingin
mengingkari janji terhadap orang tuanya. Dengan
kelapangan dada, aku jernihkan pikiran, aku bilang,

42
CATATANKU

tidak apa. aku bisa mengerti keadaanmu. Aku


menambahkan, yang penting aku sudah tahu
perasaanmu kepadaku, dan kamu juga sudah tahu
perasaanku terhadapmu. Dia bilang, Alhamdullillah
terima kasih sudah mau mengerti. Padahal berat sekali
rasanya, menjalani hubungan tanpa kejelasan, mungkin
aku dan dia dapat berkomitmen, tapi hal yang tanpa
ikatan akan mudah lepas tanpa pamitan, pikirku
pesimis.

Inginku tak terindahkan

Keresahan itu berbuah jawaban,


Keraguan itu berbuah kejelasan,
Atas angan yang berterbangan,
Atas rasa yang telah disandarkan,
padanya.
Meski tidak ikatan,
Tidak ada hubungan,
Maupun kesepakatan,
Untuk bersama – sama mencapai kebahagiaan.
Terima kasih ku ucapkan,
Atas jawaban yang menjelaskan, kalau saling
mencintai tak mengharuskan adanya ikatan.
Terima kasih ku ucapkan,
Atas jawaban yang menjelaskan, kalau kita hanya
berteman.
Doa-ku malam ini, semoga rasa itu tak cepat
memudar.
Karena, hal-hal yang tanpa ikatan
Akan mudah terlepas tanpa berpamitan.

Setelah obrolan itu, obrolan yang membuat aku


dan dia saling mengerti, saling memahami satu sama
43
CATATANKU

lain. Aku mengiriminya sebuah gambar dimana aku yang


sedang bermesraan dengan jason, jason itu kucingku.
Ternyata dia juga suka kucing, tapi dia tidak bisa
memelihara kucing karena adiknya tidak begitu suka
kucing, sayang sekali. Dia membalas pesan gambarku
dengan gambar juga, sebuah foto tangannya yang dibalut
perban, semacam hansaplast. Katanya kenang-kenangan
kemah. Dia menceritakan kenapa tangannya dibalut
perban, tangannya yang lentik dilukai bibir
penggorengan. Dasar, jahat sekali penggorengan itu. Lalu
dia mengirimiku gambar lagi, berupa foto tangannya lagi,
yang sama di balut perban, tapi bukan oleh pelaku yang
sama. Tangannya yang satu lagi di cium bibir parutan.
Dasar ceroboh, kataku.
Dia juga bercerita, mengenai hal horror yang ia
alami pada saat kemah terpadu. Katanya, saat ia
bersama temannya mau ke kamar mandi yang terletak di
ujung sekali. Katanya, disekitar kamar mandi itu banyak
pohon pisang, dia merasa ada yang mengawasinya, entah
apa itu, serem pokoknya. Aku bilang, itu cuma
sugestimu pada situasi tertentu. Tapi dia tetap
bersikukuh pada perasaan takut yang ia alami, dia
penakut juga sama sepertiku. Aku juga bilang, enak ya
setan itu bisa lihat-lihat tubuh dia. Dia kesal, jangan
dibayangin, katanya. Padahal aku sudah terlanjur
membayangkannya. Nakalnya aku. Tapi aku bilang,
kalau aku itu jenis orang yang sangat menghargai
wanita. Dia percaya padaku, terima kasih jawabku.
Aku penasaran, kenapa dia suka padaku, lalu
kutanyakan padanya. Katanya engga tau, perasaan itu
tiba-tiba ada katanya. Tidak logis, pikirku. Karena aku
pernah membaca teori sebab-akibat. Dalam hal apapun
pasti ada sebab, dan akan ada akibat. Dalam hal
mempunyai perasaan pun sama, sebab dia bla bla, dan
akibatnya muncul perasaan suka itu. Dia menambahkan

44
CATATANKU

alasan, mungkin karena buku sejarah. Oh iya mungkin


saja, karena seingatku aku pernah sesekali berdiskusi
dengannya perihal buku sejarah, yang berjudul
pembantaian jawa-bali. Aku hanya bilang, kalo aku
berharap rasa yang tiba-tiba ada itu, rasa yang entah
darimana datangnya, tidak cepat memudar. Dia
mengiyakan harapanku.
Aku bilang padanya, kalau aku tidak menyangka
dia bisa suka padaku bahkan tidak akan pernah. Karena
dia punya segalanya, dia bisa bilang tidak untuk orang
sepertiku, tapi dia tidak begitu. Aku juga sedikit
mengingatkannya pada mimpiku waktu itu, dimana aku
melihat dia sedang jalan dengan pacarnya, sekarang
udah jadi mantannya, lalu aku cemburu. Aku bilang,
waktu itu aku belum memiliki rasa apapun padanya,
tapi setelah mimpi itu, aku yang bingung kenapa aku
bisa cemburu padanya, memikirkan hal lain, yaitu
apakah aku menyukai dia? Bahkan aku bilang waktu
itu, kalau aku tidak boleh mudah menaruh hati pada
siapapun. Tapi sekarang aku sudah menaruh hati
padanya, aku suka padanya. Ternyata dia juga sama
sepertiku sama-sama pernah bilang kepada diri masing-
masing kalau diri ini tidak boleh mudah menaruh hati
pada siapapun. Aku tidak menyangkanya sama sekali.
Tapi dia malah menanyakan pernyataanku, dia
bingung kenapa aku bisa beranggapan kalau dia peduli
padaku, padahal aku yang lebih menunjukan rasa
peduliku padanya. Sampai dia mengambil contoh, aku
yang membawakannya alat kompres pada saat dia mules
karena menstruasi. Iya juga pikirku. Tapi dia yang mulai
duluan, dia yang perhatian padaku saat tanganku lebam
karena lomba tarik tambang waktu itu.
Kemudian dia menceritakan siapa orang yang
pertama kali mengetahui hubungannya denganku,
perihal kedekatanku dengannya. Katanya orang yang

45
CATATANKU

pertama tahu adalah teman sebangkunya. Katanya lagi,


teman sebangkunya itu melihat adanya perbedaan
gerak-gerik, tingkah laku, dan tatapanku kepadanya.
Semacam ada hal yang berbeda. Aku tertawa
mendengarnya.
Aku memberitahunya, kalo sebenarnya aku tidak
tahu kalau ternyata dia adalah teman sekelasku, waktu
kelas 11 aku dan dia dipisahkan karena pihak sekolah
sedang melakukan renovasi pada beberapa ruangan
kelas. Aku yang tidak terlalu memerhatikan teman
sekelasku yang asli, malah asik dengan teman kelas
tempatku menumpang, menjadi alasan kenapa aku tidak
menyadari kalau selama ini dia itu dekat denganku.
Sayang sekali.
Malam yang penuh romansa ini, ditutup dengan
kecupan online dariku, yang tidak diindahkan olehnya.

31/08/2019
Hari ini, aku menghubunginya, mengucapkan
selamat pagi. Rupanya dia tidak aktif karena tertera
ceklis satu di whatsappnya, tak apa pikirku, mungkin
masih tidur. Siang hari, barulah dia membalas pesanku.
Katanya sedari pagi dia tidak membuka ponselnya, dia
sibuk beres-beres rumah. Anak baik, kataku kagum. Dia
memberitahuku kalau dia sedang di sekolah, sedang
kumpul bersama anggota ekskulnya, iya dia adalah
anggota ekskul paskibra. Dia berjanji akan mengabariku
nanti seberes kumpul, aku bilang, ya sudah.
Dia mengabariku sore hari, dia mengirimiku
gambar, sebuah foto yang memberitahuku kalau dia
masih di sekolah, gila pikirku, hari libur saja masih
sekolah sampai sore begini. Sibuk sekali. Dia pamit
padaku, mau pulang ada ayah yang udah

46
CATATANKU

menjemputnya. Aku bilang, hati-hati dijalan. Oke boss,


katanya.
Malam hari, sehabis magrib. Ku hubungi dia. Aku
mengiriminya gambar. Foto kakiku yang sedang diurut,
aku keseleo karena bermain bola sore itu. Dia
mengkhawatirkan aku, dia mewanti-wanti agar nanti
kalau main bola lagi, harus lebih berhati-hati. Aku
tersipu mendengarnya. Dia menambahkan banyakin
istirahat, biar cepat sembuh, besokkan harus sekolah.
Dia begitu memperdulikanku, aku tidak boleh
mengecewakannya, pikirku.
Lalu berselang beberapa jam kemudian, dia
mengirimiku gambar, sebuah foto dimana dia baru saja
dikasih eskrim dari tetangganya, aku cemburu, jawabku.
Karena ada yang memberi dia eskrim selain aku. Dia
tertawa, dia bilang yang memberi dia eskrim itu adalah
ibu-ibu, masa cemburu sama ibu-ibu, dia meledekku.
Obrolanku dengan dia malam ini, ditutup karena
dia sudah kehabisan kuota internet, menyebalkan. Mau
tidak mau aku juga harus tidur. aku terbangun pagi
sekali.

Sepuluh hari aku mengenalnya.

Suatu malam aku terbangun dari tidur,


Oleh pekik mulut yang mendengkur.
Dingin menyeruak,
Membuat bulu kuduk berdiri merinding,
Dan aku yang diam termangu menghadap dinding.
Angin masuk melalui jendela yang tak ditutup karena
lupa,
Mataku tak dapat menerawang karena gelap,
Hidungku tak dapat membau karena pengap,
Telingaku tak dapat merekam getaran, sunyi tak ada
suara yang tertangkap.

47
CATATANKU

Namun, nalarku menggapai satu titik,


Yang membuat mataku menerawang sosok puan yang
amat cantik,
Hidungku dapat membau aroma yang semerbak,
Dan telingaku juga dapat merekam getaran merdu dari
seorang yang tak asing bagiku.
Hingga, dalam hening, kesunyian malam itupun
membuatku yakin sosok itu,
Sosok yang aku lihat amat cantik,
Sosok yang aku cium amat harum,
Sosok yang suaranya merdu itu, adalah dia.
Dia yang tak lama aku kenal, iya aku yakin itu dia.
Dia yang membuatku jatuh cinta dalam waktu 10 hari,
setelah aku mengenalnya.

Dalam sepuluh hari aku sudah bisa


menyukainya, bahwa dialah sosok puan yang selama ini
aku cari, yang selama ini kunanti, entah apa yang terjadi
semuanya tak terkendali. Sempat muncul pertanyaan di
benakku, mengapa? Mengapa secepat ini? Apa? Apa yang
membuatku yakin? Mungkin aku yang sudah lama tidak
mengenal cinta, lalu ketika aku bertemu dengan dia, dia
yang masuk ke dalam kriteria perempuan yang aku
inginkan lalu membuatku takut kehilangannya. Maka
dari itu aku yakin, dalam waktu yang sesingkat
mungkin, yang dari awal aku merasa aneh akan
fenomena cinta yang hadir dengan cepat, sekarang
malah aku yang tengah merasakannya. Aku tidak bisa
memungkirinya, cinta itu ajaib.

48
CATATANKU

SEPTEMBER

Kini setelah satu bulan, perjuanganku untuk


dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, mendapat
hasil. Aku dapat berbicara setidaknya sepatah dua
patah, hanya sekadar memberikan gagasan atau ide
pada saat kelas baru ini mendapat tugas yaitu menggelar
stand atau kegiatan berupa bazzar makanan, yang
dilaksanakan bersamaan dengan perayaan hari ulang
tahun sekolah ini. Aku memberikan gagasan mengenai
tema yang akan dipersembahkan pada saat hari
perayaan itu tiba, mereka setuju. Senangnya hatiku. Aku
merasa dianggap, keberadaanku diakui. Aku lebih hidup.
Dengannya yang kian dekat denganku, dan dengan
dunia baruku di kelas baru.

2/09/2019
Sore hari, dia menghubungiku, dia menggunakan
hotspot ke ibunya. Syukurlah, kataku. Kita bisa berdialog
49
CATATANKU

hari ini. Aku memberitahunya, kalau aku sedang


menulis di wattpad, baru dua halaman, tambahku. Dia
sangat antusias, setelah membaca tulisanku, dia bilang,
kalau aku akan bisa menjadi seorang penullis, katanya
lagi, tulisanku keren. Aku tersenyum mendengar
sanjungannya. Dia juga menitipkan sebait doa untukku
kepada tuhan, semoga aku bisa jadi penulis yang hebat,
katanya. Aku mengamini doanya.
Topik obrolanku malam ini, sedikit ngaco. Dari
cita-cita dia yang sedari sekolah dasar ingin menjadi
seorang penjahit, sampai aku membayangkan bagaimana
jadinya kalau suatu saat nanti kita memang ditakdirkan
berjodoh, dia yang seorang penjahit dan aku yang
menyukai bidang desain. Akan menjadi pasangan yang
serasi. Nanti aku dan dia akan membangun sebuah
butik, ah dasar, belum apa-apa sudah berkhayal
kemana-mana.
Lalu aku mengalihkan topik, andai saja kalau dia
tidak ditakdirkan lolos seleksi polisi, mau di lanjut
kemana kataku, dia sempat ingin menjadi staff di PT.KAI,
atau masuk PKN STAN. Gila pikirku, ambisinya besar
sekali. Lalu dia balik bertanya padaku, pertanyaan yang
sama. Kalau aku tidak lolos seleksi AKMIL, mau di lanjut
kemana. Aku bilang, aku sudah punya plan untuk
hidupku, aku yang ingin sekali menikmati hidup, dengan
cara mengunjungi beberapa tempat, daerah di Indonesia.
Akan lebih keren jika aku mempunyai usaha yang
mobile, seperti cafe berjalan. Semacam di film “Filosofi
Kopi”. Dia bilang, kalau semua itu menjadi kenyataan,
pasti keren. Aku balas, kamu mau engga jadi seseorang
yang menemani aku merintis usaha itu dari nol? Dia
hanya tersipu malu, mendengar itu.
Malam ini ditutup dengan khayalan dan
impianku untuk terus bersamanya.

50
CATATANKU

3/09/2019
Hari ini, aku menghubunginya pada malam hari.
Aku meneleponnya namun tidak dijawabnya. Lalu dia
mengirimiku pesan, maaf katanya, dia membuat
ponselnya hening, alasan kenapa dia tidak menyadari
kalau aku meneleponnya sedari tadi.
Topik obrolanku malam ini, seputar tugas besok,
tugas dialog bahasa arab. Dia memberitahuku, kalau dia
tidak bisa melafalkan dialog bahasa arab, alasannya dia
tidak mengerti bagaimana nada atau intonasi saat
berdialog dalam bahasa arab. Aku menyarankannya agar
dia menonton youtube, memperhatikan bagaimana cara
orang arab berdialog, dia tertawa. Kenapa tertawa,
tanyaku bingung. Dia bilang, tidak harus seperti itu. Itu
berlebihan, sambungnya. Dasar, tadi dia bilang kalau dia
mau tahu bagaimana cara melafalkan dialog bahasa
arab, tapi malah seperti itu.
Dia bertanya padaku, apakah aku tahu tentang
berita kalau ada siswi di sekolah yang lesbi. Iya di
sekolahku sempat beredar kabar kalau ada siswi yang
lesbi. Aku tahu itu, beritanya yang sempat viral, tapi aku
tidak terlalu mengetahui siapa siswi itu, untuk apa
pikirku. Aku malah bertanya padanya, apakah dia juga
lesbi? Dia menggerutu, gila aja, katanya. Lalu dia bilang,
kalo dia lesbi dia tidak akan suka padaku. Aku
terhenyak. Aku merasa terbang lagi dan lagi, olehnya.
Aku menanyakan, sedang apa dia? Dia bilang, dia
sedang menonton film the Lord of The Ring. Lalu dia
bertanya mengenai peristiwa yang terjadi di Papua,
mengenai rasisme itu. Aku menjelaskan secara rinci dan
dia pun mengerti.
Aku juga jujur padanya, kalau aku sempat stalk
facebook dia, dia kesal. Katanya, itu udah lama, foto dia

51
CATATANKU

waktu alay-alaynya, jangan dilihat lagi ya. Aku hanya


tertawa, membuatnya semakin kesal, lalu aku bilang,
kenapa harus kesal? Perubahan itu kewajaran. Aku bisa
menerima masa lalumu, itu buktinya aku menyukainya
apa adanya dia. Dia pun tersipu. Obrolanku malam ini
ditutup dengan dia yang sudah mau tidur karena takut
sama smegel (pemeran film the lord of the ring).

Setelah satu bulan, aku dapat beradaptasi


dengan kelas baru, dan dua minggu aku dekat
dengannya. Tidak banyak hal yang aku dan dia lakukan,
aku dan dia tidak pernah makan bersama, jalan-jalan,
atau sekadar mengobrol di waktu yang lama. Hanya
sesekali dan tidak lama, kebanyakan chatting, sesekali
video call, dan teleponan. Tapi aku sudah lebih merasa
hidup, ketika aku mengenalnya, aku yang sudah kian
lama tidak mengenal cinta, aku yang sudah lama tidak
ada yang memberi perhatian, kini dengannya, dengan dia
yang kusimpulkan sebagai sosok seorang yang aku
nanti, yang aku cari selama ini. membuatku kembali
merasakan getaram yang sukar dijelaskan, sulit
digambarkan, namun hanya bisa dirasakan..

4/09/2019
Hari ini, aku bersiap untuk menunaikan tugas,
yaitu tugas bahasa arab, tepatnya praktek percakapan
bahasa arab. Waktu berjalan seiring detiknya, tak terasa
jam sudah menunjukan pukul 14:45 dimana sebentar
lagi bel pulang berdering. Tapi karena tidak ada guru
yang masuk pada saat jam pembelajaran terakhir, aku
dan temanku memilih pulang lebih dulu. Sebelum keluar

52
CATATANKU

ruangan kelas, aku menghampirinya, menanyakan


apakah ia mau ku antar pulang? Dia bilang, dia latihan
paskibra, dia malah mempersilahkanku pulang lebih
dulu, hati-hati katanya. Aku mengerti, yasudah
semangat yaaaaa! Kataku. Aku dan temanku pulang,
lebih dulu dari yang lain. Aku dan temanku berpisah di
persimpangan jalan, dia yang pulang ke daerah
Bandung, sedang aku yang ke Sumedang. Sesampainya
di rumah aku hanya merebahkan badan, belum mau
mandi, nanti saja pikirku. Aku tertidur, aku bangun
pukul 17:00, lalu mandi. Selepas mandi dan solat
magrib, aku menghubunginya, rupanya dia sudah
pulang, dan mau mandi. Ya sudah kataku,
mempersilahkan dia untuk mandi.
Dua jam kemudian tepatnya pukul 20:00 dia
baru mengabariku lagi, maaf lama, katanya. Aku sudah
mengerti, karena sehabis mandi langsung solat magrib,
biasanya sesudah solat dia makan malam, seberes
makan, dia menunggu waktu solat isya. Dan akhirnya
baru ada waktu untuk mengabariku. Sosok puan yang
taat aturan, pikirku.
Ada cerita menarik darinya, dia di marahi ibunya
karena teriak-teriak di kamar mandi. Aku tanya kenapa
teriak-teriak, sebab ada kecoa yang jatuh di kakiku,
katanya. Aku tertawa, karena aku juga merasakan hal
yang sama, aku geli kalau sudah ada kecoa, apalagi
kalau kecoanya sudah terbang. Aku menceritakan hal
itu, padanya. Dia tidak percaya, masa cowok takut
kecoa, katanya.
Aku dan dia sedikit membahas mengenai
persiapan stand bazzar kelas, yang dimana stand bazzar
itu merupakan tugas praktek dari pelajaran seni budaya,
untuk menyambut dan memeriahkan hari ulang tahun
sekolah. Aku mendapat tugas sebagai maskot, iya
maskot untuk stand bazzar. Dan dia bertugas sebagai

53
CATATANKU

seksi dekorasi. Aku menanyakan tugasku pada saat


nanti di hari H nya, katanya aku cuma harus melayani
orang-orang yang mau difoto, aku bilang, yeeee foto-foto
sama cewe dong. Dia gusar, eitsss engga boleh katanya.
Kenapa, tanyaku. Tidak apa, katanya mengelak. Kalo ada
yang mau foto sama kamu harus izin dulu ke aku.
Tambahnya. Hah?! Tidak salah, dia mengatakan itu.
Seakan dia tidak mau kalau aku berfoto dengan orang
lain, padahal itukan tugasku sebagai maskot, dia
berlebihan, pikirku.
Aku memintanya, menebak keberadaanku.
Sedang dimana aku, rupanya dia sudah mengetahui
kebiasaanku, katanya pasti lagi di loteng, memang
benar, aku sedang di loteng rumah. Aku rindu padanya,
aku kiaskan dia sebagai bintang, tapi malam ini tak ada
bintang di hamparan langit malam. Aku ingat teori
sebab-akibat, apa yang menyebabkan tiadanya bintang
malam ini, tapi aku menyadari akibat dari ketiadaannya.

Aku diterpa dilema

Beberapa malam yang lalu,


Aku memberitahumu kalau aku sedang berada
diatas loteng,
Menengadah ke atas, melihat tebaran bintang yang
bersemayam di hamparan langit malam.

Tetapi malam ini,


Tak ada kamu diantara bintang-bintang,
Bukan kamu sudah dikalahkan,
Hanya saja, aku sedang tak pecaya diri.
Apakah mencintai-mu adalah sebuah kebenaran?
Apakah kamu benar-benar membalas rasa-ku atas
mu?

54
CATATANKU

Mesti ku akui, Aku diterpa dilema.


Namun,
Bagiku, Kamu akan tetap bersinar dan menjadi yang
paling terang.
Meski kini terpendam
Diujung relung hati yang paling dalam.

Setelah merasa kedinginan, karena terlalu lama


berdiam di atas loteng, aku bergegas turun dan masuk
kamar lagi. Di tengah kebimbangan, ponselku bergetar,
dia menghubungiku, dia bertanya apakah aku orang
yang mudah bosan, aku bilang iya. Tapi itu dulu, aku
bilang semenjak SMP aku yang mudah bosan mendapat
pelajaran berharga, pelajaran dari mana, tanyanya
bingung. aku ceritakan pengalamanku padanya, ketika
kelas 9 aku yang menyukai seorang puan secara diam
lebih dari satu bulan, kemudian aku yang
memberanikan diri mendekati puan itu selama kurun
waktu dua bulan, dan akhirnya aku mendapatkan puan
itu, tapi nahas, aku mudah bosan, setelah perjuangan
yang kulalui untuk mendapatkan puan itu, aku
meninggalkan puan itu, satu bulan setelah kami
berpacaran, dia masih menyimak ceritaku dengan
antusias. Lalu aku sambung ceritaku, hingga ditengah
jalan aku yang meninggalkan puan itu karena bosan,
akhirnya menyesal, aku meninggalkan yang terbaik
hanya karena ada yang lebih menarik, kataku. Lalu dia
pun mengerti ceritaku atas apa yang terjadi padaku 3
tahun lalu, yang membuat kini aku tidak mau lagi
bermain-main dengan perasaanku, aku sudah bilang
padanya, aku tidak akan main-main dengannya, kita
sudah sama-sama dewasa, pikirku. Bukan waktunya
untuk main-main dengan perasaan, kita sudah
mengalami dan tahu, bagaimana rasanya patah, sudah
saatnya kita menanam benih, benih yang akan mekar
55
CATATANKU

menjadi harapan, dan bersemi menjadi kebahagiaan,


kataku meyakinkannya. Dia setuju.
Malam ini aku kembali ditinggal tidur olehnya.

5/09/2019
Beberapa hari yang lalu, aku pernah bertanya
pada semesta, semesta itu temanku, teman diskusi
masalah hati. Tanyaku pada semesta, mengapa aku jadi
begini, aku merasa ada yang tumbuh diam-diam dalam
hati. Apakah itu? Semesta bungkam, hanya
mengkelipkan cahayanya, sombong sekali, pikirku.
Setelah sekian lama menunggu jawaban, akupun merasa
bosan, hingga aku memutuskan untuk masuk kamar,
memutar musik di laptop, lalu membaringkan badan.
Pukul 20:35 ponselku bergetar, aku mendapat
notifikasi whatsapp dari Difa, dia mengirimiku gambar,
sebuah foto bunga yang di buat dari kertas koran
kreasiku tadi siang.

Difa
“Suka ngakak liat bunga buatan kamu:v”
Aku
“Kirain dibuang tadi.”
Difa
“Kreasi kamu masa di buang, kan sayang.”

Dasar aku dibuatnya melayang lagi, baper aku


tuh. Difa itu penakut, aku ajak dia buat dengerin
nightmare side, malah gamau, takut gabisa tidur,
katanya. malam ini dia lagi-lagi meninggalkanku tidur,
saat aku lagi bahas cerita kedua dari nightmare side.
Kebiasaan.

56
CATATANKU

6/09/2019
Pukul 07:15 aku baru berangkat, kesiangan lagi,
hari ini hampir saja aku di tilang oleh polisi, karena aku
melawan arus, tapi karena aku punya skill valentino
rossi, aku tidak jadi di tilang. Ku ceritakan kejadian ini
kepada Difa, dia tertawa, dasar kok bisa ngeles gitu,
katanya. aku hanya membusungkan dada, kesan
membanggakan diri sendiri. dia juga bilang, “Maaf
semalem itu aku engga maksud buat ninggalin kamu
tidur, aku kan ngehotspot ke ayah, nah hotspotnya tiba-
tiba dimatiin, udah malem katanya, jadi maaf yaaaa,
maaf banget, jadi bukan ketiduran.” Aku mengangguk
mengerti.
Malam hari, lagi dan lagi aku berdiam di atas
loteng, menanti jawaban dari semesta akan jawabanku
malam itu,

Ada Yang Diam-Diam Tumbuh

Bicara metamorfosis, tidak hanya berpusat pada


mahluk hidup.
Yang tumbuh dan berkembang tidak hanya mahluk
hidup,
Yang berubah pun tidak melulu tentang mahluk
hidup.

Ada saatnya pertumbuhan,perkembangan, dan


perubahan juga terjadi pada rasa suka.
Rasa yang hadir dalam jiwa setiap insan yang
bernyawa.
Aku kembali diterpa dilema,

57
CATATANKU

Aku kembali diam diatap loteng, menegur semesta


dengan pertanyaan.
apakah rasaku kepadanya tengah bermetamorfosis?
Jika iya, apakah akan indah layaknya metamorfosis
yang di alami kupu-kupu?

Hanya waktu lah sang empunya jawaban,


Tapi, Semoga saja besok semesta memberikan
jawaban yang sejalan dengan harapan. Aaaaamiiiin.

Dalam penantian, ponselku bergetar, Difa


mengirimiku pesan suara, “Dimas, maaf baru ngabarin,
aku lagi belanja bulanan sama family, pas mau ngabarin
kamu, mamah aku bilang, kalo lagi sama mamah jangan
sibuk main hp, ini juga curi-curi kesempatan hehehe.”
Iya engga apa-apa, santai aja. Kataku.

Difa
“Nanti aku kabarin lagi ya, ada mamah.”
Aku
“Iya.”
Difa
“Beneran engga apa-apa nih ditinggal lagi, entar marah,
terus engga mau deket lagi sama aku.”

Hah?! Tercengang aku, atas pernyataannya,


apakah dia sudah merasa nyaman denganku? Merasa
aku adalah rumah tempat ia berpulang dari hari-hari
yang melelahkan? Aku harap iya. 22:00 dia
mengabariku, tapi sayang aku sudah tidur.

58
CATATANKU

7/09/2019
7:00 aku mengabarinya, maaf semalam aku yang
ketiduran, kataku. Engga apa-apa, aku juga langsung
tidur kok, balasnya mengerti. Hari ini, aku di haruskan
ke sekolah untuk membuat stand bazzar tugas pelajaran
seni budaya.

Difa
“Dimas, kamu ke sekolah engga?”
Aku
“Ke sekolah lah, kenapa? Mau aku jemput?”
Difa
“Eh engga usah, ngerepotin. Rumah kamu kan jauh,
masa ke rumah aku terus ke sekolah, gapapa engga
usah ya.”
Aku
“Yeeee, biarin aku yang nawarin juga, aku yang mau
jemput kamu.”
Difa
“Iya engga apa-apa, aku bisa naik ojek. Maaf yaaaa.”
Aku
“Iya udah, kalo susah di bilangin, kalo sama aku nih ya,
kamu bisa simpen uang yang buat bayar ojek, bisa di
pake jajan juga, katanya mau gendut, wle.”

Ada keinginan untuk memberi Difa jus mangga,


pagi ini. Sekali-kali pikirku. Sesampainya di sekolah,
langsung aku beri dia kantong kresek,

Difa
“Apa nih, tumben ada apa nihhhh.”
Aku
“Buka aja, engga ada apa-apa, lagi pengen aja.”

59
CATATANKU

Difa
“Oh yaudah, makasih. Eh bentar, nih barter aja.”
Sembari menyodorkan cup yoghurt padaku.
Aku
“Asik, makasih kembali.”

Aku sibuk membuat stand bazzar, Difa sibuk


dengan bunga untuk dekorasi stand bazzar. Aku dan
temanku di tugaskan untuk mengelas stand bazzar.
Lapar aku jajan sosis bakar, aku kepikiran Difa, pasti
laper juga. Aku hubungi dia melalui pesan whatsapp.

