Anda di halaman 1dari 32

1

Pendidikan Hukum Karma


Menyelamatkan Hati Manusia

Disadur dari :
Ceramah Master Chin Kung
Berjudul :

因果教育挽救人心

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :


Sukacita Melafal Amituofo
www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.


2
Daftar isi
Pendidikan Hukum Karma Menyelamatkan Hati Manusia..............................04

I. Solusi permasalahan yang sedang dihadapi dunia masa kini......................04

II. Memahami Hukum Sebab Akibat..........................................................................08

II.1. Sebab dan Akibat memiliki waktu yang berbeda.........................................09


II.2.A. Sebab Akibat berhubungan dengan tiga masa kehidupan..................11
II.2.B. Berdasarkan waktu masaknya karma, buah akibat dapat dibagi atas
empat jenis...........................................................................................................................12
1. Karma yang langsung berbuah..............,................................................................12
2. Karma yang berbuah pada masa kelahiran mendatang................................13
3. Karma yang berbuah pada masa-masa kelahiran berikutnya....................13
4. Karma yang bersifat tidak tetap..............................................................................14

II.3. Benih sebab kecil, buah akibat besar.................................................................14

II.4. Kebajikan dan kejahatan tidak saling mengeliminasi................................23

II.5. Sebab Akibat tidak kosong (benih karma tidak rusak)...............................26

Daftar Pustaka.....................................................................................................................31

Gatha Pelimpahan Jasa....................................................................................................32

3
Pendidikan Hukum Karma Menyelamatkan Hati Manusia

Ajaran insan suci dan bijak jaman dulu dapat dikategorikan


sebagai pendidikan etika, pendidikan moral, pendidikan
Hukum Sebab Akibat, dan pendidikan insan suci dan bijak.
Terutama “Pendidikan Hukum Sebab Akibat”, terhadap
upaya meluruskan kembali hati manusia, mempunyai efek
yang besar, yang mendesak dibutuhkan oleh masyarakat
masa kini.

Maka itu mengapa Master Yin Guang sepanjang hayatnya,


mengerahkan segenap daya upaya guna menggalakkan
pendidikan Hukum Sebab Akibat, sungguh beralasan.

Serupa dengan tokoh terkenal pada permulaan masa


pemerintahan Dinasti Qing, yakni Tuan Zhou An-shi, yang
mengatakan : “Bila setiap insan yakin pada Sebab Akibat,
maka dunia akan harmonis; sebaliknya bila setiap insan
tidak yakin pada Sebab Akibat, maka dunia akan diliputi
kekacauan”.

Ucapan ini telah menunjukkan dengan jelas solusi dari akar


permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia sekarang ini!

I. Solusi permasalahan yang sedang dihadapi dunia masa


kini
Mengapa dunia sekarang ini bisa begitu kacau? Penyebab
utamanya adalah tidak yakin pada Hukum Sebab Akibat,
menganggap bahwa semua ini hanyalah kepercayaan kuno

4
dan takhayul belaka, makanya berani melakukan berbagai
karma buruk.

Demi memenuhi nafsu keinginan dan mengutamakan


kepentingan diri sendiri, berani melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hati nurani, merugikan orang lain
demi menguntungkan diri sendiri. Oleh karena hati manusia
jadi jahat sehingga dunia pun diliputi kekacauan.

“Shu Jing (salah satu dari lima klasik Konfusius)”


menyebutkan bahwa “Pelaku kebajikan dianugerahkan
kesejahteraan; pelaku kejahatan ditimpa petaka”. Manusia
yang selalu berbuat kebajikan, Langit menganugerahkan
padanya pahala, sebaliknya manusia yang selalu melakukan
kejahatan, Langit menjatuhkan padanya beragam
malapetaka.

Juga menyebutkan bahwa bertindak menuruti Jalan


Kebenaran akan diliputi kesejahteraan, sebaliknya
bertindak melawan Jalan Kebenaran akan dipenuhi bahaya,
serupa dengan bayangan yang mengikuti raganya, gema
yang mengikuti pantulan suara, takkan meleset sama sekali.

“Risalah Balasan dan Ganjaran Setimpal” atau “Tai-shang-


Gan-ying-Pian” menyebutkan bahwa : “Petaka dan berkah
tidak ditetapkan oleh siapapun, namun berasal dari
perbuatan manusia sendiri; balasan dan ganjaran atas
perbuatan baik dan jahat, ibarat bayangan yang mengikuti
tubuhnya”.

5
Petaka dan berkah manusia sesungguhnya bukanlah
ditentukan oleh siapapun, semua ini berasal dari perbuatan
sendiri. Begitu anda membangkitkan niat pikiran benar,
ucapan benar dan tindakan benar, maka akan mengundang
pahala; sebaliknya bila anda membangkitkan niat pikiran
buruk, ucapan buruk dan tindakan buruk, maka akan
mengundang balasan yang tidak menyenangkan.

Balasan atas perbuatan baik dan buruk adalah bagaikan


bayangan yang mengikuti tubuhnya, sampai ke mana pun
manusia melangkahkan kakinya, bayangan akan terus
mengikutinya, selamanya takkan berpisah! Balasan karma
senantiasa mengikuti dirimu, anda takkan mempunyai
tempat untuk melarikan diri. Jika tidak sudi menerima
balasan karma maka janganlah melakukannya.

“Karma baik membuahkan balasan baik, karma buruk


membuahkan balasan buruk”, ini merupakan pendidikan
Hukum Sebab Akibat yang umumnya diterima oleh
masyarakat Tiongkok sejak dahulu kala. Orang jaman dulu
yakin pada Hukum Sebab Akibat, mengetahui bahwa
melakukan perbuatan jahat balasannya akan sungguh tidak
menyenangkan, maka itu sebagian besar orang takkan
berani melakukan perbuatan yang menentang hati nurani.

Contohnya pelaku bisnis yang memproduksi makanan,


pasti akan menjamin kebersihan dan keamanan produknya,
sehingga konsumen dapat mengkonsumsinya dengan hati
yang tenang, takkan merusak kesehatan. Ini bukan hanya
meningkatkan mutu kepercayaan masyarakat terhadap
pelaku bisnis, namun juga tidak merasa bersalah pada hati
6
nurani sendiri, takkan berani melanggar Hukum Sebab
Akibat.

Namun sayangnya selama satu abad terakhir ini,


Pendidikan Hukum Karma dan warisan budaya leluhur
Tiongkok sudah diabaikan, mereka yang lebih
mengutamakan keuntungan diri sendiri, makanan yang
dikonsumsi keluarganya sendiri harus terjaga mutunya,
sementara yang dijual kepada konsumen malah tidak
dihiraukan kualitasnya. Asalkan bisa menghasilkan profit,
apa saja berani dijualnya, sama sekali tak peduli pada
kesehatan dan keselamatan jiwa orang lain, sungguh
merupakan “Menipu harta dan mencelakai nyawa orang
lain”! Dia menjual barang padamu, mengambil keuntungan
uang darimu, lalu masih mencelakai nyawamu, lihatlah
betapa tega dan menyeramkan!

Ini menciptakan karma buruk yang sangat berat. Semua


orang bertindak merugikan orang lain demi
menguntungkan diri sendiri, saling mencelakai, kondisi
masyarakat berubah jadi sungguh mengkhawatirkan!

Kasus produk makanan hanyalah salah satu contoh dari


perbuatan orang masa kini yang tidak yakin pada Hukum
Karma. Oleh karena tidak yakin pada Hukum Karma
sehingga menciptakan berbagai karma buruk, salah satu
yang paling mengerikan adalah media, yang menyebarkan
informasi yang berisi konten negatif berupa asusila,
kekerasan dan lain sebagainya, sehingga baik anak kecil
maupun orang dewasa juga diajari jadi jahat.

7
Orang masa kini terhanyut dalam berselancar di dunia
maya, tenggelam dalam permainan elektronik, terbenam
dalam telepon genggam, bukan hanya membawa kerugian
pada diri sendiri, bahkan keluarga dan pekerjaan juga ikut
terkena imbasnya, sampai-sampai ada yang begitu ceroboh
membawa senjata dan membunuh secara membabi buta!

Semua ini bersumber dari pihak-pihak yang tidak


bertanggungjawab yang menciptakan website yang berisi
konten negatif, game dan menyebarkan informasi di ponsel.
Demi meraup keuntungan bagi diri sendiri, tidak
menghiraukan etika moral dalam kehidupan bermasyarakat,
tidak memikirkan akibat yang akan ditimbulkan kelak di
kemudian hari.

Pada akhirnya buah akibatnya akan kembali pada si pelaku,


berdampak pada keluarga, karir dan sebagainya, akibat
yang bakal diderita tiada habis-habisnya! Bahkan
kesengsaraan yang dialami adalah berlipat ganda beratnya!
Sekarang mereka tidak percaya, kelak ketika menjalani
siksaan barulah menyesal kemudian terlambat sudah!

II. Memahami Hukum Sebab Akibat


Bagaimana caranya supaya dapat menyelamatkan para
pelaku kejahatan agar kembali ke jalan yang benar, supaya
masyarakat kembali tenteram? Cara yang paling efektif tak
lain adalah menggalakkan Pendidikan Hukum Karma,
untuk itu mesti memahami terlebih dulu dasar-dasar dari
Hukum Sebab Akibat :
8
II.1. Sebab dan Akibat memiliki waktu yang berbeda, dari
sebab hingga menjadi akibat membutuhkan satu kurun
waktu : hal ini dapat dilihat dari proses menanam padi,
kemarin menabur benih padi, memerlukan waktu beberapa
bulan barulah bisa panen, jadi tidak mungkin hanya dalam
waktu beberapa hari saja sudah bisa memetik hasilnya.

Sama halnya pula, bila sekarang anda melakukan kebajikan,


tidak bisa langsung berbuah, butuh satu kurun waktu,
barulah benih yang ditabur dapat berbuah. Andaikata anda
sekarang melakukan kebajikan dan langsung berbuah, itu
bukanlah buah akibat perbuatan baik yang anda lakukan
sekarang, tetapi merupakan buah akibat dari perbuatan baik
anda pada masa kehidupan lampau dan memperoleh
bantuan karma baik yang dilakukan sekarang, sehingga
menghasilkan buah akibat yang baik. Karma baik masa
kehidupan lampau adalah “benih sebab”, karma baik yang
dilakukan sekarang adalah “faktor pendukung”, pahala
yang diterima sekarang adalah “buah akibat” dari perbuatan
baik di masa kehidupan lampau.

Sebaliknya, andaikata anda sekarang melakukan kebajikan,


bukannya mendapatkan balasan baik, malah ditimpa petaka,
ini bukan berarti perbuatan baik anda tidak ada pahalanya,
tetapi karma buruk yang anda lakukan pada masa
kehidupan lampau sekarang sudah masak, sehingga terlebih
dulu menghasilkan balasan yang buruk.

Ditinjau dari karma buruk yang anda lakukan pada masa


kehidupan lampau, karma baik yang anda lakukan sekarang
9
adalah faktor penghambat, meskipun kekuatan karma baik
ini tidak sanggup menghentikan masaknya karma buruk,
namun pasti dapat melemahkan kekuatan karma buruk
tersebut, maka itu balasan karma buruk-mu jadi lebih
ringan.

