Anda di halaman 1dari 2

“IMPIAN YANG SEMPAT TERTUNDA”

Oleh : Nindi Nurantika

Kurasakan angin sore semakin kencang, kucoba kembali fokus pada lembar kerja
dihadapanku yang tak kunjung selesai, lalu aku beranjak dari lembar kerja dihadapanku
sambil membawa secangkir teh dengan aroma khas melati yang menenangkan, kupandangi
foto saat masa sekolah dulu terbingkai rapi di atas meja. "Uh, betapa bahagianya aku dulu.
Berawal dari perselisihan dan pertengkaran kedua orang tuaku hingga berujung
perceraian, membuatku harus berpindah sekolah dan tinggal bersama nenek di Bumi
Sriwijaya. Saat itu aku SMP kelas 2 di Bandung.
"Ayah, Ibu, Aku tak percaya dengan semua ini, Aku ingin tetap bersama kalian,
kataku sambil memeluk erat mereka untuk terakhir kalinya diiringi isak tangis yang tersedu-
sedu. Ibu berkata padaku bahwa kau akan lebih baik disana dan ibu yang akan mengurus
surat kepindahan sekolahmu, "Kata ibu, saat sesampainya aku disana ibu dan ayah tak
kunjung mengurusnya dengan berbagai alasan tidak bisa, entah apa yang terjadi pada orang
tuaku! Sejak saat itu aku tidak bisa menghubungi mereka, aku hanya bisa menitipkan salam
rindu pada semilir angin malam....
Waktu demi waktu kulalui amat berat rasanya ingin kuakhiri hidup dengan
keputusasaan, sekolah pun tidak dan jauh dari orang tua bahkan uang pun tak punya. Lantas
untuk apa aku disini, untuk siapa aku dilahirkan jika hanya disia-siakan, teriakku sambil
meneteskan air mata.
Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai menyesuaikan diri dengan keadaan,
aku coba untuk bangkit menjalani hidup agar tidak menyusahkan nenek.
Aku mulai berkerja walau dengan gaji yang sangat minim. Aku bersyukur akhirnya
aku merasakan susahnya mencari uang. tak ada hasrat untukku bersekolah lagi, aku sudah
putus asa! walau peluh menetes diterpa terik matahari dalam benakku hanyalah bekerja,
bekerja dan bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Aryudo seorang malaikat tak bersayap, dialah sosok yang mengembalikan semangat
dan memotivasi ku untuk bersekolah lagi. "tak ada yang tak mungkin didunia ini, jika kita
berusaha dan yakin terhadap mimpi kita, "kata Aryudo terbayang olehku saat masa SMP
jangankan juara 1 masuk sepuluh besar pun tak pernah saat ujian tiada hari tanpa remedial.
bisa dibilang aku ini orang bodoh yang tak terbantahkan lagi. Dipikiran ku saat itu hanyalah
bermain dan bermain hingga larut malam.
"Bumi saja selalu mengalami perubahan setiap harinya, lalu mengapa tidak
denganmu? Lakukan perubahan untuk jadi lebih baik, "kata Aryudo menasehatiku "namun
apa daya sudah berapa tahun aku tidak sekolah?" balasku ia hanya terdiam lalu pergi tanpa
kata. Diatas jembatan layang di stasiun kereta api, tiba-tiba saja mataku berkaca-
kaca melihat seorang gadis mengenakan seragam putih abu-abu, sedangkan diriku berpakaian
compang camping dan hampir terkoyak, air mataku tak terbendung lagi membasahi pipi, hati
dan jiwa merintih. " andai aku
bisa bersekolah lagi, aku kan belajar bersungguh-sungguh menjadi siswa yang baik dan
berpresentasi". Sejenak aku merenungkan apa yang diucapkan olehnya benar juga setidaknya
dengan bersekolah lagi aku bisa melanjutkan impianku yang sempat tertunda yaitu
mengenakan seragam putih abu-abu.
Keesokan harinya ia menghampiriku "tidak ada kata terlambat menuntut ilmu, dalam
menggapai cita-cita. "Kata Aryudo sambil membawa secarik kertas, yang berisi persyaratan
mengikuti ujian nasional SMP untuk anak yang sudah lama tak bersekolah. Program dari
pemerintah.
Langit kelabu berubah menjadi awan putih semua perubahan terjadi padaku,
akhirnya bisa mengikuti ujian nasional dan melanjutkan ke SMA, kini aku bersekolah di
salah satu SMA ternama di Bumi Sriwijaya. Enam bulan pun berlalu dengan cepat. Hari ini
pembagian raport. Jantungku berdegup kencang menanti hasil akhir, begitupun juga dengan
yang lain. Tibalah saat pengumuman juara kelas. "Juara pertama diraih oleh Aninndya ibu
Tenti mengumumkan,"Yeahh! sorakku sambil melompat kegirangan.
Oh... Tuhan, rasanya bak terbang keawan dengan kedua sayap menggelepar
dipunggung "Terima kasih Tuhan..."Ucapku dalam hati. "Aku percaya, Tak ada yang tak
mungkin jika kita mau berusaha orang bodoh tak selamanya bodoh, jika ia mau belajar pada
akhirnya kerja keras, dola dan impianku selama ini terwujud.
"Setelah hari itu aku tak pernah berjumpa lagi dengannya walaupun tinggal kenangan
bersamanya, padahal aku ingin sekali berterimakasih padanya dan menunjukkan hasil nilai
akhirku sebagai pembuktian bahwa aku bersungguh-sungguh belajar dan menjadi siswa yang
berprestasi, seperti yang diharapkannya.

Anda mungkin juga menyukai