Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tylor ( 1871) budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat, dan kebiasaan yang di lakukan manusia sebagai anggota
masyarakat. ( Brunner & Suddart, 2001). Memberikan asuhan keperawatan yang bersifat
kultur spesifik dan kultur universal yang mengahasilkan kesehatan dan kenyamanan
individu, keluarga, kelompok, komunitas dan institusi. ( Leininger 1997) .
Culture care merupakan teori yang holistik karena didalamnya terdapat ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai culture,
konteks lingkungan, ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional. Paradigma
keperawatan adalah suatu cara pandang, melihat, memikirkan, memberi makna,
menyikapi, dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan. (Perry & Potter 2001). Cara pandang, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-
konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budya
terhadap 4 konsep sentral, yaitu Manusia, Keperawatan, Kesehatan dan Lingkungan.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya pasien
pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi keperawatan
diberikan sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di miliki klien, sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya. Negosiasi budaya merupakan
stategi yang kedua yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana peran agama dan kepercayaan dalam kesehatan dan kondisi sakit ?

C. Tujuan
Mengetahui peran agama dan kepercayaan dalam kesehatan dan kondisi sakit.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tradisi keagamaan dan keperayaan yang berhubungan dengan peningkatan

kesehatan :

a. Manusia ( Paradigma kesehatan )

Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-

norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan.

b. Transkultural Nursing

Transkultural Nursing merupakan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa

budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lainnya.

c. Agama

Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian

agama terdapat 3 ( tiga ) unsur, yaitu : manusia, penghambaan dan Tuhan.

Tradisi keagamaan dan kepercayaan yang berhubungan dengan peningkatan

kesehatan mengeplorasi pengaruh gaya hidup, social, budaya, dan spiritual

terhadap status kesehatan dan memberikan suatu dasar pengetahuan

untuk mengembangkan pengkajian keperawatan dan ketrampilan-ketrampilan

intervensiasuhan keperawatan.

B. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Keperawatan

Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para

ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia lari

kepada agama karena rasa ketidak berdayaannya menghadapi bencana. Dengan

demikian segala bentuk prilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul

dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman.
Untuk mengatasi masalah ini manusia menghadirkan tuhan dalam dirinya

sebagai pelindung mereka tatkala mereka merasa terancam dan memerlukan

perlindungan terhadap segala macam bentuk ancaman terhadap dirinya.

C. Kebutuhan Manusia
Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan yang paling
dasar hingga yang paling puncak, yaitu :
a) Fisiologis
b) Rasa aman dan nyaman
c) Cinta dan kasih saying
d) Harga diri, dan
e) Aktulitas diri

Makna hidup merupakan segala hal yang mampu memberikan nilai khusus bagi
seseorang yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan akhirnya
akanmenimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya. (Perry AG dan Potter PA,
2009)

D. Terapi Keagamaan
Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta tentram dalam hatinya adalah
orang yang sakit rohani atau mentalnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-
kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan mereka
secaralancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohaniatau juga kebutuhan social. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka
manusiaakan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada bahwa mereka harus
berusahalebih keras lagi untuk memenuhi kekurangan dari kebutuhan mereka.
Sehingga segalamacam cara mereka lakukan guna terpenuhinya kebutuhan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tidak mampu
menahan keinginan bagi seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan dirinya atauketika
seseorang terhimpit oleh persoalan ekonomi, maka dalam diri mereka akanterjadi
adanya konflik dalam batin mereka yang memerlukan pengobatan atau penyelesaian
dengan cepat. Ketika konflik yang dihadapinya tidak segera diselesaikan, maka batin
akan merasa berat untuk menanggungnya sehingga akan bertambah parah
permasalahan yang ditanggungnya . pertengkaran ini akan menimbulkan ketidak
seimbangan dalam kehidupan Rohani yang dalam Kesehatan mental dikenal dengan
kekusutan Rohani. Usaha penanggulangan kekusutan rohani atau mental ini
sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh penderita. Dengan mencari cara yang tepat
untuk menyesuaikan ini dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan
mentalajaran dari agama.(Perry AG dan Potter PA,2006)

E. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing

Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut :

1) Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan.


2) Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan danmengkomunikasikan
masalahnya.
3) Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
4) Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.
5) Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya.
6) Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental.
( Perry AG dan Potter PA,2006)