Kalau bukan karena karma baik yang anda lakukan


sekarang, maka balasan karma buruk-mu akan lebih berat!
Inilah hubungan yang rumit antara benih sebab, faktor
pendukung dan buah akibat.

Banyak orang tidak yakin pada Sebab Akibat, dikarenakan


tidak memahami Hukum Karma. Terutama ketika melihat
pelaku kejahatan tidak mendapatkan balasan, bisa bebas
dari jeratan hukum, bertindak semena-mena; sebaliknya
pelaku kebajikan malah tidak mendapatkan balasan baik,
masih tetap miskin, sengsara, ditindas, sehingga
menganggap perbuatan jahat tidak mendapatkan balasan
buruk, melakukan perbuatan baik tidak membuahkan
balasan baik. Jadi siapa lagi yang mau begitu bodoh
melakukan kebajikan?

Kenyataannya dalam masyarakat sekarang, umumnya


orang menganggap egois itu adalah hal yang lumrah,
pelaku kebajikan dianggap sebagai orang tolol. Ini
dikarenakan mereka hanya melihat apa yang berlaku di
depan mata saja, tidak memahami kebenaran bahwa
“Bukan tidak ada balasannya, hanya saja waktunya belum
tiba”.

10
Orang ini pada masa kehidupan lampaunya menimbun
pahala besar, pada satu masa kelahiran sekarang ini,
meskipun karma buruk yang diperbuatnya begitu banyak,
tetapi apa yang dinikmatinya sekarang ini adalah berasal
dari pahala yang ditimbunnya pada masa kehidupan lampau,
belum habis dinikmati, sehingga melanjutkan menikmati
sisa pahala tersebut.

Setelah 10 atau 20 tahun berlalu, menanti hingga pahalanya


habis dinikmati, balasan karma buruk yang mengerikan
segera muncul. Maka itu Hukum Sebab Akibat takkan silap.

II.2.A. Sebab Akibat berhubungan dengan tiga masa


kehidupan : tiga masa kehidupan adalah masa kehidupan
lampau, masa kehidupan sekarang dan masa kehidupan
yang akan datang. Ilmuwan modern berangsur-angsur
mulai membuktikan bahwa manusia mengalami siklus lahir
dan mati.

Masa kehidupan lampau dan masa kelahiran sekarang, erat


hubungannya dengan Sebab Akibat, serupa dengan yang
dikatakan sebagai “Bila ingin mengetahui perbuatan yang
dilakukan pada masa kehidupan lampau, lihatlah apa yang
dialami pada masa kelahiran sekarang”.

Jika anda ingin mengetahui perbuatan apa yang anda


lakukan pada masa kehidupan lampau, lihatlah balasan apa
yang anda terima pada satu masa kelahiran sekarang ini.
Sebab dan Akibat adalah saling terjalin, pada satu masa
kelahiran sekarang ini, apabila kehidupan anda miskin dan
11
sakit-sakitan, maka dapat dilihat pada masa kelahiran
lampau, anda pasti menciptakan karma buruk yakni kikir
dan suka membunuh.

Sama halnya pula, pada masa kelahiran sekarang dan yang


akan datang, juga memiliki kaitan Sebab Akibat, seperti
yang dikatakan sebagai “Bila ingin mengetahui buah akibat
yang diterima pada masa kehidupan mendatang, lihatlah
apa yang diperbuat pada masa kehidupan sekarang”.

Jika anda ingin mengetahui balasan apa yang diterima


dirimu pada masa kelahiran mendatang, maka hanya
dengan melihat perbuatan apa yang anda lakukan pada satu
masa kehidupan sekarang ini.

Apabila pada satu masa kehidupan ini, anda melakukan


Amisa Dana (dengan harta benda membantu orang lain),
Dharma Dana (mewariskan ilmu dan ketrampilan diri
sendiri kepada orang lain), Abhaya Dana (membantu orang
lain sehingga terbebas dari panyakit, kecemasan, ketakutan
dan sebagainya), maka pada masa kelahiran mendatang,
anda akan memperoleh buah akibat berupa kekayaan,
kecerdasan dan kebijaksanaan, kesehatan dan panjang umur.

II.2.B. Berdasarkan waktu masaknya karma, buah akibat


dapat dibagi atas empat jenis :

1. Karma yang langsung berbuah : pada masa kelahiran


sekarang menciptakan karma, pada masa kelahiran
12
sekarang pula menerima balasannya. Karma baik atau
buruk yang diperbuat itu berat, atau yang sering diperbuat,
maka mungkin pada masa kelahiran sekarang menghasilkan
buah akibat.

Maka itu peruntungan atau nasib manusia, dapat


mengandalkan ketekunan diri sendiri untuk mengubahnya,
di dalam “Empat Ajaran Liao-fan” banyak diungkapkan
perumpamaan sedemikian rupa.

Orang yang semula miskin dan berusia pendek, setelah


menciptakan karma baik yang besar, kemudian berubah
jadi kaya dan panjang umur; yang semula kaya dan panjang
umur, oleh karena menciptakan karma buruk yang berat,
kemudian berubah jadi miskin dan berusia pendek.

Kita harus mengetahui, karma yang langsung berbuah


merupakan “balasan kembang”, ibarat sebelum berbuah,
terlebih dulu bunga akan bersemi, balasan yang
sesungguhnya adalah di masa kehidupan mendatang,
balasan yang akan diterima lebih berat lagi daripada
balasan kembang ini.

2. Karma yang berbuah pada masa kelahiran mendatang :


pada masa kelahiran sekarang menciptakan karma, pada
masa kelahiran mendatang menerima akibatnya. Ini
merupakan fenomena yang paling umum.

