Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Trend an Issu Keperawatan Jiwa..

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Bengkulu, September 2013

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………....1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….….2

BAB I

PENDAHULUAN ………………………………………….............……………………..…..3

1. Latar Belakang …………………………….............…………………..…...................3


2. Rumusan Masalah ………………………………………….............…………..…......3
3. Tujuan Penulisan ……………………………………………….............………….….4
4. Manfaat Penulisan …………...………………………………….............………..…...4

BAB II

PEMBAHASAN ……………………………………………………….............……...…. ….5

1. Isu Keperawatan Jiwa Terbaru………………………………………………………..5

2. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa………………..7

BAB III

PENUTUP ………………………………………………………………....…..............…….17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..............…....….... ..18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu

tinggi sehingga terjadi hubungan sosial dan budaya. Hubungan sosial antar manusia

dirasakan menurun akhir–akhir ini, bahkan kadang-kadang hanya sebatas imitasi saja.

Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai/menjunjung tinggi adat ketimuran sangat

memperhatikan hubungan sosial ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan

identitas diri tersebut.

Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak

pasti antara moral, norma, nilai–nilai dan etika bahkan juga hukum. Menurut Dadang

Hawari (1996) hal–hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain :

pola hidup sosial relijius menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional di

era modern menjadi serba boleh dan seterusnya.

Perubahan–perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi

juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak

hanya fisik tetapi juga mental,sosial dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh

WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena

perawat mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu

dalam tulisan ini kami bermaksud membahas tentang trend dan isu keperawatan jiwa.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja trend dan issue keperawatan jiwa terbaru?

2. Apa trend current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa?

3
1.3. Tujuan

1. Mengetahui trend dan issue keperawatan jiwa

2. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

1.4. Manfaat

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Membantu mahasiswa untuk menambah pengetahuan dalam memahami tentang trend


dan issu keperawatan jiwa.
2) Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam belajar

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. c

Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan

pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakat. Perkembangan

teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai

belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan

pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media perubahan dalam proses

penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan isu diatas maka advokasi dan aksi

masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di

Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan

material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa

orang mengalami goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi

pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi Tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar

yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis, dan tekanan-

tekanan yang lain mampu membuat ego defence mekanisme seseorang menjadi

terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau

terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar

kelihatan kaya melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya

harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi

atau bahkan melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah

5
kontrakan". Kejaran dari debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan

secara psikologis.

Kehidupan sebenarnya bermuara pada dua hal keinginan dan kebutuhan, jika

orang berorientasi pada pemenuhan keinginan maka dia tidak akan mampu melawan

keserakahan yang sudah menguasai hati dan kehidupannya, nafsu menjadi yang terbaik

membuat orang menghalalkan segala cara untuk menang, sebuah kemenangan seorang

pecundang sama buruknya dengan kekalahan pecundang yang sebenarnya, cara menang

sebagai pecundang ini adalah dengan cara sikat kanan, sikat kiri, injak bawah dan

menjilat atasan menjadi sebuah pilihan pahit yang diambil oleh para hedonis ini. Jika

saja mutiara kebajikan "siapa menanam benih maka dia akan menuai, atau setiap

perbuatan baik sekecil apapun ada balasannya dan setiap perbuatan buruk sekecil

apapun akan ada balasannya".

Manusia harus mampu menekan keinginan dan memprioritaskan pada

pemenuhan kebutuhan, jika kita memiliki keinginan maka mempertahankan melakukan

segala sesuatu dengan cara baik adalah sebuah keharusan, alam, manusia, dan semua

ciptaan Tuhan sudah diatur oleh sang pencipta dan manusia tidak perlu ikut membuat

aturan yang sudah digariskan oleh Tuhan, ketika manusia melalaikan janji maka sifat

manusia sebagai tempat salah dan lupa bisa menjadi faktor pemakluman terhadap

situasi tersebut, tetapi janji Tuhan bukanlah faktor yang dapat ditawar, jika kita berbuat

baik maka pasti akan menuai kebaikan jika kita berbuat buruk akan menuai hal buruk

pula.

Manusia bisa membuat sebuah hukum, sebuah aturan dalam bentuk undang-

undang dan berbentuk peraturan, isi aturan dan undang - undang bisa memiliki dua sisi,

mengikuti kepentingan penguasa atau memang undang-undang tersebut memang untuk

membuat sebuah keteraturan.

6
2.2. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang

sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat

dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa

baik dalam tatanan regional maupun global.

Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di

antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat

onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak

gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat

fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan

bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi justru

harus dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian yang menunjukkan adanya

keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di

masa yang akan datang.

Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental

seseorang dimulai pada masa konsepsi.

Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir

dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak

dalam kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh

suara-suara komposisi lagu yang teratur.

Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa

dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik,

7
cahaya, getaran, dan sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan

fisik, mental dan emosi yang lebih baik.

Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and

attachment pada bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-

30%.

Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan

dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat

dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang

mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah

berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi,

kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi.

2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah

penderita sakit jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus

meningkat. Penderita tidak lagi didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan

pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga tersentuh gangguan

psikotik dan depresif.

Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap

maupun rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada

dua rumah saKit tersebut klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002

lalu.

Pada tahun 2003 saja jumlahnya mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004

naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari klien menjalani rawat jalan, dank lien

yang menjalani rawat inap mencapai 678 orang pada 2003 dan meningkat menjadi

1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien gangguan jiwa sekarang tidak

8
lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan mahasiswa, pegawai negeri sipil,

pegawai swasta, dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien gangguan

jiwa dari kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu

mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power

syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.

Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr.

Suwadi mengatakan, pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang dirawat

inap sebanyak 371 pasien. Tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 433 pasien.

Jumlah itu, belum termasuk klien rawat jalan di poliklinik yang sehari-hari rata-

rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi Sumatera Selatan, gangguan kejiwaan

dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan. Beban hidup

yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya

klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah Propinsi Sumatera

Selatan mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani

di RSJ mengalami peningkatan 10-15% dibandingan dengan tahun sebelumnya.

Kecenderungannya, kasus-kasus psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang

cenderung meningkat, rekam medis di RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang

dirawat meningkat dari jumlah 4.101 orang (2003) menjadi 4.384 orang (2004).

Dari keseluruhan jumlah klien yang dirawat selama 2004, sebanyak 1.872 pasien

diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang adalah sebagai pasien

lama ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan yang semakin keras,

dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami

gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi

lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.

9
Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan

dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial

maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan

semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan

remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk

gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress,

kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak

jelas penyebabnya.

Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang

sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi

emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja

kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa

berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.Tipe gangguan

jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala

perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh

tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang

lain, seperti mengamuk.

3. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan

merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai

gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization

(WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah

menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada

satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan

ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

10
Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia

Tenggara, hampIr satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami

gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data

Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia

diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan

kesehatan jiwa.

Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes)

mengatakan, angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di

masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia

menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat,

kenakalan remaja samapai skizofrenia.Bukti lainnya, berdasarkan data statistik,

angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara

global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu

juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini

lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita

kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.

Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal.

Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri)

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan

penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic.

Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak,

penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol

dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya,

karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang

patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan

11
krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor

psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam

pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum,

perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).

4. Kecenderungan situasi di era global

Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara

negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan

IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini,

berdampak pada semua sector termasuk sektor kesehatan

5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pelayanan kesehatan termasuk

keperawatan adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan

penyelenggaraan pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat

“jiwa” ) harus mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan,

jika tidak ingin ketinggalan

Fenomena masalah kesehatan jiwa, indikator kesehatan jiwa di masa

mendatang bukan lagi masalah klinis seperti prevalensi gangguan jiwa, melainkan

berorientasi pada konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya

menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep

kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam

perilaku dan kemampuan fungsi sosial

Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya proaktif untuk

pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada

pencegahan (preventif) dan promotif. Penanganan kesehatan jiwa bergeser dari

hospital base menjadi community base

12
6. Kecenderungan penyakit jiwa

Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “ The Global Burdan Of Desease”,

adanya indikator baru, yaitu Disabiliyty Adjusted Life Year (DALY), diketahuilah

bahwa gangguan jiwa meruapakan masalah kesehatan utama secara internasional

Perubahan social ekonomi yang cepat dan situasi sosial politik yang tidak

menentu meyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan dan

kejahatan, sehingga dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan dl

kehidupan

7. Meningkatnya post traumatik sindrom

Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma

yang umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan

stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian.

Mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir

menjadi tidak produktif.

Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma

muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi

tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.

8. Meningkatnya masalah psikososial

Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan

dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU No. 23 1992 tentang

Kesehatan Dan Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar

digolongkan menjadi :

13
 Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas

hidup, yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai2

kehidupan manusia

 Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat

terjadinya perubahan sosial, meliputi :

a) Psikotik gelandangan

b) Pemasungan penderita gangguan jiwa

c) Masalah anak jalanan

d) Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)

e) Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik

f) Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)

g) Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi

nafkah, korban kekerasan pd anak, dll)

9. Trend bunuh diri pada anak

Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam,

angka kejadian terus meningkat. Metode yang paling disukai adalah menggunakan

pistol, menggantung diri dan minum racun. Keberhasilan Bunuh Diri pada pria

lebih banyak 3 x dari wanita.

Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dgn sengaja (jalan pntas

yang dikutuk Tuhan). Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok

rmh tangga, ekonomi (perasaan malu terlilit utang.

10. Masalah Napza dan HIV/ AIDS

Sangat berkaitan dan merupakan dampak dari pembangunan serta teknologi

dari suatu negara yang semakin maju. Di negara kita yang mendukung merebak

Napza adalah perangkat hukum yang lemah. Seiring dgn merebaknya pemakaian

14
Napza adalah pertumbuhan HIV/ AIDS, ancaman hilangnya kehidupan dan

runtuhnya peradaban. Khususny team kesehatan harus berpartispasi dalam upaya-

upaya pencegahan dan penatalaksanaan masalah Napza.

11. Pattern of parenting

Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola asuh

keluarga kembali menjadi sorotan.Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana

orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi.

Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman

bermain, teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan

berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara pada orang

tuanya saat punya masalah. Orang tua menjadi teman dalam ekspresi feeling anak

sehingga anak menjadi sehat jiwanya

Kontrol yang tinggi adalah Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal

disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi hal yang sangat penting dalam

kesehatan jiwa, karena akan memiliki self confidence yang cukup.Orang tua juga

melatih anak bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah seperti.

Mencuci, menyiram bunga, dll

Tipe Pola Asuh :

Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi

Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah

Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi

Neglected = kontrol rendah, kehangatan rendah

12. Kekerasan

15
13. Masalah ekonomi dan kemiskinan

Pengangguran telah menyebabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya

beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi,

kekebalan menurun dan infrastruktur yang masih rendah menyebabkan banyak

rakyat mengalami gangguan jiwa.Masalah ekonomi paling dominan menjadi

pencetus gangguan jiwa di Indonesia.

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di

antaranya adalah sebagai berikut :

 Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

 Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

 Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

 Kecenderungan situasi di era global

 Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

 Kecenderungan penyakit jiwa

 Meningkatnya post traumatik sindrom

 Meningkatnya masalah psikososial

 Trend bunuh diri pada anak

 Masalah Napza dan HIV/ AIDS

 Pattern of parenting

 Kekerasan

 Masalah ekonomi dan kemiskinan

3.2. Saran

Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan


isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.

Lippincott- Raven Publisher: philadelphia..

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai