Anda di halaman 1dari 5

c 


   c   c
 c 

 c  c


 c 
December 31, 2006 · Filed Under Suara Hati by Motivator Motivasi

Seorang pejabat keluar dari sebuah hotel mewah. Ia baru saja menyelenggarakan seminar
dan malam amal untuk mencari dana bagi anak-anak miskin yang berkeliaran di jalan. Ketika
akan masuk ke mobil mewahnya, seorang anak jalanan mendekatinya dan merengek, ´Pak, minta
uang sekadarnya. Sudah dua hari saya tidak makan.´ Pejabat itu terkejut dan melompat menjauhi
anak itu. ´Dasar anak keparat yang tak tahu diri!´ teriaknya. ´Tak tahukah kamu bahwa
sepanjang hari saya sudah bekerja sangat keras untukmu?

Pembaca yang budiman, kalau Anda ingin melakukan renungan di penghujung tahun ini, saya
anjurkan Anda untuk merenungkan satu hal saja: ´Seberapa besar tingkat kepedulian Anda
kepada sesama?´ Dari skala 1 (sangat buruk) sampai dengan 5 (sangat baik), dimanakah posisi
Anda? Jawabannya tak perlu Anda kemukakan, tapi cukup disimpan untuk diri Anda sendiri.

Mengapa saya menganjurkan Anda melakukan hal ini? Ini tak lain untuk kepentingan diri Anda
sendiri. Selama Anda masih berkutat dengan diri sendiri, selama itu pula jiwa Anda tak akan
pernah tumbuh. Kita hanya akan mengalami transformasi yang luar biasa begitu kita mulai
memikirkan orang lain. Seorang pengarang, Joseph Campbell, mengatakan, ´Pada saat kita
berhenti berpikir tentang diri kita sendiri, kita sebenarnya tengah mengalami perubahan hati
nurani yang sungguh heroik.´

Hal ini mudah diucapkan tetapi amat sulit dilakukan. Para politisi kita amat royal melontarkan
kata-kata ´demi kepentingan rakyat.´ Seorang pejabat yang mengaku paling dekat dengan wong
cilik kenyataannya malah menyakiti hati rakyat dengan tanpa malu-malu menghadiahkan dirinya
sendiri rumah senilai 20 miliar. Para politisi lain juga tanpa malu -malu berlomba-lomba
meluncurkan buku biografi politik yang dipenuhi kata-kata ´demi kepentingan rakyat.´ Buku-
buku biografi semacam ini sebenarnya merupakan ´pelecehan intelektual´ belaka.
Kenyataannya, amat sulit bagi kita menemukan kontribusi mereka bagi orang banyak.

Memikirkan orang lain memang sangat sulit dilakukan, apalagi di zaman sekarang. Setiap hari
kita disibukkan dengan pekerjaan yang tak habis-habisnya. Namun sekadar memperhatikan diri
Anda sendiri akan menghasilkan kesulitan yang cukup serius dalam jangka panjang. Anda akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan spiritual Anda. Banyak orang yang beranggapan
bahwa hal ini adalah kewajiban. Mereka salah besar! Memperhatikan orang lain adalah
kebutuhan Anda untuk menikmati hidup yang penuh makna. Memperhatikan orang lain adalah
cara terbaik untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang sejati.

Seorang filsuf terkemuka pernah mengatakan, ´Manusia dilahirkan dalam kondisi telanjang, dan
ketika meninggal ia dibungkus kain kafan. Apakah hanya itu keuntungan yang ia dapatkan
sepanjang hidupnya?´ Sayangnya dunia kita sekarang telah begitu materialistisnya, sehingga
banyak orang beranggapan bahwa perhatian tersebut bisa digantikan dengan uang. Padahal
walaupun uang memang penting, ia tak akan pernah dapat menggantikan perhatian, pengertian,
kehadiran dan kasih sayang.

Betapa banyak contoh yang bisa kita ambil dari kehidupan kita sehari-hari. Banyak anak yang
tumbuh tanpa perhatian yang semestinya dari orang tua mereka. Banyak orang tua yang berdalih
bahwa quality time jauh lebih penting ketimbang quantity time. Padahal, kasih sayang dan
pengertian hanya akan terbina melalui proses yang perlahan-lahan dan membutuhkan banyak
waktu. Betapa banyak para profesional yang cukup puas dengan memberikan sejumlah uang
kepada orang tua mereka tanpa pernah mau tahu mengenai keadaan mereka yang sesungguhnya.
Orang-orang seperti ini telah salah kaprah dalam memahami hidup seolah-olah segala sesuatunya
bisa dibeli dengan uang.