3. Karma yang berbuah pada masa-masa kelahiran


berikutnya : pada beberapa periode kelahiran berikutnya
menerima balasan. Pada masa kehidupan sekarang
13
menciptakan karma, tetapi tidak langsung berbuah, pada
masa kelahiran yang kedua juga masih belum menerima
balasan, menunggu hingga masa kelahiran ketiga atau
keempat, bahkan sampai melewati waktu yang lama sekali,
barulah karmanya berbuah.

4. Karma yang bersifat tidak tetap : Pada masa kelahiran


sekarang menciptakan karma, tidak tahu akan berbuah pada
masa kehidupan yang mana, harus melihat bertemu dengan
faktor pendukung (jodoh) yang bagaimana barulah dapat
ditetapkan. Apabila pada masa kehidupan sekarang, faktor
pendukungnya sudah mencukupi, maka pada masa
kehidupan sekarang juga menerima balasannya; apabila
pada masa kehidupan berikutnya faktor pendukungnya
barulah lengkap, maka pada masa kehidupan berikutnya
barulah menerima balasan.

II.3. Benih sebab kecil, buah akibat besar : benih sebab


yang kecil dapat menciptakan buah akibat yang sangat
besar. Ini ibarat dengan sebutir biji semangka yang kecil
ditanam ke dalam tanah, kelak akan menghasilkan buah
semangka yang sangat banyak, di dalam buah semangka
terdapat pula biji-biji semangka. Karena itu apa yang
dikatakan sebagai “Mengikhlaskan satu memperoleh
balasan puluhan ribu”, sungguh nyata adanya.

Mengenai poin ini, di dalam sutra Buddha tercantum


sebuah kisah untuk menjelaskannya. Ketika Buddha
Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, ada seorang
Brahmana, di rumahnya ada seorang pelayan wanita tua,

14
suatu hari pelayan tua ini hendak membuang makanan yang
sudah basi, kemudian berjalan ke luar rumah.

Sampai di luar rumah, dia melihat penampilan Sang


Buddha yang penuh wibawa, seketika itu juga timbul
perasaan hormat dari lubuk hatinya. Dia sangat ingin
memberi persembahan kepada Sang Buddha, namun di
tangannya cuma ada makanan basi yang hendak dibuang,
mana boleh dipersembahkan kepada Sang Buddha yang
penuh kemuliaan?

Saat dia kebingungan tidak tahu harus bagaimana, Buddha


Sakyamuni tersenyum memancarkan cahaya cemerlang,
dengan penuh suka cita menggunakan patraNya menadah
makanan basi yang ada di tangan pelayan tua itu, lalu
berpaling dan berkata pada Y.A.Ananda : “Nyonya tua ini
membangkitkan ketulusan hati sepenuhnya. Oleh karena
jasa kebajikan dari ketulusannya memberi persembahan
kepada Buddha, kelak selama kurun waktu 15 kalpa
lamanya, dia terlahir di Alam Surga menikmati kesenangan.
15 kalpa kemudian dia akan terlahir di Alam Manusia,
memiliki jalinan jodoh untuk meninggalkan keduniawian
dan melatih diri”.

Saat itu majikan pelayan tua yakni Brahmana kebetulan


keluar dari rumahnya, mendengar ucapan Buddha
Sakyamuni, merasa sungguh tak terbayangkan!

Sang Buddha bertanya pada Brahmana ini : “Apakah anda


pernah bertemu dengan peristiwa yang tak terbayangkan?”

15
Brahmana menjawab : “Ada, yakni suatu kali rombongan
kami yang terdiri dari 500 kereta kuda hendak pergi
bertamasya, oleh karena cuaca waktu itu panas dan gerah,
sehingga berhenti dan berteduh di bawah sebatang pohon
yang besar. Pohon ini dapat menutupi 500 kereta kuda,
bahkan masih ada sisa tempat teduh lainnya. Batang pohon
besarnya sungguh tak terbayangkan!”

Buddha Sakyamuni bertanya lagi : “Tahukah anda


berapa besar bibit pohon besar tersebut?”

Brahmana menjawab : “Serupa dengan biji Sesawi


sedemikian kecilnya”.

Sang Buddha berkata : “Betul! Inilah kebenaran bahwa


benih sebab kecil menghasilkan buah akibat yang besar”.

Nyonya tua itu memberi persembahan kepada Sang Buddha,


walaupun benih sebabnya sangat kecil, namun buah akibat
yang diperoleh malah sedemikian besarnya!

Benih sebab kecil menghasilkan buah akibat besar adalah


dikarenakan kecepatan niat pikiran terlampau cepat.
Bodhisattva Maitreya mengatakan bahwa dalam kurun
waktu satu petikan jari ada 320 triliun butir niat pikiran.
Satu detik dapat memetik jari sebanyak 7 kali, 320 triliun
dikalikan 7, dapat menghasilkan 2240 triliun butir bentuk
pikiran. Dalam kurun waktu sedetik saja bisa bermunculan
2240 triliun butir niat pikiran, setiap niat pikiran tersebut
adalah berdiri sendiri.

16
Kecepatan niat pikiran ini sedemikian cepatnya, maka itu
dalam kurun waktu yang singkat telah menanam benih
karma yang begitu banyak, kelak buah akibat yang diterima
juga akan berlangsung hingga waktu yang lama sekali.

