Anda di halaman 1dari 10

http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.co.

id/2013/01/trend-dan-issue-tentang-
keperawatan-jiwa.html

My comment with at the problem is :


     Kedepan pemerintah harus menyediakan dana lebih besar untuk program kesehatan jiwa
dan penambahan tempat tidur serta adanya pelayanan kesehatan jiwa pada puskesmas yang
ditangani oleh perawat jiwa yang profesional dan sesuai dengan askep jiwa yang diberikan
dan dilakukan penyuluhan kesehatan jiwa bagi masyarakat agar masyarakat dapat mengenal
dan medektesi dini tanda tanda gangguan jiwa sehingga masyarakat dapat terhindar
selanjutnya kesehatan jiwa sudah seharus dimasukan kedalam pola hidup sehat.
Selain itu sebenarnya pemerintah harus ada perhatikan terhadap keadaan rumah sakit untuk
orang gangguan jiwa ini.Karena bagaimanapun mereka rakyat indonesia. jangan hanya
koruptor saja yg dipelihara dan dijadikan anak emas dan juga bagi para pejabat pemerintah
juga harus mementingkan kepentingan rakyat dan jangan hanya bisa untuk korupsi aja di
karenakan kebanyakan orang yang mengalami gangguan jiwa ini kebanyakan karena masalah
ekonomi.Di sinilah juga di butuhkan peran pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya dan
jangan menyalah gunakan jabatannya agar rakyat sejahtera dan penyakit jiwapun hilang.

Trend / Isu Dimensi Spritual Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa


Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi
sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan
menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa
Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi  adat ketimuran sangat memperhatikan
hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri
tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak
pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari
( 1996 ) hal – hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup
social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern
menjadi serba boleh dan seterusnya.
Perubahan – perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga
mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik
tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut
dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat mempunyai
kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami
bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep
dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi
spiritual.
Pengertian Dimensi Spritual
Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari
bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian
yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa,
dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit
dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh
sedangkan spiritual berarti kejiwaan, rohani, mental atau moral.
Spritual oleh Taylor, 1997 adalah segala sesuatu yang digunakan manusia untuk
berhubungan dengan sesuatu yang bukan bersifat materi yang memberi kekuatan kehidupan
dan kekuatan yang lebih besar. Spiritual digambarkan sebagai bagian dari sesuatu yang
datang untuk diketahui, dicintai, dan pelayanan kepada Tuhan, dengan kata lain hubungan
tanpa batas, dan pengalaman yang mempunyai kekuatan yang menyeluruh.
Menurut Fish dan Shelly, 1978 ( dari Taylor, dkk,1997 ) kebutuhan spiritual
membawahi semua tradisi agama dan bersifat biasa pada semua orang, meliputi kebutuhan
akan arti dan tujuan, cinta dan saling berhubungan, saling memaafkan.
Dari semua pengertian diatas spiritual merupakan kebutuhan dari setiap individu,
sehingga individu akan puas jika kebutuhan spritualnya terpenuhi. Sebaliknya jika tidak
terpenuhi, individu tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh.
Dimensi spritual dalam kesehatan
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis melainkan
antara keduanya sudah terintegrasi ( saling menunjang ). Seperti yang dikatakan oleh Albert
Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta, tetapi
agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat
banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang
tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl
Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental
mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Isu Keperawatan Jiwa Terbaru
Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakatPerkembangan teknologi
digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu
di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan
isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk
menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material,
tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami
goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu
duniawi menjadi tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan
ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan - tekanan yang lain mampu
membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya
ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang
merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar kelihatan kaya melakukan hutang
dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt collector,
setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya
tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran dari debt collector bisa membuat
seseorang menjadi tertekan secara psikologis.
Kehidupan sebenarnya bermuara pada dua hal keinginan dan kebutuhan, jika orang
berorientasi pada pemenuhan keinginan maka dia tidak akan mampu melawan keserakahan
yang sudah menguasai hati dan kehidupannya, nafsu menjadi yang terbaik membuat orang
menghalalkan segala cara untuk menang, sebuah kemenangan seorang pecundang sama
buruknya dengan kekalahan pecundang yang sebenarnya, cara menang sebagai pecundang ini
adalah dengan cara sikat kanan, sikat kiri, injak bawah dan menjilat atasan menjadi sebuah
pilihan pahit yang diambil oleh para hedonis ini. Jika saja mutiara kebajikan "siapa menanam
benih maka dia akan menuai, atau setiap perbuatan baik sekecil apapun ada balasannya dan
setiap perbuatan buruk sekecil apapun akan ada balasannya". Manusia harus mampu
menekan keinginan dan memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan, jika kita memiliki
keinginan maka mempertahankan melakukan segala sesuatu dengan cara baik adalah sebuah
keharusan, alam, manusia dan semua ciptaan tuhan sudah diatur oleh sang pencipta dan
manusia tidak perlu ikut membuat aturan yang sudah digariskan oleh tuhan, ketika manusia
melalaikan janji maka sifat manusia sebagai tempat salah dan lupa bisa menjadi faktor
pemakluman terhadap situasi tersebut, tetapi janji tuhan bukanlah faktor yang dapat ditawar,
jika kita berbuat baik maka pasti akan menuai kebaikan jika kita berbuat buruk akan menuai
hal buruk pula.
Manusia bisa membuat sebuah hukum, sebuah aturan dalam bentuk undang - undang
dan berbentuk peraturan, isi aturan dan undang - undang bisa memiliki dua sisi, mengikuti
kepentingan penguasa atau memang undang - undang tersebut memang untuk membuat
sebuah keteraturan, ketika raja firaun berkuasa maka dia membuat sebuah undang - undang
bahwa setiap warga yang memiliki anak laki - laki maka anak laki - lakinya tersebut harus
dibunuh. Undang - undang ini tentu untuk kepentingan penguasa karena berdasarkan ramalan
salah satu bayi laki - laki tersebut yang akan mengakhiri kisah kediktaktoran sang raja.
Ketika akhirnya tuhan memberikan sebuah pembalasan dengan sangat kejam dengan cara
menghanyutkan firaun dan semua pengikutnya ditengah lautan maka musnahlah
kesombongan penguasa diktator tersebut.
Kisah - kisah teladan telah banyak yang diceritakan dalam kitab suci, jika manusia
meresapi cerita - cerita tersebut kemudian memperkuat fondasi spiritualitasnya, melakukan
komunikasi dengan pencipta lewat ibadah maka kehidupan akan menuju sebuah keteraturan,
dunia diciptakan dalam bentuk aneka warna dan hitam putih sehingga muncul siang dan
malam, gelap dan terang, mengembalikan manusia ke hakikat diri mereka yang sebenarnya
akan membuat seseorang menemukan dirinya, mereka menerima semua kelebihan dan
kekurangan dan secara sehat menerima setiap perbedaan sebagai sebuah paket utuh dari
adanya persamaan, jika dunia berwarna putih semua maka akan monoton, bahkan asal mula
kejahatan bermula dari rasa iri iblis terhadap adam sehingga adam terbuang dari surga,
manusia pilihan yang diciptakan pertama kali sudah mampu disesatkan oleh iblis maka akan
berapa banyak keturunan adam yang juga mampu disesatkan oleh iblis dengan iming - iming
kenikmatan dunia.
Marilah kita beraksi, membersihkan hati, membersihkan pikiran dari berbagai racun
yang mampu menggelapkan hati, dari berbagai racun yang merusak pikiran, kelak jika
memang kita mampu bertahan dengan pikiran baik dan hati yang baik maka kedepannya
bukan tidak mungkin kita mampu menularkan virus sehat hati dan sehat pikiran ini ke banyak
orang ketika banyak orang yang sehat hati dan sehat pikiran maka kita telah ikut melakukan
aksi untuk membantu mencegah orang lain terkena penyakit pikiran atau gangguan jiwa,
semakin banyak orang yang menyebarkan virus kebaikan ini maka bukan tidak mungkin
generasi emas, generasi berlian, generasi mutiara akan terlahir yang cahayanya mampu
menyilaukan mata dunia karena amal dan perbuatan mereka yang memang baik, orang baik
tidak melihat usia, jenis kelamin maupun suku, orang baik hanya mengenal satu kata "semua
manusia pasti mati", dan salah satu bekal untuk menghadapi kematian adalah "menjadi orang
yang bermanfaat bagi lingkungannya". Semoga renungan ini menjadi sebuah pelajaran
berharga.
Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman
atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan
regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam
keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:
1)      Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
2)      Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
3)      Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4)      Kecenderungan situasi di era global
5)      Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6)      Kecenderungan penyakit jiwa
7)      Meningkatnya post traumatik sindrom
8)      Meningkatnya masalah psikososial