Kahlil Gibran pernah mengatakan, ´Bila engkau memberi dari hartamu, tiada banyaklah
pemberian itu. Bila engkau memberi dari dirimu itulah pemberian yang penuh arti.´ Memberi
tidak harus bernuansa materi. Bahkan memberikan perhatian sebenarnya jauh lebih berarti
ketimbang memberikan materi yang sifatnya amat terbatas.

Cara menunjukkan kepedulian kita adalah dengan mendengarkan. Seorang anak pernah
mengungkapkannya dengan sangat baik, ´Di masa pertumbuhanku, ayahku selalu menghentikan
apa yang sedang dia kerjakan dan mendengarkanku saat aku begitu bersemangat menceritakan
apa yang telah aku alami seharian.´ Mendengarkan dengan benar adalah melupakan diri sendiri
dan memberikan perhatian lahir dan batin yang tulus. Dengan mendengarkan kita dapat
menangkap bukan hanya apa yang dikatakan tetapi juga apa yang dirasakan.

Mendengarkan amat penting untuk bisa memberikan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan orang
lain, bahkan sekalipun mereka tidak mengatakannya. Kahlil Gibran pernah mengatakan, ´Adalah
baik untuk memberi ketika diminta, tapi jauh lebih baik lagi jika memberi tanpa harus diminta.´

Sumber: Sebuah Renungan Akhir Tahun oleh Arvan Pradiansyah,


direktur pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM) dan pengarang buku Life
is Beautiful


   `
h  
   (Francois De Montcorbier Villon)

Dapatkah kita mengenali sesuatu tanpa mengenali diri sendiri lebih dahulu? Dapatkah kita
mengejar sesuatu tanpa mengetahui kemampuan kita sendiri? Mengapa kita senang menyusun
rencana yang besar di hari depan tapi tidak menyelesaikan persoalan-persoalan di hari ini? Atau
mengapa kita hanya meributkan tetek bengek sekarang tetapi melupakan tujuan di hari nanti?
Mengapa kita senang melihat dan membicarakan kuman di seberang lautan tetapi enggan dan
buta terhadap gajah di pelupuk mata sendiri? Untuk apakah kita merisaukan hal yang belum
tentu terjadi? Mengapakah kita mesti khawatir akan kehidupan masa sekarang? Untuk apakah
segala keributan-keributan itu? Untuk apakah kita hidup? Siapakah diri kita sesungguhnya? Dan
apa yang sesungguhnya kita ingini dalam hidup ini? Apakah artinya segala hasrat, ambisi dan
nafsu kita jika hidup yang damai kita angankan tidak tercapai?

Barangkali sekaranglah saatnya kita meninjau diri sendiri. Menerobos masuk ke lubuk sanubari
sendiri. Menjelajahi pedalaman pemikiran kita. Kita kumpulkan segala keping kenangan atas
hari-hari yang telah kita lewati, menatanya dan mencoba untuk memahami lukisan pengalaman
itu. Serta dari cermin diri masa lalu itu kita memulai kembali memperbaharui hidup kita.
Langkah demi langkah. Kita mesti menjadi lilin dan menyala menerangi kegelapan dunia.

³Bagaimana aku bisa menjadi lilin sedang untuk menyala saja tak sanggup?´Demikian tulis
sebuah SMS yang kuterima. Saya pikir bukannya kita tidak sanggup untuk menyala tetapi kita
sudah enggan untuk menyala. Janganlah menangis untuk perbuatan orang lain karena mungkin
orang itu malah menertawai kita dengan rasa senang tetapi menangislah karena kebodohan kita.
Dalam hidup tidak semestinya kita selalu mengalah demi rasa aman. Bagaimanapun kebenaran
mesti juga ditegakkan walau untuk itu kita harus bertarung. Dan jika memang kita harus
melawan, berjuanglah dengan jujur. Dengan demikian, kalah atau menang bukanlah masalah.
Yang penting kita telah berupaya.

Hidup akan berlanjut terus. 


 
   . Apapun yang terjadi. Maka untuk apakah
segala kepalsuan dan kepura-puraan yang kita jalani hanya agar hidup nampak baik? Nampak
aman? Bukankah semuanya hanya membuat kita menjadi tertekan, kacau serta membuat
penderitaan bertambah. Marilah kita semua bertanggung-jawab atas apa yang telah dan akan kita
lakukan dengan memperhatikan kemampuan kita sendiri. Mari, janganlah hidup dalam dunia
mimpi saja tetapi berjuanglah dalam dunia nyata. Hidup itu kenyataan yang berlangsung. Dan
angan-angan kita simpan sejenak untuk nanti diperguanakan saat kita perlu beristirahat dari
segala kekacauan dunia ini. Yang penting kita jujur terhadap diri sendiri. Jujur terhadap orang
lain. Jujur terhadap Tuhan. Itu saja.

