Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMA DAN MANUSIA

Disusun oleh:
Nindi Sali Agusta (22121009)
Ninda Sali Agusta (22121011)
Putri Nabila (22121028)
Vanesa

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG


2022/2023

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama dan keimanan kadang saling berbanding terbalik


dalam
kenyataannya. Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya dalam masyarakat awam. Banyak yang mengaku
beragama A, beragama B, beragama C dan sebagainya akan
tetapi justru terkadang mereka tidak tahu apa yang mereka
yakini itu bisa membimbing mereka atau tidak. Apa yang
mereka yakini itu benar atau tidak, apa yang mereka yakini
itu bisa membawa kebaikan dalam hidupnya baik itu dirinya
atau sesamanya atau tidak? Parahnya lagi adalah ketika
mereka ditanya kenapa mereka beragama? maka jawaban
simpelnya adalah karena dari ibu bapak, nenek moyangnya
sudah beragama demikian. Sebagian orang yang terkadang
juga hendak menafikan agama, mereka merasa enggan untuk
mengakui bahwa dia punya keyakinan, bahwa dia punya
agama yang mengikatnya. Sehingga belakangan muncul
misalnya suatu kelompok yang menyatakan tidak beragama,
ingin lepas dari identitas agama, entah itu karena mereka
tidak menyakini akan kebenaran suatu agama atau karena
sudah muak terhadap sikap, perangai, tingkah laku seseorang
yang mengaku beragama akan tetapi dalam kehidupan
sehari-harinya implementasi dari keberagamaannya tidak
ada, tingkah lakunya malah selalu menistakan agama,
immoral, tidak menghargai sesama dan sebagainya, hanya
menjadikan agama sebagai kedok dari kebejatan moral
mereka. Terlepas dari semua itu, disadari atau tidak, pada
tarap tertentu manusia itu sendiri pada kenyataannya tidak
bisap tertentu manusia itu sendiri pada kenyataannya tidak
bisa lepas dari adanya kebutuhan pada sesuatu yang sifatnya
sangat fundamen dan itu adalah keyakinan. Kebutuhan akan
sesuatu yang dia anggap agung, keyakinan akan sesuatu yang
dengannya merasa tenang, yang dengannya pula dia bisa
mendapatkan kepuasan batin itulah agama atau keyakinan.

1.2 Rumusan Masalah

Muthahhari menganalisis Pernyataan Hak-Hak Asasi Manusia


Sejagat dan menunjukkan betapa tingginya martabat
manusia di dalamnya. Anehnya, nilai dan martabat yang
begitu tinggi itu sama sekali tidak sesuai dengan konsepsi
manusia pada kebanyakan sistem filsafat Barat. Manusia,
menurut pandangan filsafat etika Barat, telah diruntuhkan
sampai ke tingkat mesin. Ruh dan kemuliaan manusia dalam
pandangan etika Barat telah ditolak. Kepercayaannya
terhadap sebab terakhir dan suatu rancangan atau rencana
yang telah dipersiapkan bagi alam dianggap sebagai gagasan
yang reaksioner. Orang Barat tidak memandang jiwa sebagai
sebagai bentuk wujud manusia yang terpisah, dan tidak
menganggap jiwa mempunyai kemampuan untuk berwujud
secara nyata dan aktual. Barat tidak percaya adanya
perbedaan antara dirinya dengan hewan atau tanaman dari
segi ini. Barat menganggap semuanya hanyalah manifestasi
materi dan energi. Medan kehidupan untuk semua
makhluk hidup, termasuk manusia, adalah perjuangan untuk
mempertahankan kehidupan. Manusia selalu berjuang untuk
menyelamatkan dirinya dalam pertempuran. Keadilan,
kebajikan, kerjasama, kasih sayang, dan semua nilai moral
dan kemanusiaan merupakan produk dari perjuangan asasi
untuk kehidupan. Manusia telah menciptakan konsep-konsep
tersebut untuk mengamankan kedudukannya sendiri.
Menurut pandangan Muthahhari, pada filsafat Barat,
martabat manusia telah dihancurkan sama sekali dan
kedudukannya betul-betul direndahkan. Berkenaan dengan
penciptaan manusia dan sebab-sebab yang memberikan
eksistensi kepadanya, berkenaan dengan tujuan penciptaan
manusia dan struktur serta bentuk eksistensi dan wujudnya,
dan berkenaan dengan motivasi dan stimulasi kegiatannya,
kesadaran dan moralitasnya, dunia Barat telah merendahkan
manusia pada tingkat yang telah ditunjukkan di atas.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Barat mengeluarkan
suatu pernyataan agung tentang nilai dan martabat manusia,
keluhuran dan kemuliaannya, hak-hak asasinya yang suci,dan
mengajak seluruh umat manusia untuk mempercayai
pernyataan luhur ini. 27 Muthahhari mengatakan lebih lanjut
bahwa Barat harus lebih dahulu memperbaiki konsepsinya
tentang manusia sebelum mereka mengeluarkan pernyataan
tentang hak-hak asasi manusia yang suci dan mengandung
nilai-nilai moral kemanusiaan.

