Pemeriksaan Lab Bumil
Pemeriksaan Lab Bumil
mengambil bahan/sample dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum
(dahak), atau sample dari hasil biopsy (www.dokter.indo.net.id.).
2.2. Tujuan
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Memantau perkembangan penyakit
4. Memantau pengobatan dan lain-lain
5. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan
Beberapa pemeriksaan yang ”wajib” dilakukan pada saat hamil antara lain pemeriksaan
laboratorium pada trimester I dan trimester III. Tujuan pemeriksaan ini adalah memantau
kesehatan ibu hamil, serta melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan. Pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi profil darah,
golongan darah/RH, HbsAg, gula darah, urine lengkap, IgM, dan TORCH.
Pemeriksaan USG, lanjut Ali, dilakukan untuk mengetahui letak janin, hamil di luar atau di
dalam kandungan, letak plasenta, untuk mengetahui ukuran bayi, lingkar kepala, dan lain-
lain, apakah sesuai dengan usia kehamilan. Selain itu, mengevaluasi pertumbuhan janin,
melakukan evaluasi terhadap detak jantung, serta deteksi secara dini kelainan kongenital yang
mungkin terjadi.
Kini, tersedia pula USG 4D yang hasilnya lebih akurat, berwarna, dan lebih detail.
”Sebetulnya, pemeriksaan USG 4D tidak diharuskan karena hasil USG tergantung pada
keahlian orang yang mengerjakan dan dapat membacanya,” lanjut Ali.
Penentuan usia kehamilan paling baik dilakukan pada kehamilan 6-10 minggu; penentuan
apakah letak plasenta masih menutupi jalan lahir atau tidak pada kehamilan 36 minggu;
penapisan cacat bawaan umumnya dilakukan pada kehamilan 20-22 minggu karena sebagian
besar cacat bawaan dapat didiagnosis pada usia kehamilan tersebut. Sebagian lagi kecacatan
dapat dilihat pada kehamilan 10-14 minggu dan 28-32 minggu.
Dr Judi menambahkan, di tempatnya bertugas, pemeriksaan USG dilakukan pada pasien baru,
pemantauan kasus sulit, dan penapisan cacat bawaan pada trimester 1, 2, dan 3.
Pemeriksaan Kehamilan
Ditulis oleh administrator
Kenapa pemeriksaan kehamilan begitu penting yang wajib dilakukan oleh para ibu hamil?
karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan monitoring secara menyeluruh baik mengenai
kondisi ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Dengan pemeriksaan kehamilan kita
dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan
bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan
penanganan secara dini.
Berikut diterangkan mengenai hal apa saja yang dilakukan dalam pemeriksaan kehamilan,
sebagai bahan pengetahuan bagi para ibu hamil agar menuju kehamilan yang sehat dan
keluarga yang berkualitas.
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan kandungannya, hal
ini dilakukan untuk mengetahui pertambahan berat badan, serta apakah pertambahan berat
badan yang dialami termasuk normal atau tidak. Pertambahan berat badan yang normal akan
sangat baik bagi kondisi ibu maupun janin. Sebaliknya, jika pertambahan berat yang dialami
tidak normal, akan menimbulkan resiko pada ibu dan janin. Bagi ibu hami yang mengalami
pertambahan berat badan yang tidak normal, dokter atau bidan akan memberikan saran yang
sebaiknya dilakukan agar ibu hamil memperoleh pertambahan berat badan yang normal.
Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.
Mengetahui tinggi badan sangat penting untuk mengetahui ukuran panggul si ibu.
Mengetahui ukuran panggul ibu hamil sangat penting untuk mengetahui apakah persalinan
dapat dilakukan secara normal atau tidak. Karena jika diketahui bahwa tinggi badan ibu
dianggap terlalu pendek, dikhawatirkan memiliki panggul yang sempit dan juga
dikhawatirkan proses persalinan tidak dapat dilakukan secara normal, dan hal ini harus
dilakukan secara caesar. Dengan diketahuinya hal ini secara dini, maka ibu hamil
diaharapkan segera menyiapkan diri baik dari segi materi dan mental untuk menghadapi
persalinan dengan caesar.
Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin dilakukan untuk memastikan kehamilan. Selain itu, pemeriksaan juga
dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal ibu hamil, ada tidaknya protein dalam urin, dan
juga mengetahui kadar gula dalam darah. Adanya protein dalam urin mengarah pada pre-
eklampsia. Sedangkan kadar gula darah dapat menunjukkan apakah ibu hamil mengalami
diabetes melitus atau tidak.
Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui apakah janin dalam berada dalam kondisi sehat
dan baik. Permeriksaan detak jantung ini biasanya menggunakan Teknik Doopler sehingga
ibu hamil dapat mendengarkan detak janin yang dikandungnya.
Pemeriksaan Dalam
Dilakukan untuk mengtahui ada tidaknya kehamilan, memeriksa apakah terdapat tumor,
memeriksa kondisi abnormal di dalam rongga panggul, mendiagnosis adanya bisul atau erosi
pada mulut rahim, melakukan pengambilan lendir mulut rahim (papsmear), mengetahui ada
tidaknya penyakit kehamilan, mengetahui letak janin, dan untuk mengetahui ukuran rongga
panggul sebagai jalan lahir bayi. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan di awal kehamilan.
Pemeriksaan Perut
Dilakukan untuk melihat posisi atas rahim, mengukur pertumbuhan janin, dan mengetahui
posisi janin. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara rutin setiap kali dilakukan pemeriksaan
dengan dokter kandungan atau bidan.
Pemeriksaan Kaki
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah bertujuan untuk mengetahui kesehatan umum ibu hamil. Pemeriksaan
darah juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan AFP (alpha fetoprotein). Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui kemungkinan gangguan saluran saraf tulang belakang dan untuk
mendeteksi otak janin. Kadar AFP yang rendah menunjukkan adanya kemungkinan down
sindorm pada janin. Biasanya pemeriksaan AFP dilakukan pada usia kehamilan sekitar 15-20
minggu.
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi parasit seperti TORCH di dalam tubuh ibu
hamil. Infeksi TORCH biasanya menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi cacat atau
mengalami kematian. Pemeriksaan TORCH dilakukan dengan menganalisis kadar
imunogloblin G (IgG) dan imunoglobin M (IgM) dalam serum darah ibu hamil. Kedua zat ini
termasuk ke dalam sistem kekebalan tubuh. Jika ada zat asing atau kuman yang menginfeksi
tubuh, maka tubuh akan memproduksi IgG dan IgM untuk melindungi tubuh. Banyak
sedikitnya IgG dan IgM dalam serum darah mengindikasikan ada tidaknya infeksi serta besar
kecilnya infeksi. Jika hasil IgG negatif, berarti infeksi terjadi pada masa lalu dan kini sudah
tidak aktif lagi. Jika hasil IgM positif, berarti infeksi masih berlangsung aktif dan ibu hamil
memerlukan pengobatan agar janin dalam kandungan yang terinfeksi dapat segera ditangani
sehingga infeksi tidak semakin buruk.
Ketika hamil, wanita berkemungkinan terkena gestational diabetes melitus (GDM). Penyakit
ini adalah salah satu yang umum dialami wanita di pertengahan kehamilan, terutama pada
minggu ke-24 hingga 28 ketika hormon mengganggu kemampuan tubuh untuk menggunakan
insulin.
Ketika kehamilan terus berjalan, ketahanan terhadap insulin menjadi semakin buruk dan
meningkatkan kadar gula dalam darah pada ibu hamil. Terdapat banyak risiko yang berkaitan
dengan diabetes bagi kehamilan ibu dan kesehatan janin. Beberapa di antaranya adalah
kelahiran secara caesar atau trauma yang dialami ibu setelah melahirkan.
Dr Rajiv Kovil, konsultan diabetes dari MBBS Mumbai memberikan beberapa tips untuk
mengontrol diabetes selama kehamilan, seperti dilansir oleh Health Me Up (01/03) berikut
ini.
1. Makanan
Hindari makanan manis dan makanlah tiga porsi makanan kecil. Tambahkan satu hingga tiga
porsi cemilan sehari. Jangan lupa untuk mengonsumsi makanan yang seimbang antara serat,
buah, sayuran, dan biji-bijian.
2. Aktivitas fisik
Usahakan untuk menambah keaktifan tubuh dengan banyak melakukan aktivitas fisik.
Misalkan berjalan, aerobic, berenang, dan lainnya.
Tingkat gula darah Anda harus ada di bawah 95 mg/dl ketika bangun, di bawah 140 mg/dl
setelah makan, dan 120 mg/dl ketika dua jam setelah makan. Jangan lupa untuk selalu
mencatat tingkat gula darah Anda setiap melakukan pemeriksaan. Ini bisa digunakan untuk
evaluasi ketika memeriksakan diri ke dokter.
4. Insulin tambahan
Kebanyakan ibu hamil biasanya membutuhkan insulin tambahan agar tingkat gula darah
mereka sesuai dengan target. Insulin tidak berbahaya untuk bayi yang sedang dalam
kandungan.
Diabetes dapat didiagnosis dengan 2 pemeriksaan, yaitu gula darah puasa dan gula darah
sewaktu (2 jam setelah makan). Batasan gula darah puasa 100 mg/dl, dan batasan gula darah
sewaktu 140 mg/dl. Lebih dari itu digolongkan diabetes.
Kenali Gejalanya. Kenali gejalanya sedini mungkin, Bunda. Sehingga penanganan yang
tepat bisa segera diberikan. Karena diabetes bisa berpengaruh terhadap janin. Waspadai jika
Anda mengalami beberapa gejala di bawah ini:
Jika gejala-gejala tersebut ternyata memang Anda rasakan saat hamil, segera periksakan ke
dokter.
Mengobatinya. Untuk mengobati diabetes pada ibu hamil, ada beberapa hal yang harus Anda
perhatikan:
Diet. Kurangi konsumsi gula sederhana -biasanya terdapat pada minuman dan
camilan manis– dan atur pola makan sesuai kebutuhan kalori ibu hamil. Sebaiknya
konsultasi dengan ahli gizi, karena jika kalori kurang, berisiko terjadi hipoglikemia
(kadar gula darah turun drastis ditandai lemas, keringat dingin dan pingsan). Dokter
akan terus memantau kadar gula darah. Kalau turun, lanjutkan diet. Jika tidak turun
atau malah naik, diet disertai langkah berikutnya.
Kontrol darah berkala, baik saat kontrol rutin maupun periksa sendiri. Beli alat
pengukur kadar gula darah yang praktis.
Suntik insulin. Karena selama hamil tidak boleh makan obat-obatan penekan gula
darah yang merangsang produksi insulin, maka digunakan suntikan insulin. Dosis
sesuai kebutuhan, ada yang disuntikkan sekali sebelum sarapan, ada yang setiap
waktu makan. Anda bisa belajar menyuntik sendiri. Pahami prinsip sterilitas, ragam
insulin, dosis dan penyediaan insulin yang tepat. Pemberian insulin tidak berakibat
buruk bagi janin, justru memastikan janin tumbuh baik, dan meminimalkan risiko
komplikasi lainnya.
Pantau hipoglikemi, jangan sampai gula darah drop. Ngemil teratur tapi bukan
camilan manis.
Olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, dan merapikan rumah yang tak terlalu
berat bagi ibu hamil, akan menurunkan kadar gula darah.
Tes ini berguna untuk mengetahui apakah Ibu mengalami diabetes atau tidak. Ibu hamil juga
memiliki kemungkinan mengalami Diabetes Melitus atau pada ibu hamil disebut Diabetes
Melitus Gestasional.
Ibu yang berusia di atas 35 tahun, gemuk sekali, dan pernah mengalami pada kehamilan
sebelumnya disarankan untuk melakukan pemeriksaan ini.
Kalau diyantakan postif diabetes, Ibu wajib menjalankan diet diabetes dan minum anti-
diabetis oral. Kalau kadar gula darah terlalu tinggi, mungkin Ibu perlu dirawat untuk
diberikan suntikan insulin.
Bila pada pemeriksaan berat badan bayi besar sekali, maka perlu dilakukan induksi pada
kehamilan minggu ke 36 sampai 38 agar tidak terjadi komplikasi saat persalinan.
Setelah bayi lahir , umumnya kadar gula darah akan kembali normal.Tapi bila tidak, perlu
dilanjutkan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu.
Tes Darah
Selama hamil, mungkin Ibu perlu melakukan pemeriksaan darah beberapa kali. Jangan
khawatir, pemeriksaan ini tidak beresiko terhadap bayi.
Kadar zat besi dalam darah. Bila rendah, Ibu akan merasa mudah lelah dan lesu.
Masih ingat kan, makanan sumber zat besi yang perlu Ibu konsumsi? Bayam dan
daging merah. Bila kadar zat besi Ibu berubah-ubah selama kehamilan, jangan ragu
melakukan tes lagi di kehamilan 28 minggu.
Golongan darah dan faktor Rhesus Ibu. Dokter harus mengetahui golongan darah
Ibu, apakah darah Ibu Rhesus positive (RH+) atau Rhesus negative (RH-). Bila darah
Ibu RH- dan Ibu mengandung bayi dengan RH+, tubuh Ibu akan memproduksi
antibodi untuk melawan/menentang sel-sel darah RH+ . Ini berbahaya bagi bayi Ibu.
Kalau dokter sudah mengetahui golongan darah Ibu, kemungkinan yang akan terjadi
bisa diatasi.
Infeksi akibat virus Toxoplasma, Rubella, dan Cytomegalovirus yang berbahaya bagi
kesehatan bayi, pemeriksaan yang sering disebut pemeriksaan TORCH ini perlu
untuk melihat adanya antibodi dalam darah Ibu.
Penyakit lain seperti HIV B, Syphilis, bahkan HIV/AIDS.
Tes Urin
Tes urin tidak hanya dilakukan saat memastikan kehamilan. Setelah hamil, tes urin juga perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah Ibu terpapar obat-obatan tertentu, alkohol, bahkan
narkotika.
Efek penggunaan obat tertentu berdampak buruk bagi perkembangan otak bayi. Penggunaan
terus menerus, terutama pada awal kehamilan, bisa mengacaukan sistem syaraf bayi.
Infeksi Saluran kencing. Protein dalam urin bisa menjadi tanda adanya.
Diabetes karena glukosa dalam urin dapat mengindikasikan tingginya kadar gula.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan USG
Screening adanya
cacat bawaan.
Menunjang hasil
pemeriksaan darah
dan pemeriksaan cacat
bawaan lain.
Kami akan mencoba menjelaskan fungsi dari pemeriksaan laboratorium yang akan Anda
lakukan.
1. Test darah rutin : test darah ini umumnya terdiri atas 4 bagian, yaitu haemoglobin (Hb),
leukosit, hematokrit, dan trombosit. Test ini akan melihat apakah Anda memiliki anemia
(kekurangan sel darah merah) dan infeksi
3. Test kimia : (SGOT, SGPT, Glukosa, Ureum & Kreatinin). Test ini untuk melihat fungsi
hati, fungsi ginjal, dan kadar gula darah
4. Test Urine : Pemeriksaan urin lengkap akan dapat melihat berbagai hal, dari infeksi
saluran kemih, gangguan pada ginjal, perdarahan saluran kemih, dan berbagai sedimen yang
terkandung di dalam urin tersebut. Untuk ibu hamil terutama akan dilihat kadar protein urin
yang berkaitan dengan penyakit preeklampsia
Test yang disarankan di atas merupakan tes rutin yang perlu dilakukan untuk melihat secara
menyeluruh kondisi seseorang. Selain medical check-up rutin, test ini juga dapat dianjurkan
bagi mereka yang memiliki indikasi penyakit seperti tekanan darah tinggi dalam kehamilan,
pajanan terhadap hepatitis, dan sebagainya.
ORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu
TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini,
sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan
secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap
kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman.
Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
TOXOPLASMA
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira
hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah,
malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus
spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan
atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu
sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya
pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.
RUBELLA
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah
bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa
muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan
kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko
terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka
risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada
beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu,
diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan
laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana
IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut
pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus
keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara
laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi
mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium
yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II
(HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik
dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada
kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada
bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi
secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya
lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya.
Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena
gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga
menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat
memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
Panel TORCH
Mencegah TORCH
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan
kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-saran berikut
agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk
perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila
tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak
akan menginfeksi tubuh.
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat
memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda
kehamilan hingga benar-benar sembuh.
Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin
rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu
sampai 2 bulan kemudian.
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab
TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak
sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang
dalam keseharian Anda.
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan
teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh
Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi
tidak menjadi buruk.
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting.
Hindari kontak dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi
virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum
dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang
berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk
memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk
selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat.
TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi infeksi TORCH, yang
disebabkan oleh parasit TOxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan virus
Herpes. Ke empat jenis penyakit ini sama berbahayanya bagi janin bila infeksi di derita ibu
hamil. Tapi biasanya yang umum adalah Toksoplasma dan Rubella.
Cara mengetahui infeksi TORCH adalah dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah
pasien, yaitu dengan pemeriksaan :
Infeksi toksoplasma dan CMV dapat dapat bersifat laten tetapi yang berbahaya adalah infeksi
primer (infeksi yang baru pertama terjadi di saat kehamilan, terutama pada trimester
pertama). Jadi, bila hasil pemeriksaan (yang dilakukan saat hamil) positif maka perlu dilihat
lebih lanjut apakah infeksi baru terjadi atau telah lama berlangsung. Untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan :
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir
prematur, dan dapat juga menyebabkan kelainan pada janin yang dikandungnya. Kelainan
yang muncul dapat bersifat ringan atau berat, kadang-kadang baru timbul gejala setelah
remaja.
Pada umumnya, infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil tidak bergejala sehingga untuk
mendiagnosis adanya infeksi TORCH diperlukan pemeriksaan laboratorium
PANEL TORCH
Anti-Toxoplasma IgM
Anti-Toxoplasma IgG
Anti-Rubella IgM
Anti-Rubella IgG
Anti-CMV IgM
Anti-CMV IgG
Anti HSV2 IgM
Anti HSV2 IgG
Bayi yang lahir sehat tanpa cacat merupakan idaman semua ibu hamil. Karena itu, ibu hamil
harus merawat kehamilannya sejak dini dengan memeriksakan diri secara teratur ke dokter,
menjaga kebersihan dan mengkonsumsi makanan bergizi. Disamping itu, melakukan
pemeriksaan laboratorium sebelum dan selama kehamilan juga sangat penting.
1. 1. Infeksi Toksoplasma
Infeksi ini pada trimester pertama dapat mengenai 17% janin dengan risiko abortus,cacat
bawaan.retardasi mental , dan sebagainya.Sedangkan serangan pada trimester selanjutnya
bisa menyebabkan hidrosefalus,retinitis ,dan lainnya.
Dari makanan yang tertelan manusia,padahal makanan tersebut sudah tercemar oleh
ookista pada tinja hewan (kucing) yang terinfeksi.
Daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi ( mengandung kista
berisi bradizoit atau kista yang membelah dan terinfeksi).
Secara bawaan yakni melalui penularan dari ibu yang terinfeksi pada awal kehamilan
kepada janin yang dikandung. Infeksi yang terjadi pada wanita hamil ini bisa menular
secara sistemik maupun genital. Jadi janin bisa terinfeksi melalui kontak langsung
dengan penginfeksi ( organ yang terinfeksi ) dijalan lahir.
Serangan infeksi toksoplasma pada orang yang sehat dan normal, biasanya hamper tanpa
gejala . Kalaupun ada hanya berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian
belakang dan demam.
Bila virus ini menyerang otak janin akan mengakibatkan akrania atau bayi lahir tanpa
tengkorak, bayi lahir dengan otak berkapur dan mengeras atau kalsifikasi , bisa pula
menyebabkan bayi lahir idiot. Bayi yang lahir dengan keadaan kalsifikasi umumnya
mengalami kejang2.
1. 2. Rubella
Ini merupakan infeksi yang disebabkan virus . Rubella sering disebut campak, yaitu penyakit
akibat serangan virus yang menimbulkan bintik – bintik merah dikulit disertai demam atau
suhu tubuh meninggi.
Rubella yang menyerang janin pada ibu hamil seringkali menjadikan system syaraf yang lain
( bukan otak ) bayi sebagai sasaran. Akibatnya bayi dapat lahir dengan kelainan seperti
sumbing, katarak mata atau mata putih, sekat jantung bayi tidak menutup ( istilah umumnya
bocor jantung ) , ataupun bayi lahir tuli ( indera pendengaran rusak / terganggu).
Rubella menyerang 8,3% kehamilan.Kelainan yang dialami janin akibat virus rubella ini
dapat dideteksi melalui ultrasonografi ( USG 3 dimensi).
Virus ini merupakan anggota keluarga virus herpes . Dalam hal ini CMV adalah virus herpes
tipe 5 . Ada satu sifat CMV yang mirip virus toxoplasma yaitu sifatnya yang laten atau
menetap .Maksudnya virus ini bisa bersembunyi hingga muncul disaat tertentu terutama pada
saat daya tahan tubuh menurun seperti saat hamil. Tempat persembunyiannya antara lain
pada uretra, serviks,dan lainnya. Virus ini bisa pula menyusup pada se plasenta, selaput
rahim dan air ketuban.
Namun serangan virus CMV makin berbahaya saat serangan infeksi baru terjadi saat
kehamilan , terutama trimester 1. Keadaan ini disebut CMV primer.
Infeksi CMV pada kehamilan seringkali tanpa gejala ( asimtomatik). Serangan CMV pada
kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah ),
hidrosefalus,pengapuran intracranial,khorioretinitis,retardasi mental,hepatosplenomegali ,
dan sebagainya.
Virus yang satu ini mungkin namanya tak terlalu asing bagi kita. Kendati orang sering
Menggolongkan penyakit VHS ini sebagai penyaakit ‘Kotor’ alias penyakit menular seksual,
kenyataannya penularannya tidak selalu dengan cara demikian. Karena VHS bisa berada
dimana saja dan menyerang manusia yang daya tahan tubuhnya sedang menurun / buruk.
Sayangnya , VHS memang tidak bisa dimatikan. Sekali ia masuk kedalam tubuh maka ia
tidak akan hilang. Sebab, setelah masuk ketubuh manusia VHS ini melekat pada sel sehat
untuk memproduksi kembaran dari Virus ini. Jadi hasil kembaran VHS inilah yang dapat
menginfeksi sel-sel sehat di sekitarnya.
Apabila VHS menyerang saat hamil, ini bisa menyebabkan bayi lahir mengalami kebutaan.
Sedangkan jika serangan terjadi didaerah genital wanita hamil, maka persalinan harus
dilakukan melalui operasi sesar agar tidak menulari bayi melalui jalan lahir.
Setelah mengetahui berbagai jenis infeksi pada ibu hamil di atas, maka rasanya sangat
penting untuk mengetahui adanya infeksi ini secara dini pada ibu hamil. Sebaiknya seorang
ibu yang merencanakan suatu kehamilan melakukan pemeriksaan TORCH. Pemeriksaan
TORCH memungkinkan diketahui adanya virus dan dikontrol melalui obat-obatan, sehingga
tidak menular pada janin. Jika tidak segera diatasi, virus ini bisa mengakibatkan hiperaktif
atau keterlambatan perkembangan, cacat tubuh, atau kematian ketika bayi dilahirkan. Untuk
pemeriksaan TORCH sendiri dapat dilakukan di laboratorium –laboratorium klinik atau
rumah sakit yang menyediakan layanan tersebut. Atau sebelum melaksanakan pernikahan,
dapat juga dilakukan pre marital check-up. Pemeriksaan tersebut biasanya mencakup
pemeriksaan