SELAMAT TAHUN BARU 2009!

 
   
!"  "
`
Hanya dalam hitungan jam kita semua akan meninggalkan tahun 2009 dan memasuki tahun baru
2010. Semua orang (mungkin juga termasuk anda dan saya) sudah mempersiapkan segala
sesuatu untuk merayakan pergantian tahun ini, mulai dari pesta kembang api dan perayaan yang
meriah di tempat-tempat hiburan sampai yang paling sederhana dengan meniup terompet
bersama keluarga di rumah masing-masing. Bahkan ada sebagian orang yang telah
mempersiapkan liburan akhir tahun dari jauh-jauh hari sebelumnya, baik itu liburan di dalam
negeri maupun yang mau melancong ke negeri orang. Semua tempat hiburan dan hotel-hotel
berbintang sampai penginapan melati dipastikan akan kebanjiran pengunjung yang ingin
merayakan pergantian tahun. Bagitu juga dengan pesta yang diadakan mulai dari pesta kembang
api dan terompet yang berlimpah dengan jamuan serta hidangan yang serba mewah sampai pesta
³sex´ dan bertukar pasangan.

Memang tidak ada yang salah dengan berbagai macam tingkah polah orang dalam menyambut
dan merayakan pergantian tahun selam itu tidak mengganggu dan merugikan orang lain. Tetapi
ada baiknya kita merenung lagi, apakah memang harus dengan perayaan seperti yang selama ini
kita lakukan untuk menyambut tahun baru ? Karena hakekatnya menyambut pergantian tahun
adalah untuk introspeksi diri, melihat kembali apakah selama setahun ini kita telah melakukan
sesuatu yang berarti baik itu untuk diri sendiri maupun untuk orang banyak. Apakah kehidupan
kita sudah lebih baik dari tahun sebelumnya baik itu yang menyangkut kehidupan dunia maupun
akhirat. Karena dalam islam di jelaskan bahwa :

³hari ini lebih baik dari hari kemaren, itulah tanda orang yang beruntung´

³hari ini sama dengan hari kemaren, itulah tanda orang yang merugi´

³hari ini lebih jelek dari hari kemaren, itulah tanda orang yang celaka´

Termasuk dalam golongan yang manakah kita ?

Maka alangkah baiknya untuk menyambut tahun baru ini kita kembali merenung dan mawas diri
tentang apa yang telah kita lakukan dan perbuat selama setahun ini serta mempersiapkan segala
sesuatunya untuk berbuat yang lebih baik di tahun depan. Jangan sampai kita termasuk kedalam
golongan orang yang ³celaka´

http://filsafat.kompasiana.com/2010/12/04/renungan-akhir-tahun-2010-dan-1431-atau-1378/
Tanpa terasa, tahun 2010 sebulan lagi akan berakhir. Bahkan tahun 1431 H atau 1378 Paska
Wafat Nabi pun tinggal beberapa hari akan meninggalkan kita. Tahun berikutnya akan berganti.
Namun, apa makna semua itu bagi kita, saya wabil khusus.

Kata Baginda Nabi, µorang yang rugi adalah orang yang hari ini sama amal baiknya dengan hari
kemarin¶. Begitupun orang yang tahun ini amal baiknya sama dengan tahun kemarin adalah
orang rugi. Rasa-rasanya belum banyak kebaikan yang aku lakukan Ya Rabb, terutama
pengabdianku kepada-Mu ketimbang nikmat yang begitu besar yang telah kau berikan. Tidak
berbanding sama sekali. Kau begitu murah dan Maha Pemurah telah memberikan segala-galanya
kepadaku, dan juga kepada umat manusia, walau yang atheis dan kafir sekalipun kepada-Mu,
namun -aku malu sekali - masih jauh dan culas untuk mengabdi kepada-Mu, dan bahkan
pengabdian tersebut untuk kepentinganku. Bukan untuk-Mu. Mau surga penuh sesak ataupun
neraka kosong, bukan persoalan bagi-Mu, ataupun sebaliknya. Semuanya itu adalah
kepentinganku, dan manusia yang lain.

Ku mohon ampunan dan petunjuk-Mu senantiasa selalu berada di hatiku, hati kami, Ya Rabb.
Selamatkan jiwaku dan jiwa-jiwa orang yang mencintai-Mu dari segala syetan yang terkutuk,
baik dari bangsa jin maupun manusia yang gentayangan dimana-mana, baik di jalannan maupun
di jalan maya dan Kompasiana ini. Amien Ya Rabb.

salam merenung,

Anda mungkin juga menyukai