Aku
“Dif, laper ga? Mau sosis bakar?”
Difa
“Mau dong, beliin entar aku ganti uangnya.”
Aku
“Yeeee, engga usah ah.”
Difa
“Ga enak dong, tadi pagi di beliin jus, sekarang di beliin
sosis bakar, entar aku ke enakan, gimana hayooo?”
Aku
“Engga apa-apa Dif, sekali-kali yakan.”
Difa
“Yaudah terserah kamu aja.”

Pukul 15:00 kegiatan di sekolah beres, aku


mengantarkan Difa pulang. Tapi dia tidak pernah mau di
antar sampai depan rumahnya, alasan takut ada gosip,
nanti ibunya tau kalo dia lagi deket sama laki-laki, terus
dilarang buat deket lagi. Iya juga sih, aku juga tidak mau
kalau dilarang dekat sama Difa. Tapi kan, sebagai
seorang laki-laki, pejantan tangguh, tidak asik kalau
mengantar perempuan tidak sampai rumah, hanya
setengah jalan. Tapi demi kebaikan hubunganku dengan

60
CATATANKU

Difa, tidak apa, menurutku. Sesudah mengantar Difa,


aku langsung saja pamit.
Sesampainya di rumah, ponselku bergetar, Difa
menghubungiku, menanyakan apakah aku sudah
sampai rumah? Aku bilang baru saja sampai, kenapa
khawatir yaaaa. Ih geer, jawabnya, aku mandi dulu yaaa,
akan ada tamu ke rumah, temen-temen ayah mau pada
main, malu lah. Sambungnya. Hingga malam aku tidak
berkabar dengan Difa, entah kenapa, dia tidak online,
aku menelepon tidak dijawab, mungkin sedang sibuk,
pikirku. 21:00 akhirnya Difa menghubungiku

Difa
“Dimassssssss, maaf. Aku agak sibuk tadi, nyiapin
makanan buat tamu,”
Aku
“Iya, gapapa. Aku udah tau kali, wle.”
Difa
“Oh iya Dim, tadi maaf juga, kalo aku gamau di anter
sampe rumah, aku kan..”
Aku
“Iya, aku juga ngerti kok. Gapapa santai aja.”
Difa
“Beneran Dim, gapapa?”
Aku
“Iya bener, tapi boleh nanya engga, sebenernya mau
mastiin aja sih. Kamu beneran suka sama aku?”
Difa
“Iyalahhh, kenapa nanya gitu?”
Aku
“Engga, kita kan engga pacaran nih, aku takut aja
karena hal itu, kamu malah sama pacaran sama orang
lain.”

61
CATATANKU

Difa
“yeeeeee. Ya enggalah, aku kan udah bilang, apa
alasanku engga mau pacaran.”
Aku
“Syukur deh, hehehe.”
Difa
“Tapi Dim, kamu beneran engga apa-apa? karena aku
yang gamau pacaran? Tar takutnya malah kamu yang
pacaran sama orang yang mau di ajak pacaran, karena
aku yang gamau, aku juga takut jadi beban juga sih buat
kamu, aku engga enak aja.”
Aku
“Ya kagak lah, kan kita udah bikin komitmen,, buat
saling percaya, iya ga?”
Aku
“Engga usah kayak gitu, aku ngerti kok sama apa yang
kamu mau, yang penting kamu bisa jaga perasaan
kamu, cuma buat aku, oke?”
Difa
“Oke.”

21:45 aku video call sama Difa, aku menyanyikan


sebuah lagu, tapi sial di tengah lagu, aku lupa lirik. Difa
ketawa, sangat lucu, ekspresi itu, tawa lepas terpampang
pada wajahnya yang manis, seakan membuatku merasa
orang yang paling beruntung dapat mengenalnya, lebih
jauh dapat dekat dengannya, meski ada sekat. Setelah
menikmati tawanya aku menutup video call, Difa
mengirimiku pesan

Difa
“Dim, jika suatu saat nanti kita pisah, aku mau kita
jangan sampai lost contact ya.”

62
CATATANKU

Aku bilang, iya dong, kita harus tetap jalin


komunikasi bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun
kondisinya. Aku mengiriminya pesan suara.

Aku
“Aku berjanji, jika suatu saat nanti kita pisah, kita engga
akan lost contact.”
Difa
“Aku janji jika suatu saat nanti kita pisah, kita engga
akan lost contact, yak suk keee.”
Aku
“Kita udah janji loh.”
Difa
“Iya Dim.”

22:15 Aku mengajak Difa menonton film di


bioskop, dia mau, kapan? Tanyanya. Aku bilang, gimana
kalo minggu depan, atau minggu depannya lagi. Dia
bilang, minggu depan kan kamu adda turnamen futsal.
Oh iya minggu depan itu ada turnamen, turnamen yang
di selenggarakan oleh ekstrakurikuler futsal, termasuk
rangkaian kegiatan untuk menyambut hari ulang tahun
sekolah. Akhirnya kami merencanakannya, belum pasti
kapan waktunya, hanya saja kami sudah menyetujui
kalau kami akan menonton film horror, aku sangat
antusias, Difa juga. Selang beberapa menit, dia bilang,
kalo dia mau nonton drakor, dia belum mau tidur, di
rumah lagi banyak orang, masih belum pulang, jadi dia
tidak bisa tidur. aku mempersilahkannya, aku pesan,
jika nanti sudah beres nonton tetap belum mau tidur,
kabari aku. Dia bilang, oke bossss.

63
CATATANKU

8/09/2019
00:18
Difa ternyata belum tidur, dia mengabariku, dia
mengirimiku pesan banyak sekali, diakhir pesan, dia
bilang, yahhh Dimas udah tidur nih, yaudah aku juga
mau tidur, dadah, assalamualaikum.
02:15
Sial! Aku terbangun pukul 2 dini hari, kudapati
ponselku sudah dipenuhi notifikasi dari Difa.
07:00
Difa kembali mengirimiku pesan,

Difa
“Assalamualaikum, udah bangun belum nih.”
Aku
“Udah dong, tapi belum mandi hehehe.”
Difa
“Ih jorok dasar, aku lagi di jalan mau ke bandung.”
Aku
“Kan hari minggu, jadi santai, engga bakal kemana-mana
juga. Oh gitu, hati-hati, oh iya maaf, semalem aku
ketiduran, malah kebangun jam 2.”
Difa
“Iya makasih, iya engga apa-apa kok, kenapa tiba-tiba
bisa kebangun? Mimpi buruk?”
Aku
“Kagak, malah aku mimpiin kamu.”
Difa
“Masa iya, gimana ceritanya, ceritain dong.”
Aku
“Gini, singkatnya aku sama kamu naik gunung, kita
bangun tenda, kita makan, habis itu rebahan liat
bintang, eh kebangun gara-gara kedinginan, lupa tutup
jendela.”

64
CATATANKU

Difa
“Dasar hahaha, lagian kalo tidur engga suka pake baju
sih, kayaknya seru ya, naik gunung gitu, jadi pengen,
tapi susah. Ayah aku engga pernah ngasih izin kalo buat
gituan.”
Aku
“Udah kebiasaan, susah, gerah aja sih. Yah hidup engga
seru hehehe.”
Difa
“yeeee, biarin.”
Aku
“Hehehe, jangan ngambek dong, kalo lagi di jalan,
mending tidur gih, semalem kan kurang tidur.”
Difa
“Yaudah, aku mau tidur ya, kamu yang nyuruh hehehe.”
Aku
“Idih, dasar, yaudah, hati–hati di jalan,”
Difa
“Siap bosss.”

Aku menyudahi percakapan pagi itu, kasihan


malam kemarin Difa kurang tidur, sedang aku juga mau
lanjut tidur.
*

9/092019
05:45
Kuucapkan selamat pagi, kepada dia yang
semalam tidak berkabar denganku, rindu hatiku
dibuatnya, tidak, itu sangat berlebihan. Selamat pagiku
dia balas di sekolah, aku menjumpainya pada saat
upacara bendera, manis sekali dia pagi itu. Seragam
putih abu bersih dan rapi membalut tubuh rampingnya,
kepalanya mengenakan mahkota almamater sekolah.

65
CATATANKU

Difa
“Selamat pagi kembali Dimas.”
Aku
“Selamat pagi Difa, semalem kamu langsung tidur?”
Difa
“Iya, maaf ya. Kecapekan hehehe.”
Aku
“Iya engga apa-apa, santai aja kali ah.”

Obrolan kami terpotong, dengan himbauan dari


kesiswaan. Sudah menjadi hal yang biasa ketika senin
pagi kesiswaan menghimbau siswa dan siswi untuk
berbaris, bersiap melaksanakan upacara bendera.
Siaaaaappppp graaaakkkkk! Hormaaaaaaaattt
graaaakkk! Sama-sama, Hormaaaaatttt graaakkkk!
Tegaaakkkk graaakkk! Kalimat perintah yang sering
diutarakan kesiswaan.
10:00
Istirahat pertama, aku mendapatkan panggilan
dari nomor yang tidak aku kenali. Aku menjawabnya,
orang yang berbicara disana adalah perempuan. Aneh,
siapa dia? Kenapa dia tahu nomorku? Mungkin hanya
iseng pikirku. Aku memberitahu Difa, dia juga
menanyakan hal yang sama, aku bilang padanya
kemungkinan yang sama juga.

Aku
“Dif, ada yang nelfon nih, gatau siapa, cewe sih.”
Difa
“Ah masa gatau, mantan kamu kali.”
Aku
“Yeeeee, beneran gatau.”
Difa
“Terus kenapa bisa nelfonin kamu? Dia tahu nomor
kamu dari mana coba?”

66
CATATANKU

Aku
“Orang iseng kali, salah sambung.”
Difa
“Oh gitu, yaudah jangan dijawab aja.”
Aku
“Iya, mau ke kantin ga? Bareng yuk!”
Difa
“Kayaknya engga deh, males ah. Aku mau solat duha,
kamu engga solat duha?”
Aku
“Hehehe, yaudah aku duluan.”
Difa
“Lah, kok malah ketawa.”

Aku berlalu meninggalkannya. Hari ini, kelasku


berencana untuk melanjutkan pengerjaan stan bazzar,
tapi aku tidak bisa membantu penuh, aku juga punya
rencana, biasanya ketika hari ulang tahun sekolah, pasti
ada penampilan band dari siswa-siswa, aku juga mau.
Aku sudah mempunyai band, bersama teman-temanku,
tentunya bukan dari teman kelasku, hanya teman
sebangku dan personil yang lain dari kelas lain.
15:30 sepulang sekolah, aku dan teman
sebangku Riyadi bergegas untuk latihan di studio musik,
belum sempat aku meninggalkan ruang kelas Difa
memanggilku.

Difa
“Dimaaaaaaaaassss! Mau kemana? Kok malah pulang?”
Aku
“Mau latihan band, kenapa, mau ikut?”
Difa
“Enggak lah, Masa iya. Ini stand gimana? Aku bingung,
aku engga punya ide, bantuin dong.”

67
CATATANKU

Aku
“Oh gitu, tapi aku mau latihan nih, nanti aku pikirin
deh, siapa tau pas di studio dapet inspirasi kan?
Hehehe.”
Difa
“Ohhh yaudah, awas aja kalo engga dapet tuh
inspirasinya.”
Aku
“Kamu senyum dulu dong, biar inspirasinya terpanggil.”
Difa
“Idih, apaan sih Dim.”
Sembari tersenyum malu.

Aku dan temanku berlalu meninggalkan senyum


manis itu, sayang sekali. kenapa aku tidak bisa berdiam
diri saja, menikmati senyum itu. Pikirku. Latihan
bandku selesai, aku dan teman-teman mampir ke
warung untuk ngobrol dan yaaaa kebiasaan anak laki,
ngerokok sambil ngopi. Habis satu batang rokok kami
hisap, kopi pun hanya tinggal dedaknya saja, kami pun
pulang, kami berpisah karena berbeda arah rumah.
Sampai aku di rumah, menaruh tas selendang
berwarna mocca di meja, aku bergegas mandi. Setelah
beres mandi, solat, makan, aku mengecek ponselku. Difa
sudah mengirimiku pesan sedari tadi.

18:33
Difa
“Dimaaaassss, udah pulang belum??”

20:15
Aku
“Maaf baru bales Dif, aku udah balik dari tadi. Cuma
baru buka hape aja, lu lagi apa?”

68
CATATANKU

Difa
“Iya engga apa-apa, lagi ngerjain tugas bahasa Inggris,
kamu udah belum?”
Aku
“Tugas aku dikerjain sama Riyadi, bagi-bagi tugas
lahhh.”
Difa
“Yeee dasar.”
Aku
“Eh Dif, yang tadi pagi nelpon, nelpon lagi nih. Malah
nyepam.”
Difa
“Siapa sih, kecentilan banget deh, bilang aja kamu udah
ada yang punya gitu.”
Aku
“Aku kepunyaan siapa?”
Difa
“Bilang aja kamu punya Difa, jangan ganggu gitu.”

Lagi dan lagi aku dibuatnya seperti terbang,


padahal aku tahu itu cuma bercanda, masalahnya aku
dan Difa tidak akan pernah mempunyai ikatan, tapi aku
berusaha memahaminya, aku berusaha menjalaninya,
karena aku sudah menyukainya.
Aku bertanya mengenai rencana untuk menonton
bioskop, Difa bilang engga tahu, karena seorang Difa
adalah orang paling sibuk, setiap hari minggu rutin
mengunjungi kerabatnya yang ada di Bandung, jika ada
hari libur atau tanggal merah, pasti diisi dengan
beragam kegiatan ekstrakurikuler.

69
CATATANKU

10/09/2019
Hari ini adalah hari paling enak, karena tiga mata
pelajaran kosong berturut-turut, aku jadi banyak waktu
buat berbincang sama Difa, tapi nihil, Difa super sibuk.
Belum lama duduk dibangku, sudah beranjak lagi,
belum sempat aku menghampirinya, sudah berlalu.
Mata pelajaran terakhir, aku ditugaskan presetasi
didepan bersama kelompok kerja, awalnya lancar saja
beberapa bab dari power point telah tersampaikan,
hingga aku merasa lidahku kelu, aku tidak mampu
mengutarakan apa yang aku pikirkan, kenapa aku jadi
grogi begini, aku gagap, aku malu. Kejadian sore itu, aku
malu untuk bertemu Difa, malu untuk menghubungi
Difa. Tapi Difa malah menghubungiku lebih dulu.
20:00

Difa
“Dimaassss, lagi apa?”
Difa
“Dimasssssss?”

Difa mengirimiku pesan yang sama banyak


sekali, aku malu untuk sekadar membalas pesan itu.
Hingga akhirnya aku mengiriminya pesan suara, aku
mengutarakan rasa malu ku. Difa membuatku nyaman,
membuatku tenang, membuatku merasa lebih berarti
dari sebelumnya, merasa aku benar-benar beruntung
dapat dekat dengannya. Dia memahami kegrogianku sore
tadi, dia bilang itu biasa. Aku hanya perlu membiasakan
diri, belajar lagi mengenai public speaking.

70
CATATANKU

12/09/2019
Hari ini tidak efektif kegiatan belajar mengajar,
karena semua siswa diharuskan untuk mempersiapkan
diri maupun kelasnya untuk menyambut perayaan hari
ulang tahun sekolah, kelasku disibukkan dengan
persiapan stand bazzar untuk memenuhi tugas mata
pelajaran seni budaya, aku dan teman-teman personil
band disibukkan dengan latihan, dia juga sibuk, sudah
biasa sih, dia disibukkan dengan latihan paskibra
sebagai persiapan untuk acara pembukaan, besok. Pagi
ini aku tidak bertemu dengan dia. Dia tidak ada dikelas,
aku menghubunginya, namun tidak ada jawaban,
mungkin sedang berkumpul dengan anak paskibra
lainnya, pikirku. aku membantu teman-teman kelasku,
dari membuat dekorasi, mengecat background yang
nantinya dipasang distand bazzar kelas.
Siang hari, aku bergegas meninggalkan ruangan
kelas, aku mau latihan band. Ketika aku keluar kelas,
Difa masuk kelas, dasar aku pergi dia malah datang.

Difa
“Mau kemana Dim?”
Aku
“Mau latihan band, lagian udah bantu-bantu kok dari
tadi, Kamu kemana aja?”
Difa
“Aku tadi kumpul paskibra, persiapan buat besok, ini
mau bawa baju ganti, mau latihan, gladi lahhh.”

Benar dugaanku, tidak banyak obrolanku dengan


Difa, waktu yang menyeretku berpisah dengannya, akhir
kata, dia bilang, Semangat ya latihan band nyaaa. Baru
kali ini Difa menyemangatiku, aku semakin
bersemangat, aku berambisi lolos seleksi, aku mau
tampil untuknya.

71
CATATANKU

Sekitar pukul 14:00 aku dan personil band


lainnya sudah berkumpul, bersiap untuk berangkat.
Obrolan kami hanya seputar persiapan band untuk
seleksi. Tidak terasa satu jam sudah obrolan kami
membunuh waktu, beberapa batang rokok sudah habis
kami hisap, yang tadinya mau berangkat pukul 14:00
malah ngaret sampai satu jam, sebelum berangkat kami
solat ashar terlebih dahulu.
15:45 aku dan personil bandku sudah sampai di
studio. Kami latihan, memadukan ritme, menyatukan
irama, sampai kami berkata, KITA SUDAH SIAP
SELEKSI!! Meski seleksi untuk penampilan bakat siswa
masih satu minggu lagi, tapi kami sudah siap. Dua jam
sudah kami habiskan waktu diruangan berAC, kedap
suara, hanya lantunan suara vokalis, dan iringan
instrumental yang aku dengarkan, sampai akhirnya aku
keluar dari studio, kembali mendengar kebisingan dari
knalpot motor, didalam lebih menenangkan. Kami
berkumpul sejenak diwarung pinggir studio, terdapat
kulkas berisi minuman dingin, beberapa renceng
makanan ringan memenuhi sisi depan warung, temanku
membeli beberapa batang rokok, aku membeli tiga botol
minuman berenergi, lumayan untuk mengganti ion-ion
yang sudah kami keluarkan tadi. Kami menghisap rokok,
meneguk minuman, menikmati dialog, terpaan dari
hembusan angin malam menyadarkanku dari keseruan
ini, jam tanganku berbunyi kulihat, digitalnya
menunjukan puku 19:00. Aku larut didalam keseruan,
didalam obrolan, didalam kenikmatan setiap hisapan
rokok. Tak sadar selama beberapa jam aku tidak melihat
layar ponsel, tidak asik jika sedang kumpul begini, aku
membuka ponsel dan tenggelam didalam dunia maya,
sementara dunia nyata aku tinggalkan.
Selang beberapa menit, kami memutuskan untuk
pulang, kami berpisah, karena beda arah rumah. Sampai

72
CATATANKU

dirumah, aku mengecek ponselku, dipenuhi notifikasi


grup, mereka yang berdiskusi mengenai stand bazzar,
ada yang menanyakan tugas untuk besok, ada yang
cuma ngelantur, ada juga yang hanya menyimak diskusi,
aku tahu karena aku mengecek informasi dari salah satu
pesan temanku. Tidak ada Difa, kemana dia? Mungkin
istirahat, dari tadi siang dia latihan, kecapekan, pikirku.
Penasaran aku menghubungi dia, dia menjawab
panggilan teleponku.

Aku
“Halooo, selamat malam, kamu lagi ngapain? Tumben
engga online.”
Difa
“Ada yang kangen nih, hahaha, aku baru pulang jam 6
tadi, pas adzan magrib. Capek.”
Aku : “Oh mau istirahat aja?”
Difa
“Engga kok, tumben kamu nelfon Dim.”
Aku
“Aku juga baru pulang, tadi rental studionya dua jam,”
Difa
“Bentar deh, suara kamu kok agak beda Dim, kamu
sakit?”
Aku
“Engga tau, beda gimana emang? Eh iya kali, kena angin
malam yang jahat hahaha.”
Difa
“Badan sama nafas kamu anget ga?”
Aku
“Angetlah kan aku hidup, gimana persiapan lu buat
besok?”

73
CATATANKU

Difa
“Iya sih, tapi angetnya beda, kamu ngerasa engga enak
badan ga? Jangan-jangan kamu masuk angin kali. Siap
dong, kamu harus nonton ya aku jadi petugas besok.”
Aku
“Iya kayaknya, masuk angin, mana besok hbd cup lagi,
kelas kita main pertama loh. Oh iya dong entar aku
nonton paling depan.”
Difa
“Terus gimana, jangan main deh, entar malah sakit.”
Aku
“Lah kalo engga main, kelas kita kurang pemain dong.”
Difa
“Yaudah liat besok aja, kalo emang engga kuat main,
engga usah maksain ya Dim. Oh iya besok kita mesti
banyak foto nih, kita belum ada foto berdua tau.”
Aku
“Iya-iya Dif. Udah dulu ya dif.”
Difa
“Yaudah, aku mau istirahat, engga apa-apa Dim?”
Aku
“Iya istirahat aja, besok kondisi lu harus fit,”
Difa
“Hehehehe, iya Dim, makasih ya. Dadah.”
Aku
“Iyaaa, Selamat malam, Assalamu‟alaikum.”
Difa
“Selamat malam juga, Waalaikum salam.”

Hari ini obrolan aku dan Difa hanya sebentar,


kesibukan masing-masing membuat kami harus
merasakan kelelahan, yang membuat kami tidak bisa
saling mengirim pesan hingga larut malam seperti
biasanya.

74
CATATANKU

13/09/2019
Selamat pagi dunia. Kalimat pertama yang aku
utarakan untuk menyambut hari ini. Hari ini Difa tampil
untuk acara pembukaan, aku sudah berjanji untuk
menonton dia, bahkan aku akan menontonnya paling
depan. Tunai sudah segala persiapan dipagi hari, aku
bergegas ke sekolah.
Sesampainya di sekolah aku langsung berbaris,
dan aku bersikeras untuk menjadi orang yang baris
paling depan, aku sudah menunaikan janjiku. Selang
beberapa waktu, acara pembukaan pekan kreatifitas
siswa pun dimulai, di awali dengan kedatangan pasukan
berseragam, yang dipenuhi manik-manik, iya, itu anak
paskibra dimana Difa menjadi salah satunya. Tidak
banyak waktu yang kuhabiskan untuk menemukannya,
dia menjadi semacam orang yang memberi instruksi atau
apalah aku tidak begitu mengerti, dia mengucapkan
beberapa kata dan kalimat yang diikuti oleh yang
lainnya, suara begitu lantang, sedikit melengking namun
tegas, mimik muka serius, di usung ambisi penuh, dan
semangat menggambarkan jati diri sosok Difa. Aku
mengaguminya.
Setelah sekian banyak formasi ditampilkan,
akhirnya ditutup dengan balik kanan, maju jalan, lalu
meninggalkan lapangan dimana tempat dilaksanakannya
acara pembukaan. Acara dilanjutkan dengan penampilan
dari ekstrakurikuler seni, dan diakhiri dengan
dipukulnya gong oleh kepala sekolah menandakan pekan
kreatifitas siswa telah dibuka. Barisan siswa pun
dibubarkan. Difa yang memintaku untuk berfoto ria
dengannya, menghampiriku. Kami mengambil beberapa
foto, dan video boomerang. Aku belum mengenali satu
persatu dari anak paskibra, hal itu juga yang

75
CATATANKU

membuatku kaku, aku malu, tapi Difa menenangkanku.


Setelah itu, kami berpisah, dia yang mau ganti baju dan
aku yang mengikuti Riyadi menuju tempat biasa kami
nongkrong, pada jam istirahat, atau jika sedang malas
belajar, kami kesana.
Lama aku ditongkrongan, sampai jam 15:00 aku
kembali ke sekolah, kelasku mengikuti turnamen futsal
yang diadakan oleh ekstrakurikuler futsal, kelasku
kebagian main pada pukul 16:00. Aku tidak melihat Difa
di kelas, setelah mencari tahu, ternyata dia sedang pergi
untuk membeli beberapa kebutuhan untuk dekorasi
stand bazzar. Aku dan teman kelasku, bersiap-siap,
ganti baju, mengenakan sepatu, melakukan briefing, dan
berdoa. Setelah selesai berdoa, Difa baru datang,

Difa
“Untung engga telat, jadi bisa support kamu, yeeeee.”
Aku
“Kamu dari mana Dif?”
Difa
“Ini habis beli kain, tau engga, aku tadi bawa motornya
pake mode valentino rossi loh.”
Aku
“Lah, ngapain coba, gimana kalo kenapa-kenapa?”
Difa
“Kan mau support kamu Dim, hehehe.”
Aku
“Iya tapi keselamatan lu lebih penting, kedepannya mesti
lebih safety first ya Dif, utamakan keselamatan, oke?”
Difa
“Siaappp Bos! Semangat mainnya bossskuuuu.”

Peluit akhir babak kedua dari pertandingan yang


sedari tadi bertanding dibunyikan, kelasku dipanggil
memasuki lapangan, untuk pemanasan. Lalu, wasit

76
CATATANKU

memerintahku untuk menghampirinya, untuk


menentukan tim mana yang memulai pertandingan,
kelasku yang memulai. Sebelum kick off, setelah wasit
membunyikan peluitnya, aku melihat ke pinggir
lapangan, sekilas menatap Difa, dia mengepalkan kedua
tangannya, seraya berteriak, SEMANGAT DIMAAASS! Dia
melecutku, kata-kata itu bak bensin yang disemburkan
membuat api kian berkobar, begitu pun semangatku.
Tapi semangatku tidak bisa melawan takdir, aku harus
mengakui keunggulan kelas lain. Kelasku kalah. Peluit
panjang ditiup wasit, kelasku dan kelas lawan berjabat
tangan, lalu aku berjalan menuju ruangan kelas.
Ditengah perjalanan Difa menungguku, dengan sebotol
minuman pengganti ion tubuh ditangan lentiknya.

Difa
“Nih, pasti haus. Tadi kamu mainnya keren Dim,
hehehe.”
Aku
“Keren dari mana, kelas kita kalah.”
Difa
“Engga apa-apa, kalah atau menang itu udah biasa Dim,
yang penting kamu udah berusaha, yakan. Kamu tadi
jatuh mulu, badannya engga apa-apa?”

Aku menunjukan tanganku yang memar,

Difa
“Kita ke UKS yuk, bersihin lukanya, nanti infeksi loh.”
Aku
“Engga ah, males.”
Difa
“Mau Infeksi Dim?!”

77
CATATANKU

Akhirnya setelah pertahananku dihancurkan oleh


segenap serangan perhatian dari Difa, aku menurutinya
aku ditemaninya menuju UKS.

17:00
Rangkaian turnamen futsal hari ini selesai, aku
mengantar Difa pulang, sepanjang perjalanan Difa terus
saja menghujaniku dengan rintik perhatian, sampai aku
bilang, kalau dia bawel, cerewet. Tidak apa-apa, itu
suatu bentuk kepedulian, dia sudah insyaf akan
perasaannya padaku, pikirku.
Di perjalanan pulang, ponselku bergetar berkali-
kali. Aku tahu, pesan itu dari Difa, aku tidak langsung
membuka ponselku, tanggung, nanti saja sesampai aku
di rumah. Dan ketika aku sudah tiba di rumah, aku
membuka ponselku, benar saja, pesan-pesan itu dari
Difa, dia kembali memberikan perhatian, seperti jangan
lupa mengompres kaki, jangan tidur larut malam,
membuatku semakin yakin, Difa suka padaku, Difa
sudah punya rasa yang lain padaku, entah apa itu, yang
jelas dia sudah sangat peduli padaku.

Waktu yang berputar mengelilingi runutan angka


yang membentuk lingkaran, telah membuat banyak
sekali perubahan, banyak sekali hal yang aku alami,
kedekatanku dengannya sudah kian menjadi, dia yang
sudah menunjukan sikap peduli padaku, seolah
membuatku juga berlaku sama, aku bingung, bagaimana
cara atau langkah menerjemahkan rasa ini, kepalaku
penat, hatiku sesak. Yang aku tahu, aku sudah
menumbuhkan rasa baru untuknya.

78
CATATANKU

14/09/2019
Difa menghubungiku pagi sekali, aku masih
terlelap, dia sudah terbangun, dia mau berangkat ke
Bandung, menghadiri pemakaman salah seorang dari
saudaranya, katanya melalui pesan whatsapp. Turut
berduka cita, balasku. Juga aku sertai kata hati-hati
dijalan, sebagai doa yang mengiringi agar dia selamat
sampai tujuan. Hingga sore, aku tidak berbalas kabar
dengannya.
Sore hari, aku dihubungi temanku, untuk latihan
band. Sampai ketika pukul 16:00 kami baru berkumpul
di salah satu studio musik. Oh iya, aku memainkan alat
musik bass, aku seorang bassis, tidak terlalu jago sih,
cuma yaaaa sekadar bisa saja.
Adzan magrib berkumandang, kami pun selesai,
tidak terasa dua jam sudah kami habiskan untuk
latihan, seperti biasa setelah beres latihan, kami berdiam
sejenak di warung dekat studio musik, sekadar
mengobrol dan merokok, kebiasaan yang tidak terlalu
baik, cuman bisa mempererat hubungan diantara kami,
kami bisa saling berbagi pengalaman, ternyata banyak
sekali yang tidak diketahui oleh masing-masing dari
kami, akan pengalaman pribadi masing-masing. Kita
bisa lebih mengerti satu sama lain, menghindari adanya
kesalahfahaman, cukup untuk membuat kami kompak.
Malam hari, Difa baru mengubungiku, membawa
kabar bahwa kisah yang sudah dari orang yang hilang,
kini datang lagi.

Difa
“Dimaaaasssss, maaf baru ngabarin.”
Aku
“Iya, engga apa-apa. aku juga baru balik nih.”
Difa
“Baru pulang latihan band?”

79
CATATANKU

Aku
“Iya,”
Aku
“Gimana tadi? Kamu ikut tahlilan? Apa langsung balik
lagi?”
Difa
“Tadi langsung pulang lagi sih, sama langsung tidur,
gatau capek banget rasanya.”
Aku
“Oh, iya engga apa-apa.”
Difa
“Dim...”
Aku
“Kenapa?”
Difa
“Ehmmm, mantan aku ngechat nih, besok aku tunjukin
ke kamu yaaa,”
Difa
“Kamu jangan negatif thingking dulu yaaa.”
Aku
“Lah kok, hehehe.”
Difa
“Aku takut aja,”
Difa
“Tapi chatnya engga aneh-aneh kok, beneran.”

Aku tidak tahu, apa maksud Difa mengatakan


itu, apa alasan Difa takut aku negatif thingking padanya,
apa mungkin, dia benar-benar sudah menaruh rasa yang
lain dari rasa suka? Beberapa hari lalu, aku melontarkan
tanya kepada semesta, aku yang merasa ada yang
tumbuh dihatiku, ingin memastikan, apakah memang
ada sesuatu yang sedang tumbuh, lalu apakah itu?
Hingga malam ini, aku kembali berdiam diri diatap

80
CATATANKU

loteng, aku menunggu jawaban dari semesta, apa yang


kudapat? Aku tuangkan dalam puisi.

Semesta dipihakku

Namun, mesti ku akui rasaku kepadanya sudah


berbeda,
Aku sudah tidak suka lagi padanya.
Hanya saja,
Aku rasa ada yang tumbuh,
Aku rasa ada yang berkembang karena dipupuk
oleh pertemuan,
Pagi tadi aku mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang aku ajukan pada semesta,
semalam.
Lewat mimpi, semesta berbisik penuh romansa,
“rasamu tengah bermetamorfosis, tumbuh dan
berkembang menjadi cinta.”

Mentari pagi itu tak sopan, ia membangunkan ku


dari mimpi indah ku.
Dan sontak membuatku tersadar, bahwa rasa
sukaku padanya telah tiada.
Bukan hilang, tetapi ia tumbuh dan berkembang
menjadi cinta.
Akhirnya aku tau, kenapa aku sudah tidak suka lagi
padanya. Ternyata aku tengah diambang rasa cinta,
padanya.

Semesta tidak datang menemuiku diatap loteng,


namun mampir ke alam mimpiku.

81
CATATANKU

15/09/2019
Hari ini aku ke sekolah, masih mengurusi stand
bazzar. Rencananya aku mau menjemput Difa, karena
aku tahu dia suka naik ojek kalo ke sekolah, daripada
naik ojek mending aku jemput, dia juga bisa lebih hemat.
Tapi, saat aku mandi dia menghubungiku, maaf katanya.
Difa diantarkan oleh ayahnya, gagal rencanaku. Aku
tidak membalas pesan darinya, karena aku sedang
mandi, lalu dia mengirim spam chat, akhirnya aku
mengiriminya pesan suara dan foto, kalo aku sedang
membasuh mukaku, aku kirimi dia foto mukaku yang
penuh sabun pencuci wajah. Balasnya sebuah pesan
suara.

Difa
“Ih ngapain kirim foto, ngapain juga bawa hp kekamar
mandi coba, ih dasaaaarrrr.” (melalui pesan suara, nada
bicaranya menggemaskan.”

Aku tertawa mendengarkan pesan suara darinya,


lalu sesegera mungkin aku selesaikan mandiku. Dan
lanjut bersiap untuk kesekolah. Sesampainya disekolah,
aku masuk kelas, aku menemuinya Difa tersenyum,
begitu manis. Kegiatanku hanya dihabiskan oleh
persiapan stand bazzar, mulai dari membuat asesoris,
membangun gapura sebagai pintu masuk kedalam
stand, dan lain hal sebagainya. Siang hari pukul 12:15
dia memintaku untuk mengantarnya membeli sesuatu ke
pasar, aku mengiyakan. Aku dan Difa berlalu, menuju
pasar, tiba disalah satu toko alat-alat kecantikan, dia
membeli sesuatu entah apa namanya, lalu aku
mengantarnya pulang. Saat sampai dirumahnya, Difa
bilang kalau dia juga mau ke sekolah lagi, nanti dia akan
mengabariku, aku bilang oke boss. Dan akupun berlalu.

82
CATATANKU

Setelah cukup lama aku disekolah, membantu


mempersiapkan stand bazzar, ponselku berdering, aku
mendapat panggilan masuk, Difa menghubungiku
setelah aku jawab, dia bilang kalau dia mau ke sekolah
lagi, biar aku jemput kataku. Akupun menjemputnya,
sampai disekolah ternyata kegiatan hari ini sudah
hampir selesai, Difa bilang padaku,
“Kalo tau gini mending dirumah aja, ngapain
kesekolah lagi coba Dim?”
“Sini, ikut yuk.” Aku mengajaknya duduk
dipinggir kelas, ada hal yang mau aku katakan padanya
“Dif, sini tangan Kamu,”
Aku membuat tatto ditangannya menggunakan
pulpen, gambar zodiak. Difa berzodiak capricorn, dan
aku sagitarius. Jadi ditanganku terdapat gambar zodiak
sagitarus dan ditangannya gambar zodiak capricorn.
Setelahnya, aku bilang padanya.
“Kita foto yuk, keren nih.”
“Yuk, lucu hehehe.”
Setelah mengambil gambar, aku juga bilang
bahwa aku, sudah mencintainya, bahwa malam yang
lalu semesta memberitahuku, kalau perasaanku sedang
bermetamorfosis. Lalu kemarin, semesta kembali
menghampiriku, dia membawa kabar baik, kalau rasaku
padanya sudah bermetamorfosis, aku sudah
mencintainya.
“Masa sih Dim? Kamu serius? Tapi...” belum
selesai dia berkata aku memotongnya.
“Aku serius, aku tahu ada suatu hal yang
membuat kita tidak bisa sepenuhnya berbagi rasa, izin
dari orang tua lu? Aku ngerti itu. Aku hanya ingin
memberitahumu kalau saat ini aku sudah mencintaimu
dan semestapun tau itu. Aku hanya berharap, kalau
kamu bisa menjaga rasa yang kamu punya untukku,
gimana?”

83
CATATANKU

Difa hanya memandangiku, dan menganggukkan


kepalanya. Aku tersenyum padanya, dan dia
membalasnya.
Waktu pun berlalu, tidak terasa sore sudah
menampakan dirinya, Difa mengajakku pulang, aku pun
mengiyakannya, aku mengantarnya pulang. Diperjalanan
menuju rumahnya, dia bertanya padaku, apakah aku
bisa membuat atau mengedit logo yang nantinya mau
dibuat stiker lalu ditempel diprodak makanan dan
minuman yang akan dijual oleh kelas di stand bazzar
saat perayaan hari ulang tahun sekolah, aku
mengiyakan, aku bisa sedikitnya hanya memotong atau
menempel beberapa komponen, aku suka mengedit
gambar di photoshop, jadi setidaknya aku bisa. Lalu dia
mengirimkan sebuah gambar yang ia minta untuk aku
edit sedikit.
Malam hari, aku mengerjakan apa yang ia minta,
setelah beres aku menunjukan hasil dari editanku
padanya, dia terkesan.

Difa
“Yeeeaaayyy, keren Dim,”
Difa
“Kamu emang bisa diandelin, makasih yaaa.”

Dia memujiku, aku tersanjung olehnya, aku


merasa baru kali ini ada orang yang mengapresiasi apa
yang aku perbuat, apa yang aku hasilkan, atau baru kali
ini ada yang mengapreasiasi karyaku, tepatnya dia, iya
dia sosok yang aku suka sejauh ini. Bisa dibayangkan
bagaimana rasanya, sebuah karya yang diapresiasi baik
oleh orang yang kita sukai, bahagaia bukan? Iya aku
tengah merasakannya.
Obrolanku dengan Difa melalui layar ponsel tidak
berlanjut lama, karena dia sudah terkena virus, iya dia

84
CATATANKU

yang bilang kalau dia sering kali terkena virus. Bahkan


dia bilang ada tanda-tanda kalau dia sudah terkena
virus itu, mulai dari mata yang sudah sayu, mulai
kehilangan konsentrasi, sering menguap, lalu sering typo
juga saat mengetik pesan. Aku tahu, dia sudah
mengantuk, virus yang dia maksud adalah virus
ngantuk, hehehe.
Akhirnya kami mengakhiri obrolan malam ini,
dengan video call, yang diakhirnya aku bilang selamat
tidur, selamat istirahat, dadah, assalamualaikum.
Kalimat itu sudah menjadi sebuah keharusan bagiku,
rutinitas.

16/09/2019
Hari ini aku kembali kesekolah, dengan alasan
yang sama seperti hari kemarin. Kelasku disibukan lagi-
lagi oleh stand bazzar, karena waktu yang mepet, hanya
tinggal beberapa hari lagi menuju perayaan hari ulang
tahun sekolah. Sampai pada pukul 15:00 aku dan
teman-teman personil bandku, pamit untuk latihan
band, dan seperti biasa kami masuk studio pukul 16:00.
Lalu seperti biasa juga kami selesai latihan setelah adzan
magrib berkumandang.
Aku pulang, sampai dirumah terpampang muka
penuh amarah, tatapan sinis dari orang tuaku, mereka
menanyakan darimana saja? Jam segini baru pulang,
akhir-akhir ini hidupmu tidak tahu aturan. Katanya.
bukankah sudah biasa aku pulang malam, karena harus
latihan band, tapi mereka tidak mau tahu itu, mereka
terus saja membual, membuatku naik darah, hingga aku
lepas kontrol, aku emosi, aku bilang suatu hal yang
tidak semestinya keluar dari mulut seorang anak
manusia kepada ibu dan bapaknya. Aku berlalu,

85
CATATANKU

membanting pintu kamarku, tanganku memar karena


meninju tembok beberapa kali, bapakku mendatangiku,
dia datang dengan bualan, sedikit ancaman, aku marah,
aku bilang aku mau keluar dari rumah. Lalu ayahku
meninggalkanku. Aku pergi ke atap loteng, menagis,
menyesali apa yang telah aku perbuat, menyesali atas
apa yang mulutku keluarkan, aku tidak berguna, aku
tidak dipercayai, untuk apa aku hidup, aku ingin tuhan
memelukku sangat erat saat itu, aku ingin pergi dari
dunia. Kemudian aku menghubungi temanku,
menanyakan apa boleh aku menginap dirumahnya
untuk beberapa waktu, dia membolehkanku, kuat niatku
untuk pergi dari rumah. Karena aku bingung, kalau aku
pergi sudah pasti aku memerlukan sedikitnya uang
untuk bertahan, hingga aku menghubungi Difa, aku
mau meminjam uang padanya, dia bertanya, untuk apa
uang itu, aku jelaskan semuanya. Dia mengerti, dia
memintaku untuk berfikir kembali.

Difa
“Iya, besok aku bawa uangnya, tapi Dim, menurut aku
mending fikir-fikir lagi deh, jangan ambil keputusan saat
kamu emosi, coba tenangin dulu diri kamu, hati kamu,
fikiran kamu. Mau kan? Fikir-fikir lagi. Ibu sama ayah
kamu itu sayang sama kamu, mereka kayak gitu itu
takut kalo kamu pulang malem terus, mungkin takut
ada apa-apa, takut kamu bergaul sama orang yang engga
baik, kamu ngertikan Dim?”

Setelah mendengar itu, aku mengikuti apa saran


dari Difa, ada benarnya juga, tapi egoku masih tinggi,
aku berfikir kalau aku juga sudah dewasa, aku tahu
mana yang baik dan mana yang buruk untukku, aku
sudah bisa memilih itu, aku hanya ingin dipercayai
sebagai anak, itu saja.

86
CATATANKU

Ditengah marahku, aku berfikir apakah Difa akan


merasa ilfeel padaku, pada sikapku, sifatku yang
kekanak-kanakan ini, bahkan aku berfikir akankah dia
meninggalkanku lalu kembali kepada mantannya yang
lalu, entah darimana datangnya fikiran itu, fikiran yang
jelas negatif dan tidak baik untuk hubunganku dengan
Difa.
Aku yang sudah mencintai-nya

Maybe,
Telah banyak hari yang ia lalui.
Telah banyak pula kesan yang ia dapati,
Atau goresan makna yang diukir oleh seseorang
yang dahulu sempat ia singgahi.
Lalu kini ia dekat denganku
Setelah menjalani hari denganku,
Setelah tahu aku ini seperti apa,
Akan terlintas kembali kesan itu,
bahkan mungkin akan ada suatu keinginan untuk
kembail bersamanya, sekali lagi.
Meski luka pernah ia rasa, sakit pernah ia derita,
dan kecewa telah kian banyak ia cerna.
Jika ia berniat untuk mengulanginya, aku bisa apa?
Aku tidak punya wewenang,
Untuk melarang.
Aku tidak punya hak,
Untuk mengelak.
Tapi,
Sore kemarin sudah ku katakan, semuanya.
Aku hanya berharap, bahwasanya ia dapat menjaga
rasa yang sudah hinggap dihatinya.
Aku sudah mencintainya, dan semestapun tau itu.

87
CATATANKU

Malam itu pun aku tidur diatap loteng, tidak


terasa dingin yang menyelimutiku, nyamuk yang
menggerogoti kulitku, karena aku masih panas, oleh
amarah.

*
17/09/2019
Pagi sekali aku terbangun diatap loteng, aku
bergegas mandi dan bersiap untuk kesekolah, pagi itu
tidak ada sapaan hangat dari ibuku, karena masih
marah, aku tidak menghiraukannya, aku langsung
bergegas berlalu dari rumah. Masih pagi sekali, aku
mampir dulu ke tempat nongkrongku dan teman-teman,
ibu tukang warung masih beres-beres, dia kebingungan
dan bertanya, tumben pagi sekali sudah kesini, aku
hanya tersenyum sambil membeli sebatang rokok.
Setelah habis satu batang, temanku mulai berdatangan.
Dan akupun berangkat menuju sekolah, masuk kelas
dan duduk dikursi dengan mimik muka muram. Difa
menghampiriku, duduk disampingku.
“Dim, gimana udah baikkan?”
Aku hanya menggelengkan kepala. “Nih, tapi
kamu udah fikir-fikir lagi kan? Aku sih maunya kamu
jangan sampe pergi dari rumah, mending minta maaf
sama mamah kamu, engga ada salahnya juga kan? Mau
ya minta maaf duluan,” Difa menyerahkan uang yang
semalam aku pinjam, sembari memegang tanganku dan
menenangkanku.
“Iya Dif, ini aku pinjem ya. Nanti aku ganti kok.”
“Iya, santai aja Dim. Senyum dong, everything will
be fine Dim.”
Difa merupakan sosok sempurna bagiku, dia
mampu menenangkanku, dia peduli padaku, dia
mengerti aku, tepat sudah apa yang diutarakan semesta

88
CATATANKU

malam lalu, rasaku tengah bermetamorfosis, aku sudah


jatuh cinta padanya.
Hari ini kegiatan belajar mengajar atau KBM
tidak efektif lagi, teman-teman kelasku melanjutkan
persiapan stand bazzar, sampai pada pukul 15:00
bersamaan dengan bel tanda kegiatan belajar mengajar
selesai kami pun pulang, akupun mengantar Difa
pulang.
Sampai dirumah aku disambut oleh mata sayu
dari ibuku, dia menatapku penuh kasih, yang kemudian
memelukku sembair berkata maaf, semalam ia terlalu
marah padaku, akupun tidak mampu menahan deru air
mata yang keluar dari mataku, akupun merasa bersalah
atas kejadian semalam, hingga akhirnya hubunganku
dan ibuku kembali baik, aku tenang.
Pukul 16:00 ponselku berdering, aku menerima
notifikasi chat grup dimana teman personil bandku
mengajak aku untuk latihan, waktunya sudah mepet
tinggal dua hari lagi katanya biar lebih siap, lebih baik
kita gunakan waktu luang untuk latihan, sekalian aja
gladi, benar juga pikirku. aku bergegas, bersiap, tidak
kulupakan pamitku kepada ibuku dan meminta izin
untuk pulang malam lagi, kali ini ibuku lebih mengerti,
ia mengizinkanku, dengan mewanti-wanti agar aku bisa
menjaga diriku, agar tidak terbawa arus, karena
pergaulan yang tidak sehat, akiu bilang jangan khawatir
bu, aku akan mendengarkanmu.
Malam hari sepulang aku latihan band, aku
langung tidur karena Difa tidak dapat dihubungi malam
ini tidak ada perbincangan hingga larut, mending aku
tidur istirahat, pikirku.

89
CATATANKU

18/09/2019
Pagi ini tidak ada notifikasi pesan whatsapp dari
Difa seperti biasanya. Mungkin lagi-lagi dia habis
paketan dia kan boros orangnya, pikirku. Oh iya, hari ini
adalah hari audisi untuk band yang akan titampilkan
pada acara puncak perayaan hari ulang tahun
sekolahku. Aku dan teman bandku bersepakat untuk
datang ke sekolah pukul 09:00.
Pukul 09:00 kami sudah genap, kami sudah
berkumpul di depan ruang audisi yaitu di aula sekolah.
Setelah mendaftarkan band, kami menunggu, hasilnya
band kami akan diaudisi pukul 14:10 sore nanti, lama
sekali, tapi tidak apa-apa, dikelas masih banyak hal yang
belum siap, jadi kami juga bisa membantu
membereskannya.
Aku ke kelas, didepan pintu terlihat Difa, iya itu
Difa, dia memanggilku melambaikan tangannya seolah
memintaku menghampirinya. Aku hampiri dia, dari
mulut manisnya terlontar kata maaf sebab dari kemari
malam dia tidak dapat dihubungi, dia juga tidak
mengabariku, dugaanku benar dia kehabisan paketan,
alasannya tidak sadar saat nonton BTS katanya, dasar
boros. Aku mengerti dan sedikit bercanda, kalau
semalam aku rindu padanya, dia tersenyum sedikit
tertawa, gemas tanganku, kucubit pipinya yang
kemerahan itu.
Jam tanganku berbunyi, menunjukan pukul
14:00 aku langsung menghubungi teman-temanku
untuk datang ke aula, untuk audisi. Band kami
dipanggil oleh panitia pelaksana audisi, kami masuk
kedalam ruangan audisi, dihadapan kami sudah ada 4
orang yang menjadi juri, yang tidak lain adalah guru seni
budaya di sekolahku, ketika salah satu dari ke-empat
juri mempersilahkan kami untuk memulai menampilkan
apa yang band kami punya, kami bersiap dan kami

90
CATATANKU

mempersembahkan yang terbaik agar dapat ditampilkan


diperayaan hari ulang tahun sekolah, kami
membawakan satu lagu di audisi ini, lagu dari don lego
yang berjudul may way. Setelah seleai, keempat juri
tersebut menampakan mimik muka yang baik seakan
mengapresiasi penampilan kami, yang membuat kami
pun tersenyum, merasa lega. Lalu kami dipersilahkan
meninggalkan ruangan, dan menunggu hasil dari
audisinya nanti setelah kegiatan audisinya sudah
selesai. Kami kembali ke kelas masing-masing, dan kami
masing-masing juga mempunyai harapan yang sama,
yaitu ditampilkan diperayaan hari ulang tahun sekolah.
Dan pada akhirnya, pengumuman hasil audisi,
kami tegang, karena nama band kami belum
diumumkan oleh panitia, cukup lama kami menunggu
dengan penuh harap akhirnya band kami pun
dinyatakan akan ditampilkan, bahagia, senang, haru,
karena waktu yang tebuang, tenaga yang terkuras, duit
yang keluar, diganti oleh hal yang setimpal, tidak sia-sia
latihan sampai malam.
Dengan dinyatakannya band kami untuk
ditampilkan diperayaan hari ulang tahun sekolah besok,
kami memutuskan untuk melaksanakan gladi hari ini,
sore nanti.
Aku kembali ke kelas, dan mendapati keadaan
kelas sudah riuh, karena ada pengumuman bahwa stand
bazzar harus sudah ditegakkan dilapangan utama
sekolah. Aku membantu sedikit, hanya membawa
beberapa dekorasi, dan meletakkannya ditempat yang
seharusnya. Pukul 17:45 kami baru selesai 80% tapi
kami sudah diharuskan pulang oleh pihak sekolah, mau
tidak mau kami membubarkan diri, sama halnya aku
dengan Difa, aku mengantar Difa pulang. Sampai
dirumahnya aku bilang, langsung mandi terus sholat,
makan deh, oke? Oke bossss! Balasnya. Aku berlalu,

91
CATATANKU

terdengar lantunan adzan magrib, ku percepat laju


motorku. Sampai dirumah aku juga langsung mandi,
sholat dan makan. Ponselku berdering, aku mendapat
panggilan telepon dari teman personil bandku, dia
mengajakku untuk latihan, gladi katanya. oh iya, aku
hampir lupa kalau tadi kami sudah sepakat untuk
melaksanakan gladi sore ini, mungkin karena kesibukan
dikelas tadi, pikirku. Akupun bergegas, menuju studio
menggunakan motorku. Sesampainya distudio, sudah
ada temanku yang menunggu, dan kami menunggu
personil band lainnya. Selang beberapa menit, yang
lainnya berdatangan, dan kamipun sudah lengkap lalu
kami langsung masuk ruangan studio, dan berlatih lagi,
gladi maksudnya. Dua jam sudah kami habiskan untuk
gladi, kami merasa siap untuk hari besok. Difa
menghubungiku,

Difa
“Dimassssss,”
Difa
“Kamu lagi dimana?”
Aku
“Aku baru beres latihan, ngeband hehe, elu?”
Difa
“Aku lagi dirumah El, nginep dong hehe,”
Difa
“Baru kali ini mamah ngasih izin, itu juga aku izin paksa
sih hehe.”
Aku
“Dasar kamu, terus mau ngapain sampe nginep?”
Difa
“Aku nginep sama temen-temen danus, yaaa siapin
dagangan besok, kamu mau langsung pulang?”

92
CATATANKU

Aku
“Bentaran lagi, eh aku juga kayaknya mau nginep
hehehe.”
Difa
“Yeeee ikut-ikutan, wle.”
Aku
“Biarin, udah dulu yeee, nanti aku hubungi lagi.”
Difa
“Iyaaa, nanti pulangnya hati-hati ya,”
Aku
“Iya, assalamualaikum.”
Difa
“Waalaikum salam.”

Malam ini memang rencananya aku dan teman-


temanku personil band lainnya mau menginap dirumah
Riyandi, biar besok tidak ada yang ngaret, atau telat,
biar lebih dapat kemistrinya dalam sebagaimana sebuah
tim, biar besok lebih kompak penampilannya.

19/09/2019
Aku terbangun pukul 05:15 aku menghubungi
Difa sekadar ingin tahu apakah dia sudah bangun atau
belum, ternyata dia sudah bangun duluan. Hari ini
adalah hari puncak dari serangkaian acara perayaan
hari ulang tahun sekolahku, dimana stand bazzar tiap
kelas akan dipamerkan. Pagi sekali aku bersama yang
lainnya masih dirumah Riyandi, sudah disuguhi kopi,
memang sudah sepantasnya sarapan dengan roti disertai
kopi, lalu sedikit berbincang mengenai penampilan nanti
siang, membuatku bersemangat ingin rasanya aku putar
waktu secepat mungkin, agar dapat merasakan euforia
atau kehebohan diacara perayaan ulang tahun sekolah,

93
CATATANKU

dan aku akan menampilkan yang terbaik, betapa


kerennya aku hehehe. Pukul 08:00 aku dan teman-
teman baru berangkat, tapi tidak langsung ke sekolah
seperti biasa kami mampir ke tempat tongkrongan, yaaaa
ngopi lagi, menghabiskan sebatang rokok dulu, lalu ke
sekolah.
Setelah menghabiskan segelas kopi dan sebatang
rokok, kamipun berangkat ke sekolah, sudah nampak
riuh disana, orang lalu lalang dilapangan utama sekolah,
ada yang menonton kreasi seni yang ditampilkan, sudah
ada penampilan band juga, bandku mendapat giliran
kedua terakhir, mungkin aku akan naik ke atas
panggung sekitar pukul 14:00 sore, cukup pikirku tidak
panas, pasti akan banyak yang menonton juga, akan
keren pastinya, aku dan riyandi memisahkan diri, kami
menuju stand bazzar kelas, yang lainnya pun seperti itu,
mereka ke stand kelasnya masing-masing. Terdapat
beberapa siswa dan siswi yang mengunjungi stand
bazzar kelasku, ada yang membeli apa yang kelasku
jual, ada yang sekadar berfoto didalam stand bazzar
kelasku, dan aku juga berfoto dengan Difa, tentunya.
Difa mengajakku berfoto disetiap stand, tapi sayang
karena aku yang pemalu, kami hanya berfoto disalah
satu stand bazzar, tidak semuanya. Tapi Difa tampak
mengerti aku, sedikit ada rasa bersalah yang aku
rasakan, kenapa aku tidak dapat memuaskan atau
sedikitnya membuat ekspetasi Difa menjadi nyata, aku
tahu dia pasti sudah berekspetasi banyak terhadapku,
bodohnya aku, malah memanjakan rasa malu,
seharusnya kubuang saja sifat pemalu itu, dasar.
“Kamu laper ga Dif, Aku bawa nasi goreng.”
“Mayan sih, tapi gaakan banyak ya makannya,
takut mules hehehe.”
“Yaudah ayok makan dulu,”

94
CATATANKU

Kami makan berdua, di dalam kelas. Malu kalo


makan berdua di depan banyak orang, iyaaa lagi-lagi aku
memanjakan rasa malu itu, tapi lagi-lagi Difa mengerti
itu. Di sela makan itu, Difa menanyakan kesiapanku
untuk tampil nanti sore, aku bilang siap, karena ini
adalah kesempatan untuk aku tebar pesona, candaanku
membuat Difa sedikit cemberut, mungkin cemburu, atau
takut ada yang terpikat oleh aku yang mempesona
hehehe.
“Emmmm, Gimana udah siap buat tampil?”
“Siap dong, kan mau tebar pesona.”
“Ih males banget, awas aja kalo sampe kecentilan
diatas panggung.”
Aku tidak membalasnya, hanya sedikit tertawa.
“Eh emang akan ada yang terpesona sama kamu
gitu Dim, selain aku?”
Difa meragukan diriku, sekaligus membuatku
terbawa perasaan karena selama ini aku tahu kalau dia
sudah terpesona padaku, dia yang bilang sendiri.
“Dasar Kamu, pasti ada lah.”
“Hehehe, nih satu sendok terakhir aku suapin,”
“Aaaaammmmm...”
Nasi goreng itupun habis, kami minum lalu
kembali ke lapangan untuk diam didalam stand bazzar
kelas.
Pukul 14:00 aku dan personil band lainnya
sudah bersiap, tapi tidak kunjung dipanggil untuk naik
ke atas panggung, malah bintang tamu dari luar yang
dipersilahkan. Setelah aku meminta penjelasan kepada
panita penyelenggara, ternyata ada kesalahan teknis,
jadi bandku diundur, sampai pukul 15:30 sore nanti,
sial. Aku dan personil lainnya tidak habis pikir, tapi
tidak apa-apa yang penting kami akan tampil. Setelah
kian lama menunggu, adzan ashar berkumandang dan
penampilan dari bintang tamu dihentikan, kami berlalu

95
CATATANKU

untuk sembahyang terlebih dahulu, setelah kegiatan


ishoma selesai, rangkaian acara perayaan hari ulang
tahun sekolah pun dilanjutkan, dan yang kami tunggu-
tunggu akhirnya tiba juga, dari suara speaker terdengar
nama band kami dipanggil, disambut riuh tepuk tangan
dan teriakan dari siswa dan siswi, dalam hati aku
berkata aku harus menampilkan yang terbaik. Hingga
kamipun naik ke atas panggung, dadaku rasanya
berdegup kencang meskipun ini adalah kali kedua
untukku tampil diatas panggung, namun rasanya tetap
berbeda, entah karena kali ini ada seseorang yang aku
sukai menjadi penonton penampilanku. Setelah menyetel
alat musik, kami siap, dan kami jadi tampil, hehehe.
Tidak terasa dua lagu sudah kami bawakan,
badanku berlumur keringat, mataku tertuju pada satu
titik dimana sosok puan yang cantik dengan mata yang
berbinar tengah menyorotiku, aku tersenyum padanya
dengan bangga, dia melambaikan tanganya seraya
dengan lengkungan bibir yang begitu indah ia tujukan
padaku, aku merasa bahagia.
Akhir dari acara perayaan hari ulang tahun
sekolah ditutup oleh satu lagi penampilan band dari
siswa, aku dan personil band lainnya sudah bubar,
kembali ke stand bazzar kelas masing-masing. Aku dan
teman-teman kelasku langsung beres-beres agar tidak
terlalu sore juga. Setelah semuanya selesai, kami
dipersilahkan untuk pulang, hari yang melelahkan
membuat teman-teman kelasku langsung membubarkan
diri, tidak terkecuali aku dan Difa, sudah seharusnya
aku mengantarnya pulang, sepanjang perjalanan dia
terus saja memujiku, dari penampilanku yang katanya
keren, sampai dia meledekku karena yang aku bilang
akan banyak yang terpesona olehku dan penampilanku,
ternyata tidak ada. Menyebalkan memang, tapi aku
suka.

96
CATATANKU

Malam hari Difa mengabariku, dia bilang kalau


dia ketiduran karena hari ini memang hari yang sangat
melelahkan, tidak dapat kupungkiri karena akupun
begitu. Aku bertanya apakah ia mau jalan-jalan
denganku, sekadar mencari makan, atau hanya
memutari jalanan mengendarai motor bututku, tapi dia
bilang tidak bisa sudah malam, susah buat minta izin
keluar rumah. Oh iya aku lupa kalau Difa bukan orang
yang bebas, dia terikat aturan orang tua, dan oleh
karena aturan yang sudah ada sejak lama, membuat dia
menjadi terbiasa, aturan itu membuat pribadi Difa
menjadi seorang yang disiplin, itu bagus, untuknya tapi
tidak untukku. Karena aku berbeda dengannya, aku
sangat ingin sekali saja menghabiskan waktu
dengannya, sedikit lebih lama dibanding hanya
mengantarnya pulang ke rumah, yang dimana jika
dihitung jaraknya dari sekolah tidak terlalu jauh, hanya
membutuhkan waktu sekurangnya 20 menit, itu tidak
cukup bagiku, aku ingin lebih lama dari itu. Sekali
waktu aku pernah dibingungkan oleh logika, akankah
hubungan ini bertahan lama, jika hanya mengandalkan
pertemuan yang singkat, komunikasi yang dibatasi oleh
koneksi internet? Aku sempat bingung, aku kembali
berdiam diri di atap loteng.

Rasa yang kian merasuk kedalam sukma

Mengutip pertanyaanku pada tulisan yang lalu,


(Aku Diterpa Dilema)
“Apakah rasaku sudah benar – benar ia balas?”
“Apakah ia telah mempersilahkan ku singgah?”
Aku kembali diam termangu,
Nalarku terbang, melayang dengan bebas.
Nalarku melaju tanpa arah.

97
CATATANKU

Namun hasilnya nihil,


Yang ku dapat malah kian banyak pertanyaan atas
rasaku padanya.
Butuh penjelasan moril,
Untuk dapat memantapkan rasa.

Kepalaku seakan tak mau jauh dari dilema,


Hatiku menginginkan ruang untuk bercengkrama.
Banyak hal yang ingin aku ceritakan, banyak
pertanyaan yang ingin aku ajukan, banyak kata –
kata yang ingin aku utarakan padanya, lebih
sederhananya
hanya untuk menatap matanya.

Kini, aku tak ingin lagi sekadar singgah


Aku ingin menetap dengan sungguh.
Sebab ada segelintir rasa yang kian merasuk
sukma.

Malam itu, aku kembali bergelut argumen dengan


semesta, aku yang diterpa dilema, kebingungan.
Membutuhkan banyak penjelasan moril, pembuktian
perilaku, dari setiap kata, kalimat yang Difa utarakan.
Aku yang menginginkan lebih banyak waktu
bersamanya, akankah dia dapat mengindahkannya?
Itu kalimat utama yang aku dapat, dari pergelutanku
dengan semesta. Akhir kata, yang mengakhiri pergelutan
argumen dengan semesta, aku hanya kembali
melangitkan harap, jika aku hanya ingin singgah lalu
menetap dengan sungguh, sebab aku sudah tidak mau
lagi bermain-main dengan perasaan, dengan rasa cinta,
aku ingin dia, iya Difa.

98
CATATANKU

Malam inipun, tidak ada obrolan panjang antara


aku dan Difa, kami sama-sama kelelahan dan
bersepakat untuk beristirahat saja.

20/09/2019
Hari ini, pagi sekali aku menghubunginya,
sekadar membangunkannya menunaikan shalat subuh,
tapi tidak ada jawaban Difa tidur terlalu lelap.
Pukul 07:00 Difa mengabariku kalau dia tidak
shalat subuh hari ini, badannya terasa capek yang
membuat dia tidur sangat lelap, hingga tidak mendengar
panggilan masuk dariku, aku memahaminya. Dia
bertanya apakah aku sekolah hari ini? Aku bilang iya,
hanya saja aku belum ke sekolah, aku masih diam
ditempat nongkrong seperti pagi-pagi biasanya, tentunya
aku tidak sendiri seperti biasa juga aku bersama
Riyandi. Aku kira hari ini adalah hari bebas sekolah,
karena kemarin sekolahku baru saja merayakan hari
ulang tahunnya, tapi ternyata tidak. Ada kegiatan tablig
akbar disekolah, tujuannya untu syukuran sekaligus
memperingati maulid nabi Muhammad SAW. Aku
disuruh Difa ke sekolah, untuk mendengarkan ceramah,
aku tidak langsung mengiyakan. Sebab aku sedang
bermain game PUGB hehehe. Tapi tiba-tiba, ada
beberapa orang yang aku tahu, mereka itu OSIS yang
seringkali merazia siswa yang bolos atau melarikan diri
dari sekolah. Aku dan Riyandi tertangkap basah sedang
bermain game, aku digelandangnya menuju sekolah, sial
pikirku, baru kali ini aku diperlakukan seperti ini.
Akhirnya dengan terpaksa aku berangkat ke sekolah,
aku dipaksa untuk ke lapangan dan mendengarkan
ceramah, tidak apa, masih untung tidak dihukum seperti

99
CATATANKU

biasanya. Acara ceramah itu selesai pada pukul 10:00


aku ke kelas, disusul oleh Difa, dia bertanya.
“Katanya gaakan kesekolah.”
“Emang, cuma tadi aku ketahuan sama osis, jadi
aku kesekolah deh.”
“Hahaha, kasian deh luuuu.”
Sial, dia malah mengejekku, karena menyebalkan
aku cubit pipinya yang kemerahan itu. Mukanya tiba-
tiba berubah menjadi kesal, lucu.
Tidak lama aku berinteraksi dengan Difa, Riyandi
mengajakku untuk kembali ke tongkrongan. Dan
akupun mengiyakan ajakan Riyandi, sebelum aku
berlalu aku bilang pada Difa,
“Nanti, kalo udah mau pulang kabarin ya. Biar
aku yang nganterin pulang.”
“Iya, tapi aku kan mau kumpul dulu, terus
latihan.” Aku baru ingat kalau hari ini, Difa kumpul dan
latihan paskibra.
“Oh yaudah, nanti sore aja kalo mau pulang
kabarin.”
“Iyaaa.”
“Yaudah aku jalan dulu, dah.”
“Iya, jangan ngerokok. Awas!”
Aku berlalu dengan cengengesan, hehehe.
Tidak lama aku ditongkronga, aku lihat jam yang
menempel ditangan kiriku, menunjukan pukul 11:15
aku ingat hari ini hari jum‟at aku harus pulang, aku
bergegas lalu pamit ke Riyandi dan pulang. Setelah aku
selesai menunaikan shalat jum‟at aku tidur. Hingga aku
dibangunkan oleh ponselku yang berdering, Difa
menghubungiku. Setelah kujawab dia hanya
memberitahu jika dia pulang bersama ayahnya. Aku
tutup telepon, jam menunjukan pukul 16:00 aku belum
shalat ashar jadi kuputuskan untuk bergegas mandi.

100
CATATANKU

Malam hari selepas menunaikan shalat isya, Difa


menghubungiku.

Difa
“Dimaassssss, maaf baru ngabarin. Tadi waktu pulang
aku tiduran sampe ketiduran, aku bangun pas adzan
magrib, engga buka hp selama itu. Hehehe.”
Aku
“Iya gapapa, lagi apa?”
Difa
“Aku mau ngerjain TO online Dim, gapapa? Aku tinggal
dulu, mau fokus hehehe.”
Aku
“Yaudah gih, semangat!!!”

Difa membalas pesanku dengan emotikon love, ini


kali pertama dia mengirimiku emotikon itu, yang aku
fikir, adalah hal yang luar biasa. Coba bayangkan tidak
ada hubungan diantara kita namun dia mengirimiku hal
itu, apa aku berlebihan?
Satu jam sudah aku menunggu Difa mengerjakan
TO online tersebut, sebenarnya tidak sepenuhnya
menunggu sih, sebab selama itu aku gunakan untuk
bermain game. Difa mengirimiku gambar hasil TO online
dirinya, dia mendapatkan nilai 305 (25.48%) dari
keseluruhan soal yang diujikan. Menurutnya itu nilai
yang sangat kecil, tapi bagiku itu sudah bagus. Karena
aku belum pernah sama sekali mengikuti hal semacam
itu. Aku sedikit menghiburnya dengan mengatakan
“Yang penting kamu sudah berusaha, apapun hasilnya
itu selaras dengan apa yang kamu usahakan.” Tap Difa
tetap bersedih, dia fikir usahanya selama ini masih
belum cukup, masih banyak kekurangan, hal itu
membuat Difa semakin berambisi untuk mempergiat
usahanya, mempertekun belajarnya. Lalu dia memintaku

101
CATATANKU

untuk mencoba TO online, aku tipe orang yang malas,


masa bodoh dengan hal semacam itu dibuatnya seketika
menjadi orang yang sangat peduli akan hal itu.

Difa
“Dim, mau nyobain ikutan TO online ga?”
Aku
“Engga ah males. Emang ada untungnya?”
Difa
“Iya ada lah, TO itu bisa untuk mengukur sampai mana
pemahaman kita, sudah sampai mana proses belajar
kita, kita jadi bisa tahu apa yang kurang dari diri kita.
Mau ya?”
Difa
“Biar aku deh yang daftarin kamu, mau ga? Mau dong.”

Aku mengiyakan, karena Difa bilang dia yang


akan mendaftarkanku untuk mengikuti TO online
tersebut, aku memberinya email dan kata sandi dari aku
instagramku, tidak lama aku sudah terdaftar untuk
mengikuti TO online tersebut.

Difa
“Nih udah, kamu tinggal masuk grup whatsappnya aja,
ini linknya.”

Difa mengirimiku sebuah link undangan untuk


masuk grup whatsapp, aku pun sudah masuk grup
tersebut.

Difa
“Udah yaaa, awas aja engga dikerjain, eh iya Dim, mau
ikut goes engga?”

102
CATATANKU

Aku
“Iya, TO nya nanti hari minggu kan? Goes? Kapan?”
Difa
“Iya, nanti aku ingetin, takut kamu lupa. Goesnya hari
minggu.”
Aku
“Oke deh. Siapa aja yang mau ikut?”
Difa
“Sama temen-temen kelas juga, Aldo, Hanifah, Shava,
Puteri, gimana mau yaaaa?”
Aku
“Iya ayok!”
Difa
“Yipiiiiii.”
Difa
“Dimas, aku udah kena virus lagi nih”
Aku
“Yah, yaudah gih. Mau istirahat sekarang?”
Difa
“Iyaaaa, engga apa-apa?”
Aku
“Iya engga lah, gih. Selamat malam, selamat istirahat.”
Difa
“Iya, Dadah, assalamualaikum.”
Aku
“Waalaikum salam.”

Difa pamit duluan, karena dia sudah terkena


virus kantuk, hehehe. Tidak lama dari itu aku juga tidur.

21/09/2019
Hari ini aku terbangun pagi sekali, sebelum adzan
subuh berkumandang aku sudah bangun. Menulis

103
CATATANKU

catatan ini adalah caraku menunggu adzan. Sampai


adzan pun berkumandang aku bergegas menuju masjid,
setelah selesai aku pulang, dan membuka ponselku
untuk menghubungi Difa, seperti biasa aku mau
membangunkan Difa. Setelah panggilanku dijawabnya
ternyata dia sedang tidak shalat, dia sedang pms.

Difa
“Aku lagi engga shalat Dim, biasa hehehe.”
Aku
“Oh gitu, sorry deh gatau hehehe.”
Difa
“Gapapa, makasih udah bangunin aku.”
Aku
“Mau lanjut tidur lagi?”
Difa
“Iya ah, mumpung libur hehehe.”
Aku
“Yeeee dasar, yaudah dadah.”

Aku tidak seperti Difa, yang melanjutkan


tidurnya. Aku ingin lebih produktif dengan beres-beres
kamar, mencuci pakaian, mencuci sepatu, dan lain-lain.
Sampai pada pukul 09:00 aku mendapat notifikasi pesan
whatsap dari Difa.

Difa
“Dimassss, aku udah bangun. Kamu lagi ngapain?”
Aku
“Selamat pagi puteri tidur, aku baru saja selesai beres-
beres.”
Difa
“Cieee elah, rajin banget masnyaaa.”
Aku
“Iya dong, lu lagi apa?”

104
CATATANKU

Difa
“Nonton ftv, seru nih.”
Aku
“Males ah, ceritanya mudah ketebak aja kalo ftv, awalnya
pertemuan yang engga disengaja, berkahir dengan
bahagia, yakan?”
Difa
“Iya sih, tapi da seru, wle.”
Difa
“Oh iya Dim, rencana goes engga jadi, aku mau jogging
aja besok.”
Aku
“Kenapa engga jadi?”
Difa
“Kemarin Hanifah ngecek ke tempat sewa sepedanya,
katanya lagi pada rusak.”
Aku
“Oh yaudah, terus besok mau jogging aja?”
Difa
“Iya terus siangnya mau ke ulang tahun Destyani.”
Aku
“Mau ditemenin ga?”
Difa
“Mau lah, makanya ngasih tau, sekalian ngajak kamu
hehehe.”
Difa
“Mau yaaaa, mau dong, asik asik.”

Aku tidak tahu apa alasan Difa seantusias itu,


tapi aku tidak dapat kupungkiri akupun senang akan
hal itu, dengan itu aku bisa mendapat waktu lebih
banyak bersama Difa.
Siang hari, aku dihubungi teman pengajianku,
dia mengajakku untuk ziarah ke Tasik. Sebelumnya aku
terlebih dulu mengabari Difa.

105
CATATANKU

Aku
“Difff.”
Difa
“Iya dim, kenapa?”
Aku
“Mau ikut ga ke Tasik?”
Difa
“Lah, mau ngapain?”
Aku
“Barusan ada yang ngajak ziarah kesana, mau ikut ga?”
Difa
“Engga ah, aku engga pernah ikut gituan.”
Aku
“Makanya yuk ikut.”
Difa
“Engga ah, emang kapan?”
Aku
“Sekarang, engga akan ikut nih?”
Difa
“Kok ngedadak? Engga ah.”
Aku
“Engga tahu, yaudah deh. Aku jalan dulu ya.”
Difa
“Beneran sekarang nih?”
Aku
“Iya beneran.”
Difa
“Yaudah iya, hati-hati dijalan Dim.”

Setelah aku fikir-fikir daripada dirumah terus,


tidak ada kerjaan, mending ikut sekalin refreshing,
akupun menyetujuinya dan langsung bersiap-siap.
Perjalanan ziarah ke Tasik itu menggunakan motor,
setelah siap aku mengendarai motorku ke tempat
berkumpul, disana sudah ada teman-temanku, ada

106
CATATANKU

Gunawan, Gilang, Angga, Dika, dan guru mengajiku.


Setelah kami sudah siap, kami berangkat. Perjalanan
kami awalnya baik-baik saja, lancar. Hingga sampai di
daerah Situ Bagendit aku mendapat kesialan, ban
belakang motorku pecah, tapi syukurnya tidak jauh dari
pecahnya ban motorku ada bengkel, tapi situasi
dompetku kurang memadai karena acara yang dadakan
membuatku tidak mempunyai banyak persiapan, aku
hanya membawa uang sedikit dan habis untuk biaya
mengganti ban motorku di bengkel. Aku resah,
perjalanan masih jauh, uangku sudah habis untungnya
ada Gilang, temanku. Dia mau meminjamkan uangnya
untuk aku berjaga-jaga. Selagi menunggu motorku
selesai, aku menghubungi Difa, aku ceritakan kesialan
yang menimpaku.
“Halo, Dif aku sial banget hari ini.”
Hah? Sial kenapa?”
“Iya, belum setengah perjalanan ban motorku
pecah.”
“Yahhh, gimana dong?”
“Iya engga gimana-gimana, cuma aku engga
punya uang sekarang. Aku bawa uang pas banget buat
ganti ban.”
“Hahahaha kasian, kenapa ga pulang lagi aja?”
“Tanggung ah, kasian temen aku. Aku kan
boncengan. Lagian kamu kok malah ketawa sih, dasar.”
“Eh hehe, iya sorry. Makanya hati-hati bawa
motornya.”
“Udah hati-hati banget, musibah siapa yang tau
coba? Eh udah dulu ya, udah beres nih. Aku mau lanjut
jalan. Dah.”
“Eh iya-iya hati-hati dimas.”
Setelah menutup telepon, aku membayar ongkos
bengkel, dan melanjutkan perjalanan. Adzan ashar
berkumandang, kamipun mencari masjid untuk shalat

107
CATATANKU

dan beristirahat sejenak, akhirnya kami menemukan


masjid dipinggiran jalan di daerah Salawu, Tasikmalaya.
Terhitung 3 jam sudah kami habiskan waktu untuk
sampai di kecamatan Salawu, Tasikmalaya. Namun
perjalanan masih panjang ini baru setengahnya menurut
guru ngajiku, masih ada beberapa jam lagi untuk sampai
ke tempat ziarah, yaitu di Pamijahan, Bantarkalong,
Tasikmalaya.
Setelah selesai dengan shalat, kami makan untuk
mengisi tenaga dikarenakan perjalanan yang masih
panjang tersebut. Kami membawa bekal dari rumah,
suatu kenikmatan makan bersama dikala kelelahan,
dengan lauk seadanya pun dapat membuat kami keyang,
dan cukup mengisi tenaga.
Pukul 18:45
Kami sampai di tempat ziarah di daerah
Pamijahan, Tasikmalaya. Kami menunaikan shalat
maghrib dan beristirahat sejenak, lalu setelah shalat isya
kami beranjak pergi menuju tempat ziarah, kami
mendatangi makam dari Syeh Abdul Muhyi, setelah
menyelesaikan beberapa kegiatan ziarah disana, kami
langsung pulang ke rumah teman dari guru ngaji kami,
yang lumayan dekat dari sana. Karena kelelahan
kamipun langsung tertidur, dan bangun ketika adzan
subuh berkumandang, lalu kami melaksanakan shalat
subuh berjamaah, dilanjut dengan nongkrong di depan
teras sambil berbincang, tidak lupa rokok dan kopi
sebagai pelengkap.

22/09/2019
Pada pukul 09:15 kami pun berpamitan kepada
yang punya rumah untuk pulang, dan tidak lupa
berterima kasih karena telah bersedia menerima kami

108
CATATANKU

untuk bermalam dirumahnya. Kami berhenti sejenak


untuk istirahat disimpang jalan Warung Peteuy, Salawu,
Tasikmalaya. Ketika mengecek ponsel aku mendapati
ucapan selamat pagi dari Difa yang terpampang dilayar
ponsel, aku membalasnya dan tidak lama dia kembali
membalas pesanku. Dia memberitahuku bahwa dirinya
berada ditempat jogging, dia juga menanyakan kabarku,
setelah semalam tidak berbalas kabar dengannya,
sepertinya dia rindu, pikirku. akupun menerangkan
alasan kenapa semalam tidak memberinya kabar, aku
juga memberitahunya kalau aku sedang dalam
perjalanan pulang, tidak perlu rindu kataku. Dia
tertawa, jantungku terpacu, inginku cepat menemuinya
ingin menatap matanya dalam waktu yang lama. Setelah
cukup lama berbincang, akupun menyudahinya karena
teman-temanku sudah bersiap untuk melanjutkan
perjalanan.
Jalanan begitu kosong hingga perjalanan
pulangku cukup cepat, karena tidak ada hambatan sama
sekali, pukul 13:10 aku sudah sampai dirumah. Aku
menghubungi Difa, ingin memberitahunya kalau aku
sudah sampai dirumah, dengan harapan dia mau aku
ajak bertemu. Tapi dia sedang berada dirumah temannya
untuk merayakan ulang tahun temannya itu, dan aku
tersadar bahwa tiga hari yang lalu Difa mengajakku
untuk pergi mendatangi rumah temannya yang berulang
tahun, tapi aku malah pergi ke Tasik, aku benar-benar
lupa, aku mengecewakannya aku menghancurkan
ekspetasinya, perasaan bersalah merasuki hati dan
pikiranku. Aku yang tadinya kecewa karena Difa tidak
mengindahkan ajakkanku malah menjadi semakin
mantap mencintainya, kenapa? Karena Difa mampu
untuk tidak egois, tidak ingin selalu diprioritaskan, tidak
ingin selalu dinomor satukan. Coba bayangkan ketika
kamu mengajak teman dekatmu, atau pasanganmu

109
CATATANKU

untuk mendatangi acara ulang tahun temanmu, dan


teman dekatmu atau pasanganmu itu awalnya sudah
mau dan menyetujui ajakkanmu, tapi dia malah
mengingkarinya dengan pergi dengan orang lain seperti
dia tidak menganggap ajakkanmu itu sesuatu yang
berarti. Akan menyakitkan bukan? Kamu akan marah,
kecewa, sakit hati, benci, dan perasaan tidak baik
lainnya tapi Difa tidak seperti itu, dia tidak egois, dia
mengerti aku, dia pemaaf, dia istimewa. Lagi-lagi aku
berpikir betapa beruntungnya aku dapat dekat
dengannya, aku berharap kedekatanku dengan Difa
akan berlangsung dalam waktu yang lama, semoga saja.
Tapi, aku sempat kesal kepadanya cuma karena masalah
kecil yaitu voicenote yang aku kirim tidak kunjung ia
dengarkan, tapi tidak lama rasa kesal itu malah berubah
menjadi sayang, karena Difa mengirimiku voice note
yang isinya permintaan maaf dengan suara yang
sepertinya mau menangis, aku merasa diriku ini egois,
maafkan aku..

Malamnya Difa mengingatkanku akan TO online


yang diadakan oleh salah satu akun berbasis pendidikan
di instagram, sebelumnya aku yang tidak terlalu peduli
akan hal-hal semacam itu malah menjadi orang yang
amat peduli karena Difa memberikan pengertian bahwa
daripada waktu yang luang dipakai untuk hal-hal yang
sama sekali tidak bermanfaat seperti bermain game,
ngelamun, atau malah nongkrong engga jelas mending
dipake untuk ikutan Try Out online, itu bisa bikin kita
tahu sudah sampai mana pengetahuan dan wawasan
kita, apakah kita sudah siap untuk melaksanakan Ujian
Nasional yang waktunya sudah mepet sekali.

110
CATATANKU

Dan akupun mengikuti TO tersebut dengan


maksud untuk mengetahui kadar pengetahuan yang
kumiliki juga mengetahui kesiapanku untuk
mengahadapi Ujian Nasional, hasilnya aku menyadari
bahwa aku belum siap sama sekali belum siap, terbukti
dari 50 soal yang diujikan hanya beberapa saja yang aku
mengerti dan aku bisa mengisinya, sisanya aku isi acak.
Terbesit dalam benak, selama tiga tahun belajar
ditingkat SMA aku merasa tidak ada yang aku serap,
otakku tak berisi, selama itu aku hanya diam ditempat
aku tidak berprogress, benar kata orang kalau
penyesalan itu datangnya terlambat aku mengakui
bahwa aku menyesal tidak mempersiapkannya dari awal.
Teruntuk Difa, terima kasih sudah membuka mataku,
membuka pikiranku, membuatku sadar kemana saja
aku selama ini? aku memang sudah terlambat, tapi aku
harus bisa mengejar itu setidaknya berada satu langkah
dibelakang mereka yang sudah mendahuluiku, aku
yakin aku bisa, terkadang kita harus punya keyakinan
yang kuat untuk menggapai sesuatu yang hebat, aku
ingat sewaktu kecil saat aku mengaji ditingkat
madrasah.
Salah satu guruku berkisah tentang Nabi Ibrahim
yang hendak dibakar oleh raja Namrudz tapi Nabi
Ibrahim mempunyai keyakinan yang kuat, bahwa Allah
bersama orang-orang yang bertawakal kepadanya. Dan
hasilnya api tidak terasa panas bagi Ibrahim. Aku juga
pernah melihat suatu film dari Thailand yang
mengisahkan seorang pemuda yang bermimpi untuk
mempunyai perusahaan yang besar dibidang makanan,
makanan ringan yang berasal dari rumput laut, dia
memulai usahanya dari nol dari peralatan yang
sederhana dari tempat yang sangat tidak mungkin untuk
membuat makanan yang banyak disukai orang, tapi dia
tidak putus asa dia punya keyakinan kuat bahwa suatu

111
CATATANKU

saat nanti ia akan sukses dengan usahanya saat ini,


beberapa kali merasakan pahitnya kegagalan, produk
dagangnya tidak diterima dipasaran, tapi dia tetap
bertahan hingga pada akhirnya, kita tahu salah satu
makanan ringan yang berasal dari rumput laut tersebut
sudah tersedia diberbagai negara, makanan ringan
tersebut diberi nama “Tae Kae Noi”. Masih banyak kisah
yang inspiratif mengenai kekuatan keyakinan yang
membuahkan hasil yang hebat, aku yakin aku juga bisa.
Difa selesai mengerjakan TO lebih dulu, dia
memberitahu bahwa nilainya masih jauh dari yang ia
harapkan, dia mau berusaha yang lebih giat lagi, belajar
lebih banyak lagi, aku suka semangatnya aku juga ingin
sepertinya. Dan malam ini sampai pada akhir, ketika
mata tak sanggup lagi menahan beban kantuk, badan
tak kuasa lagi menopang beban daging, otot-otot
melemas dan ranjang adalah satu-satunya tempat yang
pas untuk merebahkan diri hingga pulas. Difa pamit,
selamat malam kataku, sembari menambahkan
emotikon “love”, dia membalasnya dengan hal yang
sama. Dan aku tidur dengan bahagia.

*
23/09/2019
Hari ini setelah istirahat aku dan Riyandi seperti
biasanya ke tempat nongkrong, tempat nongkrong ini
diberi nama warung Ibi, karena nama orang pemilik
warung tempat kita nongkrong itu Ibi, jadi darisana
diambil nama warung Ibi, Riyandi sudah lama nongkrong
disini sejak kelas 10 semester 2 berdeda dengan aku,
yang baru nongkrong disini, sedikit canggung bagiku
untuk menyesuaikan diri tapi dengan berjalannya waktu
semuanya akan terasa biasa saja, bukankah aku pernah
mengatakannya pada awal buku ini? oh iya, tujuanku ke
warung Ibi bukan sekadar nongkrong, melainkan aku

112
CATATANKU

hendak ikut ke kamar mandi untuk menyelesaikan


urusan perut, siang ini perutku sedang tidak baik.
Setelah selesai dengan segala urusanku dikamar mandi,
aku membuka ponsel dan Difa mengirimiku pesan, dia
mencariku menanyakan aku dimana? Aku bilang bahwa
aku sedang dikantin, sebuah kebohongan tapi
sebenarnya aku malu mengatakan yang sebenarnya.
Aku dan Riyandi kembali ke sekolah, tapi tidak
ada guru yang masuk jadi aku memilih bermain game
bersama Riyandi, ingin rasanya aku dekat dengan Difa
berbincang tentang apapun, tapi bagiku sulit terkadang
aku susah berbicara ketika sudah berhadapan
dengannya, menatap matanya dalam-dalam adalah satu-
satunya hal yang bisa aku lakukan, seperti topik
perbincangan yang telah aku persiapkan hilang begitu
saja. Sesekali aku melirik Difa yang sedang
bercengkrama dengan teman-temannya tawa menghiasi
wajah yang manis, gerak-gerik yang lucu tidak bisa aku
lewatkan begitu saja, tanpa aku sadari aku sudah
tenggelam jauh kedalam lamunan, dan dikagetkan
dengan tepukan tangan Riyandi ke bahuku, dia
memberitahu bahwa game yang aku mainkan sudah
mati, akupun tidak chicken dinner, tapi itu tidak
membuatku menyesal karena chicken dinnerku sudah
ku raih ketika aku tenggelam tadi.
Bel pulang pun berbunyi, aku merapihkan buku-
buku dan kumasukan ke dalam tas selempangku,
kukenakan jaket levisnya Dilan, cuma punyaku
warnanya biru, berbeda sedikit. Aku menghampiri Difa
sekadar bertanya, apakah ia mau aku antarkan pulang,
dia menolak karena ada latihan ekskul untuk
mempersiapkan perlombaan beberapa minggu kedepan,
akupun mengiyakan dan memberikan perhatian sekadar
ucapan hati-hati pulangnya dan diapun membalas hal

113
CATATANKU

yang sama, lalu meninggalkanku menuju lapangan. Dan


akhirnya aku pulang bareng dengan Riyandi.
Malam hari, sepulang mengaji aku menghubungi
Difa menanyakan apa yang sedang ia kerjakan..
“Hai Dif.. lagi apa?”
“Hai Dimas, lagi diem.”
“Oh, Udah makan?”
“Udah.. Udah, eh iya tadi siang kenapa? Kayak
yang sakit perut..”
“Iya tadi sebenenya aku engga lagi dikantin, aku
ke warung Ibi, ikut ke air maaf aku udah boong.”
“Kenapa harus boong coba, bilang aja di Ibi ikut
beol..”
“Malu lah..”
“Yeeee, Eh iya Dim besok praktek TIK, „kan?
“Iya gitu? Emang kenapa?”
“Masa lupa sih, aku mau minta ajarin corel draw,
hehehe”
“Oh iya-iya, besok aku bawa laptop deh,”
“Yipiiiii, awas aja kalo malah ke warung Ibi..”
“Iya engga bakal”
“Eh Dim, udahan dulu yah, mamah aku manggil
nih..”
“Iya-iya.”
Difa menyudahi perbincangan malam ini, karena
dia dipanggil ibunya katanya disuruh untuk makan. Aku
memilih bermain game untuk menyalurkan waktu yang
tidak tahu bagusnya digunakan untuk apa, dan ketika
sedang seru-serunya Difa mengirimiku pesan bahwa dia
sudah selesai makan, aku tidak bisa langsung
membalasnya,

Difa
“Dimaaaassss, aku udah beres,”

114
CATATANKU

Difa
“Pasti lagi ngegame”
Difa
“Yaudah deh, aku istirahat duluan yaaa...”
Difa
“Kuota aku juga udah mau abis nih, dadah.. jangan
begadang cuma buat main game loh.”

Aku mengiyakannya didalam hati, beberapa jam


sudah aku habiskan waktu untuk bermain game,
mataku pun sudah tidak kondusif, aku putuskan untuk
tidur saat itu juga, sebelum tidur aku ucapkan selamat
malam kepada Difa, semoga angin malam
membisikkannya dengan lembut..

24/09/2019
Pagi ini ketika mau berangkat sekolah, mataku
tak henti-hentinya memandangi laptop yang tergeletak
diatas meja belajar. Laptop itu seperti berbicara padaku,
memanggil-manggil namaku sedari tadi, “Bawa aku,
bawa aku...” ucap laptop yang aku berinama si Typisch
karena bodynya yang tipis (hehehe). Seketika aku
teringat pada pesan dari Difa yang ingin sekali aku
ajarkan bagaimana mengopreasikan Corel Draw, karena
hari ini juga akan praktek TIK akhirnya aku membawa si
Typisch. Si Typisch loncat-loncat kegirangan
keyboardnya akan disentuh oleh tangan lentik yang
halus Difa. Kenapa dia tahu Difa? Karena aku menulis
catatan ini di simesintikmodern, dan filenya aku simpan
di file manager si Typisch, secara langsung dia tahu dong
apa-apa yang aku kerjakan, apa-apa yang aku tulis pada
catatan ini, tapi tenang aja dia temenan sama aku, CS
berat. Jadi enggak akan bocor kemanapun dan kepada

115
CATATANKU

siapapun. Sebelum berangkat aku membeli sebatang


rokok dan menyalakannya karena pikirku keren aja atau
emang udah kebiasaan sih, kalo pagi sukanya sarapan
sama rokok dan kopi, setelah kunyalakan rokok yang
kubeli tadi akupun menyalakan motor dan memacu
gasnya pelan menikmati rokok yang kuhisap dan
kuhembuskan berulangkali. Sebelum sampai ke sekolah
rokok yang sedari tadi menempel ditangan kiriku aku
buang dan langsung memacu sedikit kencang memasuki
gerbang sekolah, dan memarkirkannya di halaman
bawah sekolah. Ketika masuk ruangan kelas, Difa
mengagetkanku dibelakang pintu..
“Haaaiiiii, selamat pagi!!! Bawa laptop ga?”
“Huhh, ngagetin aja kamu. Bawa dong.”
“Yipiiii, nanti istirahat ajarin aku ya,”
“Siap bosss!” kataku mantap sembari
mengacungkan jempol tepat didepan mukanya.
Bel istirahatpun berbunyi, Riyan mengajakku
untuk nongkrong di Warung Ibi tapi aku menolak karena
aku ingat janjiku untuk membantu Difa cara
mengoperasikan Corel Draw. Saat aku ingin menanyakan
apa jadi mau diajarin Corel Draw, Difa malah berlalu
bersama teman sebangkunya entah kemana tanyaku
pun diabaikannya, aku merasa sedikit kesal akan
sikapnya yang acuh tak acuh padaku aku memutuskan
untuk menyusul Riyan ke Warung Ibi, masa bodoh
dengan janjiku padanya tadi, karena apa yang aku
dapatkan? Hanyalah pengabaian.
Setelah menghabiskan hisapan terakhir rokokku,
aku dan Riyan kembali kesekolah. Aku memasang muka
kesal ketika memasuki ruangan kelas, namun tidak ada
respon dari Difa seperti tidak merasa salah atas
kelakuannya padaku tadi. Merasa malas pada satu orang
menjadikanku malas juga akan suasana kelas yang
menurutku asik sendiri, membuat kelompok kecil

116
CATATANKU

masing-masing dan tertawa aku membicarakan hal yang


kurasakan pada Riyan,
“Yan, lu ngerasa bosen ga sama suasana dan
orang-orang dikelas?”
“Bosen gimana?”
“Yaaa gini, lu liat deh mereka yang asik dengan
kelompoknya masing-masing apa mereka nganggap kita
ada atau engga sih?”
“Berlebihan lu, biasanya juga begitu.. biasa aja
kok. Lu kenapa? Ada masalah?”
Tanya dari Riyan tidak aku jawab, aku hanya
memalingkan wajah sembari tanganku mengambil
earphone yang berada didalam tasku, mengenakannya
dan memutar lagu secara acak..

Beranjak dan berjalan kedepan


Basuh air mata dan cerita saatnya melupakan
Jam berhenti didua belas
Kuhabiskan gelas demi kelas
Membuat pahit sisa yang manis
Sampai akhirnya kulupa

Ternyata disela-sela lagu Pee Wee Gaskin –


Sebuah Rahasia yang kudengar, Riyan mencoba
memahami apa yang terjadi padaku, dan dia menepuk
pundakku.
“Lu lagi ada masalah ya sama Difa?”
“Ah sotoy lu..”
Aku melanjutkan lagu yang aku dengarkan tanpa
menjelaskan masalahku pada Riyan, menurutku tidak
semua permasalahan harus diceritakan kepada semua
orang, termasuk teman dekat mengenai masalah pribadi,
terkadang diam dan menerima adalah cara terbaik yang
bisa dipilih.

117
CATATANKU

Dan kau percaya tak ada yang lebih baik dari ini
apanya yang bahagia
takkan ada cerita dalam sebuah rahasia
lupakan saja dan jangan pernah kau kembali disini
keringkan semua luka
berlarilah karena kau akan kulupakan
(Sebuah Rahasia-PeeWeeGaskin)

Emosiku tumpah seketika kata perkata kuhayati


diiringi musik yang serasi dengan suasana hati,
membuatku tertunduk lesu dahi kusandarkan pada meja
yang berada didepanku, berharap Difa menghampiriku
sekadar bertanya kenapa? Atau lebih expert dia merasa
bersalah dan datang untuk meminta maaf, aku
menyadari bahwa aku melakukan kesalahan yang telah
kulakukan berkali-kali, yaitu berharap pada manusia.
Dan benar saja, ekspetasi yang kulambungkan tidak
menemui sasaran realitanya tidak seperti itu malah
kebalikannya Difa seperti tidak merasakan apapun,
sekadar tidak enak hati telah melupakan janji, atau
merasa bersalah. entah aku yang bodoh karena semalam
dia yang ingin belajar tapi kok malah aku yang sangat
bersemangat, pikirku kacau aku berlebihan.
Kesalku menjadi-jadi, tidak ada kata hati-hati
pulangnya yang sudah biasa kulakukan untuk sekadar
memberi perhatian ketika bel pulang berbunyi. Ketika
bel pulang berbunyi aku melangkah memutari kelas
menghindarinya untuk keluar kelas, sekadar memberi
kesan padanya bahwa aku sedang kesal, si hatikecil
berbisik lirih.. lirih sekali, kamu melakukan kesalahan itu
lagi. Aku sadar aku salah, berharap kepada manusia
adalah kesalahan yang paling disengaja meski aku tahu
Difa belum pernah mengindahkan segala ekspetasiku
padanya, aku selalu bisa menempatkan harapan-
harapan kecil mungkin nanti, mungkin dia cuma belum

118
CATATANKU

tahu, gapapa yang penting udah usaha buat dia terkesan


istimewa, coba lagi deh.. hal-hal kecil semacam itu selalu
saja menghiasi hariku meski aku tahu itu salah, tapi
sepertinya aku sudah terlalu jauh mencintainya.
Kesalahan-kesalahan Difa selalu bisa aku maafkan
tanpa sekalipun aku bahas dikolom percakapan
whatsapp, aku tidak mau kehilangan dia, momen-
momen yang mungkin menurutnya biasa saja tapi
bagiku sangatlah istimewa, apa segila itu aku? Setiap
kali merasa sakit ada saja rasa yang tumbuh kembali,
setiap kali merasa kecewa ada saja alasan untuk tetap
menghadirkan tawa untuknya, aku tidak tahu apakah
aku ini sudah gila karena cinta atau seperti apa aku ini?
semuanya belum pasti.
Seperti pada malam ini, aku masih dalam
keadaan kesal lalu ponselku berbunyi tanda ada pesan
whatsapp sekilah aku lihat dibilah notifikasi, pesan itu
dari Difa.

Difa
“Assalamualaikum,”
Difa
“Dimasssss..”
Difa
“Yuhuuuuuu..”

Sekuat tenaga aku mencoba tidak membukanya,


tapi si hatikecil berbicara lain mungkin kali ini dia mau
minta maaf.. akupun berpikir positif, iya juga pikirku.

Aku
“Iya Dif.. waalaikum salam.”
Difa
“Kamu tahu engga, yang lagi rame-rame sekarang? Yang
demo-demo itu tuh..”

119
CATATANKU

Aku
“Oh massa yang menolak RUU KUHP sama RUU KPK?”
Difa
“Iya.. itu kenapa sih sampe demo-demo gituuu.”

Rasa kesal yang sedari tadi siang


bersemayampun hilang entah kemana, padahal Difa
tidak sekalipun mengucapkan kata maaf perihal tadi
siang. Itu yang aku anehkan pada diriku ini.. akhirnya
aku hanyut dalam perbincangan mengenai penolakan
RUU KUHP dan RUU KPK, sampai dia pamit, karena
sudah mengantuk katanya.. dia juga menanggalkan
perhatian kecil sekadar ucapan selamat malam jangan
begadang ya.. sudah membuatku tersenyum kembali
juga berharap lagi padanya.. namun harapan itu tidak
lagi buru-buru kulambungkan ke langit, hanya
kusimpan dalam hati dan kubawa tidur, selamat malam
Difa, ucapku lirih menutup malam ini.

25/09/2019
Semesta membangunkanku hari ini pagi sekali,
membisikan kalimat dengan lirih.. berterimakasihlah
kepada Tuhanmu, karenanya kamu diberi nikmat tidur
nikmatnya istirahat untuk sejenak meredakan keresahan
hati, sejenak melupakan kekesalan pada hari kemarin,
Tuhan tahu jiwamu lemah, pikiranmu lelah, hatimu sakit
parah, tapi ia tak ingin kamu berpasrah.. maka
bersabarlah bersujudlah padanya..
“Hai orang-orang yang beriman! Mohonlah
pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya,
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah
[2] ; 154)

120
CATATANKU

Setelah melaksanakan kewajiban; shalat subuh.


Seketika aku ingat Difa, bagaimana aku yang egois
padanya kesalahannya yang kecil kubuat besar, terlalu
kupikirkan sampai aku lupa bahwa aku dan dia belum
ada apa-apa, dan akan seperti itu seterusnya.
Aku bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat
ke sekolah, aku memutar lagu dari bang Iwan Fals yang
judulnya sore tugu pancoran, untuk menemaniku
berpakaian,

Sibudi kecil kuyup menggigil..


menahan dingin tanpa jas hujan..
disimipang jalan tugu pancoran..
sibudi sibuk jajakan koran..
(Soretugupancoran-Iwanfals)

Kunyalakan rokok sebagai sarapan yang sudah


menjadi rutinitasku dipagi hari. Jam menunjukan pukul
6.50 aku bergegas menyalakan motor Jupiter Z hitam
yang kuberi nama Jupe sebentar untuk memanaskan
mesinnya. Kupacu gas motorku setelah kurasa cukup
hangat, sembari menikmati rokok yang sedari tadi masih
menempel ditangan kiriku aku bernyanyi lagu Iwan Fals
yang tadi kuputar di kamar. Mendekati gerbang sekolah
kubuang rokok yang kian memendek, lalu kumasukkan
SiJupe, dan memarkirkannya di halaman bawah.
Tidak banyak yang cerita yang kutuangkan pada
hari ini, karena fenomena monoton yang tidak terlalu
berkesan bagiku. 19.30

Difa
“Assalamualaikum.. Dimaasss.”
Difa
“Yuhhhuuuuu.”

121
CATATANKU

Aku
“Waalaikum salam.. udah Isya, Dif?”
Difa
“Udah dong, kamu?”
Aku
“Udah, sekalian ngaji tadi,”
Aku
“Udah makan?”
Difa
“Udah.”

Satu hal yang jarang aku dengar dari Difa, dia


tidak pernah menanyakan apakah aku sudah makan,
atau aku sedang apa, entah apa maksudnya karena dari
awal kedekatan kita dia memang seperti itu.. seperti
tidak ingin terlalu memberi perhatian sekecil itu, padahal
terkadang perhatian-perhatian kecil seperti; menanyakan
kabar, menanyakan sedang apa, bertanya sudah makan
atau belum, adalah komponen yang membuat seseorang
merasa diperhatikan, diistimewakan, dirindukan, karena
pesan-pesan seperti tadi tidak diutarakan kepada semua
orang, hanya orang-orang tertentu. Mungkin itu sudah
menjadi kebiasaanya, tidak terlalu „expert‟ dalam
memberikan kepada siapapun. Pikirku positif.
Difa bertanya mengenai jalan yang sudah aku
rencanakan setelah menyelesaikan tugas di bangku
SMA, kamu mau ngelanjutin kemana Dim? Apa jangan-
jangan mau langsung nikah?

Aku
“Aku sih maunya masuk UNPAD” (Universitas
Padjadjaran; salah satu universitas di Jatinangor)
Aku
“Gila aja, langsung nikah. Kalo kamu? Apa mau
langsung nikah? Hahaha.”

122
CATATANKU

Difa
“Aku bingung Dim, kebanyakan plan, mau nyoba daftar
Polwan, mau kuliah jurusan Ilmu Gizi atau Statistika di
UNPAD, atau POSLSAT STIS, atau PKN STAN atau jadi
Pramugari. Banyak deh, jadi bingung sendiri..”
Aku
“Kenapa engga ngambil jurusan yang sesuai passion
kamu aja?”
Difa
“Nah itu, aku gatau passion aku dimana jadi pengen
semuanya..”
Aku
“Tugas kamu tuh, cari dulu passion kamu dimana, kamu
nyamannya dibidang apa, baru bisa nentuin satu
jurusan yang bisa difokusin, karena semakin banyak
kemauan semakin banyak juga tantangannya, bagus sih
cuman kamu siap engga sama segala risiko dan
konsekuensinya?”
Difa
“Contohnya?”
Aku
“Risiko kalo kamu kebanyakan plan, kamu jadi bingung
mau fokus dibidang mana, kalo kamu mau ngejar
semuanya, kamu mesti bisa atur waktu buat
seenggaknya tau sama setiap bidang yang mau kamu
kejar itu.. bisa enggak?”
Difa
“Enggak tau..”

Yang dinikmati orang lain dalam hidup mereka


bukanlah hal yang juga harus kamu nikmati
yang dicapai orang lain dalam dalam hidupnya
bukanlah sesuatu hal yang juga harus kamu capai,
Kamu boleh menyukai dan menghargai serta turut
merayakan kebahagiaan dan pencapaian seseorang

123
CATATANKU

tanpa harus merasa meimiliki keharusan mendapatkan


hal yang sama.
Pesanku, definisikan hidupmu sendiri, usahakan yang
benar-benar ingin kamu nikmati, capai apa yang benar-
benar ingin kamu lakukan..

Pesanku, menutup malam ini karena Difa bilang,


Udahan ah kamu mah malah bikin tambah pusing,
bukannya ngasih solusi, kalo aku gabisa tidur karena
kepikiran, salah kamu ya.. pesanku adalah cara
memberimu solusi, kamu tidak perlu merasa ingin
mendapatkan hal yang orang lain dapatkan, tidak perlu
mengikuti arus, cintai apa yang kamu lakukan, kejar apa
yang ingin kamu capai, pergiat doamu terhadap tuhan,
karena sekeras apapun usahamu mengejar impian,
ingat! Kamu punya tuhan yang sudah mempersiapkan
kehidupanmu, saat ini, kemarin, dan hari-hari
berikutnya. Ucapku dalam hati.

*
26/09/2019
Hari yang biasa saja, monoton pikirku. 7.15 kelas
sudah lengkap, membaca doa, dan menunggu guru
untuk KBM. Guru memasuki ruangan kelas, kami
belajar, hingga istirahat pertama, lalu aku dan Riyan
memilih nongkrong di warung Ibi untuk memanfaatkan
waktu istirahat, sungguh fenomena monoton yang selama
ini terjadi namun baru aku sadari. Di warung Ibi aku
melihat Difa membuat postingan di Whatsappnya, dia
mempromosikan grup Lambe Turah yang aku tahu pasti
isinya untuk membicarakan orang lain.. aku sedikit
menegurnya, namun dia malah seperti tidak
mengindahkan teguranku. Kenapa aku menegurnya?
Karena kita semua tahu, tidak ada baiknya
membicarakan keburukan orang lain, tidak ada

124
CATATANKU

manfaatnya, malah hanya menambah dosa. Akhirnya


kubiarkan dia, Ya udah terserah kamu aja, yang penting
aku udah ngasih tau ya. Pesanku singkat. Beberapa
menit bersilang, Difa mengirimiku pesan, Dimasss, aku
minta maaf.. aku tidak langsung membalasnya, aku tau
aku salah, aku udah bilang mau ngurangin gibah, tapi
malah masuk grup gibah.. aku minta maaf, kita baikkan
ya. Difa lagi-lagi meluluhkan kerasnya hatiku, yang
tadinya sudah kesal, setelah kalimat indah penuh
kesadaran aku baca dari pesannya, rasa itu seperti
hilang entah kemana.. lagi dan lagi aku seperti disihir,
aku tidak pernah bisa merasa kesal atau marah padanya
dalam waktu yang lama, selalu saja ada alasan untuk
tetap menaruh rasa padanya, rasa suka, rasa cinta,
seperti tidak ada keraguan.
Bel pulang berbunyi, salah seorang teman
kelasku berteriak NGALIWET EUY!!!! (makan-makan yuk;
dalam bahasa sunda) mendengar teriakan itu, semua
orang didalam kelaspun berdiam diri sejenak, dan Riyan
menanyakan kebenaran dari acara tersebut, takut kalau
seperti acara-acaran sebelumnya yang hanya tinggal
rencana, tanpa ada eksekusi akhirnya tidak terrealisasi.
Semua orang sudah mau, hanya belum menentukan di
rumah siapa acara tersebut dilaksanakan, mau dirumah
siapa? Tidak ada satupun yang bersedia, akupun
menawarkan rumahku, dan semuanya setuju. Kamu
sama aku ya, pintaku kepada Difa. Sudah lama juga
siJupe tidak membonceng Difa.
Diperjalanan menuju rumahku Difa tiba-tiba
bertanya, aku boleh tau engga, kenapa kamu suka sama
aku? Pertanyaan yang sebenarnya sudah kujawab
sebelumnya diawal kedekatan aku dengannya, karena
kamu unik, jawabku sekenanya. Seperti peter parker
yang menyukai MJ,

125
CATATANKU

“Tapi... aku sangat suka MJ, paham? Dia keren,


dia sangat lucu dengan cara yang aneh...”
Potongan scene yang menurutku ada satu hal
yang sama mengenai alasanku menyukai Difa, yaa..
menurutku Difa itu keren, lucu dengan cara yang
berbeda dari orang lain.. bagaimana cara dia berbicara
menggunakan bahasa korea, tingkah laku yang lucu
ketika menirukan adegan pada film drama korea,
bagaimana cara dia minum, cara dia makan, cara dia
beorjalan, cara dia menjelaskan sesuatu, selalu jadi
pusat perhatianku, dan itu alasanku suka padanya.. dia
itu unik.
Nanti aku kenalin ke mamah ya.. kataku, setelah
menjelaskan alasan kenapa aku suka padanya. Ih engga
ah, maluuuuu... kulihat dari kaca spion mukanya
memerah, menahan malu. Tak sabar aku memacu gas
motor agar secepat mungkin sampai di rumah.
“Assalamualaikum, maaaahhhh.. ada tamu,”
Teriaku sesampainya di rumah.
“Kenalin, ini Difa...”
“Waalaikum salam.. oh ini yang suka diceritain,
cantik juga.. mana temen-temen yang lain?”
“Difa bu.. hehehe terima kasih. Masih dijalan bu.”
Perlu kamu tau, baru kamu yang aku kenalin ke
mamah.. bisikku lirih sembari mempersilahkan Difa
untuk duduk.. masa iya? Ah jadi malu.. mukanya
kembali memerah. Teman-temanku datang satu-satu,
kupersilahkan untuk berdiam diruangan yang biasa
dipakai orang tuaku menjahit, oh iya, sudah lama orang
tuaku khsusunya ibuku berkecimpung di usaha jahit
menjahit; akhir-akhir ini sedang ada orderan untuk
menjahit gordyn yang bergambar hello kitty, doraemon¸
dan banyak lagi yang biasa suka dijumpai di rumah-
rumah. Di sela-sela libur sekolah atau malam hari
selepas belajar aku sering membantu-bantu, lumayan

126
CATATANKU

mendapat upah dalam seminggu ada uang jajan


tambahan. Bahan-bahan masakan sudah ada, sudah
dibawa para kaum hawa ke dapur, ku tengok Difa
memasak bersama ibuku, seperti duet antara mertua
dan menatu, pikirku. Diluar rumah, Riyan tengah
memetik senar gitar, meletakan jari tangannya digrip
kedua, memainkan kunci A.. terdengar,
Terjadi lagi malaikatku terlambat datang
kebanyakan dandan, wajahnya mustahil telanjang
berjam-jam didepan kaca, amat dimuka
ia yakin penting.. bibirnya rasa strawberry..
Sungguh tak penting, aku tak ingin rasa
strawberry lipstik warna pink, sungguh tak penting yang
aku ingin ia telanjang.. treq..aaawwww
(Variasipink-Jasonranti)

Membuat semuanya bernyanyi, bersenandung


ria.. membuat suasana menjadi hangat tidak seperti
diruang kelas, yang asik sendiri.. disini semuanya sama,
terhanyut dalam nada dan irama petikan gitar yang
Riyan bawakan.. sungguh hangat. Wildan datang paling
terakhir diantara yang lainnya, sebagai hukuman teman-
temanku menyuruh dia untuk belanja rokok diwarung
depan, karena tahu akan kesalahannya Wildan pun
menuruti hukuman yang ditimpakan padanya.. Brakk
satu bungkus rokok dan dua kopi sachet pun berada
ditengah-tengah kami.. aku beranjak dari dudukku
mengambil dua kopi sachet untuk menyeduhnya sebagai
teman dari rokok yang baru lepas landas tadi. Beberapa
lagu sudah Riyan rampungkan, sekitar satu album kalau
dihitung-hitung.. akupun mencoba memainkan satu
lagu, yang sekiranya dapat menggambarkan suasana
hati, perasaan, dan meluapkan isi pikiranku..

127
CATATANKU

Srekk.. kuletakan jari-jari tangan kiriku pada


senar gitar membentuk kunci C, akupun mulai memetik
senar gitar satu-satu,

I know that you‟re not ready to see it goes down


but don‟t worry „cause it won‟t forever go
i know that you still want to see
then tommorow, i‟ll bring you here with me

„cause i know
we‟re running out of time
to see it going down today
you know, that i‟m still holding on your arm
it‟s getting dark
there‟s no light from above, you know
you know, that you will always be my sunshine
„cause tonight, we’ll be fine...
(Sunshine-Thepanturas)

Semuanya berteriak serentak dengan petikan


gitar. Kuyakin Difa tahu maksudku, karena aku yakin
dia mendengarkan lagu yang aku nyanyikan.. lalu Difa
keluar dari rumahku, menoleh ke arahku dan tersenyum
manis.. manis sekali. Lagu sunshine yang kubawakan
menjadi lagu terakhir sebagai penutup karena makanan
yang sedari tadi disiapkan oleh para kaum hawa, sudah
masak..
Kamipun makan bersama-sama, kebersamaan,
kehangatan yang sudah lama tidak aku rasakan menjadi
momen yang menguatkan rasa solidaritas diantara
personal kelas kami.
Sambelnya mantap nih.. nambah nasinya dong..
lauknya masih ada enggak.. yang udah gendut udahan
ya.. jangan berantakan dong makannya.. air mana air..
eh lupa, foto dulu dong.. kalimat-kalimat yang terucap

128
CATATANKU

diantara kenikmatan dari kehangatan makan bersama


sore itu, kulihat Difa makan dengan lahapnya, huapan-
huapan nasi satu-satu masuk kedalam mulutnya yang
mungil, memenuhi ruang mulut yang tirus, membuatnya
terlihat agak chubby.. gemas, ingin kucubit pelan.. tidak
ada adegan romantis seperti mengambil satu butir nasi
yang tertinggal di bibir Difa, karena adegan-adegan itu
hanya buatan para ahli film, untuk menambah kesan
romansa pikirku. Namun, momen makan bersama Difa
tidak akan aku lupakan begitu saja, bagaimana rasanya
begitu dekat dengan orang terkasih, bagaimana rasanya
melihat dua orang terkasih begitu akrab dan saling
bantu membantu dalam mempersiapkan hidangan
makanan, akan menjadi momen yang selalu ada dalam
pikiran dan hatiku..
Setelah semuanya selesai dengan makanannya,
ada yang membereskan piring-piring bekas makan, ada
yang sibuk mencari air minum, ada yang foto-foto, ada
yang sibuk menelpon keluarganya untuk menjemputnya,
ada yang merokok, ada yang ngobrolin tugas untuk
besok.. dan ada dua insan yang saling menatap, saling
berbagi senyum, seperti aku dan Difa. Satu per satu
teman-temanku pamit karena hari sudah terlalu sore,
senja sudah mulai meninggalkan bumi, matahari sudah
tenggelam, gradasi hitam mulai muncul pertanda malam
sudah mengetuk pintu langit.. Difa pun pamit kepada
ibuku.. akupun pamit untuk mengantarnya pulang.
Cieee... ada yang mulai akrab sama mamah nih, kompak
banget masaknya.. becandaanku membuka
perbincangan diatas motor beat biru putihku. Malu tau...
tapi mamah kamu baik kok.. ujarnya malu-malu.
Senja sudah direnggut malam dengan paksa,
namun kehangatannya masih tertinggal pada dua insan
yang sedang dimabuk asmara, berbincang mengenai

129
CATATANKU

segala hal saling melempar tawa, pelukkan erat Difa pun


semakin aku rasakan hangatnya..
Hanaaaaa... Duluannya.. teriak Difa ketika
melihat Hana, yang mengendarai sepeda untuk pulang
kerumahnya.
“Si Hana, punya target ngecilin badan ya?”
“Enggak lah, diakan udah kecil..”
“Kasihan ya, kemaleman.”
“Iya, tapi da dia mah udah biasa kok.”
“Oh gitu.. Yah macet Dif..”
“Gapapa.. biar lamaaaa.”
“Eh, nanti kamu dimarahin mamah.. mau gitu?”
“Enggak bakalan, tadi udah bilang kok.”
“Bilang, pulang sama aku?”
“Iya..”
“Kata mamah kamu gimana?”
“Engga apa-apa kok, hati-hati pulangnya. Udah
gitu aja.”
“Oh ya udah..”
Sesampainya dirumah Difa, komplek perumahan
yang sepi jika malam hari sudah menghampiri,
rumahnya pun terlihat sepi, rumah kamu kok sepi Dif..
tanyaku, bingung. Ayah lagi ke mesjid, mamah belum
pulang zumba kayaknya, adik aku ada kayaknya cuma
lagi dikamarnya.. ujarnya jelas. Akupun pamit untuk
pulang, hati-hati ya Dim.. makasih udah nganterin..
tambahnya lembut.
Ketika memutarkan motorku, kulihat Difa
sejenak masih berada ditempatnya yang tadi melihatku
penuh cinta, aku menganggukkan kepala sebagai bentuk
pamitan, Difa pun sama hati-hati Dimaasss ucapnya
pelan sekali, disertai senyuman yang terekam secara
automatis didalam pikiran, yang disave diruang hati..
membuat perjalanan pulangku menjadi hangat meski

130
CATATANKU

saat itu tak terasa malam yang dingin mulai menusuk-


nusuk pori-pori..
19.45
Dimassss.. aku baru beres mandi, solat, ngerjain
pr.. kalo kamu? Pikiranku masih melihat-lihat rekaman
sore tadi ketika mengantar Difa pulang.. (mengetik..) Dia
memang istimewa yah.. keren banget senyumnya manis
gilaaa.. siapa yang istimewa Dim? Cieeee.. Hah???? Aku
bingung kenapa Difa bertanya seperti itu.. ternyata aku
menuliskan imajinasiku tadi, saat aku mengagumi
manisnya senyuman Difa yang terekam pikiran.. sial! Dia
jadi tau. Ehh enggak kok Dif.. bukan siapa-siapa..
Yah.. enggak seru ah main rahasia-rahasiaan..
Hehehe.. aku tidak mampu berterus terang
mengenai apa yang aku rasakan saat ini, tidak tahu
kenapa aku lebih suka menyimpan rasa ini, tidak ingin
cepat-cepat membeberkannya, agar ia tahu apa yang
kurasa.. terkadang hati susah untuk dimengerti.
20.15
Kamu lagi ngapain Dif... Udah makan? tanyaku
untuk mengalihkan pembicaraan.

Difa
“Aku lagi ngerjain kimia, kamu udah belum?”
Aku
“Boro-boro, bagi dong..”
Difa
“Bentar..”

(Difa mengirimkan gambar...)

Aku
“Makasih ya.. “
Difa
“Iya.. selamat mengerjakan..”

131
CATATANKU

21.00
Difa
“Udah beres belum Dim?”
Aku
“Belum hehehehe...”
Difa
“Lah dari tadi ngapain aja?
Aku
“Nonton..”
Difa
“Dasar yaa..”
Aku
“Kamu tau gak? Di Toy Story 4 si Woody enggak satu
geng lagi sama buzz..”
Difa
“Emangnya kenapa?”

Aku menceritakan kenapa si Woody pada


akhirnya memilih bersama boo peep yaitu barbie
penggembala kambing yang selama ini ia kagumi,
daripada kembali bergabung dengan gengnya dirumah
Boonie..tapi dasar aku yang tidak terlalu pandai
menjelaskan alur film malah membuatnya bingung
sekaligus penasaran ingin menonton filmnya secara
keseluruhan.
Difa pun pamit, untuk tidur duluan..
22.15
Trekk.. lampu kamar kumatikan kuraih earphone
diatas meja belajar.. sssettt,
Selamat malam jumat wahai insan muda..
Aku ini seorang yang penakut, tapi suka
penasaran untuk mendengarkan cerita-cerita yang
diangkat dari kisah nyata mengenai hal-hal ghaib malam
inipun aku mendengarkannya di saluran radio 105,9 Fm

132
CATATANKU

Ardan.. serial cerita yang dinamai Nightmare Side, baru


saja masuk kepada cerita pertama tentang seorang
wanita yang sedang menunggu bus untuk pulang
kerumahnya.. cukup lama akhirnya bus itupun datang..
tapi perasaannya sedikit berbeda dari hari-hari biasa,
tidak nampak penumpang lain didalam bus tersebut
hanya dia dan supir bus.. dia mendengarkan nightmare
side untuk menemani perjalanannya pulang..
Cekittt... bus pun berhenti, sepertinya sudah
sampai, ujar wanita tersebut.. ia pun menghampiri supir
bus hendak memberikan ongkosnya tapi tidak
dihiraukan oleh supir tersebut, lantas iapun bingung
dan berjalan keluar bus.. setelah ia sadar ia melihat
sekitarnya jalanan kosong, gelap.. terdengar suara-suara
dari hewan yang saling bersautan.. matanya tertuju pada
satu tempat yang ia lihat ada seorang perempuan sedang
duduk dipinggir jalan.. ia pun menghampiri wanita
tersebut hendak menanyakan sedang dimana ia berada..
tiba-tiba, ketika ia tepuk pundak wanita tersebut.. lalu
wanita tersebut menoleh ke arahnya.. dan..
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...
Bu..Bu..Bu... maaf, sudah sampai.
Wanita tersebut terbangun oleh suara dari lelaki
yang ia tahu kalau dia itu adalah supir bus yang tadi,
ternyata wanita tersebut masih berada didalam bus,
Oh.. eh.. i i iya maaf pak.. iniii u u uangnya..
jawabnya terbata-bata sebari memberikan ongkos
kepada supir bus tersebut..
Cerita pertama dari serial Nightmare Side¸ cukup
membuat bulu kuduk ku berdiri.. juga membuatku
mengantuk, aku memejamkan mata tanpa mematikan
radio..

133
CATATANKU

27/09/2019
Hari ini disekolah ada kegiatan olahraga yaitu
senam, aku tidak terlalu suka.. ribet harus bawa baju
dua, seragam pramuka sama baju buat senam. Jadi aku
dan Riyandi tidak langsung ke sekolah tapi seperti biasa
nongkrong dulu di warung Ibi. Setelah kurasa kegiatan
senam sudah selesai aku dan Riyandi masuk ke sekolah
lewat jalan belakang.. melewati persawahan, ngefront
Dim.. bomb smoke dulu.. hahaha celoteh Riyan yang
menganggap kita sedang bermain PUBG. Memang seperti
sedang dalam permainan itu, aku dan Riyandi harus
sembunyi-sembunyi takut ketahuan sama anggota osis
atau kesiswaan yang biasanya berjaga-jaga disana. Tapi
untungnya hari ini tidak ada, itu membuatku dan
Riyandi selamat sampai tujuan.. aku dan Riyan masuk
kelas tanpa ada beban sama sekali, tidak merasa
bersalah sedikitpun, Riyandi melempar senyum kepada
setiap orang yang melirik sinis kepada kami.. darimana
aja cuyyyy.. kayak sekolah punya nenek moyang lu aja..
keenakan tuh.. komentar jahat netizen yang kerap kali
kami dengarkan pada saat kami terlambat masuk kelas..
Brukk.. aku menyimpan tasku, mengambil ponsel
menyolokkan earphone dan memutar lagu Iwan Fals,
Tuhan.. terlalu cepat semua..
kau panggil satu-satunya yang tersisa..
proklamator tercinta..
Jujur, lugu dan bijaksana..
mengerti apa yang terlintas dalam jiwa, rakyat indonesia..
hujan air mata dipelosok negeri, saat melepas engkau
pergi..
berjuta kepala tertunduk haru.. terlintas nama seorang
sahabat yang tak lepas dari namamu..
Aku tak melihat Difa pagi ini.. Pus Difa kemana?
Tanyaku pada Puspita teman sebangkunya. Lagiiii...

134
CATATANKU

kumpul kayaknya, oh buat diklat kali ya.. lalu akupun


kembali duduk dikursi, melanjutkan lagu dari Iwan Fals.
Bel istirahat berbunyi, aku dan Riyan berniat
untuk pulang saja karena keadaanpun mendukung itu,
guru mata pelajaran kimia sedang tidak ada, tas dan
motorku ada diwarung Ibi.. cocok deh. Diperjalanan
keluar sekolah, aku bertemu Difa dilorong sekolah,
“Kamu mau kemana?”
“Pulang..”
“Lah kok pulang sih..”
Aku : “Abisnya kamu engga ada dikelas, jadi
mending pulang aja..”
“Ih kok jadi ke aku sih..”
“Eh.. eeeemmm enggak gapapa, aku kan laki-laki
harus solat jum‟at, makanya pulang.”
“Ohhh ya udah iya.. hati-hati ya..”
“Iya.”

19.50
Dimas... maaf baru ngabarin. Aku enggak punya kuota ini
aja hotspot ke ayah.
Aku
“Eh iya gapapa.. lagi ngapain? Udah makan?”
Difa
“Belum, lagi nunggu tukang cuangki. Gatau lagi pengen
cuangki..”
Aku
“Jangan-jangan...”
Difa
“Jangan-jangan apa! Hah?!”
Aku
“Engga, hehehe.. besok paskibra diklat ya?”
Difa
“Heuuuu, dasar.. iya aku besok mau nginep dong
disekolah.”

135
CATATANKU

Aku
“Emangnya dibolehin sama mamah kamu?”
Difa
“Dibolehin kok, tadi udah izin, cuma kalo aku liat dari
mukanya mamah engga setuju tuh..”
Aku
“Tapi kamu tetep mau nginep besok?”
Difa
“Mau dong, seru ih.. kalo dirumah bosen paling cuma
nonton tv.”
Difa
“Eh bentar ya Dim, mau ngemil ah..”
Aku
“Ngemil apaan dah..”
Difa
“Sayur bayem..”
Aku
“Pake nasi gih, masa ditambul..”
Difa
“Yeeee, lebih enak gapake nasi tauuuu, wle.”
Aku
“Yaudah deh terserah kamu aja, tukang cuangkinya
udah ada belum?”

*a few moment later*

Difa
“Maaf ya, tadi ngabisin dulu cemilan hehehe.”
Difa
“Engga ada nih, biarin ah.”

Eh Iya aku besok mau lari dong.. ucapan bohong


yang aku percaya, karena seorang Difa itu pemalas kalo
soal olahraga, dia tidak pernah ikut kalo ibunya zumba..
alasannya takut gendut kayak temen-temen ibunya..

136
CATATANKU

enggak masuk akal, karena tujuan zumba kan buat


ngecilin badan, buat sehat juga..
Perdebatan mengenai fungsi zumba membuat kami
akhirnya mengantuk, dan sepakat untuk pergi tidur
seusai terucap dua kalimat sakral “selamat malam” dan
“salam”.
*

28/09/2019
Assalamualaikum.. bu, punten ada barang 6 roll
(gordyn)
“Aaaaa....” teriak ibuku, saat aku sedang asyik
bermain game..
“Iya mah..”
Aku langsung bergegas menuju sumber suara,
ternyata ada barang kain untuk dijahit dan dibuat
gordyn. Alhamdulillah kata ibu, yang sudah cukup lama
tidak bekerja lantas mengajakku untuk membantunya,
lumayan ada uang jajan tambahan untuk minggu ini. aku
langsung memasukkan barang tersebut kedalam ruang
menjahit untuk segera dikerjakan, treqq.. hzzztttt.. mesin
jahit ibu pun mulai menjahit kain bahan tersebut.
11.30
Kring...krriingg... ponselku berbunyi. Dim, lagi
ngapain? Ngumpul yuk! Terdengar suara jauh disana,
suara temanku yang mengajakku untuk berkumpul..
“Mah, aku mau keluar sebentar, gapapa?”
“Ya udah, gantian sama bapak aja..”
Karena sudah mendapat izin dari ibu, akupun
pergi untuk menghadiri perkumpulan dirumah teman,
yang sepertinya akan mengadakan acara makan-makan.
Tuh si Dimass... masukkin aja ke garasi Dim..
teriak temanku dari kejauhan saat aku sampai
dirumahnya.. Oke.. kataku sedikit berteriak.

137
CATATANKU

Setelah sedikit mengobrol, membicarakan hal


yang tidak terlalu penting hanya soal persib yang
semalam kalah, tier game online yang turun, harga rokok
yang naik dari 1500 perbatang menjadi 2000, akupun
dimintai uang untuk membeli bahan-bahan masakan,
benarkan pikirku pasti makan-makan lagi.
13.31
Ting..nung..
Dimaaasssss... maaf baru ngabarin, aku enggak
punya kuota.. aku lagi disekolah nih, Diklat. Pesan
singkat dari Difa..

Aku
“Iya gapapa, aku lagi dirumah temen..”
Difa
“Ohhh.. lagi ngapain?”

Aku mengirim gambar, yang menunjukkan bahwa


aku sedang melakukan apa dirumah teman.
(tidak ada balasan dari Difa.. sampai aku
menghabiskan makanan, dan pamit pulang kepada
teman-teman karena sudah terlalu lama dirumahnya,
keenakan ngobrol emang suka melupakan waktu.)
17.05
Sesampainya dirumah.. ting..nung..
Dimassss, maaf tadi aku sibuk hehehe..
(Difa sent a picture) gambar minuman nutriboost
rasa cokelat ....lagi kangen sama yang suka ngasih ini..

Aku
“Ah yang bener..”
Difa
“Hehehehe...”

138
CATATANKU

Difa malah ketawa ngehe, perkataan „kangen‟ yang


becandaan pikirku, aku mau mandi dulu dah..

Difa
“Iya..”

18.40
Difa membuat status whatsapp, sebuah gambar
(pamflet) yang isinya kegiatan nonton bersama film
G30S/PKI,

Aku
“Anak-anak junior kamu gabakal tau yang sebenernya
dong kalo didoktrin sama film yang salah,” komentarku.

Karena menurut sudut pandangku, film


G30S/PKI adalah film yang dibuat oleh antek-antek
Soeharto, untuk mendoktrin masyarakat mengenai
bagaimana kekejaman dari PKI yang menurutku tidak
sepenuhnya benar, dari cerita yang aku dengar dari
temanku yang jauh lebih tua dari aku, dia sedang
berkuliah dijurusan sejarah.. dia bilang sebenarnya..
Soeharto melakukan kudeta kepada pemerintahan
Soekarno.. dengan cara mengadu dombakan Soekarno
dengan PKI yang saat itu Soekarno terlihat pro terdahap
PKI... Soeharto menyuruh para preman yang ada
dipelosok untuk menyerupai anggota PKI yang lantas
menyulik 6 jendral 1 perwira, pada malam berdarah itu.
Lantas kemudian yang terlihat salah adalah PKI..
penjelasan temanku, terkait film tersebut.
Selalu dua sudut pandang mengenai sejarah,
semuanya ketidakpastian karena kita tidak ada pada
masa itu, jika kita adapun kita tidak akan tahu mana
yang benar juga mana yang salah karena, kacaunya

139
CATATANKU

keadaan pada masa itu. Entah mana yang benar juga


yang salah hanya Tuhan yang tahu.
Tidak ada jawaban lagi dari Difa, setelah
kujelaskan maksud dari film itu.. sampai pada pukul
20.19 (Difa sent a picture) ...Dimaaasss, maaf aku baru
dapet hotspot nih.

Aku
“Kenapa mukanya sebel gitu? Terus itu jidatnya dipakein
apaan?”
Difa
“Sebel aku tadikan niatnya mau masak tahu bulat, tapi
gajadi da tahunya asem. Terus masak sosis eh aku
kecipratan minyak, sosinya meletus. Minyak panas kena
muka aku, ini aku pakein salep.”
Aku
“Hahahahaha, niatnya mau seneng-seneng ikut diklat,
eh malah dicium minyak panas.”
Difa
“Ih dasar, nyebelin..”

(Difa sent a picture) (Difa sent a picture) (Difa sent


a picture) tiga gambar muka Difa yang satu ekspresi sebel
dia.. lagi cemberut aja lucu kataku dalam hati.

Aku
“Uuuuu tayaaaaanggg... kasiannnn.”
Difa
“Ih nyebelin, dasar.”
Aku
“Eh kamu bawa jaket engga Dif?”
Difa
“Bawa, cuma belum dipake..”
Aku
“Eh kenapa?”

140
CATATANKU

Difa
“Belum dingin aja.. eh Dim bentar yaaa ini lagi pada
ngobrol..”
Aku
“Nanti dipake ya.. ngobrolin apaan sih? Penting banget?”
Difa
“Privasi wanita lahh...”
Aku
“Yeee dasar. Awas nanti jaketnya pake!”

Tidak ada jawaban lagi... nyebelin nih anak.. aku


ditinggal gitu aja, gilaaaa.

29/09/2019
Pagi harinya, Difa mengabariku meminta maaf
karena kemarin malam telah mengabaikanku begitu
saja. Akupun tidak menanggapinya secara serius, karena
pikirku sudah malam, Difa juga lelah tidak perlu marah
ataupun kesal hanya karena hal yang sepele. Difa
bercerita mengenai Tragedi Sosis kemarin malam,
minyak panas yang muncrat dari letusan sosis yang
membuat ia kesal, mengenai jidatnya yang berbekas, ia
meminta saran obat apa yang bagus untuk luka
tersebut, dan ia juga bercerita tentang TO Online yang ia
lewatkan karena lupa website yang memuat TO Online
tersebut, hingga ia pamit untuk mandi karena sejak tadi
pagi belum mandi.
14.15
Karena tak kunjung ada kabar dari Difa, aku
berinisiatif untuk mendatangi rumahnya, mengingat hari
ini adalah hari sabtu, mungkin dia sedang bete, masih
karena Tragedi Sosis dan TO Online. Akupun bergegas

141
CATATANKU

memacu siJupe, motor Jupiter Z hitam milikku untuk


menyambangi rumahnya.
Di depan Rumah Difa
Assalamu‟alaikum, Difaaaaaaa.... ujarku, dengan
suara yang agak tinggi karena sudah beberapa kali aku
panggil tidak ada yang menyaut, rumah dengan warna
hijau, dihiasi asesoris berupa gantungan dari bambu
yang jika diterpa angin akan menimbulkan bunyi, itu
nampak sepi. Tapi mobil Carry milik ayahnya Difa yang
selalu disarungi penutup mobil itu terparkir didepan
rumahnya, kupikir Difa ada cuman dia tidak mendengar
panggilan dariku. Aku telepon dia, tak kunjung
mendapat jawaban, aku kirim pesan whatsapp pun
sama. Akhirnya setelah kurang lebih setengah jam
menanti, akupun pulang.
Malam Harinya...
Difa mengabariku dengan permintaan maaf,
karena sore tadi tidak menjawab telepon dariku, juga
pesan whatsapp karena dia ketiduran setelah ia lekas
mandi, kelelahan menimpanya tidak butuh banyak
waktu raganya melemah, matanya tertutup seketika,
hingga telinga tak mampu mendengar apa-apa lagi. Aku
memberitahunya kalau aku kerumahnya tadi sore,
dengan niat untuk mengajaknya jalan diapun kembali
meminta maaf karena tidak bisa mengindahkan
ekspetasiku.
Tidak banyak yang bisa aku ceritakan tentang
malam ini, sebab meskipun setiap detiknya terasa
berharga,berkesan, bagiku tidak semua hal harus
kuceritakan sampai ketitik terkecilnya.. setiap harinya,
setiap malamnya seperti reka ulang, pagi hari bertemu
disekolah, sore hari ketika pulang aku mengantarnya
pulang sekali-sekali, malamnya chatting, begitulah setiap
harinya. Entah akan ada apa dibulan berikutnya,
mataku menatap langit-langit kamar, semoga saja hadir

142
CATATANKU

kejutan-kejutan yang berdampak baik untuk hubungan


kami, harapanku lambungkan bersama kepulan asap
dari rokok yang baru saja ku sundut.
Terima kasih September, untuk hari-harimu yang
keren.
Teruntuk Oktober, semoga semesta merestui
kebaikan untukku padamu.

****

143
CATATANKU

144
CATATANKU

OKTOBER

DI AWAL BULAN OKTOBER


selamat pagiiiii semestaaa... selamat pagi
Oktober... pekikku ketika terbangun dari tidur. Kulirik
jam yang menempel di dinding kamar bercat bata,
menunjukkan pukul 04.15 terdengar sayup suara Adzan
dari mesjid yang jaraknya cukup jauh dari rumahku,
segera aku turun dari kamar menuju kamar mandi,
mengambil air wudu, dan bersiap untuk ke mesjid.
Setelah menunaikan kewajiban shalat subuh, sihatikecil
berbisik, oktober keren nih, cuacanya bagus.. kayaknya
enak kalo lari pagi, membuat diriku bersemangat,
kuputuskan untuk menuruti kata sihatikecil, untuk lari
pagi setidaknya beberapa menit sebelum mandi dan
bersiap untuk berangkat ke sekolah.
DISEKOLAH
jam pelajaran pertama siap dimulai, kepada para
siswa dan siswi dimohon untuk berdoa...
terdengar suara dari toa sekolah, yang
menandakan sebentar lagi akan ada guru yang masuk
145
CATATANKU

untuk mengajar, tapi setelah beberapa lama tidak ada


guru yang masuk, freeclass dong.... adalah kebahagiaan
bagi para siswa dan siswi disekolah manapun, dikelasku
beberapa orang membentuk kelompok, hanya berisi
beberapa orang, biasanya mereka berdiskusi mengenai
manusia lainnya, bisa dibilang gosip, ghibah, ada juga
yang bermain permainan online di smartphonenya
masing-masing, ada juga yang mabar, kegaduhanpun
tidak bisa dihindari, tapi seru sih, dari kebanyakan
manusia dikelasku ada yang malah berpacaran dikelas,
didepan pintu kelas karena keduanya tidak satu kelas,
tidak terkecuali bagiku karena ada waktu buat deketan
sama Difa, hehehe...
“Dif.. lagi ngapain? Tumben engga gabung
kesana?” kataku, sembari menoleh ke arah kelompok
ghibah.
“Ada yang bilang ke aku, harus bisa ngurangin
ghibah, dosa katanya. Siapa yaaa...” ujar Difa menaruh
tangan didagunya, seperti orang yang sedang menduga-
duga.
“Hehehe...” aku terduduk disampingnya dengan
cengengesan, karena yang bilang itu aku.
“Yeeee, malah nyengir..”
“Aku mau ke perpus, temenin yah..”
“Enggaaaa, emang enggak berani sendirian?”
katanya, tidak sedikitpun melirikku. Matanya terpaku
pada buku paket pelajaran kimia.
(Difa adalah siswi yang pintar menurutku, dia
bisa memahami pelajaran kimia dengan cepat, ketika
guru baru saja menerangkan, lalu memberi soal Difa
yang pertama kedepan untuk menyelesaikannya. Selain
pintar di bidang kimia, Difa juga ngerti matematika,
fisika, bahasa inggris, banyak deh.. tapi kalo dalam
pelajaran sejarah, bahasa indonesia, bahasa arab, PAI,
seni budaya, aku jagonya.. terutama dalam pelajaran

146
CATATANKU

Indonesia, Difa tidak pernah bisa mengalahkan nilai ku


dalam ujian, entah ujian harian atau ujian akhir.)
“Pengen aja ditemenin, mau ga?” tanganku
menyoleknya.
“Ih colak-colek dasar, iya hayu.”
Ketika sedang asyik nih, tiba-tiba Riyandi
menghampiriku untuk mengajakku ke warung Ibi, yaaa
karena tidak ada guru, kami sudah biasa keluar kelas,
merokok, ngopi, daripada bete dikelas. Kedatangan
Riyandi pun, mengundang mendung, senyuman yang
tadinya melengkung, sekarang mendadak cemberut. Aku
tahu, Difa pasti tidak suka, karena aku keseringan
keluar kelas, untuk melakukan kegiatan yang tidak ada
manfaatnya, Difa tidak melarangku untuk merokok,
hanya saja sering menyayangkan kebiasaanku, dia
seperti sudah capek memberitahuku, aku tau itu tapi
ajakkan Riyandi tidak dapat aku tolak, entah kenapa..
“Yaudah hayu yan, Dif jangan lupa tar istirahat
ke perpus yah...” kataku menatap matanya sebentar
hendak berlalu.
“Hmmmmm.” Raut mukanya cemberut.
10.00
Jam menunjukkan waktunya istirahat, aku
menghampiri Difa untuk mengajaknya ke perpus. Tapi
dia malah berlalu keluar kelas dengan teman
sebangkunya, mungkin masih kesel, udah tungguin aja..
terdengar bisikkan pelan dari sihatikecil. Sekian lama
menunggu sampai waktu istirahat habis, Difa tak
kunjung kembali, sampai ketika guru masuk Difa pun
bersamanya, ikut masuk. Kemudian kegiatan belajar
mengajarpun dimulai.
Dua jam sudah berlalu, guru yang sedari tadi
berbicara tidak ada habisnya pun akhirnya mengakhiri
pembicaraannya, dan keluar kelas disusul olehku dan

147
CATATANKU

Riyandi, aku tidak melirik Difa sedikitpun, aku balik


kesal padanya.
Kekesalanku berlangsung cukup lama, aku tidak
mengabarinya.. pesan darinya tidak aku balas, Difa
menelepon tidak aku jawab, malah aku matikan
smartphoneku.
Akupun tertidur dengan rasa kesal, ekspetasiku
pada hari ini ingin lebih dekat lagi dengan Difa, tidak
terindahkan, padahal apa susahnya sih cuma ke perpus,
susah amat.

2/10/2019
Keesokkan harinya, malam seakan tidak mampu
menelan habis kekesalan yang bersarang didalam jiwa
seorang pemuda, yang sedang dimabuk asmara dimana
dirinya secara personal belum mampu untuk
mengendalikan emosional, kadang suka bertindak
semaunya, seenaknya, tidak memikirkan hal yang akan
terjadi nantinya tapi bagaimana ia hari ini adalah satu-
satunya yang harus diutamakan (egois) namun dengan
yakinnya ia malah menaruh hati pada seseorang,
seorang pemuda itu AKU.
Seperti dipagi hari ini, aku masih kesal kepada
Difa yang kemarin tidak bisa mengindahkan
ekspetasiku.. didalam kelas aku tidak menyapanya
seperti pada hari-hari sebelumnya, ketika berpapasan
pun kami tidak bertegur sapa. Entah, kenapa dia juga
tidak berusaha untuk meminta maaf atau setidaknya
ada keinginan untuk memperbaiki kata „kita‟ seakan
ketika aku mendiamkannya diapun berlaku sama. Kami
tidak bertegur sapa hingga sore, ketika pulang sekolah.
Aku baru tahu Riyandi berulang tahun hari ini, karena
dia tiba-tiba ngajak aku ke sebuah tempat ngopi,

148
CATATANKU

katanya pengen nongkrong aja lantas akupun


mengindahkan ajakkannya, sampailah kami di sebuah
cafe, yang super vintage dilatari suasana aestethic
dengan balutan warna pastel yang menempel pada
dinding-dinding cafe ini, berhiaskan lampu-lampu kecil,
tata letak meja yang simpel, ada juga tempat untuk live
musik dipojokan cafe ini, kayaknya kalo malem-malem
disini keren.
Aku dan Riyandi memapah kaki menuju lantai
kedua, mencari tempat duduk yang nyaman hingga kami
mendapatkannya, ada meja kosong dipojokan yang
disana kami bisa melihat keluar cafe, melihat kendaraan
belalu lalang. Kami duduk dan memesan minuman
menyundut rokok, dan sibuk dengan smartphone
masing-masing. Hingga aku melihat notifikasi dari
facebook yang memberitahukan bahwa Riyan tengah
berulang tahun tepat hari ini.
Seketika aku berteriak, gilaaaaaa.. udah tua lu..
pantesan ngajak nongkrong, hahahaha. Riyan hanya
tersenyum, semoga sukses bro, apapun yang terjadi nanti
setelah kita lulus, kita udah beda tujuan, kita ngejar
tujuan itu masing-masing, lu akan tetep jadi temen gua,
sahabat gua, sodara gua. Sambungku, membuat dia
kemudian melontar kata, makasih bro, sama nanti kalo
ada apa-apa misalnya lu belum dapet kerja, atau lu butuh
apa-apa gua ada. Gua kan sukses entar.. hahahaha.
Celotehnya mengundah tawa kami berdua, kami
berangkulan saling mengepalkan tangan lalu bertoss ria,
kadang satu orang bisa buat kita lupa segalanya, dalam
aspek percintaan; orang yang kita suka, orang yang kita
cinta, orang yang kita kagumi, akan membuat kita lupa
bahwa masih punya teman, tanpa disadari ketika kita
ngumpul sama temen-temen, yang kita lakukan adalah
menyibukkan diri dengna notifikasi dari dia. Dalam
aspek pertemanan; kadang ketika kita udah dapet temen

149
CATATANKU

yang kita banget, yang pengertian, yang enggak pernah


pergi disaat kita susah, yang enggak dateng cuma ketika
kita lagi senang, yang selalu ada buat kita, temen yang
udah kita anggap sebagai sodara sendiri, sering curhat
sama dia, dalam masalah apapun, kadang suka nginep
dirumahnya, makan bareng, jalan bareng, bolos bareng,
kayak semua hal dilakukan bareng-bareng, temen yang
seperti itu bisa banget buat kita lupa akan masalah-
masalah yang lagi kita dapatkan, kayak aku tadi, aku
yang punya masalah sama Difa aku yang kesel sama
Difa, kayak hilang aja gitu. Semuanya karena temen,
sahabat, sodara. Dia adalah sosok teman yang sulit
untuk dilupakan, bahkan ketika berselisih karena
perbedaan pendapat yang menyebabkan hubungan
pertemanan itu sedikit renggang, pada akhirnya kita
akan kembali lagi padanya, entah bagaimana cara
semesta mengaturnya, seakan ada kesadaran didalam
diri bahwa ini semua enggak perlu adanya. Perselisihan
karena beda pendapat adalah hal lumrah dalam kisah
pertemanan atau persaudaraan, karena itulah yang
menguatkan, membuatnya menjadi solid, membuatnya
tidak mudah dirusak orang lain.
Pesen dong, laper gua.. kataku menganggukkan
kepala..
Yaudah pesen aja.. Riyandi menjawab sembari
matanya melirik kedalam ruangan, seakan mencari
sesuatu..
Mbakkk, teriaknya..
Kamipun memesan, steak ayam, mie kwetiau,
dan kentang goreng.
Sambil menunggu pesanan kami disajikan, kami
mabar game online PUBG, setengah jam berlalu pesanan
kami siap dan sudah disajikan bersamaan dengan
kemengangan kami chicken dinner winner dinner kami

150
CATATANKU

berteriak dan tertawa berangkulan, lalu kami menyantap


makanan.. eitss sebelumnya foto-foto dulu dong (hehehe)
Disela-sela kami menikmati makanan, ponselku
berbunyi tanda notifikasi dari whatsapp. Aku buka,
kulihat Difa membalas status whatsappku yang isinya
berupa gambar makanan yang sedang kami santap,
Mauuuuu, isi dari balasan Difa. Kamu sih sibuk mulu,
kan kita udah rencanain buat jalan sama nonton, tapi
enggak pernah terrealisasi kan? Sibuk sih.. ujarku
membalas pesan dari Difa, kemudian menaruh ponsel
dan melanjutkan makan..
Tidak ada balasan lagi setelah itu..
Malam Harinya..
Aku menghubungi Difa, untuk meminta maaf
karena aku sadar bahwa aku tidak seharusnya
melambungkan harap kepadanya, karena kita yang
sebenarnya tidak ada apa-apa hanya sekadar komitmen
tidak mengaharuskan aku seperti ingin diprioritaskan,
ingin dinomor satukan, aku tahu dunia tidak hanya
berputar mengelilingiku saja, untuk itu aku ingin kata
kita diantara aku dan Difa kembali baik. Difa pun
merespon dengan baik, dia juga meminta maaf karena
telah mengacuhkanku, mengabaikanku, ia tau dia salah.
Sifat seperti itulah yang tidak aku temui disetiap wanita
lain, mungkin Difa bisa disebut limited edition, karena
sifatnya yang sudah sangat jarang ditemui, hal itu juga
yang membuatku seperti sudah merasakan hal yang
tumbuh jauh lebih tinggi dari beberapa minggu
kebelakang, aku merasa seperti sudah sangat mencintai
sosoknya.
Setelah kami berbaikan, dan beberapa lama
berbincang mengenai hal yang tidak terlalu penting Difa
pun pamit untuk belajar, tapi tidak lama dia bilang
sambil chatting aja deh.. kenapa? Bukannya akan lebih
fokus jika tidak diselingi chattingan, nanti malah

151
CATATANKU

konsentrasinya terbagi dua, kataku. Tidak apa-apa,


nemenin kamu juga biar engga kesepian hahaha. Dasar,
yaudah. Kataku lagi.
Kamipun terlarut dalam perbincangan mengenai
tugas esok hari, aku yang belum menulis tugas
Pendidikan Agama Islam yang membuatnya merasa aneh
padaku, disekolah ngapain aja sih? Pernyataan yang
terlontar dari mulut manisnya yang kemudian diketik
oleh jari lentiknya menandakan rasa anehnya padaku,
aku memang tidak terlalu rajin kalau disekolah, apalagi
jika Riyandi mengajakku mabar, aku bisa sampai lupa
waktu, lupa tugas, lupa makan, lupa minum, tapi tidak
sampai lupa sama Difa. Obrolan tidak berlanjut lama,
karena Difa sudah terkena virus ngantuknya mengingat
jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam, akhirnya
obrolanpun kami tutup dengan salam dan kecupan
selamat malam.

3/10/2019
Kamis adalah hari yang paling enak menurutku,
bisa pulang lebih awal. Lebih enak lagi kalo Difa mau
dianterin pulang malah bisa keliling-keliling dulu. Sama
kayak hari ini, sore hari setelah bel pulang berbunyi
orang-orang berhamburan keluar, kecuali yang piket.
Aku mengahampiri Difa,
“Dif.. mau langsung pulang? Sama aku yaaaa..”
tanyaku sembari mencolek lengan kirinya.
“Mau ke rumah El dulu, biasalahhh ceweeeee…”
ujarnya sedikit centil.
“Oh yaudah, aku anterin. Oke?”
“Iya-iya.” Jawabnya singkat.
Kamipun berlalu dari sekolah menuju kerumah
El, aku dan Difa berada paling belakang dari tiga motor

152
CATATANKU

lainnya di depan, sengaja.. aku pengen ngobrol sama


Difa.
“Dif, Gimana soal nonton, ada film horror nih.”
Ujarku membuka pembicaraan.
Hayu, film apa dulu?”
“Danur 3, kamu kan suka film horror.”
“Iya, emang kamu berani?”
“Yeeee, nyebelin. Beranilah kan ada kamu..”
ujarku pelan, tanganku mengelus lututnya.
Belum sempat Difa membalas ujaranku, aku
teringat bahwa tanggal 20 nanti, Difa kan mau ikut
lomba paskibra pasti diminggu-minggu ini, dia akan
sibuk banget.
“Emmm wait, tapi kamu kan mau lomba entar,
gimana dong.”
“Berarti, dipending dulu yaaaa.. hehehe,”
“Nanti kalo udah nyantei, baru kita nonton. Ya ya
yaaaa..”
Mau tidak mau akupun mengiyakan, tidak terasa
kami sudah sampai didepan rumah El padahal laju
motor sengaja kupelankan, terlihat didepan mata rumah
yang cukup mewah dengan adanya warung serba ada,
pom bensin mini, kukira El ini bukan anak
sembarangan, orang kaya nih hahaha.
Akupun kemudian pamit kepada Difa, dan
teman-teman lainnya. Sesampainya dirumah aku hanya
merebahkan badan, merasa lelah yang tidak
berkesudahan membuat mataku ngantuk berat
kemudian tertutup cukup lama.

4/10/2019
Semalam, aku tertidur dan terbangun pada pukul
3 dini hari, aku cek ponselku sedari tadi Difa mencoba

153
CATATANKU

menghubungiku sampai pada pukul 22.00 dia menyerah,


dan pamit tidur. Setelah membacanya aku juga
melanjutkan tidurku, sampai aku benar-benar bangun
pada jam 6 pagi. Bergegas mandi, sarapan, dan
berangkat kesekolah.
Dif.. ujarku memanggil Difa, yang berada tiga
baris didepanku. Ia menoleh dan menanyakana kenapa?
“Sini…” kulambaikan tanganku, mengundangnya
untuk mendekatiku.
“Kenapaaaaaa….” Katanya, menuju kepadaku.
“Besok mau ikut ga?”
“Mau kemana?”
“Ke Braga, lagi ada bazzar buku, lumayan banyak
buku keren yang harganya miring,”
“Besok engga ada rencana mau kemana-mana
kan?”
“Ada ih, besokkan mau ke ITB..”
“Oh yaudah deh,” ujarku memasang muka kesal.
“Yeee, jangan cemberut gitu dong.. emang engga
ada temen gitu?”
“Ada, cuma pengen sama kamu lah…”
“Siapa aja?”
“Rahma.” Hanya satu nama yang kusebut, ulah
kekesalanku padanya.
“Berdua aja? Ohhh, aku gabisa Dimm..” raut
mukanya berubah, aku tau dia cemburu. Tapi itu yang
aku mau.
“Yaudah gapapa, besok kamu sama siapa aja?”
“sama temen-temen kelas aja..”
“Ohhh,” kataku singkat.
Kemudian Difa berlalu karena diminta Puspita
untuk menemaninya ke kantin.
Malam Harinya…
Dif.. kataku, membuka percakapan melalui
whatsapp.

154
CATATANKU

Difa
“Iya Dim?”
Aku
“Besok, kamu sama siapa ke ITBnya?”
Difa
“Sama temen-temen kelas, perasaan udah dikasih tau
tadi.”
Aku
“Iya tau, maksudnya kesananya bareng siapa? Sama aku
aja yu.”
Difa
“Kan kamu mau ke Braga, sama Rahma.”
Aku
“Engga deh, kayaknya ngabisin waktu sama kamu lebih
keren.”
Difa
“Bukannya buku juga lebih penting?”
Aku
“penting banget, tapi itu event tahunan, tahun depan
aja.”
Aku
“Gimana, sama aku aja ya.”
Difa
“Gapapa kok, kalo mau jalan sama Rahma, beneran
gapapa, suer.”
Aku
“Ihh, kok jadi kesana sih. Engga ada hubungannya. Atau
jangan-jangan kamu….”
Difa
“APA?”
Aku
“Cemburu yeeee..”

155
CATATANKU

Difa
“Engga, kan waktu itu udah dibilang, kalo kita harus
saling percaya, masing-masing dari kita harus bisa
menjaga komitmen itu, iya „kan?”
Aku
“Cemburu ga?”
Difa
“Dikit sih.”
Aku
“Yeee, dasar. Besok jadi ya, ke ITBnya sama aku.”
Difa
“Iya oke..”
Difa
“Beneran mau ikut nih?”
Aku
“Bener,”
Difa
“Bener?”
Aku
“Iya Dif..”
Difa
“Yipiiiiiii, besok janjian jam 6 Dim, awas aja kalo
kesiangan.”
Aku
“Emang siapa sih yang suka bangunin kamu, subuh-
subuh?”
Difa
“Hehehehe..”

Kemudian Difa memberitahuku, bahwa dia


sedang bingung karena sedari tadi mencari surat
undangan lomba paskibra yang ia simpan ternyata tidak
ada, hilang rupanya. Beberapa kemungkinan sudah aku
ajukan, mungkin lupa nyimpen, mungkin ketinggalan di
kelas, mungkin lupa udah dipinjem temen, tapi Difa

156
CATATANKU

tetap teguh pada ingatannya yang ia rasa semenjak tadi


hendak pulang dia sudah memasukkan surat itu
kedalam tasnya. Akhirnya saran pamungkas dariku,
besok aja kita cari dikelas, oke? Difa menyetujuinya.
Malam ini ditutup dengan ekspetasi besok akan
menjadi hari yang sangat berkesan untukku, salam dan
kecupan selamat malam kembali terpampang dilayar
ponsel, menandakan percakapan sudah dipenghujung
malam.

5/10/2019
Hari ini adalah hari yang kuharap akan
membuahkan kesan dari ekspetasiku semalam, aku
terbangun sebelum adzan subuh berkumandang, aku
menelpon Difa, terdengar suara parau dari ujung sana,
aku udah bangun wleee, udah adzan tuh siap-siap
kemesjid sana.. setelah menutup telpon akupun bergegas
menuju mesjid untuk shalat subuh.
Setelah shalat, aku langsung mandi karena
sudah ada perjanjian bahwa harus sudah kumpul di
sekolah pada jam 6 pagi, setelah mandi dan sarapan
akupun bergegas menuju sekolah. Tapi tidak kutemui
Difa, maupun yang lainnya. Jam tanganku
menunjukkan pukul 6.30 yang menandakan kita sudah
ngaret 30 menit, dasar orang Indonesia. Gerutuku. Aku
telfon Difa, tidak ada jawaban. Tiba-tiba ada yang
mengejutkanku dengan menepuk pundakku, on time
banget sih… setelah menoleh kaget, yang kutemui adalah
Difa, dengan memakai atasan kaos lengan panjang
dengan motif garis-garis, dipadukan dengan bawahan
jogger atau celana trening dan memakai sneakers hitam
tanpa tali. Penampilan yang sederhana, tapi tidak
mengurangi natural beauty yang terpancar pada dirinya,

157
CATATANKU

“Dari mana aja? Katanya jam 6”


“Biasa lah itu sekadar patokan buat orang-orang
yang suka ngaret, hehehe.”
“Dasar, eh kamu lari Dif?”
“Iya, biar sehat dong.”
“Nanti juga naik sepeda disana, wleee..”
“Yaaaa biarin, emang salah gitu?”
“Iya enggak sih, eh mau nyari surat itu ga?
Sambil nunggu yang lainnya, mending ke kelas dulu..
mau ga?”
“Ah enggak deh, biar aja. Nanti juga ada gera..”
“Yeee, semalem aja mau nangis. Beneran engga
akan dicari dulu? Takutnya jatuh gitu.”
“Iyaaa gausah lah, biarin.”
Disela-sela perbincangan kami, satu persatu
datang teman-teman yang lainnya. Hingga pada pukul
7.00 akhirnya semuanya sudah ada, terhitung sudah 45
menit aku menunggu, tapi tidak apa-apa semoga aja
tidak merubah sedikitpun ekspetasiku kepada hari ini.
Ditengah perjalanan,
“Pantesan enggak pernah hujan yah, gunungnya
juga habis dikeruk. Liat tuh..” sembari telunjuknya
menunjuk gunung di samping kanan kami.
“Hah?! Apa hubungannya, hujan sama gunung
yang habis dikeruk?”
“Bukannya, air hujan itu kan dari sungai?”
“Yaaa ada dong hubungannya, kan gunungnya
gundul jadi engga ada resapan air.”
“Terus?”
Yaaaa kalo engga ada resapan air, darimana
sumber air sungai?”
Kami terdiam sebentar, berpikir semacam ada hal
yang mengganjal, kemudian kami tertawa dan entah apa
yang ditertawakan, kemudian kembali diam, saling
bertanya kenapa ketawa, lalu kami tertawa lagi, dalam

158
CATATANKU

tawa aku berbisik pada hati salah satu ekspetasi sudah


tercapai; yaitu bisa merasakan hangat tawanya dan erat
dekapnya.
Obrolan tak tentu, nyanyian kurang merdu, dan
tawa yang tak beralasan menghiasi perjalanan kami.
Hingga tidak terasa bahwa kami sudah sampai di
Jatinangor, kemudian kami mencari tempat yang
menyewakan sepeda, dan akhirnya kami dapatkan
setelah mencari kesana-kemari. Kemudian kami
menyewa sepeda itu masing-masing satu, tadinya aku
ingin sekali menyewa sepeda onthel, karena keren, epic
aja gitu.. tapi sayang karena ban nya kempes, akupun
tidak diperbolehkan menyewanya.
Setelah satu persatu dari kami mendapatkan
sepeda, kami pun memulai perjalanan menyusuri jalan
Jatinangor, kemudian menuju UNPAD terus naik ke
atas, sampai pada persimpangan jalan kami putuskan
untuk beristirahat, sekadar minum air dan berfoto ria.
Akupun tidak menyiakan kesempatan untuk menambah
memoriku dengan Difa, kami mengambil beberapa foto
dan video boomerang dari instagram. Kemudian
perjalananpun dilanjutkan kami naik lagi ke atas, terus
keatas dan sampai pada persimpangan jalan lagi, kami
mengambil jalan yang lurus untuk memasuki kawasan
kampus UNPAD.
Setelah memasuki kawasan kampus UNPAD,
kami kembali berfoto ria, di sebuah monumen disana.
Lalu salah satu dari kami ada yang mengalami kelelahan
berat, hingga ingin pulang duluan, lemas katanya..
setelah banyak pertimbangan akhirnya kami putuskan
untuk kembali ke tempat sewa sepeda, dan melanjutkan
perjalanan ke kampus ITB, karena ada acara disana,
semacam event yang bertemakan negara jepang, aku
yang belum pernah sama sekali mengikuti atau
mendatangi event-event semacam itu menjadi penasaran

159
CATATANKU

akan event tersebut. Sebelum ke ITB aku berinisiatif


untuk beristirahat di warung bakso, karena perutku
sudah berteriak meminta asupan, Difa dan teman-teman
lainnya menyetujui usulku, kutepikan motor dipinggiran
jalan Jatinangor, ketika Difa dan teman-teman lainnya
mulai memesan, aku tidak pesan, karena dari rumah
aku sudah bekal nasi dan mi goreng untuk penghematan
pikirku. Semua orang menatap bingung, tidak terkecuali
Difa.
Kenapa? Tanyaku sembari menatap beberapa
pasang mata yang sedari tadi memelototiku.
Lalu Difa mengatakan, kok enggak bilang kalo
mau bawa bekel? Kalo tau gitu, aku juga mau bekel aja,
biar ngirit. Dengan santai aku bilang, aku udah biasa kek
gini, mau kemana pun yaa bawa bekel, udah kebiaasaan.
Kamu juga harus biasain biar enggak boros. Ia
mengangguk paham. Setelah memesan, Difa dan teman-
teman lainnya menunggu sambil berbincang mengenai
event yang mau kami kunjungi setelah istirahat makan
ini. tidak lama seorang pria mendatangi kami dan
menyajikan pesanan kami satu per satu, setelah semua
pesanan tersaji diatas meja kamipun memulai makan,
tidak terkecuali aku yang tidak memesan makanan di
warung makanan ini. senyap, hampir tidak ada suara
ketika kami makan. mungkin karena perut sudah lapar
membuat kami sangat khidmat menyantap makanan
dengan lahap, hingga salah satu dari kami
mengeluarkan suara, udah dikasih makan mah bisa diem
juga hahaha, pernyataan yang langsung membuat
keadaan menjadi riuh kembali dengan gelak tawa.
Setelah selelai makan, kami tidak langsung berangkat
menuju ITB, kami berdiam sebentar di warung itu
karena jam sudah menunjukkan pukul 11.55 yang
menandakan sebentar lagi sudah mau masuk waktu
dzuhur. Setelah adzan, kami bergegas menuju mesjid

160
CATATANKU

terdekat kami melaksanakan shalat, lalu setelah selesai


kami melanjutkan perjalanan menuju ITB.
Di Institut Teknologi Bandung…
Sesampainya di ITB kami memarkirkan motor,
lalu berjalan menuju titik kumpul dimana acara tersebut
dilaksanakan. Terlihat beberapa orang yang menirukan
tokoh-tokoh anime dari Jepang; Naruto dan kawan-
kawannya. One piece, dan tokoh lainnya yang aku tidak
tau siapa namanya, maklum aku tidak terlalu tertarik
pada anime atau semacamnya. Kami berkeliling, aku dan
Difa berada jauh dibelakang rombongan.. Difa
mengajakku untuk ke stand yang menjajakkan beberapa
souvenir, dia suka salah satu dari souvenir itu ketika
aku mau membelikannya dia menolak.
“Enggak, gausah Dim aku ada uang kok.”
“Yeee gapapa juga, sekali-kali kan?”
“Udah gausah ya.”
Yaudah, aku mengalah karena mungkin Difa
enggak mau karena takut merepotkanku, Difa itu orang
yang enggak enakan sama orang lain, termasuk aku.
Aku yang suka memberikan apa yang sekiranya Difa
suka, malah seringkali membuatnya merasa enggak enak
padaku, tapi pernah aku bilang, mungkin aku enggak
bisa bahagiain kamu lewat obrolan, aku bukan tipe orang
yang bisa banget bikin cewek nyaman karena banyak
berbincang denganku, memberikan apa yang kamu suka
adalah caraku untuk membuatmu bahagia, Dif. Dan saat
itu dia mengerti, mengerti akan kekuranganku,
kebiasaanku, ketidaksempurnaanku, dan itulah yang
membuatku semakin menyukainya.
Setelah cukup lama berkeliling kamipun
memutuskan untuk mengakhiri perjalanan hari ini, kami
berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor, dan
bergegas untuk pulang. Diperjalanan pulang Difa
memulai perbincangan dengan menghujaniku dengan

161
CATATANKU

beragam pertanyaan, yang bermuara pada satu


pertanyaan pamungkas; kamu seneng enggak main sama
aku? Seperti terdengar gelagarnya suara petir di siang
hari yang mengejutkanku sekejap,
“Kok nanya gituan?”
“Yaaa engga apa-apa, aku enggak aja tadinya kan
kamu mau ke bazzar buku. Bisa aja kan kamu ngerasa
terpaksa jalan sama aku.” Tuturnya memelankan suara.
“Hey, enggak.. enggak sama sekali aku ngerasa
ada paksaan dari kamu kok. Beneran. Justru aku
seneng banget, bisa jalan sama kamu seharian,
harusnya aku dong yang minta maaf.. karena aku
enggak bisa bikin kamu ketawa-ketawa, seneng, bahagia
gitu..” jawabku, memelankan laju motor.
“Engga kok Dim, aku seneng.. seneng banget
malah. Kata siapa aku engga seneng? Makasih yah.”
“Iya, aku juga makasih banyak ya..”
Dekapan Difa menjadi tambah erat seketika,
jantungku tersentak kaget, tapi dekapan hangat nan erat
itu membuatku nyaman dalam waktu yang lama. Terasa
dagu dari Difa menempel di bahuku, ketika aku
menolehkan kaca spion untuk melihat raut mukanya,
Difa memasang muka konyol yang membuatku terkekeh,
disusul Difa yang juga merasa malu karena raut
mukanya yang konyol tadi. Dekapan hangat nan erat
yang membuat nyaman, obrolan tak jelas, angan-angan
yang kami terbangkan, menemani laju motor sedari tadi.
Hingga tidak terasa aku sudah sampai di depan gerbang
komplek perumahan Difa. Difa melepas dekapannya, aku
tahu maksudnya. Aku antar dia sampai depan
rumahnya. Lagi dan lagi Difa berterima kasih padaku,
lagi dan lagi pula aku membalasnya dengan hal yang
sama. Setelah berpamitan akupun memutar motor dan
berlalu terngiang wajah manis yang melepasku pergi,
suara halus yang seakan tak mau pergi dari telingaku

162
CATATANKU

seraya terus berbisik Hati-hati dijalan Dimas..


membuatku seakan terbang melayang entah yang
keberapakalinya pada hari ini.
Sesampainya di rumah, aku tertidur pulas.

*
6/10/2019
Aku terbangun di pagi yang sudah merangkak
naik, ketika mengecek ponsel kudapati pesan masuk dari
Difa, aku menyesal karena tidur terlalu pulas. Setelah
aku balas satu persatu aku juga menambahkan
permintaan maafku. Tidak ada balasan dari Difa, ceklis
satupun awet sampai malam tiba. Membuat tidak ada
perbincangan yang harus aku tuliskan pada catatan hari
ini.

17/10/2019
Hari ini aku membuat keputusan besar dalam
hidupku. Yaitu menjual ponselku, untuk tambah-
tambah beli ponsel baru (hehehe). Setelah menjual
ponsel aku mengaktifkan whatsapp di laptop,
menggunakan simulator tentunya, hal ini cukup
membuatku repot karena jika ingin menghubungi orang
tua, atau temen, Difa juga aku harus buka dulu laptop,
sambungin modem dulu, lama deh.. tapi karena obsesi
punya ponsel baru, akupun tidak menggubris itu semua.
Malam hari, ketika aku membuka whatsapp
hendak menghubungi Difa, ternyata Dia sudah sedari
tadi menghubungiku, banyak sekali pesan yang aku
dapati darinya. Akupun menjelaskan alasanku kenapa
aku tidak menghubunginya seharian ini,

163
CATATANKU

Aku
“Dif, maaf nih aku bakalan jarang ngabarin. Repot.”
Difa
“Repot gimana Dim?”
Aku
“Aku gapunya hape sekarang,”
Difa
“Lah, kemana? Ilang?”
Aku
“Aku jual.”
Difa
“Ih, kenapa dijual?”
Aku
“Pengen beli yang baru, hehehe.”
Difa
“Yeee dasar.”
Aku
“Eh tiga hari lagi kamu lomba yakan?”
Difa
“Iya Dim,”
Aku
“Jangan kebanyakan pikiran, banyakin makan aja, oke?
Difa
“Engga kok enggak banyak pikiran, makan juga nambah
sekarang hehe.”
Aku
“Nah gitu dong, nanti aku kasih cokelat, mau?”
Difa
“Ah boong yaa?”
Aku
“Yaudah kalo enggak mau.”
Difa
“Aku enggak bilang gamau ya.”
Aku
“Iya-iya nanti, kamu udah mau tidur?”

164
CATATANKU

Difa
“Iya nih, udah ngantuk. Aku mau tidur kamu aktif,
aneh.”
Aku
“Hehehe, yaudah selamat malem ya.”
Difa
“Iya Dim, selamat malem juga,”
Difa
“Dadah..”

Lagi dan lagi aku ditinggal pergi, meski hanya


sementara, hanya menunggu bulan kembali pada tempat
tidurnya, hingga akupun dapat kembali bertemu
dengannya. Tapi tetap saja aku merasa baru sebentar
sekali perbincanganku dengannya seperti baru saja
dimulai malah sudah K.O duluan.

18/10/2019
Hari jumat adalah hari yang membuatku lebih
santai untuk kesekolah, karena ada acara senam setiap
minggunya yang dilaksanakan pada hari jumat, dan aku
jarang sekali mengikutinya. Sebelum berangkat ke
sekolah aku menyempatkan mampir ke sebuah mini
market, untuk membeli cokelat sebagai bentuk
penunaian janjiku semalam pada Difa. Setelah
membelinya aku bergegas ke sekolah. Ditengah jalan aku
melihat Riyandi didepan, kuhampiri dia. Ke Warung Ibi
dulu yan, kataku mengagetkannya. Oke, katanya diirngin
anggukkan kepala.
Aku dan Riyandi sampai di warung Ibi, membeli
satu batang rokok untuk menunggu acara senam selesai.
Satu batang rokokpun habis acara senam belum selesai,
nekat aku dan Riyandi masuk jalan belakang, dan

165
CATATANKU

untungnya tidak ada pengawasan seketat hari senin


pagi.
Karena acara senam dilapangan belum selesai,
akhirnya aku dan Riyandi menunggu di kantin.
Setelah cukup lama menunggu, acara senampun
rampung, aku dan Riyandi langsung memapahkan kaki
ke ruangan kelas, kutemui Difa yang berpeluh keringat.
Selamat pagi, kataku sembari menebar senyum. Selamat
pagi juga, angger masuk teh seenaknya aja. Katanya
ketus. Biarin ah, nih penunaian janji Dimas semalem.
Ujarku sembari memberikan cokelat kepadanya. Yippiiii,
makasih yah.. raut mukanya berubah drastis. Aku pun
berlalu menuju kursi dan duduk sembari mengeluarkan
earphone lalu memutar lagu.
Malam hari, aku tidak menghubungi Difa. Aku
merasa lelah sekali ingin rasanya merebahkan badan
dan tertidur, dan akupun tertidur pulas sekali.

19/10/2019
Aku kesal sekali hari ini, ketika ingin membuka
whatsapp dilaptop tiba-tiba modemnya tidak mau
nyambung, telah kucoba beberapa kali tapi tetap saja
tidak mau nyambung. Hingga pada siang hari aku
meminta ibuku untuk menyambungkan hotspot di
ponselnya ke laptopku, yang pada akhirnya akupun bisa
berbalas kabar dengan Difa, tapi tidak lama karena
kesibukkan Difa yang sedang mempersiapkan segala hal
untuk perlombaan besok. Akupun memutuskan untuk
mengunjungi temanku Riyandi, setelah sampai dirumah
Riyandi aku menghubungi temanku yang juga teman
Riyandi untuk membersamaiku dirumah Riyandi, karena
canggung juga lama-lama berada dirumah orang lain,
yang juga teman tapi tetap saja berbeda. Akhirnya kami

166
CATATANKU

bertiga berkumpul, mabar game PUBG, makan-makan,


ngerokok, ngopi, berbincang mengenai isu politik, hingga
rasa bosan bergumul dihati setiap kami, akhirnya aku
berusulan untuk melakukan perjalanan mencari spot
foto yang keren, Riyandi menambahkan tujuan
perjalanan kami, yaitu ke Bandung sekitaran jalan Asia
Afrika dan Braga adalah salah satu spot foto yang bagus.
Usulanpun disetujui, berbekal kamera digital dengan
baterai yang sudah diisi penuh, dua bungkus rokok
dunhill, kamipun berangkat selepas menunaikan solat
magrib.
Sesampainya di Braga, kami berdiam di kursi
yang tersedia di pinggiran jalan, sedikit mengambil
gambar untuk update status, keasyikan berfoto ria
terdengar suara perut dari salah seorang dari kami, itu
suara perutku. Aku lapar sekali, akhirnya kami
memutuskan untuk memasuki salah satu dari sekian
banyak café yang ada disini. Kami memesan makanan
dan minuman, menyundut rokok sambil melihat-lihat
foto yang baru saja diambil tadi. Setelah cukup lama
pesanan pun datang. Setelah selesai makan kami tidak
langsung keluar café, namun menyundut satu batang
rokok lagi untuk menemani kopi yang tadi kami pesan,
dan kami keluar café lalu kembali terduduk di kursi
pinggir jalan tadi.
“Yan, pinjem hape dong. Mau ngabarin Difa,”
Riyandi tidak berbicara sepatah katapun dan
lantas memberikan ponselnya padaku, akupun
menghubungi Difa, lagi dan lagi aku salah memilih
waktu, ini sudah terlalu larut sudah pukul 10 malam,
dimana Difa sudah pasti sedang rebahan dan mencari
kenyamanan pada ranjangnya untuk kemudian tidur.
Jadilah perbincangan kami tidak berlangsung lama.
Jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari, kami
memutuskan untuk pulang ke rumah Riyandi.

167
CATATANKU

Sesampainya di rumah Riyandi kami langsung


menabrakkan diri masing-masing pada ranjang, dan
tertidur pulas.

20/10/2019
Aku terbangun terlambat, jam tangan ditanganku
berbunyi menandakkan pukul 9 tepat. Aku kesiangan,
aku sudah janji pada Difa untuk hadir di perlombaanya,
akupun sangan ingin memberikannya dukungan dan
semangat secara langsung. Tanpa basa-basi akupun
bergegas ke kamar mandi, untuk membasuh muka. Lalu
aku kembali ke kamar Riyandi dimana kami tidur
semalam untuk membereskan barang-barangku. Setelah
semua barangku dikemas, akupun pamit kepada Riyandi
dan ibunya, laju motor kupacu dengan kencang sekali
tidak peduli apakah akan ada razia diujung jalan sana
ataupun tidak, yang penting aku sampai ditempat Difa
mengikuti lomba paskibra dengan tepat waktu.
Sesampainya disana, di suatu SMA yang
mengadakan perlombaan paskibra. Aku mencari Difa,
dengan segenap harap semoga perlombaannya belum
dimulai. Aku bertanya kepada salah satu panita, apakah
sekolahku sudah dipanggil untuk lomba atau belum,
ternyata belum. Sekolahku berada pada antrean yang
masih lama, legaaaa… tapi aku belum bertemu
dengannya, aku masih mencarinya. Susah untuk
menghubunginya karena aku tidak mempunyai ponsel,
akhirnya aku menunggu di sisi lapangan untuk
mengistirahatkan kaki yang sedari tadi berjalan untuk
mencari Difa, sembari aku menonton perlombaan yang
seru juga, orang-orang yang berpakaian seragam yang
kutau mereka adalah pasukan paskibra yang dipimpin
oleh seorang danton, keren sekali ketika danton

168
CATATANKU

menginstrusikan untuk balik kanan, pasukan pun


bergerak sesuai arahan dengan rapi, udah kayak robot
aja pikirku, ketika melihat pasukan itu menjalankan
instruksi maju jalan, grak! Semuanya berjalan dengan
rapi sesuai dengan irama hentakan kaki, aku terkagum
juga penasaran ingin sekali melihat Difa yang seperti itu.
Aku terhanyut dalam kekaguman dan banyangan
kepenasaran, hingga membuatku tidak menyadari
bahwa matahari sudah berada pada puncak hari, adzan
dzuhurpun berkumandang, yang secara lantang
membuyarkan banyangan kepenasaranku. Aku bergegas
menuju mesjid yang terletak diluar SMA itu, sengaja aku
ingin shalat di mesjid luar karena setelah shalat aku
berencana untuk santai sejenak di warung kopi
sekitaran SMA itu.
Setelah shalat, merokok pun sudah aku kembali
ke lapangan dimana berlangsungnya perlombaan, yang
ketika itu sedang melakukan break atau istirahat. Aku
kembali berkeliling untuk mencari tahu dimana tempat
berdiamnya atau biasa disebut barak yang ditempati
sekolahku. Namun nihil, aku tidak mendapati seseorang
yang kukenal, hingga aku beranikan diri untuk kembali
bertanya kepada salah seorang panitia, aku mendapat
jawaban dan tau dimana tempat barak itu. Kupapahkan
kaki kesana, jauh dilorong kupandangi salah satu
ruangan, aku yakin Difa pasti disana. Tapi kakiku tidak
lagi mudah untuk melangkah, seperti tertahan rasa
malu, malu untuk bertemu dengan orang-orang baru,
hanya sedikit dari banuaknya pasukan paskibra yang
aku kenal, jadi aku merasa canggung untuk berada pada
lingkungan yang belum aku kenal sama sekali, rasa
malu itu mengalahkan rasa ingin bertemu. Akhirnya aku
hanya menunggu dilorong, berharap Difa akan keluar
barak dan melihatku, lalu dengan mudah aku bertemu
dengannya. Tapi kenyataan tidak seperti itu, aku tetap

169
CATATANKU

menunggu dan terus menunggu, sampai sekolah ku


dipanggil untuk berlomba, akhirnya aku bertemu
dengannya, Difa cantik sekali, rapi sekali, dia
kembangkan senyumnya untukku, terasa begitu manis.
Ku lambaikan tanganku, SEMANGAT!! Kataku pelan,
Difa menganggu tanda mengerti. Aku mendukungnya di
pinggir lapangan, mengamatinya dengan penuh
kekaguman, rasa kagum yang melewati batas, aku
melihat dia berjalan maju, belok kanan, balik kanan,
berhenti sejenak, lalu hadap kanan, hadap kiri, dan
melakukan variasi. Saat menggaungkan ksatria nirwana
hatiku bergetar suara yang jarang sekali aku dengar
darinya, menambah cintaku padanya.
Setelah beberapa gerakan dan formasi
dirampungkan, pasukan paskibra sekolahku
menyelesaikannya dengan salam penghormatan kepada
juri, yang kemudian mereka kembali ke barak. Aku
menunggunya dengan sebotol minuman penambah ion
ditangan, Difa mendatangiku, eh datang juga, kirang
enggak bakal dateng.. katanya. Hehehe, nih.. uluran
tangan memberikan minuman. Yippiiii makasi ya.. aku
ke barak dulu.. pamitnya mendahuluiku. Aku disini
yaa… pesanku padanya untuk sesegera mungkin
menemaniku yang sedari tadi sendiri.
Setelah cukup lama menunggu, adzan asharpun
sudah berlalu. Sosok Difa tidak nampak menemuiku,
apakah aku yang harus ke sana untuk menemuinya?
Tapi aku malu, pertengkaran bathin menemani
kesendirianku. Terlintas dipikiranku, apakah Difa tidak
akan kesini, apa tadi dia tidak mendengarkanku,
kenapa, kenapa, dan kenapa terus muncul dipikiranku,
beraurakan negatif.
Aku tetap menunggunya ditempat yang sama,
dilorong yang menghadap barak tempat Difa berada.
Adzan magrib dan adzan isya sudah berkumandang, Difa

170
CATATANKU

tetap tidak muncul. Kulihat jam tangan sudah


menunjukkan pukul 8 malam, aku sudah merasa putus
asa menunggu, aku lelah, aku lapar, aku juga belum
pulang ke rumah setelah semalam aku menginap
dirumah Riyandi. Akhirnya akupun pulang dengan rasa
kecewa yang teramat parah.
*

KEPEDULIAN adalah caraku mencintainya,


KEPEDULIAN yang telah ku tebar dan ku semai,
Malah kau abai.
EKSPETASI KU hancur,
ANGAN KU terkubur,
Namun, mengapa selalu ada alasan untuk mencintainya.
Salahku menaruh harapan lebih padanya,
Padahal dia sudah bilang kita hanya sebatas teman yang
saling suka.
Aku yang merubah rasa suka itu,
Hingga kini, aku harus menanggung resiko mencintai
seorang diri.

Senandika yang terpikirkan saat diperjalanan


pulangpun kutuliskan pada catatan ini.
Sesampainya dirumah, aku mencoba
menyambungkan kembali modem, dan tersambung
akhirnya akupun bisa membuka whatsapp, dan
mengabari Difa bahwa sedari tadi selama beberapa jam
aku menunggu hadirnya, aku mengutarakan
kekecewaanku padanya, aku memberitahunya akan
inginku untuk berbincang denganku, aku yang ingin
bercerita mengenai malam kemarin ketika aku dirumah
Riyandi sampai di Bandung bersamanya, juga aku yang
ingin sekadar berfoto ria dengannya, semuanya
kuutarakan. Bagaimana ekspetasi yang kutata rapi,
tidak mampu ia indahkan.

171
CATATANKU

Semenjak hari itu, terhitung sudah 3 minggu aku


tidak melanjutkan catatan ini. aku merasa sudah tidak
perlu menuliskan setiap hal tentang Difa, sebab aku
sudah kecewa. Selama 3 minggu juga aku dan Difa
membuat jarak diantara kata kita, aku ingin dihargai
dengan cara dia yang meminta maaf terlebih dulu
sebagaimana dulu ia sering melakukannya, seperti
mudah sekali dia meminta maaf ketika ia
meninggalkanku sendiri di kolom percakapan karena ia
sudah ketiduran, tapi sekarang tidak lagi, selama 3
minggu kutunggu Difa datang menghampiriku untuk
meminta maaf, tapi tidak ada. Aku memang tidak berarti
baginya, ketiadaanku tidak berarti apa-apa.
Selama 3 minggu itu aku tidak berhubungan
dengannya baik dalam pesan whatsapp maupun
disekolah, kami seperti menjadi asing, seperti tidak
pernah mengenal satu sama lain, seperti tidak pernah
ada rasa yang hinggap diantara kami. Sebenarnya tidak
ada kata diantara karena Difa yang berlaku seperti itu,
sedang aku? Aku tetap mencintainya hanya saja rasa
kecewaku belum sepenuhnya sembuh, sebab Difa tak
kunjung mendatangiku setelah apa yang ia lakukan
pada 20 oktober lalu.
Hingga pada hari senin diminggu keempat bulan
November, aku merasa harus ada yang diselesaikan,
diam bukanlah cara yang baik, aku harus bertanya
padanya, aku yang harus memulai kembali, aku yang
harus meletakkan egoku sebentar saja.

172
CATATANKU

25/11/2019
Hari ini aku harus bisa bersikap dewasa, aku
tidak boleh diam saja, aku ingin kata kita menjadi baik
seperti sediakala, aku juga masih suka padanya, masih
peduli padanya, masih cinta padanya, aku harus
memperbaiki semuanya. Gumamku dalam hati ketika
memasuki ruangan kelas.
Dengan ragu juga sedikit canggung aku
menghampiri Difa yang sedang duduk di kursi paling
depan.
“Dif…” aku terdiam ketika Difa menoleh
kearahku.
“Kenapa Dimas?” Jawabnya polos.
Aku diam seribu bahasa ketika ditanya kenapa?
Ingin hati berkata maafin aku, aku mau kita baikkan kita
engga kayak gini lagi, diem-dieman itu enggak enak,
pengen aja tiap malem chatting. Aku kira kita bisa lebih
dewasa, bisa saling ngertiin satu sama lain, meskipun
aku tau kita ini enggak ada apa-apa, kita bukan siapa-
siapa, bahkan enggak semestinya ada kata kita diantara
aku dan kamu. Tapi kita kan udah bicarain ini dulu, kalo
kita bisa bikin komitmen, untuk tidak menjauhi satu sama
lain, iya kan? Tapi nihil, lidahku kelu tidak ada kata
yang keluar. Hingga…
“Aku ngerti kok..” ujarnya sembari menebar
senyum kepadaku.
Dalam hati aku kembali berkata, kalo udah ngerti
kenapa enggak ada usaha buat bikin kata kita menjadi
baik lagi? Kok malah diem aja, seakan enggak peduli apa-
apa lagi, kadang aku bingung sama kamu, di malam hari
kayak yang peduli sama aku, di siang hari malah bertolak
belakang. Sebenernya ada apa sih?
Belum sempat aku berkata-kata, ada guru.. ada
guru.. teriak salah satu temanku yang berlari dari luar
kelas dan langsung terduduk dengan rapi. Akupun

173
CATATANKU

berlalu dari Difa dan duduk sambil terus


memandanginya. Waktu berjalan seakan melambat,
ingin sekali menyelesaikan pelajaran sesegera mungkin,
aku ingin berbincang lagi dengan Difa.
Akhirnya pelajaran yang kurasa sangat lama
itupun selesai, aku berlari kedepan untuk melanjutkan
kata-kata yang baru saja mau aku mulai tadi, namun
Difa berlalu keluar kelas meninggalkanku, digenggamnya
mukena ungu bermotifkan bunga-bunga. Nanti aja deh
istirahat kedua, kataku dalam hati.
Pada jam istirahat keduapun lidahku masih saja
kelu tidak bisa berkata-kata, akhirnya ketika pulang
sekolah Difa yang tidak langsung pulang ketika semua
orang sudah menghilang menjadikan suatu kesempatan
untukku mengutarakan keresahanku padanya.
“Emmm.. Dif kenapa belum pulang? Balik sama
siapa?”
“Nunggu temen, mau nebeng biasaaaa..”
“Sama aku aja yuk!”
“Eh gapapa, gausah. Gaenak tadi udah bilang
mau nebeng.”
“Ohhh, iya deh,”
“Dif..”
“Iya Dim, kenapa?”
“Aku minta maaf yah, ga enak diem-dieman gini..”
“Kenapa diem-dieman hayooo..”
“Yeee malah becanda, beneran ga enak. Maafin
aku yaaa..”
“Iya aku juga ngerti kok.”
Aku tersenyum menahan kebingungan, kalau
kamu udah mengerti kenapa berlaku seperti tidak
mengerti? Seperti tidak peduli? Seperti tidak mau kita
baikkan? Malah balik mendiamkanku? Jutaan tanya
merasuki kepala, namun tidak ada yang dapat
diutarakan mulut dalam bentuk kata-kata.

174
CATATANKU

“Yaudah, aku duluan. Kamu hati-hati dijalan.”


“Iya siap.”
Akupun pulang dengan kepala yang dipenuhi
pertanyaan. Sesampainya dirumah aku hanya
merebahkan badan karena lelah, selera makanku hilang
entah kemana, kuraih ponselku dan membukanya tapi
tidak ku apa-apakan, hanya menarik ulur beranda
instagram tanpa ada yang aku perhatikan sama sekali,
hingga aku tertidur.
Gelapnya malam menyapa ruang hati yang
kedinginan karena ditinggal pergi oleh sang pemberi
kehangatan yang senantiasa ada sampai pada akhirnya
membuat kecewa. Aku menunggu Difa memulai
percakapan, kupandangi aplikasi whatsapp di layar
ponselku, menunjukan terakhir dilihat Difa beberapa
menit yang lalu. Pikiranku kembali melayang ke atas
cakrawala, menanyakan apakah Difa sudah benar-benar
menganggapku tiada berarti baginya atau bagaimana?
Pada akhirnya aku putuskan untuk mematikan ponselku
dan beranjak ke ranjang untuk tidur.

26/10/2019
Rasa canggung membuatku tidak nyaman untuk
berlama-lama berada dikelas, ketika jam pelajaran
kosong akupun mengajak Riyandi untuk ke warung Ibi,
aku melewati bangkunya Difa, namun tidak ada kontak
antara kita, dia juga tidak berusaha untuk menyapaku
terlebih dulu. Aku tidak tahu harus bagaimana,
permintaan maaf sudah aku utarakan kemarin tapi
nampaknya tidak ada kemajuan menuju kebaikan untuk
hubungan ini, Difa masih saja dingin terhadapku.
Cukup lama aku di warung Ibi, karena merasa
malas untuk kembali kesekolah aku berkoordinasi

175
CATATANKU

dengan teman yang sedang berada dikelas, bertanya


apakah ada guru yang masuk atau tidak sama sekali,
keberuntungan bagiku karena katanya dari tadi tidak
ada satupun guru yang masuk ke dalam kelas. Aku dan
Riyan pun semakin nyaman berada di warung Ibi.
Sampai pada jam istirahat kedua selesai, aku dan
Riyan memutuskan untuk kembali ke kelas. Akupun
masuk ke ruang kelas, tidak ada Difa disana mungkin
sedang shalat, pikirku. Ketika melewati bangkunya aku
memperhatikan tasnya Difa, yang sudah berganti dari
sebelumnya bodypack berwarna merah manjadi tas rajut
bermotif bunga yang bergambar burung hantu, lucu
pikirku.
Jam tanganku berbunyi menunjukan pukul
14.50 waktunya pulang, karena tidak ada guru aku dan
Riyandi memutuskan untuk pulang lebih dulu dari yang
lain. Ketika melewati bangkunya Difa, kami bertatapan
mata, tapi tidak ada sapa.

Aku hanya bisa terdiam melihat kau pergi dari sisiku..


dari sampingku..
tinggalkan aku seakan semuanya yang pernah terjadi..
tak lagi kau rasa..
Masih adakah tentang aku dihatimu.. yang kau rasakan..
coba kau rasakan..
mudahkah bagimu untuk hapuskan.. semua kenangan..
bersama denganku..
Tak pernah sedikitpun aku bayangkan.. betapa besarnya
cinta yang kau tanamkan..
Hingga waktu beranjak pergi.. kau mampu hancurkan
hatiku..
Ada yang hilang dari perasaanku.. yang terlanjur sudah
kuberikan padamu..
Ternyata aku tak berarti tanpamu..

176
CATATANKU

Berharap kau tetap disini..


Berharap dan berharap lagi..

Lagu dari Ipang-AdaYangHilang seakan menjadi


backsound ketika kejadian itu, ketika aku bertatapan
dengan Difa.
Aku dan Riyandi berlalu meninggalkan kelas, tapi
aku merasa ada yang tertinggal didalam sana yaitu rasa
rinduku pada Difa.
Malam hari kembali menyapa, kebosanan kembali
menerpa, tidak ada bunyi notifikasi, tidak ada kedipan
lampu LED, yang kurasa hanya sepi, hingga aku
menyerah dan ingin sesegera mungkin untuk bermimpi.

*
27/11/2019
Jam berikutnya diisi oleh ceramah wali kelasku,
intisari yang kudapat adalah sebuah harapannya yang
mau anak didiknya melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang selanjutnya, yaitu perguruan tinggi. ah sudah
seringkali aku mendengarnya.
Bel istirahat berbunyi, ketika aku mau keluar
kelas, aku melihatnya dia juga melihatku tapi tak ada
dialog pagi itu. entah ada apa denganya, entah kenapa
perasaanku, mungkin setelah kian kali dikecewakan
membuatnya merespon kejadian tadi secara biasa saja.
Setelah istirahat pertama, aku kembali masuk ke
sekolah. hari ini adalah harinya foto untuk kartu peserta
ujian. saat yang lain sudah sibuk mendatangi ruangan
foto, aku dan dan Riyandi masih saja berdiam di dalam
kelas. Riyandi yang sedang bermain game online dan aku
yang sedang menulis catatan ini. rencananya aku mau
menunggu temanku menyelesaikan game nya dulu. tapi
sebelum itu ada temanku yang lain menyusuli kami
memberitahu agar cepat ke ruangan foto. yasudah kami

177
CATATANKU

berangkat. ruangan foto itu di perpustakaan,


perpustakaan disekolahku berada dilantai 2. saat aku
menaiki tangga, aku berpapasan dengan Difa, dia yang
sudah selesai difoto dan mau kembali ke kelas dan aku
yang baru mau difoto, tapi tidak ada dialog diantara
kami berdua. setelah selesai difoto, aku dan temanku
kembali ke kelas. Kami duduk dengan tenang seperti
biasa, temanku kembali melanjutkan game onlinenya itu,
dan aku yang kembali menulis catatan ini. waktu berlalu
hingga bel istirahat kedua berbunyi. aku dan temanku
beranjak dari kursi menuju tempat biasa. di perjalanan
aku melihat dia di dalam mesjid mengenakan mukena
berwarna ungu dengan motif bunga. dia tampak cantik
sekali.
Di warung Ibi, kuceritakan kenapa keresahanku,
keresahan mengenai Difa. dia yang sudah kian lama
jauh dariku, seperti pada akhir-akhir ini aku dan dia
sudah jarang berdialog (dalam ketikan atau verbal)
Riyandi hanya menertawakan ku, dia bilang kenapa
sampai segitunya aku mencintai dia, dia bilang aku
seperti orang bodoh, atau dibodohi. tapi aku tetap pada
berkutat dengan dilema, kebingungan. bingung, aku
hanya takut mengambil langkah. jika aku tetap bertahan
dengan sabar aku rasanya hatiku belum siap untuk
patah lagi, jika aku berhenti dan pergi dengan sadar aku
takut akan penyesalan yang akan datang dikemudian
hari.

28/11/2019
Hari ini aku bangun jam 04:00. sudah lama aku
tidak membangunkannya untuk solat subuh, aku
menelfonnya. beberapa kali, namun tidak ada jawaban.
dasar kebluk, kataku. setelah menelepon aku malah

178
CATATANKU

tidur lagi. dan aku bangun jam 7:15. gila aku kesiangan
lagi. aku berangkat ke sekolah jam 7:45. tidak ada teman
untuk masuk aku memberi pesan kepada teman
sebangku, ternyata dia juga kesiangan. alhasil aku
menunggunya saja.
Dia datang pukul 8:45, lalu kamipun berangkat
ke sekolah melalui jalur belakang tentunya. tidak
kusangka, digerbang masuk itu ada ibu kepala sekolah,
dengan kaget aku dan temanku, berputar balik, mencari
jalan lain. dan pilihan terakhir jatuh untuk mengambil
jalan ke selokan. hingga aku dan temanku sampai di
sekolah dengan keadaab sepatu yang kotor, tidak apa,
sudah biasa kataku. aku memasuki ruangan kelas,
tampak beberapa mata menyorotiku, tapi tidak
kupedulikan, aku menghamipiri dia, mengucapkan
selamat pagi, dia pun tersenyum padaku. lalu aku
duduk dibangku, tak sadar aku lupa membawa pulpen.
aku menghampirinya lagi untuk meminjam pulpen.
akhirnya aku dan dia dapat berdialog kembali, aku
bertanya kemana dia semalam, katanya tidur. dia tidak
punya kuota, jadi tidak bisa mengabariku, oh aku
mengerti. lalu dia bertanya, apakah tadi aku
menelfonnya, aku bilang iya, sudah lama aku tidak
menelfon mu sekadar membangunkanmu untuk solat
subuh. dia tersenyum. maaf katanya tidak ku jawab
telfon darimu. aku sedang di kamar mandi kala itu.
Siangnya setelah istirahat pertama, aku tidak
kembali ke sekolah. karena katanya tidak akan efektif
belajar. pukul 14:30 aku kembali ke sekolah, ruangan
kelas sudah sepi, dia pun tidak ada, sial. kenapa aku
tidak masuk kelas sedari tadi, kalau saja aku masuk,
aku mungkin bisa mengantarnya pulang. bodohnya aku,
celaku pada diri.malam hari, aku tidak mendapat
notifikasi apapun darinya.

179
CATATANKU

29/11/2019
Hari ini, aku terbangun kesiangan, sudah biasa,
celaku pada waktu yang terus berlalu, meninggalkanku
yang masih berharap padanya. aku mendapati notifikasi
darinya, dimana, tanyanya. cepetan ke sekolah, udah
mau solat nih. aku lupa hari ini adalah hari solat
bersama untuk mengahadapi UAS, aku lupa.
Aku masuk ke sekolah lewat jalan belakang
seperti biasa, aku melewati kantin, terdapat sosok puan
yang semalam tidak memberiku kabar, iya, dia. aku sapa
dia, menanyakan sedang apa? bodoh sekali. jajan
katanya, cuek. lalu aku pamit padanya mau memberikan
tugas pkn.
Bapak guru penjaskes masuk kelas, memberitahu
kalau sesudah solat jumat ada tes renang. asik ada
waktu nih buat jalan sama dia, pikirku. pukul 11 aku
pulang sekolah, aku mendatanginya terlebih dulu,
menanyakan apakah dia mau ikut renang, katanya
males ah, yahhh kok gitu, balasku. inikan tes loh,
sambungku meyakinkannya agar mau ikut, sekaligus
mengindahkan rencanaku. nihil dia tidak ikut renang.
tak apa sudah biasa juga dia menolakku sekadar untuk
mengantarnya pulang. aku sudah biasa.
Pukul 1 aku bersiap untuk berangkat ke kolam
renang, ku sambangi dulu rumah temanku agar aku
tidak sendirian, pikirku. tetapi mereka sudah berangkat,
meninggalkanku. sendirian lagi dan lagi:(
Sampai di kolam, aku bertemu teman kelas ku,
yang dimana dia itu sebangku dia yang ku anggap sosok
sempurna itu. aku menanyakan apakah dia jadi ikut
renang? tidak katanya, kenapa tanyaku lagi, tidak ada
tumpangan alasannya. aku tak mengerti padahal tadi
sudah ku ajak dia, tapi dia menolakku, kenapa? ada

180
CATATANKU

apa? penuh benakku akan pertanyaan.rangkaian tes


renang pun telah selesai. aku dan teman-temanku
pulang. sampai di rumah, aku bingung, ada apa
dengannya?
Akhirnya kuberanikan diri untuk menanyakan
hal itu padanya, dia bilang tidak apa-apa kok,tak
percaya ku perjelas kebingunganku, kenapa akhir-akhir
ini kamu berbeda, ada yang salah dariku? tanyaku lagi.
aku gamau deket lagi sama kamu, katanya. hah?!
kenapa sih? tanyaku pada diriku. kemudian dia
menjelaskan pernyataannya, dari panjangnya kata-kata
yang ia utarakan aku mendapat intinya, dimana dia
sudah tidak mau lagi denganku, sudah tiada rasa itu,
gila! jawaban yang tidak pernah aku inginkan terlontar
dari mulut manisnya. membuat aku yang sudah sangat
jauh mencintainya, sangat dalam menyayanginya jatuh
dan hatiku patah untuk kesekian kalinya, namun kini
lebih nyata, hatiku patah dan hancur berkeping-keping.
aku kacau! aku menangis! entah apa yang kutangisi, dia
yang selama ini pusat dari orbit harapanku, menyatakan
bahwa kini tidak ada lagi rasa untukku.
Sebenarnya secara sadar selama ini aku hanya
menanam benih kekecewaan, yang tumbuh menjadi
secercah harapan yang tidak pernah terindahkan, dan
mekar menjadi luka.

Dala kesedihan, ponselku bergetar temanku


mengingatkanku atas pernyataanku yang akan
memenuhi permintaan dia untuk berpesta, di hari ulang
tahunku, iya dua hari lagi ulang tahunku, Hari spesial,
hari yang sangat membahagiakan, hari yang aku tunggu-
tunggu, menjadi tidak bermakna hanya karena dia yang
lagi-lagi mematahkan hatiku, dan kini teramat parah.
aku menyetujui permintaan temanku. sekadar untuk
ikut nongkrong mungkin dapat menghilangkan

181
CATATANKU

kepedihan ini, pikirku. namun nahas, setelah aku


sampai di tempat tongkrongan dimana beberapa
temanku sudah menunggu, aku dimintainya uang, ya
sudah aku beri saja pecahan lima puluh ribuan. dua
temanku pergi membawa uang dariku, aku dan teman-
teman lainnya menunggu. berselang beberapa menit,
mereka datang. mereka mengeluarkan dua botol
minuman dan beberapa keping obat, gila! inikah
pestanya? aku kira sekadar nongkrong biasa. ku tahan
diriku semampuku, namun nahas. aku melakukannya,
aku melakukan hal itu, hal yang sangat aku hindari. iya
aku meminum beberapa gelas minuman yang ditakar
oleh temanku, beberapa menit aku melayang. aku tidak
sadar.

Beberapa hari setelah kejadian malam 30


desember, tepat satu hari sebelum hari ulang tahunku.
Setelah patah hati terbesarku, dimana aku harus
kembali merasakan patah setelah beberapa saat aku
diterbangkan oleh sayap yang dibalut harapan itu harus
pupus karena tidak kunjung diindahkan. Patah dan
sakit yang lagi-lagi aku alami setelah beberapa tahun
yang lalu terjadi lagi membuatku kembali menjadi
traumatis sehingga aku tidak melanjutkan catatanku.
Karena untuk apa lagi? toh catatan ini bermula dari aku
mengenalnya, kini aku sudah tidak kenal lagi dirinya,
dia yang sudah meniadakan rasa untukku dengan
kesadaran, seolah memukulku mundur, menamparku
untuk menyadarkanku, bahwa dia bukan sosok
sempurna sebagaimana pikirku dulu, bahwa hatinya
bukan tempat yang layak untuk aku singgahi.

182
CATATANKU

Sejatinya aku mau sekali menetap dengan


sungguh, tapi apadaya dia tidak pernah membuka
hatinya untuk aku berlabuh.
Akankah ada kemungkinan, seperti, mungkin
saja suatu saat nanti ia menyadari bahwa
meninggalkanku merupakan sebuah kesalahan. atau
mungkin dia masih menyimpan sedikitnya rasa peduli
untukku, rasa cinta untukku namun dia merasa
waktunya yang salah.
akankah dia kembali padaku? akankah dia
menyadari bahwa selama ini aku adalah rumah yang
nyaman untuknya?
semoga ada jawaban dari kemungkinan-
kemungkinan di atas, untuk itu kalimat ini bukanlah
bagian terakhir dari catatanku, bersambung....

183
CATATANKU

184
CATATANKU

PAMUNGKAS

lingkar lara kembali menyapa


menguak luka dibalik tawa manusia
tentang cinta yang berubah menjadi tinta
atau rasa yang berakhir aksara
aku kertas putih
dan kau tinta basah
kita pernah menjadi sepasang kekasih
sebelum akhirnya seusang kisah
aku tanah kering
dan kau embun yang bening
kita pernah tertawa bercanda nyaring
sebelum akhirnya bisu dan saling mengasing
tapi disini, aku masih tidak mengerti.
kenapa merindu kini terasa nyeri? menyengat hati dan
ruas-ruas nurani
hingga mungkin mampu menghentikan segala denyut
nadi
mengapa datang bila akhirnya pergi?
mengapa berjanji bila akhirnya lari?
mengapa memeluk bila akhirnya menusuk?
dan mengapa menunjuk bila akhirnya mengutuk?
aku masih disini
masih setia membodohi hati
berpura-pura bahwa kau akan kembali lagi
lagi dan lagi aku menyemai harap yang lagi-lagi hanya
melahirkan elegi
kau matahari yang mampu menerangi tanpa mampu
kumiliki
kau cahaya yang menguatkan asa tanpa bisa kuraba
juga kau adalah pembuktian bahwa cintamu hanyalah
jalan bukan tempat tujuan
ingkarmu adalah kehancuran

185
CATATANKU

tapi pergiku adalah awal kebangkitan


maafkan aku yang tak dapat lagi menepati janji itu sebab
untuk membuat hidup berjalan maju, aku harus
melupakanmu.

186
CATATANKU

TENTANG PENULIS

Andy Muhammad Sandika tapi lebih senang di


panggil Si Juple terlahir di Sumedang, tanggal 1
Desember 2002. Si Juple adalah anak pertama dari dua
bersaudara, Saat ini Si Juple tercatat sebagai siswa SMA
Negeri Cimanggung sebagai kelas 12 semester genap. Si
Juple sudah jatuh cinta kepada kegiatan tulis menulis
sejak ia SMP. Tapi baru terpikir untuk menerbitkan
tulisannya karena ada hal yang ingin ia abadikan pada
tulisannya, yaitu kisah kasih di penghujung masa SMA
yang sedang ia jalani. Novel yang berisi catatan harian Si
Juple ini adalah novel pertamanya.

187

Anda mungkin juga menyukai