F. Masalah Religi
Masalah religi klien dapat mempengaruhi spiritualitas klien. Praktik kebiasaan
keagamaan, jika terganggu atau berubah, dapat mempengaruhi struktur atau dukungan
agama terhadap rasa sejahtera seseorang.
Turner et al. (1995) menuliskan bahwa intensifikasi praktik keagamaan secara
sukarela dapat menyebabkan masalah ketika seseorang tidak merasa bebas atau tidak
mengetahui bagaimana harus membicarakan tentang aspek keagamaan atas perubahan.
Seseorang sering mengintensifikasi praktik keagamaan dalam menghadapi rasa
bersalah atau untuk menghadapi trauma yang sulit atau kehilangan. Menjadi lebih
terlibat dalam praktik keagamaan atau mengekspresikan keyakinan lebih dalam
mungkin merupakan suatu cara dalam menemukan makna peristiwa yang menyulitkan
atau untuk menguji perkembangan spritual seseorang.
Kepercayaan didefenisikan oleh Studzinki (1986) sebagai lebih dari sekedar
sekumpulan kesehatan. Kepercayan adalah cara menunjukkan diri seseorang,
komunitas seseorang, dan kakuatan yang lebih tinggi dan cara mengintegrasikan masa
lalu kita, masa kini dan masa mendatang dengan kekuatan yang lebih sebagai pusat.
Seseorang sering menemukan cara untuk mengekspresikan kepercayaannya melalui
praktik keagamaan. Kepercayaan berkambang sepanjang waktu, sejalan dengan
pertumbuhan spiritual seseorang. Seseorang yang berada pada tahap awal
perkembangan kepercayaan mereka atau menemukan kepercayaan mereka tertantang
oleh kejadian hidup yang penting, dapat menjadi rentan terhadap kehilangan atau
keraguan tentang kepercayaan mereka (Turner et al, 1995). Hal ini dapat terjadi ketika
seseorang dijauhi oleh komunitas keagamaannya(mis. Seorang penganut Saksi Yehova
yang memilih untuk menjalani transplantasi jantung dan membutuhkan transfusi darah)
atau ketika seseorang secara serius mempertanyakan tempat pentimg denominasi
keagamaannya pada masalah publik (mis. Aborsi atau euthanasia). Kehilangan atau
meragukan kepercayaan dapat menyebabkan rasa bersalah serius dan bahkan rasa
kesepian.

G. Spiritualitas dan Religi


Spiritualitas sangat sulit untuk didefenisikan. Kata-kata yang digunakan untuk
menjabarkan spiritualitas termasuk makna, trnsenden, harapan, cinta, kualitas,
hubungan dan eksistensi (Emblen, 1992). Farren et al. (1989) menyarankan bahwa
defenisi spiritualitas, atau dimensi spiritual, akan unik bagi setiap individu. Defenisi
individual tentang spiritualitas dipengaruhi oleh kultur, perkembangan, pengalaman
hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Meskipun spiritualitas sulit untuk
didefenisikan, terdapat dua karakteristik penting tentang spiritualitas yang disetujui
oleh sebagian penulis: (1) spiritualitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita (2)
spiritualitas merupakan keaadan hidup. Farren et al. (1989) menggunakan defenisi
fungsional spiritualitas “ komitmen tertinggi individu, yang merupakan prihsip yang
paling konfrehensip dari perintah atau nilai final yaitu argumen yang sangat kuat yang
diberikan untuk pilihan yang dibuat dalam hidup kita”.
Intuisi klinik merupakan suatu proses di mana perawat mengetahui sesuatu tentang
klien yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, yang diungkapkan dengan
kesulitan, atau yang sumber pengetahuannya tidak diketahui. Intuisi adlah suatu aspek
dari berpikir kritisw,yang mencakup manganalisis dan merasakan isarat yang
berbeda,ingatan,dan perasaan untuk membantu perawat memiliki kesadaran lebih baik
terhadap kebutuhan klien.
H. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan
Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang
kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri da penderitaan serta kehidupan dan kematian.
Banyak budaya tidak memedakan antara agama dan spiritual, tetapi sebagian lain
membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat harus memahami perspektif
emic kliennya.(Perry AG dan Potter PA,2006)

I. Tabel Keyakinan Agama tentang Kesehatan (Perry AG dan Potter AP)

Agama Keyakinan perawatan ke3sehatan Respon terhadap penyakit

Hindu Menerima ilmu penetahuan medis modern Penyakit disebabkan oleh dosa masa lalu

Memperpanjang hidup tidak dibenarkan

Sikh Menerima ilmu pengetahuan medis modern Wanita harus diperiksa oleh wanita

Melepaskan pakaian dalam akan menyebabkan


distres yang besar

Budha Menerima ilmu pengetahuan medis modern Dapat menolak pengobatan padsa hari suci

Spirit bukan-manusia yang memasuki tubuh dapat


menyebabkan penyakit

Mungkin menginginkan pendeta budha

Tidak mempraktikkan euthanasia

Mengizinkan untuk menghentikan pendukung


hidup

Shinto Menerima pengobatan medis modern sejalan Akan tidak mengizinkan pengobatan yang
dengan tradisi leluhur “tampak” mencederai tubuh

Menggunakan kepercayaan sebagai penyembuh

Anggota keluarga harus tenang

Kelompok pendoa diperkuat

Mungkin mengizinkan penghentian pendukung


hidup

Tidak mempraktikkan euthanasia

Islam Harus bisa mempraktikkan Lima Rukun Mengunjungi orang sakit adalah suatu kewajiban
Islam
Mereka berkewajiban untuk mencari perawatan

Euthanasia adalah dilarang

Pendukung hidup tidak dibenarkan

Yahudi Dapat mempunyai pandangan yang fatal Menggunakan doa, kepercayaan sebagai
tentang kesehatan penyembuh

Menghargai kunjungan dan gereja

Beberapa menggunakan “penumpangan tangan”

Komuni suci umumnya digunakan

Kristen Menerima ilmu pengetahuan medis modern Mempercayai sanksi dari kehidupan

Tuhan dan kedokteran harus mempunyai


keseimbangan

Kepatuhan kepada hari Sabat adalah penting

Tidak melakukan aktivitas pada hari Sabat

Anda mungkin juga menyukai