1.3 Tujuan

Melihat konteks rumusan masalah di atas, maka tujuan


penulisan ini dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Ingin menganalisis pemikiran Murtadha Muthahhari
khususnya yang terkait
dengan pemikiran konsep agama dan manusia, kritik-kritik
Murtadha Muthahhari atas pemikiran Barat, serta sejarah, al-
Qur‟an dan Muhammad masa kini menurut pemikiran
Murtadha Muthahhari. Adapun kegunaan dari penelitian ini
diharapkan akan berfungsi ganda, baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Secara teoritis, kajian ini diupayakan sebagai sumbangan
guna memperkaya khazanah pemikiran dan keilmuan
khususnya tentang berbagai persoalanpersoalan agama dan
manusia yang belakangan ini marak terjadi.
2. Secara praktis, sebagai upaya agar para pemeluk agama
khususnya orang muslim dapat mengimplementasikan pola
dan tingkah laku keberagamaannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga dapat menanamkan nilai-nilai agama
padamanusia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Agama dan Manusia


Agama adalah sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap
sesuatu yang maha kuasa menyertai seluruh ruang lingkup
kehidupan manusia, baik kehidupan manusia individu maupun
kehidupan masyarakat, baik kehidupan materil maupun
kehidupan spiritual, baik kehidupan duniawi maupun
kehidupan ukhrawi. Sedangkan Manusia adalah makhluk
terpercaya dan manusia adalah makhluk yang paling pandai.
Sedangkan para ahli filsafat memahami manusia dengan
sebutan animal rasional (binatang yang berpikir), animal
educandum dan animal educable, (makhluk yang harus di
didik dan dapat di didik), animal symbolicum, (makhluk yang
bersimbol), homo laguen (makhluk yang pandai menciptakan
budi), homo ekonomicus (makhluk yang tunduk pada prinsi-
prinsip ekonomi), Bahasa), homo sapiens (makhluk yang
mempunyai homo relegius (makhluk yang beragama) dan
makhluk yang pandai bersiasat (zoon politicon).
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia merupakan ciptaan
Tuhan yang ada di muka bumi dan merupakan satu-satunya
faber (makhluk yang pandai membuat alat-alat) homo
makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dan
merefleksikan segala sesutau yang ada, termasuk
merefleksikan diri serta keberadaanya di dunia. Inilah yang
menentukan dan sebagai tanda dari hakikat sebagai manusia,
di mana makhluk lain seperti binatang tidak memilikinya.
Maka sangat layak jika dikatakan bahwa hakikat manusia
adalah makhluk yang berpikir. Agama merupakan suatu hal
yang harus di ketahui makna yang terkandung di dalamnya,
dan agama tersebut berpijak kepada suatu kodrat kejiwaan
yang berupa keyakinan, sehingga dengan demikian, kuat atau
rapuhnya agama bergantung kepada sejauhmana keyakinan itu
ketentraman dalam jiwa Unsur utama dalam beragama adalah
Iman atau percaya kepada keberadaan Allah dengan sifat-
sifat, antara lain: Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha
Penyayang, Maha Pengampun, Maha Pemberi, Maha Melihat,
Maha Mendengar, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Suci serta
nilainilai lebih/Maha yang lainnya. Oleh karena itu, orang
yang merasa dirinya dekat dengan Allah, diharapkan akan
timbul rasa tenang dan aman yang merupakan salah satu ciri
sehat mental. Setiap orang hendaknya menjalankan perintah
agama dengan penuh tanggung jawab dan meninggalkan
larangan. Dengan melaksanakan kehidupan beragama dan
menjalankan ibadah, seseorang yang memiliki kesadaran
agama secara matang dan melaksanakan ibadahnya dengan
penuh konsisten, stabil, mantap, dan penuh tanggung jawab
dan dilandasi wawasan agama yang luas. Satu kenyataan
yang tampak jelas yang telah modern telah maju atau yang
sedang berkembang ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi
yang mengganggu kebahagian orang dalam hidup. Kesulitan-
kesulitan dan bahaya–bahaya alamiyah yang dahulu yang
menyulitkan dan menghambat perhubungan.sekarang tidak
menjadi sosial lagi. Kemajuan industri telah dapat
menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan
kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan
jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya
kondisi dan hasil kemajuan untuk membawa kebahagian yang
lebih banyak terhadap Manusia dalam hidup. Tetapi suatu
kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagian itu
ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-
kesukaran material berganti dengan kesukaran mental
(psychis) atau beban jiwa semakin berat, kegelisahan dan
ketenangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan
lebih menekan sehingga mengurangi kebahagian. Kebutuhan-
kebutuhan primer menjadi skunder tetapi kebutuhan skunder
itulah yang menguasainya. Akibat meningkatnya kebutuhan
kebutuhan pada masyarakat moderen itu maka dalam
kehidupannya selalu mengejar waktu, mengejar benda,
mengejar prestise. Semuanya ini akan membawa hidup seperti
mesin, tidak mengenl istirahat dan ketentraman, hidupnya di
penuhi oleh ketegangan perasaan (tension), karena
keinginananya untuk menghidari perasaan tertekan, jika tidak
tercapai semua yang tampaknya menggembirakan. Akibat
lebih lanjut ialah timbulnya kegelisahan-gelisah (anxiety) itu
akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia
didalam hidup. Dari sinilah orang semakin merasa semakin
jauh dari kegembiraan dan kebahagian, karena ketegangan
dan kegelisahan batin yang selalu menghinggapinya dalam
kehidupannya sehari-sehari. Oleh karna itu akan timbullah
pula perubahan dalam cara-cara pergaulan hidupnya selama
ini.

2.2 Hubungan Agama dan Manusia

Betapa besarnya pengaruh agama dalam kehidupan Manusia,


baik bagi diri sendiri maupun dalam lingkungan keluarga,
ataupun di kalangan masyarakat umum. Karena itu dapat pula
dikatakan bahwa agama itu mempunyai fungsi yang amat
penting dalam kehidupan manusia, tanpa agama manusia tidak
mungkin merasakan kebahagian dan ketenangan hidup. Tanpa
agama, mustahil dapat dibina suasana aman dan tentram.
Keagamaan adalah perasaan berkaitan dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa, antara lain takjub, kagum, percaya yakin
keimanan, tawakal pasrah diri, rendah hati ketergantungan
pada Ilahi, merasa sangat kecil kesadaran akan dosa dan lain-
lain. Agama sebagai bentuk keyakinan Manusia terhadap
sesuatu yang Maha Kuasa (Adi Kodrati) menyertai seluruh
ruang lingkup kehidupan Manusia baik kehidupan Manusia
individu maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan
materil maupun kehidupan spiritual, baik kehidupan duniawi
maupun ukhrawi ,Agama (Islam) merupakan a total way of
life. Tidak ada satu ruangan pun dalam kehidupan Manusia
yang tidak di jamah oleh ajaran agama (Islam). Menurut
Elizabeth K. Nottingham meskipun perhatian manusia tertuju
kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat)
namun agama juga melibatkan dirinya dalam masalah-
masalah kehidupan sehari-hari. Dalam
pandangan positivism atau materialism, jika sains dan
teknologi sudah maju, masyarakat tidak membutuhkan agama
lagi sebab semua kebutuhan dan keinginan mereka sudah
terpenuhi oleh sains dan teknologi. Sepintas pernyataan
tersebut ada benarnya, tetapi ketika direnungkan lebih dalam
timbul persoalan. Apakah keinginan manusia betul-betul
mampu dipenuhi oleh sains dan teknologi? Bagaimana ia
mampu memenuhi keinginan yang tidak terbatas, seperti dia
tidak ingin mati. Apakah teknologi yang sangat canggih itu
mampu mengatasi persoalan tersebut? Kalau memang ada
teknologi yang mampu mengatasi persoalan tersebut akan
dipastikan semua orang akan menganut faham ini. Ternyata
pandangan materialism tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena alur pikirannya tidak logis.
Kebanyakan ahli studi keagamaan sepakat bahwa agama
sebagai sumber nilai, sumber etika, dan pandangan hidup
yang dapat diperankan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.

2.3 Agama adalah Sumber ketenangan Jiwa

Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan


mengatur dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara
menghadapi tiap-tiap masalah. Dengan demikian, di dalam
agama ada larangan yang harus dijauhi, karena di dalam nya
terdapat dampak negatif dari kehidupan manusia. Dan juga
ada perintah yang harus ditaati karena di dalamnya ada
kebaikan bagi orang yang melakukan. Orang yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT secara benar, di dalam
hatinya tidak akan diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa
yakin bahwa keimanan dan ketaqwaannya itu akan membawa
kelegaan dan ketenangan batinnya.
Pelaksanaan agama (ibadah) dalam kehidupan sehari-hari
dapat membentengi orang dari rasa gelisah dan takut. Diantara
dari berbagai macam ibadah yang ada yaitu shalat secara
psikologis semakin banyak shalat dan menggantungkan
harapan kepada Allah SWT maka akan tenteramlah hati,
karena dalam shalat itu sendiri mengandung psiko-religius
(kekuatan rohaniah) yang dapat membangkitkan rasa percaya
diri dan rasa optimisme sehingga memiliki semangat untuk
masa depan. Daripada itu tujuan utama dari shalat adalah
ingin beraudiensi, mendekatkan diri dengan Allah supaya terciptalah
kebahagiaan dan ketenangan hidupnya.
2.4 Agama Adalah Sumber Kesehatan Mental

Berbagai aliran dikalangan ahli ilmu jiwa mengatakan tentang


pentingnya agama dalam kesehatan mental. Keimanan kepada
Tuhan merupakan kekuatan luar biasa dalam membekali
manusia yang religius. Dengan kekuatan rohaniah akan
menopang seseorang dalam menanggung beratnya beban
kehidupan, menghindarkannya dari keresahan yang menimpa
banyak manusia yang hidup pada zaman modern ini yang
didominasi oleh kehidupan materi.
William James, seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat
mengatakan bahwa tidak ragu lagi bahwa terapi yang terbaik
bagi keresahan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan.
Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu kekuatan yang
tidak boleh tidak harus dipenuhi untuk membimbing
seseorang dalam hidup ini. Selanjutnya dia berkata bahwa
antara manusia dan Tuhan terdapat ikatan yang tidak terputus.
Apabila manusia menundukkan diri di bawah pengarahan-
Nya, cita-cita dan keinginan manusia akan tercapai.
Selanjutnya Usman Najati menulis, “Manusia yang benar-
benar religius akan terlindung dari keresahan, selalu terjaga
keseimbangannya dan selalu siap untuk menghadapi segala
malapetaka yang terjadi”. Kemudian Najati mengutip
pendapat Carl Gustav Jung yang mengatakan bahwa selama
tiga puluh tahun yang lalu, pribadi-pribadi dari berbagai
bangsa di dunia telah melakukan konseling dengannya dan
diapun telah banyak menyembuhkan para penderita gangguan
jiwa. Semua pasien yang pernah diobatinya yang usianya di
atas tiga puluh lima tahun memiliki problem yang
bersumberkan pada kebutuhan akan agama. Pasien tersebut
telah kehilangan sesuatu yang diberikan oleh agama. Pasien
tersebut baru sembuh setelah mereka kembali pada wawasan
agama.
Zakiah Daradjat menulis, “Keimanan adalah suatu proses
kejiwaan yang tercakup di dalamnya semua fungsi jiwa,
perasaan dan pikiran sama-sama meyakininya. Apabila iman
tidak sempurna, maka manfaatnya bagi kesehatan mentalnya
kurang sempurna pula. Selanjutnya Zakiah Daradjat
menambahkan bahwa fungsi agama adalah: (1) memberi
bimbingan dalam hidup, (2) menolong dalam menghadapi
kesukaran, dan (3) menentramkan batin.
Dengan demikian, agama benar-benar dapat membantu orang
dalam mengendalikan dirinya dan membimbingnya dalam
segala tindakan. Begitu pula kesehatan jiwa dapat dipulihkan
dengan cepat apabila keyakinan kepada Allah SWT dan
ajaran-Nya dilakukan.
2.4 Sumber Sumber Ajaran Islam
1. Sumber Ajaran Islam

Merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan acuan,


pedoman, dasar untuk menjalankan syari'at islam. Al-Quran,
As-sunnah, dan ijtihad merupakan pokok syariat islam. Al-
Quran merupakan yang berisi tentang Firman Allah yang
diwahyukan kepada nabi muhammad saw melalui malaikat
jibril. As-Sunnah merupakan segala sesuatu yang menjadi
kebiasaan Rosulullah saw baik dalam bentuk perkataan,
perbuatan maupun ketetapan. Ijtihad merupakan mengarahkan
segala kemampuan berfikir secara maksimal.
2. Macam-Macam Ijtihad
Macam-macam ijtihad ada 7, yaitu:

 Ijma'
 Qiyas
 Istishan
 Istishab
 Maslahah mursalah
 Sudud Dhori'ah
 Uf
3. Macam Hadis/Sunnah Ada 3, Yaitu:

a). Dilihat dari segi bentuknya


b). Dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikan
 Mitawatir
 Mashur
 Ahad
c). Dilihat dari segi kualitasnya
 Shohih
 Hasan
 Dhoif
 Maudu'
4. Dimensi Ajaran Islam
Merupakan aspek atau cara untuk melihat suatu permasalahan dalam
pandangan atau kepercayaan pada suatu kelompok.

Anda mungkin juga menyukai