Anda di halaman 1dari 7

Ketrampilan Belajar dan Berpikir Kritis

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna No. 6, Jakarta- Barat

Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia sehari- hari diperlukan kemampuan untuk berpikir kritis
dan menganalisa suatu permasalahan. Kebenaran merupakan hal yang harus kita ketahui,
maka dengan berpikir kritis kita jadi memiliki pandangan untuk memperlihatkan
kejelasannya. Berpikir kritis merupakan suatu tindakan memperlihatkan suatu kebenaran
dengan menyingkirkan kesalahan.1 Maka dalam kehidupan ini segala sesuatunya ditujukan
untuk menganalisa suatu pemecahan atau penyelesaian yang tepat dalam berpikir, namun
masih banyak dikalangan manusia yang masih berpikir tidak tepat, tidak efisien, tidak
menggunakan logika, dan tidak kritis.
Tingkat pengetahuan seseorang juga masih banyak yang masih dikatakan belum
cukup dalam mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan logika pada zaman sekarang.
Oleh keterbatasan segalanya, manusia bisa saja dihadapkan dengan hambatan- hambatan
untuk berpikir secara kritis dan efektif. Maka dari faktor- faktor tersebut, makalah ini dibuat
agar pembaca memahami bahwa peranan berpikir kritis dalam kehidupan sehari- hari yang
membawa tindakan yang tepat.

Tujuan
Kita tahu bahwa berpikir kritis sangatlah penting untuk pemecahan masalah realitas
sosial, sehingga semua orang mengetahui tindakan yang diambil tepat atau tidak. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk meningkatkan daya berpikir kritis melalui pengembangan
pengetahuan dan pembelajaran pengalaman- pengalaman kehidupan pribadi seseorang.

Manusia sebagai Makhluk Sosial


Manusia merupakan makhluk multidimensional, yaitu sebagai individu, sosialkomunal, dan spiritual- cosmological. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidupnya
selalu berkelompok, saling membutuhkan bantuan orang lain, dan berkolektif. Dalam gejala
empirisnya, manusia berkolektif sesuai dengan pola tatanan dan perkembangan kehidupan
sosialnya.2
Sesuai dengan kepribadian manusia ini, maka manusia terus mencari kehidupan yang
berlangsung dengan sesamanya dengan cara berkomunikasi, kerjasama, dan beraktivitas
bersama. Dalam proses inilah manusia dituntut untuk terus mengembangkan jalinan
keterikatan komunikasi bersama. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu membuka diri untuk
mengenal teman ditempat baru, demi perkembangan kepribadian yang utuh.3
Dalam pembentukan kepribadian, makhluk sosial seperti manusia ini diperlukan
pengalaman- pengalaman dalam masa pembelajaran seumur hidupnya. Karena manusia yang
suka berinteraksi, manusia akan terus mempelajari segala sesuatu yang baru dalam proses
pembelajarannya. Manusia dituntut untuk terus beradaptasi dan mengembangkan kemampuan
daya berpikirnya. Maka dari itu manusia harus terus belajar selama hidupnya supaya
menumbuhkan cara pandangan berpikir yang bertambah dewasa, logis, dan berkembang.
Manusia bisa mempelajari banyak hal dari sesama manusia, keadaan hidup/kondisi, dan
pengalaman pribadi. Dari pembelajaran interaksi itu juga, manusia mendapatkan pengetahuan
yang bisa dijadikan inventaris dalam cara berpikir kritis yang baik dan tepat. Pengetahuanpengetahuan inilah yang akan digali dalam pemecahan setiap masalah kehidupan manusia.
Manusia selalu akan mencari tahu segala hal yang baru didorong oleh insting alaminya yaitu
rasa ingin tahu.
Selama pembelajaran, manusia juga akan menjadi makluk tafsiran yang mengubah
suatu kehidupan yang kaitannya dengan etika sosial yang mencangkup relevansinya terhadap
relaitas sosial seperti politik, agama, etika, hak asasi, keadilan dll. 4 Manusia akan terus
bersosialisasi dan terbentuk dalam suatu aspek realitas yang membuat manusia akan
terbentuk kepribadiannya.

