Anda di halaman 1dari 13

 

LAPORAN PENDAHULUANFIBROADENOMA MAMMAE


A.
 
PENGERTIAN
1.
 
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputikelenjar dan stroma
jaringan ikat.2.
 
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas,
soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan.
B.
 
TANDA & GEJALA
1.
 
Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampangtampak
jaringan ikat berwarna putih, kenyal2.
 
Ada bagian yang menonjol ke permukaan3.
 
Ada penekanan pada jaringan sekitar 4.
 
Ada batas yang tegas5.
 
Bila diameter mencapai 10 ± 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma)6.
 
Memiliki kapsul dan soliter 7.
 
Benjolan dapat digerakkan8.
 
Pertumbuhannya lambat9.
 
Mudah diangkat dengan lokal surgery10.
 
Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian
C
.
 
ETIOLOGI
Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen.
Biasanyaukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena
produksihormon estrogen meningkat. Secara histology fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi :1.
 
Intracanalicular fibroadenoma Yaitu fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur
dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringanepitel.2.
 
Pericanalicular fibroadenoma Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau
kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.Sedangkan fibroadenoma
mammae dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar
dan stroma jaringan ikat.

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas
jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan.

FAM adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat dan kenyal,
penanganannya dengan pengangkatan tumor kemudian specimen diperiksa untuk mengetahui
adanya keganasan ( Sylvia A. Price, 1995 : 1141 )

B.     Etiologi
Peningkatan aktivitas estrogen yang absolut atau relatif
1.      Genetik : payudara
2.      Faktor-faktor predisposisi ;
a.       Usia : < 30 tahun
b.      Jenis kelamin
c.       Geografi
d.      Pekerjaan

C.    Patofisiologi
Fibroadenoma mamae bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namun
insiden kasus tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen dan
usia permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi
merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan
epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang
membentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang
menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan
estrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat saat
menstruasi dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan tempat
pertumbuhan fibroadenoma mamae. Karena fibroadenoma mamae tumor jinak maka
pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui
apakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke laboratorium
patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setiap kelainan pada payudara.

D.    Penatalaksanaan Medis


1.      Terapi Konservatif
a.      Farmakoterapi
1.      Tamaxifien : untuk menghentikan pembentukan esterogen biasa dilakukan pembedahan
untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penularan untuk menghancurkan
ovarium
2.      Aminoglutetimid : Obat penghambat hormone yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa
nyeri akibat kanker di dalam tulang
3.      Hydrocortisone ; Suatu hormon steroid biasanyan diberikan pada saat yang bersamaan untuk
menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh

b.      Non Farmakoterapi


1.      Berikan lingkungan yang nyaman
2.      Ganti balutan setiap hari
3.      Ajarkan teknik relaksasi ( napas dalam ) apabila terasa nyeri pada bagian tulang
4.      Berikan posisi tubuh yang nyaman

c.       Terapi operatif


1.      Mastektomi ( pengangkatan seluruh payudara ) atau pembedahan beastconvering ( hanya
mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya )
2.      Lumpektomi pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya
3.      Eksisi luas dan mastektomi parsial pengangkatan tumor dan jaringan normal sekitarnya yang
lebih banyak
4.      Kuadrantektomi pengangkatan seperempat bagian payudara
5.      Mastektomi simplek seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara
dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi
6.      Mastektomi radikal seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat
2.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Mamografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk mendeteksi kanker yang
tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal
b.      Galaktrografi mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksi zat kontras
kedalam aliran duktus
c.       Ultrasound dapat membantu dalam membedakan antar massa padat atau kista dan pada
wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen mamografi
d.      Xeroradiografi menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor
e.       Termografi mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi
f.       Diafanografi mengidentifikasikan tumor atau masa dengan  membedakan bahwa jaringan
mentransmisikan dan menyebarkan sinar
g.      CT. Scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara khususnya massa
yang lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mamografi
h.      Biopsi payudara (jarum atau eksisi) memberikan diagnosa definitive terhadap massa dan
berguna untuk klasifikasi histology penahapan dan seleksi terapi yang tepat
i.        Asal hormon reseptor menyatakan apakah sel tumor atau specimen biopsy mengandung
reseptor hormone (esterogen dan progesteron). Pada sel maligna reseptor maligna, reseptor
estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel
j.        Foto dada pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang dilakukan untuk megkaji
adanya metastase

E.     Diagnosa Keperawatan


1.      Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya.
3.      Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan
4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya pintu masuk organisme.

F.     Perencanaan Keperawatan


1.         Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
Nampak rileks dan mampu istirahat dengan normal.
Intervensi :
a.         Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional : mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgetik.
b.         Kaji nyeri, catat lokasi, lamanya, dan intensitas.
Rasional : penentuan skala tersebut menentukan metode yang baik untuk evaluasi subjektif.
c.         Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan nyeri atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menyebutkan pencetus atau faktor pemberat.
d.         Berikan tindakan yang nyaman.
Rasional : meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
e.         Kolaborasi pemberian obat analgetik dan antibiotik.
Rasional : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan ( Doenges, 2000 : 481 ).
2.         Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya.
Kriteria hasil : Persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri.
Intervensi :
a.         Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : menumbuhkan rasa percaya.
b.         Diskusikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan operasi dan pemeriksaan.
Rasional : memberikan pemahaman lebih tentang tindakan pengobatan.
c.         Beri dorongan pada pasien untuk mengidentifikasi perasaannya tentang masalah-masalah
aktivitas seksual dan mendiskusikan perasaannya dengan pasangannya.
Rasional : pasien dapat membuat rencana untuk masa depan.
d.         Diskusikan dan rujuk ke kelompok pendukung.
Rasional : memberikan tempat untuk pertukaran masalah dengan orang lain dengan masalah
yang sama. ( Judith M. Wilkinson, 2007: 34)
3.         Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan
Kriteria hasil : pasien dan keluarga mengatakan pemahaman proses penyakit dan
pengobatan.       
Intervensi :
a.         Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan klien dan keluarga.
Rasional : mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman pasien pada materi yang akan
disampaikan.
b.         Berikan penjelasan tentang penyakit dan perawatannya.
Rasional : pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya, dapat meningkatkan kekuatan
pada program dan mengurangi tingkat kecemasan.
c.         Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis dan efek samping.
Rasional : meminimalkan efek samping obat yang bisa menimbulkan efek buruk bagi klien.
d.         Dorong keluarga untuk bertanya ( Carpenito, 2000:289 )
Rasional : meningkatkan status mental pasien dan berusaha mendengarkan apa yang
dikeluhkan pasien.
4.         Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya pintu masuk organisme.
Kriteria hasil : meningkatkan waktu penyembuhan luka.
Intervensi :
a.         Kaji balutan luka, awasi tanda-tanda infeksi pada insisi. ( Doenges, 2000 : 754 ).
Rasional : pengenalan diri terjadinya infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat.
b.         Tekankan teknik aseptik dalam perawatan.
Rasional : meminimalkan faktor yang menyebabkan infeksi.
c.         Tekankan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan.
Rasional : meminimalkan faktor yang menyebabkan infeksi
d.         Pantau hasil laboratorium. (Juditt M. Wilkinson, 2007:263 )
Rasional : pada infeksi terjadi peningkatan lekosit.
e.         Kolaborasi pemberian antibiotik. ( Doenges, 2000:754 )
Rasional : mengobati infeksi dan meningkatkan penyembuhan.
e.       arus dipikirkan ganas sebelum dinyatakan tidak (Arif Mansjoer, 2000:283 ).

G.    Pelaksanaan Keperawatan


1.      Pengertian
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing
order untuk membentuk klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu,
rencana tindakan yang spesifik direncanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah diharapkan, yang mencakup peningkatn kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
2.      Tahap Pelaksanaan
Tahap tindakan keperawatan ada 3 yaitu :
a.       Tahap Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menurut perawatan mempersiapkan segala sesuatu terdiri
dari :
1)      Review tindakan keperawatan yang identifikasi pada tahap diperlukan.
2)      Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawtan yang diperlukan.
3)      Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatn yang mungkin timbul.
4)      Mepersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
5)      Menentukan dan mempersiapkan perawatan yang diperlukan.
6)      Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dan pada potensial tindakan.
b.      Tahap Intervensi
Suatu kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan melalui kebutuhan fisik dan emosional
pendekatan tindakan keperawatan, meliputi tindakan:
1)      Indipenden :
Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya.
2)      Interdependen :
Tindakan keperawtan menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan sutu kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.
3)      Dependen :
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis, tindakan
tersebut menandakan sutu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
3.      Tahap Dokumantasi
Pelakasanaan tindakan keperawatan diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kegiatan dalam proses keperawatan. Ada 3 tipe system pencatatan yang digunakan pada
dokumentasi terdiri dari :
a.       Sources Oriented Record
b.      Problem Oriented Record
c.       Computer Oriented Record

H.    Evaluasi Keperawatan


1.      Pengertian
Evaluasi keperwatan adalah intelaktual untuk melengkapi proses keperawtan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai, melaluai evaluasi kemungkinan perawat untuk memonitor kesalahan
yang terjadi selama tahap pengkajian analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
2.      Proses Evaluasi
Proses evaluasi terdiri dari :
a.       Proses (formatif)
Focus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawtan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatn.
b.      Hasil Sumatif
Focus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku status kesehatan klien pada akhir tindakan
perawtan klien.
c.       Penatalaksanaan keputusan pada tahap evaluasi
1)      Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2)      Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.
3)      Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.
FIBROADENOMA MAMMAE

I.              Definisi

Fibroadenoma mammae adalah suatu neoplasma jinak yang berbatas tegas, padat,
berkapsul. Merupakan lesi payudara paling umum pada wanita berusia dibawah 25 tahun,
sebagian besar (80%) bersifat tunggal. Biasanya bentuk neoplasma ini tampil sebagai massa
payudara yang bersifat mobile, tidak nyeri, kenyal seperti karet berukuran 1-4cm.
Benjolan dapat dipengaruhi oleh hormon dan dapat berfluktuasi dalam diameter yaitu ± 1 cm
dibawah pengaruh estrogen pada saat menstruasi normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan
kontrasepsi oral. Pertumbuhan dapat jelas terlihat selama kehamilan atau laktasi. Terapi FAM
dengan cara biopsi eksisi dan jarang regresi involusional. Penampilan makroskopik berbeda
dari tumor payudara lainnya, pada FAM tepi benjolan tajam dan permukaan potongannya
putih keabu-abuan sampai merah muda dan homogen. Secara histologi ada susunan lobus
perikanalikuler yang mengandung stroma padat dan epitel proliferatif. Varian FAM bisa
memperlihatkan proliferasi epitel yang jelas dari kelenjar dan epitel sekresi.

II.           Etiologi dan Faktor Predisposisi

FAM merupakan penyakit payudara tersering kedua yang menyebabkan benjolan di


payudara. Muncul paling sering pada usia antara 20-35 tahun, fibroadenoma mammae jarang
terdapat pada pada wanita setelah menopause. Lesi-lesi ini dapat tumbuh lambat selama
kehamilan.

III.          Patogenesis

Belum ada patogenesis yang pasti dari fibroadenoma tetapi dapat dikaitkan dengan
rangsangan hormon estrogen yang tinggi. Pada masa remaja, fibroadenoma mammae bisa
terdapat dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan
laktasi atau menjelang menopause, saat rangsang estrogen yang tinggi.

IV.         Manifestasi Klinis

Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara


kebetulan. Pada 10-15% kasus, fibroadenoma mammae bersifat majemuk. Benjolannya
bersifat keras, kenyal, dan tidak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas dan pada palpasi terkesan
mobile. Pemikiran kita yang pertama, adalah untuk membedakan fibroadenoma dengan
kanker. Diperlukan eksisi tumor, atau memastikan diagnosa dengan aspirasi jarum halus.
Resiko utama adalah, bila fibroadenoma yang tidak tereksisi bertumbuh dan menimbulkan
nyeri, khususnya selama kehamilan. Umumnya tidak ditemukan adanya kanker yang tumbuh
menginvasi fibroadenoma, dan pula sangat jarang (satu per seribu) untuk menemukan kanker
yang berasal dari jaringan fibroid (sebagian besar karena kanker in situ). Karena resiko
kanker meningkat menjadi 1 dalam 30, kemungkinan adanya kanker pada fibroadenoma
menjadi lebihsedikit, dari pada tidak adanya fibroadenoma.

V.            Penegakan Diagnosis

Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik,
dengan mammography atau USG, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).

Pada pemeriksaan fisik diperiksa benjolan yang ada dengan inspeksi pada saat
berbaring, duduk, dan membungkuk apakah terlihat benjolan, kerutan pada kulit payudara
(peau d’orange), dan dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui
ukurannya, jumlahnya, apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras, bernodul atau tidak, dan
mengeluarkan cairan dari putting susu atau tidak.

Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat berguna


untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan pada wanita
usia muda tidak digunakan mammography, sebagai gantinya digunakan USG, hal ini karena
fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan
mammography.
Mammography merupakan suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya proses
keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer yaitu jaringan
berfibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran VE dan rontgenologik
dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi palpila dan areola adanya bridge of tumor,
keadaan daerah dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di
belakang mammae dan adanya metastis ke kelenjar. Mammografi ini dapat mendeteksi
tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan
screening. Hanya saja untuk skrining masal cara ini adalah cara yang mahal dan dianjurkan
digunakan secara selektif saja misalnya pada wanita dengan adanya faktor resiko. Ketetapan
83-95%, tergantung dari teknis dan ahli radiologinya.

Dengan pemeriksaan USG hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik pemeriksaan lain
dapat berupa: termografi, xerografi. Dilakukan untuk mencari jauhnya ekstensi tumor atau
mencari metastasis jauh. Pemeriksaan ini umumnya hanya dilakukan apabila diperlukan (atas
indikasi) pemeriksaan laboratorium untuk melihat toleransi penderita, juga dapat melihat
kemungkinan adanya metastasis misalnya alkali fosfatase.

Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan
penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat
memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke
laboratorium patologi anatomi (PA) untuk diperiksa di bawah mikroskop apakah terdapat sel-
sel ganas atau tidak.

Dibawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut :

a.       Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari
epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus

b.      Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bulat
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)

c.       Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform
VI.         Penatalaksanaan dan Prognosis

Terapi fibroadenoma mammae adalah eksisi dengan anastesi lokal. Bila penderita muda
dengan lesi kecil, diagnosa dapat ditegakkan dengan aspirasi jarum halus, bila penderita tidak
menginginkan biopsi dengan eksisi. (samapai kini belum ada publikasi ilmiah tentang
penyelidikan terhadap fibroadenoma, yang tetap dibiarkan tanpa tindakan, hal ini harus
diberitahukan kepada penderita yang menolak pembedahan). Fibroadenoma yang lebih besar
(lebih dari 2 cm) harus diangkat, karena dapat menyebabkan nyeri, dan dapat bertumbuh
terus.

Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan sempurna,
tetapi bila masih tertapat jaringan sisa pada saat operasi dapat kambuh kembali.

Anda mungkin juga menyukai