y a n g t e r t i n g g a l
y a n g
Rasa t e r t i n g g a l
Rasa Yang Tertinggal
Penulis: Anelein Eva, bennisa DS, Dwi Hertyanto Santoso, Jake The Sun, Ledy
Nur Kharisma, Nawangwulan RA, Tris Surya, Tri Budi Astuti, Pande Novi, Iwan
Pramana
Penerbit:
PT Insan Mandiri Cendekia
Redaksi:
World Trade Centre 5, Level 3A
Jl. Jendral Sudirman Kav 29-31
Jakarta Selatan 12920
Telp : (021) 2598 5122
www.quickstart.co.id
www.quickstart-Indonesia.com
12
The Feeling
The 1st time we met, dia tolong aku di Airport,
sampai akhirnya aku bisa pulang dengan selamat. He
gave me his number, and I saved it.
The next time we met again, it was for a music
experience. I came home late.
“Bye. See you when I see you. Thanks for
tonight!” Aku berterima kasih dia sudah mengantarku
pulang. Dia tersenyum dan berkata “Bye. Take care. ”
Entah mengapa, sesaat aku merasa there was
still a lot to say, but…
“Hellooow, ini baru aja kenal lhooo!” Suara di
kepalaku tiba-tiba muncul.
“Well, I just hope to see him again next time.”
Aku berkata di dalam hati.
I think I made the right decision to get to know him
more and I won’t regret it.
*** 13
Time goes by. Kami semakin sering berkabar.
Setiap kali, sebelum dia datang ke kota tempat
tinggalku, dia akan menghubungiku dan kami sama-
sama menyiapkan waktu untuk bisa bertemu dan aku
selalu menikmati setiap kesempatan dimana aku bisa
bertemu dengannya. Even though we’ve only hanged
out at public places, when we were together, we were
in our own world.
I do like him a lot! Pembawaannya yang tenang
membuatku nyaman. Dia hanya berbicara seperlunya
saja dan aku suka saat-saat dimana hanya mata kami
yang berbicara. Whenever our eyes met, my heart
knows exactly that he cares!
I don’t know how to explain it, but the time
when I was with him, those moments are
unforgettable. At that time, he was my favorite person!
14 Amazing how we were just friends.
One day, I decided to tell him bahwa ada
seseorang yang mencoba mendekatiku, kedua orang
tua kami sudah saling mengenal, dan seseorang itu
bermaksud mengajak aku menikah. Aku ingin tahu
responnya, berharap dia akan cemburu dan mungkin
mengungkapkan perasaannya. Tetapi tidak ada respon
darinya.
Aku menguatkan hatiku, mencoba berpikir
positif. Still no response at all!
Dan waktu pun berlalu tanpa menghiraukan aku
dengan perasaanku.
I realized that I was not ‘special’ as I thought I
was to him. So many time I’ve tried to delete his
phone number, but the numbers keep playing around
in my head! The minutes later, his name was already in
my phone book. Again. 15
God, I hate this feeling!
***
“Hey, I’ve got mail from him.” I saw my inbox.
Aku mulai membaca, dan harapanku hilang ketika
membaca emailnya.
“Wah, congratulations! I am so happy for you!”
sampai disitu aku tidak sanggup membaca lagi, karena
sesuatu yang tiba-tiba mengalir deras dari mataku dan
lalu menutup penglihatanku.
I was so sad. Dia tidak cemburu sama sekali,
dia bahkan gembira aku akan menikah! NO WAY!
Aku terpaku di depan layar komputer. Aku
bingung. Aku marah. I thought, he cares about me!
Tapi mengapa rela jika aku harus menikah dengan
orang lain? Dan dia berharap suatu saat nanti aku
akan mengerti mengapa dia bersikap seperti itu. Wait.
16 What?
What am I doing here?
“I was a fool thinking that he wanted me too.
There is no point to read this email!” Aku berbicara
kepada diriku. Dan dengan segera aku memutuskan
untuk menghapus email itu tanpa benar-benar
membaca sampai selesai. My heart breaks.
.
Tiba-tiba suara di kepalaku berbicara: “Why
mad? I told you not to fall for him! You don’t really
know him yet!”
Well, the truth is, ever since our eyes first met, I knew
I’d fall for him.
”Ohh, c’moonn!” Suara di kepalaku protes.
Aku menangis tersedu-sedu. Rasanya aku
belum pernah merasakan hal yang menyesakkan
seperti itu sebelumnya. Aku bahkan tidak berani 17
menyimpulkan perasaan macam apa itu. Bahkan di
saat aku tau bahwa aku sudah bertepuk sebelah
tangan, aku tetap ingin bertemu dengannya. Is it
Love?
18
The Fact
“Hey, beneran kamu akan segera menikah?”
sahabatku bertanya setelah mendengar kabar aku
akan menikah. Lalu di melanjutkan bicara.
“Bukan hanya aku. Teman-teman yang lain pun
sama sekali tidak menyangka kamu akan menikah
secepat ini. Bagi kami, kamu adalah tipe wanita yang
tidak mungkin menikah di usia 25 tahun! Are you
serious?” dia terdengar sewot.
Aku tertawa tanpa berbicara apapun. Dia memang
sahabat baikku. Dan kami sangat dekat.
“Well, I think I am ready for a marriage life.”
Aku lalu bersuara. 19
Sahabatku kemudian berkata sambil menatapku
penuh harap “I really wish you luck and happy, dear!”
Dalam hati aku mengaminkan harapannya.
***
Malam sudah datang lagi. Dan Aku pun berdoa:
“Tuhanku, aku tidak tau apa yang akan terjadi di
depan, tetapi aku yakin Engkau selalu bersamaku dan
menuntunku menjalani hidup ini.
Aku percaya semua yang terbaik hanya dari
pada-Mu. Amin.”
Aku lalu tersenyum memandang wedding
dress yang belum pernah terlihat seindah itu
sebelumnya. Besok adalah hari pernikahanku, dan aku
harus cantik! Air mataku menetes lagi. Tetapi kali ini
adalah air mata pengharapan bahwa besok pasti lebih
baik. Pasti!
20 ***
The Lesson
Memang tidak mudah menjalani perasaan
yang bertahun-tahun tidak pernah hilang. But, feelings
are not facts. The fact is life must go on!
Semakin kita hanya mengikuti perasaan kita
tanpa berpikir panjang, semakin kita lari dari
kenyataan hidup yang ada. Kita lupa bahwa hidup ini
tidak melulu tentang kita dan perasaan kita.
Pray & Be Strong!
21
22
www.goodhousekeeping.com
Julia
Pada waktu itu.. dikalahkan aku oleh CINTA. Ya
C-I-N-T-A. Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Cinta
masa – masa muda. Dia cantik. Dia cahaya. Dia irama
– irama gitar. Aku terlena oleh dirinya.
.
Sekolah terasa sedikit membosankan. Pada
saat engkau lewat didepanku, ada rasa yang
memanggil kembali. Julia.. Julia.. Julia.. engkau cinta
pertamaku.
29
Do you know what the
music is saying?
Come follow me and you
will find the way.
30 Your mistakes can also
lead you to the Truth.
When you ask, the
answer will be given.
– Rumi
- Rose Kennedy
/wave">Wave
.com</a>
Selaksa Rasa Untuknya
Agustus 2020
Angin malam mencengkram tubuhku. Jarum
jam tepat menunjukkan angka satu dini hari. Seperti
biasa dengan malam – malamku sebelumnya, mata ini
belum bisa terpejam. Padahal raga ini telah lelah
seharian beraktivitas. Pikiran ini masih terbayang
82 padanya. Entah kenapa dua bulan belakangan ini, aku
selalu merasakan ini. Rasa yang tidak terdefinisikan
dalam hatiku.
Rasa yang sepertinya tertinggal, namun sangat
rindu ingin kurasakan kembali. Rasa yang selalu
mencengkram ragaku. Menusuk namun nyaris seperti
membelai diriku. Membelai hingga ingatanku kembali
pada kenangan indah itu. Kenangan empat belas
tahun yang lalu…
Februari 2006
Bulan Februari benar – benar menjadi Bulan
Cinta untukku. Bulan ini ada lelaki yang merupakan
kakak tingkat yang akhirnya “menembak” menyatakan
cinta padaku! Lelaki yang memang kudambakan bisa
menjadi Kekasih Hatiku.
Kak Ray begitu awalnya kupanggil, dengan
kegigihannya mampu meluluhkan hatiku dalam waktu
5 bulan PedeKate. Dia mampu membuat diriku merasa 83
menjadi perempuan yang paling dicintainya se-dunia.
Apa mungkin karena ini baru di awal pacaran kami,
entahlah. Tai Kucing Rasa Coklat, Hehehe. Namun aku
bahagiiiiiiaaaa…
Walaupun sebenarnya aku tau bahwa mungkin
saja dia tidak bisa menjadi Pasangan “Future”ku. Tapi
untuk saat ini dia mampu menjadi Pasangan
“Present”ku.
Artinya Pasangan Hidupku kelak sudah
dipersiapkan. Aku menyebutnya Pasangan “Future”
(dalam bahasa inggris artinya waktu pada masa
depan/akan datang). Kak Ray, otomatis hanya bisa
menjadi pasanganku saat ini saja alias tidak bisa
dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Namun hal ini tidak
aku sampaikan pada Kak Ray, biarkanlah aku jalani
dulu hari – hari indah bersamanya. Aku hanya ingin
84 merasa bahagia, bahagia dengan pilihan hatiku bukan
pilihan orangtuaku.
Agustus 2008
Bulan ini menjadi bulan momentum dalam hidupku,
karena aku akan diwisuda setelah menempuh
program diploma III. Bersyukur sekali aku hingga hari
ini masih menjalin cinta dengan Kak Ray, yang artinya
sudah hampir dua tahun kami berpacaran, mengenal
satu dengan yang lain.
Kak Ray selalu mampu membuatku jatuh cinta
dan jatuh cinta lagi. Kak Ray yang mampu
memperlakukanku secara istimewa, rasa di dalam
hatiku tak bisa dipungkiri sebenarnya sangat ingin
menjadi labuhan terakhir Kak Ray. Dadaku selalu terasa
hangat dan berdebar tiap kali Kak Ray bersikap
romantis terhadapku, dan itu konsisten dia lakukan
sejak awal kami berpacaran. Kak Ray yang bisa tiba–
tiba memberikanku hadiah kecil padahal tidak ada hari 85
istimewa. Kak Ray yang selalu bisa memberikanku
nasihat jika aku ada masalah. Kak Ray yang selalu bisa
membuat aku tersenyum saat bad mood. Aaahh.. I love
u so much Kak Ray!
Namun tiap kali aku teringat Pasangan “Future”
untukku, perutku seketika mules. Rasanya aku ingin lari
dari dunia ini, pergi bersama Kak Ray ke dunia yang
hanya ada kami berdua.
Aku ingin menolak tapi tidak bisa berbuat
banyak dan hal ini untuk sekarang sudah diketahui
oleh Kak Ray. Lalu Kak Ray bilang apa? Dia bilang
chayangku (panggilan manjanya untukku) yakin sama
kakak ya? Yang penting chayang yakin dulu untuk kita
bisa berjuang bersama, I love u my soulmate! Ouuhh
kalimat yang sukses meluluhlantakkan sanubariku.
Selalu dan selalu Kak Ray menyampaikan itu tiap kali
86 aku mengingatkan dan mengeluh tentang keadaanku
tentang pasangan “Future” itu.
Hari wisuda pun tiba, tak disangka dan tak
diduga ternyata orangtuaku datang bersama
pasangan “Future” ku itu. Oh God.. ini menjadi
masalah karena Kak Ray juga memaksa untuk hadir ke
acara wisudaku. Selama acara wisuda aku selalu jaga
jarak dengannya dan mengatakan pada orangtuaku
bahwa dia adalah kakak tingkatku yang telah lulus.
Namun naluri orangtua tak bisa dibohongi.
Sepertinya orangtuaku merasa bahwa Kak Ray adalah
orang yang bisa menggagalkan rencana pernikahan,
yang katanya bahagia, sudah disiapkan untukku.
Desember 2008
Bulan keduabelas yang membuatku merasa
mendapatkan sial ketigabelas. Akhir tahun yang
menjadi mimpi buruk untukku. Ya, bulan ini 87
orangtuaku akan melangsungkan acara pernikahan
yang katanya bisa membuatku bahagia serta demi
kelangsungan keturunan keluarga. Pernikahan yang
akhirnya aku disandingkan dengan Pasangan
“Future”ku, yang merupakan kakak sepupuku juga, Kak
Yuda. Adakah cinta saat ini? Belum! Atau Tidak?
Entahlah. Kalau bukan aku yang membuat orangtuaku
bahagia siapa lagi?
Lalu bagaimana dengan Kak Ray? Apakah aku
dan Kak Ray tidak berjuang? Jelas! Apalagi Kak Ray
yang sudah berulang kali sebenarnya mengajakku
untuk kawin lari. Namun aku selalu menolaknya,
dengan alasan orangtuaku.
Entah kenapa saat ini perasaanku menjadi
datar pada Kak Ray, aku seperti sudah tidak peduli
pada Kak Ray. Padahal aku tahu dari teman –
88 temannya bahwa Kak Ray sekarang jadi peminum,
sangat frustasi bahkan mungkin depresi dengan
keputusanku. Tapi aku terkesan tidak peduli.
September 2020
Satu bulan sudah berlalu sejak aku teringat kembali
kenangan indah empat belas tahun yang lalu bersama
Kak Ray. Kenangan yang bangkit dari rasa rinduku
yang membuncah kepadanya.
Rindu yang ternyata menyadarkanku bahwa
ternyata rasa ini masih untuknya. Kenapa baru
sekarang aku memikirkan bagaimana perasaan Kak
Ray saat itu? Bagaimana remuk redamnya dia,
depresinya dia akibat keputusanku menikah tidak
dengannya?
Rasa yang sangat kuat selalu menemani hampir
tiap malamku. Rasa yang sepertinya salah waktu untuk
hadir, di saat aku sudah berkeluarga dan memiliki dua 89
orang anak. Di saat Kak Ray yang aku tau saat ini
sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Namun
rasa ini tak bisa kutepis, aku sangat ingin minta maaf
padanya atas kejadian dua belas tahun itu. Sangat
ingin bertemu dan sebenarnya sangat ingin kembali
kurasakan euphoria perasaan perempuan yang dicintai
begitu dahsyat oleh lelaki yang sangat didambanya.
Pertemuan yang bukan merusak hubungan
dengan pasangan masing – masing, namun
pertemuan yang bisa menepis rasa yang tertinggal
ini…
Oktober 2020
Ibuku mengakui bahwa dua belas tahun silam
orangtuaku mencarikan “sesuatu” yang bersifat mistis
90 ke “orang pintar” untuk bisa memisahkan aku dan Kak
Ray. Sehingga saat itu aku menjadi tak peduli pada
Kak Ray, bahkan tidak ada rasa. Namun rasa ini baru
kurasakan lagi karena efek dari “sesuatu” tersebut
hilang setelah dua belas tahun. Setelah aku dan Kak
Ray memiliki kehidupan masing–masing. Akhirnya pun
di bulan ini aku berhasil menghubungi Kak Ray untuk
meminta maaf dan menyampaikan rasaku yang
tertinggal ini.
Walaupun awalnya aku agak kagok dan bingung
harus berbuat apa, namun rasa itu seperti menuntunku
untuk diutarakan. Biarkanlah rasa yang tertinggal
tersebut kami simpan dan tutup rapat dalam hati kami
masing – masing untuk menjadi rasa yang tiada. Kami
harus ikhlas dan sadar bahwa segala konsekuensi
kehidupan saat ini harus kami jalani sesuai dengan
keputusan yang kami ambil saat itu.
Namun satu hal yang aku tanamkan pada anak – 91
anakku bahwa mereka berhak bahagia dengan pilihan
hatinya masing–masing kelak dan aku tidak akan
memaksakan keinginanku demi kebahagiaanku di
masa depan. Sehingga tidak ada episode “Selaksa rasa
untuknya” yang lain lagi tercipta…
90