Manusia yang Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang sistematik yang penting bagi
professional untuk memuaskan kliennya. Berpikir kritis juga merupakan suatu perkembangan
cara berpikir dengan menggunakan logika dan cermat.5
Berpikir kritis mencangkup kesempurnaan berpikir, elemen berpikir, dan domain
pikiran. Ketika berpikir kritis sudah jelas, tepat, akurat, relevan, konsisten, dan seimbang,
maka terjadi koneksi yang logis terhadap masalah- masalah yang dihadapi.5
Pengetahuan bisa menjadi bahan dalam membentuk cara berpikir yang kritis,
sehingga melalui berpikir kritis juga pengamalan suatu konsep pengetahuan yang sudah
dipelajari, prinsip- prinsip umum, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah akan
dilaksanakan dengan mudah.6 Dengan cara berpikir kritis ini, manusia juga dihadapkan
pengambilan keputusan yang harus sesuai dengan etika dan religious yang ada dimasyarakat.
3

1. Nilai Religious
Berpikir kritis dari segi religious kekristenan, memang pemikiran yang mendasari
tindakan yang tepat, logis, dan kreatif sangat dibutuhkan. Kita patut menyadari
bagaimana tindakan ketika Nabi Musa yang menyelamatkan umat Israel dari
penjajahan Mesir. Musa merasakan ada suatu kekuatan yang membuat dirinya
menjadi berhikmat dan berpikir sehingga melandasi tindakannya yang tepat. 7
Dalam peristiwa Raja Salomo, juga dia memiliki suatu hikmat kebijaksanaan dimana
dia bisa dengan mudah menyelesaikan suatu permasalahan dalam peristiwa perebutan
anak oleh 2 perempuan sundal (1 raja-raja 3: 16-28). Raja salomo memiliki
pengetahuan yang membuat dirinya menjadi mampu berpikir kritis, sehingga tindakan
yang diambilnya tepat dan dikagumi oleh orang banyak. Allah memang mengajarkan
bahwa manusia harus berhati tulus seperti burung merpati, tetapi pintar seperti ular
dengan maksud disini adalah untuk memiliki segala kepintaran dalam berpikir dan
hikmat dalam pelaksanaannya. Apa yang manusia lakukan adalah tinggal tindakan
yang benar dan tepat serta tidak melanggar norma- norma. Allah mengkehendaki agar
kita selalu menjaga wadah Bait Allah yaitu tubuh kita sendiri, maka dalam artian
disini kita harus mampu merawat kesehatan kita sendiri dan menjaga tubuh kita demi
kekudusan bait Allah. Jadi menurut religious agama Kristen, berpikir kritis diperlukan
untuk memperoleh keuntungan yang baik untuk diri sendiri maupun orang lain,
asalkan tidak melanggar hukum- hukum yang diberikan Allah.
2. Nilai Etika
Pemikiran yang kritis juga membuka peluang dalam pembentukan suatu hal yang
dianggap etis yang sesuai dengan etika- moral dalam masyarakat. Perkembangan
pemikiran yang kritis dan baru akan bermanfaat bagi masyarakat dan proporsional
terhadap nilai- nilai etika- moral dan religious dalam masyarakat. 8 Berpikir kritis
berarti berpikir secara maju kedepan yang membuat perilaku masyarakat menjadi
berkembang dan tidak kuno lagi. Pemikiran ini didapatkan melalui pengetahuan
dengan seiringnya zaman. Dengan menambah wawasan akan berpikir kritis,
masyarakat mengetahui tindakan yang mana yang baik dan tidak baik sesuai dengan
etika masyarakat. Nilai etika memang mencangkup dari segi moral seseorang yang
merupakan realitas sosial juga, maka untuk menyelesaikannya membutuhkan suatu
daya berpikir yang cepat, tepat, terbuka yaitu berpikir kritis.