9)      Trend bunuh diri pada anak
10)  Masalah AIDS dan NAPZA
11)  Pattern of parenting
12)  Perspektif life span history
13)  Kekerasan
14)  Masalah ekonomi dan kemiskinan
Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset
terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi
mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak
lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus
dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian
yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan
mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan
bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari
seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan
pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang
teratur.Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000
bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan
sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih
baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada
bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.
Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa tikus hamil yang
diberikan stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara dan jebakan-jebakan menunjukkan
banyaknya percabangan dendrite sebagai prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan
kelompok control ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian juga
penelitian-penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand, pada bayi-bayi yang
mendapat prenatal care yang baik dan stimulasi sejak dalam kandungan. Ternyata bayi
tersebut mampu berbicara, berkomunikasi, menirukan suara, menyebut kata pertama dan
senyum. Hal ini didukung oleh penemuan beatriz manrique (presiden the Venezuela ministry
for the development of intelligence) dalam penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak
dalam kandungan dapat menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan bahasa.
Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan skizofrenia. Skizofrenia
sering dianggap sebagai penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan. Anggapan tersebut
keliru, karena dengan pengobatan yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke
masyarakat dan berfungsi optimal. Salah satu kendala dalam mengobati skizofrenia optimal
adalah keterlambatan penderita datang ke klinik pengobatan. Timbul pertanyaan,
mungkinkah penyakit ini dideteksi sedini mungkin dan dicegah perkembangannya? Tahun
1988, Mednick dkk dalam penelitian epidemiologi melaporkan penemuan yang menarik,
yaitu hubungan antara skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan. Laporannya
didasarkan atasepidemi virus influenza pada tahun 1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat
spesial mengingat pertama, terjadinya dalam kurun waktu yang pendek, dimulai pada tanggal
8 oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14 November. Kedua, epidemi ini sangat
menyebar. Hampir dua pertiga penduduk kota ini terkena infeksi dalam berbagai tingkatan.
Kondisi ini memungkinkan dilakukannya evaluasi efek jangka panjang.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada
trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita
skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar
yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita
skizofrenia.Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif
sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurnagnya kemampuan
dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working
memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam
kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan,
infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti
narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan
gangguan emosi.
Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit
jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi
didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun
rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada dua rumah sait
tersebut klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003 saja
jumlahnya mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian
dari klien menjalani rawat jalan, dank lien yang menjalani rawat inap mencapai 678 orang
pada 2003 dan meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien
gangguan jiwa sekarang tidak lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan mahasiswa,
pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien
gangguan jiwa dari kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu
mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power syndrome akibat
dipecat atau mutasi jabatan.
Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr. Suwadi
mengatakan, pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 371
pasien. Tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk
klien rawat jalan di poliklinik yang sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi
Sumatera Selatan, gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan
peningkatan. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab
bertambahnya klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah Propinsi
Sumatera Selatan mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani di
RSJ mengalami peningkatan 10-15% dibandingan dengan tahun sebelumnya.
Kecenderungannya, kasus-kasus psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung
meningkat, rekam medis di RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat dari
jumlah 4.101 orang (2003) menjadi 4.384 orang (2004). Dari keseluruhan jumlah klien yang
dirawat selama 2004, sebanyak 1.872 pasien diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak
1.220 orang adalah sebagai pasien lama ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan
yang semakin keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang
mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi
lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.Kasus-kasus gangguan kejiwaan
yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak
mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat,
setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada
anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk
gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang
berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya.
Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja,
rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit
jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma
nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.Tipe gangguan
jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku
yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan
melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa
Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu
pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada
manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan
jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001)
menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia
Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan
neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan
Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000
anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.
Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes) mengatakan,
angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat
tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas,
depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja samapai skizofrenia.Bukti lainnya,
berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang
mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan
mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya.
Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita
kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut
Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini.
Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor
keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain),
kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan.
Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang
patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga,
gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan,
problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan
hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik,
dan lain-lain).
Kecenderungan situasi di era globalisasi
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara
khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu
cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector
termasuk sektor kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott-
Raven Publisher: philadelphia..
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai