Anda di halaman 1dari 7

My comment with at the problem is :

Kedepan pemerintah harus menyediakan dana lebih besar untuk program kesehatan jiwa dan
penambahan tempat tidur serta adanya pelayanan kesehatan jiwa pada puskesmas yang ditangani
oleh perawat jiwa yang profesional dan sesuai dengan askep jiwa yang diberikan dan dilakukan
penyuluhan kesehatan jiwa bagi masyarakat agar masyarakat dapat mengenal dan medektesi dini
tanda tanda gangguan jiwa sehingga masyarakat dapat terhindar selanjutnya kesehatan jiwa
sudah seharus dimasukan kedalam pola hidup sehat.
Selain itu sebenarnya pemerintah harus ada perhatikan terhadap keadaan rumah sakit untuk
orang gangguan jiwa ini.Karena bagaimanapun mereka rakyat indonesia. jangan hanya koruptor
saja yg dipelihara dan dijadikan anak emas dan juga bagi para pejabat pemerintah juga harus
mementingkan kepentingan rakyat dan jangan hanya bisa untuk korupsi aja di karenakan
kebanyakan orang yang mengalami gangguan jiwa ini kebanyakan karena masalah ekonomi.Di
sinilah juga di butuhkan peran pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya dan jangan
menyalah gunakan jabatannya agar rakyat sejahtera dan penyakit jiwapun hilang.

Trend / Isu Dimensi Spritual Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa


Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi
sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan menurun
akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia
yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social
ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang
terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai
– nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi
materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan
seterusnya.
Perubahan – perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga
mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi
juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat
menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat mempunyai
kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami
bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi spiritual.
Pengertian Dimensi Spritual
Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari bahasa
latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian yang sangat
prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari
tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus bahasa
Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh sedangkan spiritual berarti
kejiwaan, rohani, mental atau moral.
Spritual oleh Taylor, 1997 adalah segala sesuatu yang digunakan manusia untuk
berhubungan dengan sesuatu yang bukan bersifat materi yang memberi kekuatan kehidupan dan
kekuatan yang lebih besar. Spiritual digambarkan sebagai bagian dari sesuatu yang datang untuk
diketahui, dicintai, dan pelayanan kepada Tuhan, dengan kata lain hubungan tanpa batas, dan
pengalaman yang mempunyai kekuatan yang menyeluruh.
Menurut Fish dan Shelly, 1978 ( dari Taylor, dkk,1997 ) kebutuhan spiritual membawahi
semua tradisi agama dan bersifat biasa pada semua orang, meliputi kebutuhan akan arti dan
tujuan, cinta dan saling berhubungan, saling memaafkan.
Dari semua pengertian diatas spiritual merupakan kebutuhan dari setiap individu, sehingga
individu akan puas jika kebutuhan spritualnya terpenuhi. Sebaliknya jika tidak terpenuhi,
individu tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh.
Dimensi spritual dalam kesehatan
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis melainkan
antara keduanya sudah terintegrasi ( saling menunjang ). Seperti yang dikatakan oleh Albert
Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta, tetapi
agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak
penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak
terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah
menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu
kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Isu Keperawatan Jiwa Terbaru
Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakatPerkembangan teknologi digital
membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di akses
dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi menjadi
sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan isu diatas
maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan
penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan
hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami goncangan
dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi
tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial,
tekanan psikologis dan tekanan - tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme
seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar
dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh :
"agar kelihatan kaya melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya
harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan
melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran dari
debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.
Kehidupan sebenarnya bermuara pada dua hal keinginan dan kebutuhan, jika orang
berorientasi pada pemenuhan keinginan maka dia tidak akan mampu melawan keserakahan yang
sudah menguasai hati dan kehidupannya, nafsu menjadi yang terbaik membuat orang
menghalalkan segala cara untuk menang, sebuah kemenangan seorang pecundang sama
buruknya dengan kekalahan pecundang yang sebenarnya, cara menang sebagai pecundang ini
adalah dengan cara sikat kanan, sikat kiri, injak bawah dan menjilat atasan menjadi sebuah
pilihan pahit yang diambil oleh para hedonis ini. Jika saja mutiara kebajikan "siapa menanam
benih maka dia akan menuai, atau setiap perbuatan baik sekecil apapun ada balasannya dan
setiap perbuatan buruk sekecil apapun akan ada balasannya". Manusia harus mampu menekan
keinginan dan memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan, jika kita memiliki keinginan maka
mempertahankan melakukan segala sesuatu dengan cara baik adalah sebuah keharusan, alam,
manusia dan semua ciptaan tuhan sudah diatur oleh sang pencipta dan manusia tidak perlu ikut
membuat aturan yang sudah digariskan oleh tuhan, ketika manusia melalaikan janji maka sifat
manusia sebagai tempat salah dan lupa bisa menjadi faktor pemakluman terhadap situasi
tersebut, tetapi janji tuhan bukanlah faktor yang dapat ditawar, jika kita berbuat baik maka pasti
akan menuai kebaikan jika kita berbuat buruk akan menuai hal buruk pula.
Manusia bisa membuat sebuah hukum, sebuah aturan dalam bentuk undang - undang dan
berbentuk peraturan, isi aturan dan undang - undang bisa memiliki dua sisi, mengikuti
kepentingan penguasa atau memang undang - undang tersebut memang untuk membuat sebuah
keteraturan, ketika raja firaun berkuasa maka dia membuat sebuah undang - undang bahwa setiap
warga yang memiliki anak laki - laki maka anak laki - lakinya tersebut harus dibunuh. Undang -
undang ini tentu untuk kepentingan penguasa karena berdasarkan ramalan salah satu bayi laki -
laki tersebut yang akan mengakhiri kisah kediktaktoran sang raja. Ketika akhirnya tuhan
memberikan sebuah pembalasan dengan sangat kejam dengan cara menghanyutkan firaun dan
semua pengikutnya ditengah lautan maka musnahlah kesombongan penguasa diktator tersebut.
Kisah - kisah teladan telah banyak yang diceritakan dalam kitab suci, jika manusia
meresapi cerita - cerita tersebut kemudian memperkuat fondasi spiritualitasnya, melakukan
komunikasi dengan pencipta lewat ibadah maka kehidupan akan menuju sebuah keteraturan,
dunia diciptakan dalam bentuk aneka warna dan hitam putih sehingga muncul siang dan malam,
gelap dan terang, mengembalikan manusia ke hakikat diri mereka yang sebenarnya akan
membuat seseorang menemukan dirinya, mereka menerima semua kelebihan dan kekurangan
dan secara sehat menerima setiap perbedaan sebagai sebuah paket utuh dari adanya persamaan,
jika dunia berwarna putih semua maka akan monoton, bahkan asal mula kejahatan bermula dari
rasa iri iblis terhadap adam sehingga adam terbuang dari surga, manusia pilihan yang diciptakan
pertama kali sudah mampu disesatkan oleh iblis maka akan berapa banyak keturunan adam yang
juga mampu disesatkan oleh iblis dengan iming - iming kenikmatan dunia.
Marilah kita beraksi, membersihkan hati, membersihkan pikiran dari berbagai racun yang
mampu menggelapkan hati, dari berbagai racun yang merusak pikiran, kelak jika memang kita
mampu bertahan dengan pikiran baik dan hati yang baik maka kedepannya bukan tidak mungkin
kita mampu menularkan virus sehat hati dan sehat pikiran ini ke banyak orang ketika banyak
orang yang sehat hati dan sehat pikiran maka kita telah ikut melakukan aksi untuk membantu
mencegah orang lain terkena penyakit pikiran atau gangguan jiwa, semakin banyak orang yang
menyebarkan virus kebaikan ini maka bukan tidak mungkin generasi emas, generasi berlian,
generasi mutiara akan terlahir yang cahayanya mampu menyilaukan mata dunia karena amal dan
perbuatan mereka yang memang baik, orang baik tidak melihat usia, jenis kelamin maupun suku,
orang baik hanya mengenal satu kata "semua manusia pasti mati", dan salah satu bekal untuk
menghadapi kematian adalah "menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya". Semoga
renungan ini menjadi sebuah pelajaran berharga.
Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman
atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
2) Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
3) Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4) Kecenderungan situasi di era global
5) Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6) Kecenderungan penyakit jiwa
7) Meningkatnya post traumatik sindrom
8) Meningkatnya masalah psikososial
9) Trend bunuh diri pada anak
10) Masalah AIDS dan NAPZA
11) Pattern of parenting
12) Perspektif life span history
13) Kekerasan
14) Masalah ekonomi dan kemiskinan
Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya
sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada
usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir.
Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai
dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian yang
menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental
seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa
kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari seorang
ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat
bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur.Marc
Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti
serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah
dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig
Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat
meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.
Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa tikus hamil yang
diberikan stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara dan jebakan-jebakan menunjukkan
banyaknya percabangan dendrite sebagai prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan
kelompok control ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian juga penelitian-
penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand, pada bayi-bayi yang mendapat prenatal
care yang baik dan stimulasi sejak dalam kandungan. Ternyata bayi tersebut mampu berbicara,
berkomunikasi, menirukan suara, menyebut kata pertama dan senyum. Hal ini didukung oleh
penemuan beatriz manrique (presiden the Venezuela ministry for the development of
intelligence) dalam penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak dalam kandungan dapat
menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan bahasa.
Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan skizofrenia. Skizofrenia
sering dianggap sebagai penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan. Anggapan tersebut keliru,
karena dengan pengobatan yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke masyarakat dan
berfungsi optimal. Salah satu kendala dalam mengobati skizofrenia optimal adalah keterlambatan
penderita datang ke klinik pengobatan. Timbul pertanyaan, mungkinkah penyakit ini dideteksi
sedini mungkin dan dicegah perkembangannya? Tahun 1988, Mednick dkk dalam penelitian
epidemiologi melaporkan penemuan yang menarik, yaitu hubungan antara skizofrenia dengan
infeksi virus dalam kandungan. Laporannya didasarkan atasepidemi virus influenza pada tahun
1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat spesial mengingat pertama, terjadinya dalam kurun
waktu yang pendek, dimulai pada tanggal 8 oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14
November. Kedua, epidemi ini sangat menyebar. Hampir dua pertiga penduduk kota ini terkena
infeksi dalam berbagai tingkatan. Kondisi ini memungkinkan dilakukannya evaluasi efek jangka
panjang.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada
trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita skizofrenia
di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada
waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia.Mednick
menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada
penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan.
Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurnagnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi
eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam
kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan,
infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti
narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan
gangguan emosi.
Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit
jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi
didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun
rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada dua rumah sait tersebut
klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003 saja jumlahnya
mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari klien
menjalani rawat jalan, dank lien yang menjalani rawat inap mencapai 678 orang pada 2003 dan
meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien gangguan jiwa sekarang
tidak lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai
swasta, dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien gangguan jiwa dari kalangan
menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress dan ada juga kasus
mereka yang mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.
Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr. Suwadi mengatakan,
pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 371 pasien. Tahun
2004 jumlahnya meningkat menjadi 433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk klien rawat jalan di
poliklinik yang sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi Sumatera Selatan,
gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan. Beban
hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien
gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah Propinsi Sumatera Selatan
mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani di RSJ mengalami
peningkatan 10-15% dibandingan dengan tahun sebelumnya. Kecenderungannya, kasus-kasus
psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung meningkat, rekam medis di RSJ
Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat dari jumlah 4.101 orang (2003) menjadi
4.384 orang (2004). Dari keseluruhan jumlah klien yang dirawat selama 2004, sebanyak 1.872
pasien diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang adalah sebagai pasien lama
ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan yang semakin keras, dapat menjadi
penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk
individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu
menekan.Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ
menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang
kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress,
kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas
penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya
rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan
penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma
nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.Tipe gangguan
jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang
abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan
hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa
Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu
pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada
manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan,
paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hamper
satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Buktinya,
bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun
1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita
gangguan kesehatan jiwa.
Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes) mengatakan,
angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat
tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas,
depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja samapai skizofrenia.Bukti lainnya,
berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan.
Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta
orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika
dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita
kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut Aris
Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan
fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada
otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan
lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam
pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga
disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan.
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan
antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan,
hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).
Kecenderungan situasi di era globalisasi
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara
khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat
dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector termasuk
sektor kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven
Publisher: philadelphia..

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai