Anda di halaman 1dari 3

Langit mulai gelap, aku duduk di depan jendela sembari memandang keluar di

temani secangkir teh hangat. Hujan sangat sangat deras di sertai angin yang
cukup kencang membuat suara goresan tinta di atas kertas ini tersamarkan. Aku
menorehkan serpihan kisah yang pernah ku temui. Saat dia pergi dari hidupku
untuk selamanya
Padahal dia sudah berjanji akan menungguku di sana di tempat yang kami
janjikan, di bawah pohon yang rimbun bak sebuah payung kami berjanji untuk
bertemu lagi saat kami sudah besar?, Tidak
.....dia bukan laki laki dia hanya seorang perempuan berusia 12 tahun yang
sudah mengingkari janjinya kepada sahabatnya
Ayana namanya saat itu kami berfikir kami bisa merencanakan kehidupan, ya
pikiran anak kecil yang masih belum mengerti arti kehidupan. Di sana Ayana
berkata bahwa dia akan pindah tempat tinggal setelah lulus dari sekolah dasar
dan aku juga mengatakan hal yang sama, aku juga berencana pindah Karna di
daerah kami tidak ada sekolah menengah pertama ataupun atas. Dia bilang dia
ingin menjadi seorang guru dan mendirikan sekolah menengah pertama dan
atas, ya aku juga bertekad untuk membantu memajukan daerah kami sebelum
kami berpisah untuk terakhir kalinya kami berjanji akan pergi bermain seharian
besok untuk terakhir kalinya, bodohnya aku yang tidak mengerti kata terakhir
kalinya yang dia ucapkan
Kami akhirnya bertemu hari itu, hari dimana aku terakhir bersamanya. Aku
yang mengira itu hari bahagaia kami membawa alas dan makanan kemudia
ayanan yang membawa minuman dan camilan kami berpiknik kecil di bawah
pohon itu, Ayana bertanya “jika nanti kita bisa bertemu lagi pasti akan sangat
menyenangkan? “ pertanyaanya yang terdengar aneh itu ku sambut dengan
senyuman canggung lalu aku menawarkan makanan yang ku bawa, dan kami
makan sambil bercerita membayangkan masa depan dimana kami akan
membangun sekolah dan menjadi sahabat di hari tua yang bahagia
Tapi saat dia berkata “ akan ku usahakan untuk janji kita jadi kamu juga
usahakan ya?” tanya nya sambil tersenyum kepadaku membuatku merasa aneh
kenapa dia bertanya seperti itu “ tentu saja harus di usahakankarna kita sahabat
selamanya” ucapku sambil mengajukan jari kelingking meminta tanda untuk
berjanji dan dia terlihat bingung lalu bertanya “ selamanya itu sampai kita
meninggal
kan?” tanyanya sambil menatap mataku, aku bingung tapi lalu aku mengangguk
dan janji kelingking
pun kapi lakukan di bawah pohon itu.
Rambutnya yang sedikit coklat dengan kulit putih halus itu masih terlukis jelas
di ingatan ku lalu saat aku sudah menyelesaikan pendidikan sampai
mendapatkan gelar sarjana untuk mewujudkan impian kecil kami. Namun saat
aku datang dan menunggunya di bawah pohon itu dia tidak datang dan selama 2
bulan aku melakukannya, aku menunggunya disana sambil membawa buah apel
kesukaannya dan pada akhirnya aku bertemu dengan seorang anak kecil dan dia
berkata “ kak ini surat dari kak ayana, dia memberikan ini sebulan sebelum dia
pergi ke rumah sakit kak” ucap anak kecil itu yang benar benar membuat ku
terkejut , rumah sakit untuk apa “ untuk apa dia ke rumah sakit? “ “ tidak tahu
kak, tapi kak ayana tidak pernah pulang lagi kak” ucapnya yang membuat kaki
ku menjadi lemas
Aku menganggukkan kepalaku memberi tanda bahwa dia sudah boleh pulang
dan bermain dengan temannya lalu anak kecil itu pulang meninggalkan ku
dengan rasa terkejut yang sangat besar. Aku membuka surat itu dan
membacanya
*temanku Tiana, maaf jika saat kau membaca surat ini aku sudah pergi untuk
selamanya, aku mengingkari janji kita aku tidak bisa bertahan sampai hari
dimana kamu menyelesaikan pendidikanmu, aku sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk bertahan tapi maafkan aku aku gagal, aku gagal
mempertahankan denyutan nadi ku dan menepati janji kita. Aku mohon jangan
benci aku Karna aku tidak menepati janji kita , maaf jika aku menjadi egois dan
pergi untuk selamanya, tapi setidaknya aku menepati janjiku untuk menjadi
sahabat sampai aku meninggalkan dunia dan satu hal lagi aku menyayangimu
Tiana
Tertanda
Sahabat kecilmu Ayana*
Mata ku terbelalak membacanya dan buah apel di tanganku jatuh
menggelinding entah kemana aku menangis sambil meremas surat di tangan ku,
aku terduduk didepan pohon itu sambil menangis meremas surat itu di depan
tangan ku aku menangis sejadi jadinya sampai aku tidak sadar bahwa hari
mulai gelap dan hujan pun turun dengan sangat deras seolah ikut menangis
bersamaku.
Ya hari itu adalah hari ini di mana aku menemukan bahwa sahabatku sudah
menepati janjinya untuk menjadi sahabat selamanya.......

Anda mungkin juga menyukai