Pembahasan
4

Sesuai dengan penjelasan teori- teori diatas. Saya akan membahas konsep
diatas dengan skenario yang telah saya dapatkan pada pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Pada suatu kasus yang saya dapatkan ini, ada seorang laki- laki (Joe)
yang mengalami kerusakan paru- paru akhirnya ia mau ikut transplantasi yang
membuat dirinya akhirnya bermasalah dengan masalah ekonominya. Namun
pilihannya untuk transplantasi sudah dipertimbangan dari segi nilai religious dan etika
dalam masyarakat. Yang saya akan bahas apakah pemikiran yang mendasari tindakan
joe dibilang tepat.
Sebelumnya sudah baru dibahas teori- teorinya dan sekarang saya akan
membahas teori itu ke dalam pengamalan tindakan joe. Memang manusia adalah
makhluk sosial yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar interaksinya
yang dapat diperoleh baik dari sesamanya, kemudian hasil interaksi itu diolah menjadi
sebua informasi yang berupa pengetahuan dimana dalam hal ini manusia akan terus
belajar seumur hidupnya demi perkembangan zamannya dan memenuhi rasa ingin
tahunya. Manusia akan terus belajar sepanjang hayatnya, karena kehidupan realitas
sosial ini bersifat luas dan harus dipelajari tanpa henti-hentinya. Kalau manusia
berhenti belajar, maka kemampuannya akan terbatas pada disitu saja dan tidak ada
perkembangan lanjut dalam beradaptasi terhadap lingkungannya.
Manusia yang terus berkembang dengan media pembelajaran yang terus
menerus akan memiliki suatu pemikiran yang logis, tepat, dan akurat yaitu berpikir
kritis. Berpikir kritis sangat baik agar dalam pemecahan sebuah masalah, manusia
dapat bertindak dengan cermat dengan mempertimbangkan segala aspek kehidupan
seperti nilai religious dan nilai etika. Manusia akan mempertimbangkan berdasarkan
kehidupan religiusnya tergantung dengan agamanya masing- masing dan aspek moral
mana perilaku yang baik dan buruk dalam masyarakat. Dalam kasus ini Joe juga
melakukan hal yang sama yaitu berpikir kritis dan memutuskan jalan yang terbaik
sesuai dengan aspek moral dan keimanannya. Menurut pandangan religious agama
Kristen yang akan saya pantau, menurut teori yang ada tindakan Joe sangat tepat
dimana Allah sendiri juga meminta umat manusia untuk berpikir menggunakan
hikmat yang membawa tindakan yang menguntungkan bagi dirinya dan juga tidak
merugikan orang lain. Allah juga meminta manusia untuk menjaga tubuhnya sebagai
Bait Allah dimana Allah berdiam, maka dari itu kita harus menjaga dan merawat
tubuh kita sebagai mestinya guna menghormati kuasa Allah yang sudah menciptakan
kita umat manusia. Menurut pandangan etika juga Joe melakukan tindakan yang tepat
yaitu mempertahankan kehidupannya. Manusia juga memiliki hak atas
penghidupannya sendiri dan menurut ukuran medis jalan yang bisa ditempuh untuk
menyelamatkan dirinya adalah jalur transplantasi ini. Tindakan Joe ini juga tepat
dengan mempertimbangkan kesehatannya yang lebih penting dalam hal ekonomi.
Dengan Joe tetap hidup maka keluarganya yang menyayanginya akan merasakan
kesenangan yang tak tergantikan. Meskipun dampak transplantasi yang mahal akan
membuat ekonominya menjadi tidak baik, namun seiring dengan kesehatan Joe yang
membaik tentunya Joe bisa juga memperbaiki pendapatan ekonomi sehingga
ekonominya kembali membaik. Menurut etika ini juga tindakan yang benar karena
5

tindakan Joe ini menguntungkan dirinya dan keluarga yang menyayanginya, tanpa
membuat dampak rugi terhadap orang lain. Bahkan untuk mendapatkan pendonor
juga pastinya melalui jalur medis yang sesuai tanpa paksaan dari pihak pendonornya
baik yang pendonor hidup ataupun pendonor yang sudah meninggal. Jika ada
pendonor yang tepat memang itu adalah kesempatan yang harus diambil demi
kesehatan. Jadi hal tindakan Joe sekali lagi, saya katakan tepat.

Kesimpulan
Pada makalah ini maka kesimpulannya bahwa sesuai dengan teori yang ada
dan memperkirakan penjelasan saya diatas, maka sesuai dengan hipotesis yang telah
dibuat sebelumnya yaitu tindakan Joe yang tepat memilih untuk transplantasi demi
kesehatan dirinya meski ada hambatannya yaitu ekonominya yang memburuk.
Memperhatikan setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan masalah ekonomi yang
tentunya bisa diperbaiki lagi perlahan- lahan, maka tindakan yang Joe ambil tepat
sekali. Selain itu juga dalam skenario sudah diterangkan dengan jelas bahwa Joe
sudah memperhatikannya dalam segi religious dan etika dimasyarakat sekitar, jadi
tidak alasan juga yang menyalahkan tindakannya selagi tindakannya juga tidak
merugikan orang lain.

Daftar Pustaka

1. Bono ED. Revolusi berpikir Edward de Bono. London: Penguin Books; 1993. h
204.
2. Sudarma M. Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h 23
3. Majelis Pendidikan Agama Katolik Keuskupan Agung Semarang. Agama dan
kepercayaan membawa pembaruan. Yogyakarta: Kanisius; 2006. h 66.
4. Tjaya TH dan J. Sudarminta. Menggagas manusia sebagai penafsir . Yogyakarta:
Kanisius; 2005. h 169.
5. Wong DL. Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2002. h 20.
6. Christensen PJ. Proses keperawatan: aplikasi model konseptual. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC; 2009. h 216.
7. Kelompok Kerja Pendidikan Agama Kristen (PAK) Persekutuan Gereja- Gereja
Indonesia. Suluh siswa 1: bertumbuh dalam Kristus. Jakarta : Gunung mulia;
2009.
8. Achadiat CM. Dinamika etika dan hukum kedokteran dalam tantangan zaman.
Jakarta: EGC; 2004.

Anda mungkin juga menyukai