Di dalam sutra tercantum sebuah kisah tentang Sebab


Akibat yang menimpa diri Y.A.Maha-maudgalyayana.
Pada masa-masa kehidupan lampaunya, Y.A.Maha-
maudgalyayana pernah terlahir sebagai seorang putra yang
berniat membunuh ayahbundanya. Waktu itu,
ayahbundanya menderita kebutaan pada sepasang mata,
istrinya tidak sudi menjaga dan merawat kedua mertua
yang kehilangan penglihatan, lalu mencari akal supaya
suaminya membenci ayahbundanya, juga menfitnah kedua
lansia tersebut, sehingga hubungan ayahbunda dan anak
jadi retak, akhirnya hasutannya berhasil membangkitkan
niat si suami untuk menghabisi nyawa ayahbundanya.

Setelah menyusun rencana matang, suatu hari, dia


membawa ayahbundanya bepergian keluar, perjalanan
mereka harus melewati sebuah hutan. Di dalam hutan, dia
berpura-pura diserang kawanan bandit, lalu mengambil
pentungan yang telah dipersiapkan sebelumnya, dengan
begitu teganya memukuli ayahbundanya, bermaksud
memukuli kedua lansia hingga tewas.

Namun siapa yang menduga, ketika sedang memukuli


ayahbundanya, dia mendengar jeritan sepasang lansia
tersebut yang memanggil putranya jangan menghiraukan
keselamatan mereka dan segera kabur menyelamatkan diri
sendiri, jangan sampai dicelakai bandit. Si anak jadi begitu
17
terharu oleh kasih sayang ayahbunda, hati nuraninya
muncul, berlutut di hadapan ayahbunda dan mengakui
perbuatan durhakanya.

Oleh karena niat buruk berencana membunuh ayahbunda,


pada satu masa kehidupan tersebut, dia berumur pendek,
setelah meninggal dunia jatuh ke Neraka, menjalani siksaan
untuk jangka waktu yang begitu lama.

Setelah keluar dari Neraka, masih harus menjalani siksaan


di Alam Binatang dan seterusnya di Alam Setan Kelaparan.
Usai itu bertumimbal lahir ke Alam Manusia, selama 500
masa kehidupan, setiap satu masa kehidupan mengalami
mati mengenaskan akibat dipukuli hingga remuk tulangnya.

Sampai pada akhirnya, dia terlahir pada satu masa


kehidupan menjadi Maudgalyayana, juga tak terkecuali.
Meskipun dia mengikuti Buddha Sakyamuni,
meninggalkan keduniawian dan melatih diri, mencapai
tingkatan kesucian tertinggi Arahat, menjadi siswa utama
Sang Buddha yang terunggul dalam kemampuan gaib.

Tetapi ketika kekuatan karma masak, oleh karena kekuatan


karmanya yang sangat besar, sehingga dia tidak berdaya
memasuki samadhi, tidak sanggup memunculkan
kemampuan gaib, inilah yang disebut sebagai
“Kemampuan gaib tidak sanggup melampaui kekuatan
karma”. Akhirnya dia dipukuli oleh sekelompok pengikut
aliran luar, hingga tulang-tulang di sekujur tubuhnya remuk,
dia meninggal dunia dan memasuki Parinirvana.

18
Kisah ini menunjukkan dengan jelas fenomena benih sebab
yang kecil namun menghasilkan buah akibat yang besar.
Padahal niat membunuh ayahbunda cuma satu kali saja,
mengapa malah menghasilkan siksaan berat yang
berlangsung hingga begitu banyak masa kehidupan?

Alasannya adalah kecepatan niat pikiran itu terlampau


cepat, maka itu walaupun hanya satu kali saja menciptakan
karma buruk, benih sebab yang diciptakan juga sangat
banyak.

Andaikata pada masa kelahiran lampau, kurun waktu yang


digunakan untuk memukuli ayahbundanya selama setengah
jam, menurut teori yang dikemukakan oleh Bodhisattva
Maitreya, satu detik bisa menghasilkan 7 kali petikan jari,
satu detik menanam 2240 triliun butir niat pikiran
membunuh ayahbunda, menghasilkan karma buruk yang
begitu beratnya, kalau niat ini berkelanjutan hingga
setengah jam lamanya, maka 2240 triliun dikalikan 1800
(30 menit x 60 detik), maka jumlah karma buruk yang
diciptakannya sungguh merupakan angka yang
mencengangkan orang.

Karma buruk yang sangat berat ini bukan saja


mengakibatkan pada satu masa kehidupan tersebut, dia
menerima balasan karma yang langsung berbuah yakni
sakit-sakitan dan berusia pendek, yang juga disebut sebagai
“balasan kembang atau balasan bunga” (ibarat sebelum
berbuah, terlebih dulu bunga akan bersemi) , bahkan
mengakibatkan setelah meninggal dunia dia jatuh ke
Neraka menjalani siksaan yang begitu panjang waktunya,
19
juga mengakibatkan setelah keluar dari Neraka, beralih
menjalani siksaan di Alam Binatang, lalu beralih lagi ke
Alam Setan Kelaparan menjalani sisa balasannya,
kemudian bertumimbal lahir di Alam Manusia, selama 500
masa kehidupan, tewas dipukuli hingga tulang-tulangnya
remuk, yang juga merupakan sisa-sisa balasan atas karma
buruk (memukuli ayahbunda) yang dilakukan pada masa
kelahiran lampau.

Di sini kita dapat melihat bahwa karma buruk yang sangat


berat dapat langsung berbuah pada masa kehidupan itu juga,
“buah akibat” yang akan diterima pada masa kehidupan
mendatang, dan “sisa balasan” di masa kehidupan
berikutnya. Sungguh merupakan ombak yang menggulung
tiada istirahatnya, tidak usai dan habis-habisnya! Melihat
balasan karma buruk yang begitu mengenaskan, apakah
anda masih berani durhaka pada ayahbunda? Apakah anda
masih berani melakukan karma buruk lainnya?

Di dalam Yijing (salah satu dari lima klasik Konfusius),


tercantum : “Keluarga yang menimbun kebajikan, pasti
memiliki berkah berlimpah yang dapat diwariskan kepada
anak cucunya; sebaliknya keluarga yang menumpuk
kejahatan, pasti ada petaka yang menimpa hingga ke anak
cucunya”.

Artinya adalah keluarga yang menimbun kebajikan,


memiliki berkah yang berlimpah, sehingga keturunannya
ikut menikmati pahala; sedangkan keluarga yang
mengakumulasi kejahatan, akan banyak dosanya, sehingga
keturunannya ikut ditimpa petaka.
20
Ucapan ini merupakan bukti dari benih sebab yang kecil
menghasilkan buah akibat yang besar. Master Yin Guang
berkata, oleh karena ada berkah berlimpah dan dosa yang
banyak, maka tentunya ada berkah utama dan dosa utama.
Berkah utama maksudnya yang dinikmati oleh si pelaku
sendiri, sedangkan berkah berlimpah adalah karma baiknya
melindungi anak cucunya sehingga mereka memperoleh
berkah, ini merupakan sisa yang berlebih dari karma
baiknya; dosa utama maksudnya adalah balasan yang
diterima oleh si pelaku sendiri, namun balasan ini juga ikut
menyeret anak cucunya sehingga keturunannya ikut
menderita, ini merupakan sisa balasan dari karma buruknya.

Kita masih perlu memahami, bukan hanya benih sebab


kecil menghasilkan buah akibat besar, lagi pula, buah
akibat yang masak bila diulur-ulur waktunya, kian ditunda
kian lama, maka levelnya itu akan berubah jadi kian berat.
Ini seperti hutang yang sudah jatuh tempo, tapi malah tidak
sudi dilunasi, sengaja diulur-ulur waktunya, sementara
bunga kian hari kian menumpuk.

Maka itu setelah melakukan karma buruk, harus segera


bertobat, segera menimbun kebajikan, memperlemah level
beratnya karma buruk, bahkan sedini mungkin menerima
balasan (dosa berat tapi ringan balasannya), barulah kelak
di kemudian hari, anda tak perlu lagi menjalani siksaan
balasan ini.

Di dalam Ajaran Buddha ada sebuah kalimat : “Bodhisattva


takut pada benih sebab, orang awam takut pada buah
21
akibat”. Bodhisattva memahami kebenaran bahwa benih
sebab kecil menghasilkan buah akibat besar, mengetahui
bahwa menciptakan benih karma buruk, buah akibatnya
kelak akan sungguh mengerikan! Maka itu akan
meningkatkan mawas diri dan sangat berhati-hati, takkan
berani menciptakan benih karma buruk.

Mengenai akibat karma buruk, Bodhisattva mengetahui


bahwa ini adalah hasil perbuatannya di masa kelahiran
lampau, setelah menerima dan menjalaninya, maka
tuntaslah sudah, takkan menakutkan, maka itu Bodhisattva
dapat dengan hati yang tenang menerima dan menjalani
balasan karmanya, takkan karena ini sehingga timbul beban
pikiran.

Inilah yang disebut sebagai “Menuruti jodoh mengeliminasi


karma lama, takkan lagi menciptakan karma baru”, dengan
menuruti jodoh apa adanya, sehingga karma lama jadi
tuntas, takkan menciptakan karma baru, kelak tidak usah
menerima balasan karma baru lagi.

Orang awam memiliki pemikiran yang sesat, hanya tahu


balasan karma buruk akan sungguh mengerikan, sehingga
berupaya keras untuk menghindari terjadinya balasan
karma, justru tidak mengetahui bahwa dengan
menghentikan karma buruk barulah dapat menghindari
balasan karma.

Ketika dia menerima balasan karma buruk, di dalam


hatinya tidak ikhlas dan jadi beban pikiran; demi
melepaskan diri dari balasan ini, tega merugikan orang lain
22
untuk menguntungkan diri sendiri, menciptakan lagi
beragam karma buruk.

Dia melihat pelaku kejahatan justru tidak mendapatkan


balasan, maka itu dia jadi tidak takut melakukan kejahatan.
Sekarang dia meneruskan perbuatan jahatnya, kelak akibat
yang akan diterimanya adalah sungguh mengerikan! Inilah
yang dikatakan oleh Sang Buddha sebagai “Orang yang
patut dikasihani”.

Oleh karena tidak memahami Sebab Akibat, orang awam


tidak berhenti timbul beban pikiran, menciptakan karma,
mengalami kesengsaraan, ketika mengalami penderitaan
timbul lagi beban pikiran, lalu menciptakan karma buruk
lagi, mengalami derita.....................demikianlah berputar di
dalam lautan samsara yang penuh derita, tiada usai dan
habis-habisnya!

II.4. Kebajikan dan kejahatan tidak saling mengeliminasi :


Apa yang dikatakan dunia sebagai “Jasa dan kesalahan
saling menyeimbangi”, di dalam Hukum Karma hal ini
tidak berlaku. Melakukan kebajikan maka di dalam ladang
hati tertanam benih karma baik, melakukan kejahatan maka
di ladang hati akan tertanam benih karma buruk. Benih
karma baik dan benih karma buruk tidak dapat saling
mengeliminasi, sampai ketika benih karma ini masak, akan
menghasilkan buah akibatnya masing-masing, takkan
saling bercampur aduk.

23
Meskipun tidak bisa saling mengeliminasi, tetapi kebajikan
dan kejahatan akan saling mempengaruhi. Sekarang
melakukan karma baik, terhadap benih karma baik yang
diperbuat pada masa kehidupan lampau merupakan faktor
pendukung, akan menambah kekuatan pengaruh mereka;
sebaliknya terhadap benih karma buruk yang dilakukan
pada masa kehidupan lampau justru merupakan faktor
penghambat, akan melemahkan kekuatan pengaruh mereka.

Maka itu, setelah anda melakukan kebajikan, apabila


meneruskan berbuat baik, benih karma baikmu yang
sebelumnya akan memperoleh faktor pendukung yang kian
lama kian banyak, kekuatannya akan kian lama kian kuat,
kelak akan menjadi balasan baik yang lebih kuat. Serupa
dengan Yijing yang mengatakan bahwa tidak berhenti
menimbun kebajikan, barulah dapat menciptakan nama
yang harum.

Sebaliknya, setelah anda melakukan kejahatan, apabila


rajin memupuk kebajikan, kekuatan benih karma buruk
akan diperlemah, kelak balasan karma buruk akan menjadi
ringan, inilah yang disebut dengan berat dosa ringan
balasannya.

Seperti Master Hsuan-tsang saat menjelang ajal menderita


sakit berat, dia jadi curiga apakah sutra Buddha hasil
terjemahannya bermasalah, sehingga menyebabkan dia
jatuh sakit. Akhirnya pada malam hari, dia bermimpi
Bodhisattva datang memberitahu dirinya bahwa berat
dosanya ringan balasannya.

24
Oleh karena jasa kebajikannya dari menerjemahkan sutra
Buddha sangat besar, sehingga banyak karma buruk berat
yang dilakukannya pada masa kehidupan lampau, setelah
melewati penderitaan sakit ini akhirnya tuntas sudah.

Bila kita mengatakannya secara terbalik, sekarang


menciptakan karma buruk, terhadap benih karma buruk
pada masa kelahiran lampau merupakan faktor pendukung,
dapat menambah kekuatan pengaruh mereka; terhadap
benih karma baik yang dilakukan pada masa kehidupan
lampau justru merupakan faktor penghambat, dapat
memperlemah kekuatan pengaruh mereka.

Maka itu, setelah anda menciptakan karma buruk, apabila


meneruskan berbuat jahat, benih karma buruk yang anda
perbuat sebelumnya akan memperoleh faktor pendukung
yang kian lama kian banyak, kekuatannya akan kian lama
kian kuat, seperti apa yang dikatakan sebagai “Sudah penuh
dengan kejahatan”, kelak akan menjadi balasan buruk yang
lebih kuat.

Serupa dengan yang dikatakan di dalam Yijing sebagai


“Bila karma buruk tidak ditumpuk, maka takkan cukup
untuk menghancurkan raga”, tiada henti-hentinya
menumpuk perbuatan jahat barulah dapat membuat tubuh
sendiri jadi hancur lebur.

Demikian pula sebaliknya, setelah anda melakukan


perbuatan baik, lalu selanjutnya menciptakan sangat
banyak karma buruk, kekuatan benih karma baikmu akan

25
diperlemah, kelak balasan karma baik akan berubah jadi
lemah.

Lihatlah di dalam buku berjudul “li-shi-gang-ying-tong-ji”


tercantum beberapa sosok yang pada masa kelahiran
lampau merupakan praktisi senior, begitu bertumimbal
lahir maka tak sebanding lagi dengan masa kehidupan
lampaunya. Maka itu untuk naik ke tingkatan yang lebih
atas lagi adalah sangat sulit, jatuh merosot ke bawah adalah
sedemikian gampangnya, dari sini dapat dilihat bahwa
enam alam tumimbal lahir itu betapa mengerikannya.

Demikianlah selesai kita bahas tentang benih karma baik


dan karma buruk yang saling mempengaruhi.
Kenyataannya, hubungan antara benih sebab, faktor
pendukung dan buah akibat yang saling mempengaruhi
adalah sangat rumit, bukanlah dengan sepatah dua patah
kalimat bisa menjelaskannya secara terperinci, walaupun
Bodhisattva dan Arahat juga tak berdaya memahaminya
secara menyeluruh, hanya Sang Buddha yang
memahaminya dengan sempurna.

II.5. Sebab Akibat tidak kosong (benih karma tidak rusak) :


Sutra menyebutkan :
“Meskipun melewati ratusan bahkan ribuan kalpa,
benih karma yang ditanam takkan musnah,
ketika benih karma bertemu dengan faktor pendukung,
buah akibatnya tetap diterima diri sendiri”.

26
Benih karma baik dan karma buruk yang kita perbuat akan
tertanam di dalam ladang kesadaran atau gudang kesadaran
atau kesadaran ke-8 atau Alaya-vijnana. Alaya-vijnana
ibarat sebuah gudang yang besar, benih karma yang
tersimpan di sini selamanya takkan hilang, selamanya juga
takkan berubah kadarnya, masalah ini sungguh rumit! Ini
adalah benih karma.

Tak peduli sudah melewati beratus-ratus bahkan beribu-


ribu kalpa lamanya, waktu yang begitu panjang sekali,
namun begitu bertemu dengan faktor pendukung, benih
karma ini akan berbuah, buah akibat ini pasti akan diterima
oleh diri sendiri. Harus menanti hingga sudah berbuah,
barulah benih karma ini sirna. Karena itu, selama masih
berada di enam alam tumimbal lahir, anda takkan bisa lolos
dari balasan karma. Maka itu hanya orang sesat dan
ceroboh barulah berani menciptakan karma, Bodhisattva
yang tercerahkan pasti takkan berani menciptakan karma.

Hukum Sebab Akibat takkan meleset sama sekali,


meskipun telah mencapai KeBuddhaan, masih tetap harus
menanggung buah akibat karma buruk. Buddha Sakyamuni
ketika berusia lanjut, menderita sakit pinggang yang parah,
penyebabnya adalah pada masa kehidupan lampau, kalpa
yang jauh sekali, beliau adalah seorang Pegulat.

Oleh karena dikelabui lawannya sebanyak dua kali, dia


menyimpan dendam di dalam hati, ketika sedang
bertanding, dia mematahkan tulang pinggang lawannya
hingga menemui ajal.

27
Karma buruk yang ganas ini, mengakibatkan dia berusia
pendek dan mati dini, setelah meninggal dunia jatuh ke
Neraka menjalani siksaan berat; setelah keluar dari Neraka
beralih ke alam penderitaan lainnya untuk menjalani sisa
hukuman; usai itu bertumimbal lahir ke Alam Manusia,
setiap kelahirannya menderita sakit pinggang sebagai sisa
hukumannya.

Bahkan setelah melewati kalpa yang lama dan jauh sekali,


sampai pada satu masa kehidupan dimana beliau telah
mencapai KeBuddhaan, sisa balasannya masih belum
tuntas, masih menerima siksaan sakit pinggang.

Buddha Sakyamuni masih menampilkan bentuk balasan


karma buruk lainnya, suatu hari kaki Sang Buddha
menderita luka karena tertusuk oleh serpihan kayu, ini juga
merupakan sisa balasan dari masa kehidupan lampau
dimana beliau menggunakan tombak untuk menusuk dan
melukai kaki orang lain.

Suatu kali pula Sang Buddha sedang menjalani masa varsa


(pali:vassa) selama tiga bulan lamanya dan kehabisan
persedian pangan, sehingga terpaksa mengkonsumsi
makanan yang biasanya diberikan pada kuda.

Ini dikarenakan pada masa kehidupan lampau, ketika


Buddha Vipasyin membabarkan Dharma di dunia, dia
menjadi pemimpin aliran luar, oleh karena sirik melihat
banyak orang memberi persembahan kepada Buddha
Vipasyin, sehingga menfitnah bahwa Buddha Vipasyin
hanya pantas mengkonsumsi makanan kuda. Sisa balasan
28
atas Vaci-kamma (perbuatan yang dilakukan melalui
ucapan) ini, mengakibatkan Buddha Sakyamuni pada satu
masa kehidupan ini harus mengkonsumsi makanan kuda
selama tiga bulan.

Raja Virudhaka dari Kerajaan Kosala, ketika menyerang


Suku Sakya, Buddha Sakyamuni menghalanginya sebanyak
tiga kali, namun akhirnya juga tak berdaya menghindarkan
pertumpahan darah Suku Sakya. Saat itu Buddha
Sakyamuni menderita sakit kepala selama tiga hari, ini
dikarenakan pada masa kehidupan lampau, beliau
menggunakan tongkat untuk memukuli kepala seekor ikan
besar sebanyak tiga kali.

Dari sini dapat dilihat bahwa Sebab Akibat tidaklah semu,


meskipun telah mencapai KeBuddhaan juga tidak dapat
menghindarinya. Lantas bagaimana pula dengan praktisi
yang melatih Pintu Dharma Tanah Suci yang terlahir ke
Alam Sukhavati? Apakah setelah terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati, hutang karma membunuh orang lain dianggap
lunas begitu saja, tak perlu bayar lagi? Hutang uang di
masa silam tidak perlu dilunasi lagi? Bukan begitu!

Dosa berat boleh ringan balasannya, tetapi tidak mungkin


tidak ada balasannya sama sekali. Alam Sukhavati
menyediakan lingkungan yang bagus buat kita melatih diri,
sehingga kita memiliki waktu yang panjangnya tanpa batas,
dapat melatih diri secara berkesinambungan sampai
mencapai KeBuddhaan.

29
Buddha Amitabha membiarkan kita untuk sementara waktu
tidak perlu menanggung beban hutang karma, tetapi tidak
bilang kalau hutang karma kita sudah dihapus, ini adalah
tidak mungkin. Kelak setelah kita mencapai KeBuddhaan
di Alam Sukhavati, kemudian menuju ke penjuru alam
lainnya menyelamatkan para makhluk, ketika karma buruk
yang kita perbuat pada masa silam itu masak, tetap harus
menerima balasannya. Hanya saja waktu itu anda telah
mencapai KeBuddhaan, terhadap Hukum Sebab Akibat
telah memahaminya dengan jelas, sehingga hati jadi tak
tergoyahkan, bebas dan leluasa, takkan karena hal ini jadi
merasa risau dan sengsara.

Maka itu, praktisi yang melatih metode Tanah Suci mesti


giat berusaha memutuskan kejahatan menimbun kebajikan,
janganlah menganggap ada Buddha Amitabha jadi andalan
kita, jadi berani melakukan kejahatan apa saja. Kalau anda
tidak punya pengendalian diri dan berbuat jahat semaunya,
kelak harus menderita kerugian besar!

Hukum Sebab Akibat adalah kebenaran, merupakan fakta


yang bergulir di dunia ini. Dan kenyataan ini tidak berada
di kejauhan, namun terjadi di sekitar kita. Orang yang tidak
percaya pada Sebab Akibat, tidak dapat melihat fenomena
Sebab Akibat yang sedang terjadi di sekeliling kita.

Setelah dia yakin dan memahami Hukum Sebab Akibat,


maka dia akan menemukan, benih sebab dan buah akibat
sedang terjadi di sekitar kita, di antara manusia, peristiwa
dan alam berserta isinya. Boleh dikatakan bahwa segala
sesuatu tak terpisahkan dari Sebab Akibat.
30
Daftar Pustaka

因果教育挽救人心
http://www.amtb.org.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=93&web_rel_index=4186

Arsip
http://tujuhmustika.blogspot.co.id/

31
32

Anda mungkin juga menyukai